Sparkle

~•~

Story created by

Blaze1221

~•~

Disclaimer

Masashi Kishimoto

~•~

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Shimura Entertaiment, Sasuke's private room, Tokyo Japan.

Sakura merasakan tubuhnya kini tak menapak tanah ketika ia berada di ruangan Sasuke. Setelah bertemu dengan Ino, lelaki itu langsung menyeretnya pergi ke ruangan pribadi miliknya.

Sekarang disinilah ia, wajahnya masih menunduk mempersiapkan jawaban apa yang bagus untuk mengatakan alasannya merusak mobil lelaki itu.

"Jadi bisa kau jelaskan kenapa mobilku bisa ada di bengkel?" tanya Sasuke setelah keheningan yang telah lama tercipta diantara keduanya.

"Aku menabrakkannya ke pagar rumah tetanggaku."Sakura mulai mengangkat wajahnya mengumpulkan puing-puing keberanian yang masih tersisa, masa bodoh! Ini bukan sepenuhnya salah dirinya!

"Bagaimana bisa kau-"

"Aku sudah mengatakan padamu, suruh bodyguard mu membawanya pergi dari depan apartemen ku. Tapi kau sama sekali tak mendengarkan, seharusnya kau memastikan aku bisa menyetir mobil baru kau berikan padaku! Ini semua bukan sepenuhnya salahku, bahkan hari ini kau sukses membuatku batal mengerjakan tugasku, menabrakkan mobilmu, merusak pagar tetanggaku, apa lagi setelah ini? Bagaimana aku mengganti semua kerugian untuk hari ini?!" gadis itu memotong perkataan Sasuke dengan nada frustasi.

Sasuke menghela napas, benar juga apa yang gadis ini katakan. Ia terlalu memaksakan gadis itu.

"Aku takkan meminta ganti rugi padamu" ucap Sasuke.

"Bagaimana dengan pagar tetanggaku?"

"Aku akan menggantinya juga." gadis itu terlihat menimbang-nimbang, sambil melirik wajah lelaki di depannya. Wajah yang dulu terasa sangat sulit untuk digapai, atau hanya untuk ditemui.

"Baikl-"

"Dengan satu syarat, menikahlah denganku bulan depan." Oh sial lelaki ini benar-benar brengsek, semua kekacauan ini bersumber dari lelaki itu, kenapa ia harus diberi syarat gila juga?!

"Kenapa harus bulan depan? Aku sudah berjanji juga bukan? Apa ada hubungannnya dengan sniper malam itu?" mata Sakura memicing ketika melihat tubuh Sasuke sedikit menegang mendengarnya, jadi benar.

"Sudah kubilang dia sniper sewaan-"

"Ino bilang kau tak pernah menyewa sniper, Uchiha-san" Oh bagus, sekarang gadis blonde itu sukses menghancurkan rencananya juga, ia pikir membawa Sakura masuk ke dalam hidupnya tanpa gadis itu tahu penyebabnya lebih mudah, daripada menjelaskan segala rentetan peristiwa tak mengenakkan di masa lalu yang bahkan ingin ia lupakan.

"Apa yang sebenarnya kau rencanakan Uchiha-san?" Gadis itu kini semakin mendesaknya, Sasuke tahu Sakura bukan gadis bodoh yang tak paham situasi aneh yang sedang dialaminya. Pasti gadis itu sudah berpikir buruk tentangnya, lebih baik ia menjelaskan sebelum salah paham.

Sasuke beranjak dari duduknya, berjalan mendekati lemari kemudian mengambil kertas lusuh yang tampak kuno.

Lelaki itu memberikan koran lusuh itu pada Sakura,

"Sebelas tahun lalu, pasti kau pernah diculik bukan?"

Mata emerald Sakura terbelalak melihat tulisan yang tertera di koran tersebut.

"PENCULIKAN MASSAL TERHADAP PARA PEWARIS PERUSAHAAN BESAR DI JEPANG"

"Kau pasti salah satu diantara mereka"

"Bagaimana kau bisa tahu?!" wajah Sakura berubah panik.

"Santai saja, aku bukan orang yang ditugaskan untuk mencarimu. Aku mempunyai teman yang kebetulan diculik bersamamu waktu itu."

Ingatan Sakura kembali menuju waktu dimana ia masih berusia sebelas tahun, sepulang sekolah ia diculik bersama orang-orang berpakaian hitam. Ia tak tahu mengapa bodyguard ayahnya tidak ada hari itu, Sakura sangat ingat ia bersama beberapa anak lain di bawa menuju rumah tua yang sangat jauh dari pusat kota.

Sebelas tahun lalu...

Gadis bersurai merah muda itu terduduk dengan lemas, matanya memandang ke arah lelaki bertubuh tambun di depannya. Ia sekarang merasa sangat haus, orang-orang itu tak memberinya minum sejak ia tiba disini. Ia dibawa kesini bersama seorang gadis kecil bernama Hyuga Hinata, setelah sampai disini ia melihat empat bocah lelaki seumurannya.

Keempat bocah lelaki itu tampak akrab, Sakura mengenal ketiga bocah lelaki itu, Nara Shikamaru, Uzumaki Naruto, juga Hyuga Neji, sepupu Hinata. Diantara mereka hanya Naruto yang cerewet dan ketiganya hanya sesekali berbicara pada teman lainnya. Namun satu bocah lelaki yang paling irit bicara mengundang perhatian Sakura, karena ia sama sekali tak tahu siapa nama bocah lelaki itu.

Gadis itu memandang ke arah para bocah lelaki sebayanya, mereka tampak berisik mendiskusikan sesuatu di pojok ruangan. Pojok ruangan itu sangat gelap hingga ia tak berani mendekatinya.

TRANGGGG

Suara besi dipukul terdengar sangat nyaring di telinganya,membuat gadis kecil itu melihat ke arah lelaki tambun yang memukul tongkat besi panjang dengan sel yang berada di depannya.

"Jangan berisik!" sentak lelaki itu.

Para bocah lelaki itu kini juga memindahkan atensinya kearah lelaki tambun berwajah gahar tadi.

"Paman, bolehkah aku meminta minum?" seorang gadis berambut gulali yang berada tepat di depan sel bertanya. Sontak semua orang mengalihkan perhatiannya ke arah gadis itu, disaat genting seperti ini gadis itu malah justru meminta minum. Apa dia bodoh?

Plakkk

"Untuk apa meminta minum?! Mati saja kau sana!"

Tamparan keras mendarat di pipi gadis mungil itu, membuat air matanya kini berhasil merembes keluar.

"Sa-Sakura-san" gadis bernama Hinata kemudian memeluk Sakura erat. Keempat lelaki itu memandang ke arah kedua gadis kecil itu, setelah lelaki dewasa itu pergi Naruto menghampiri kedua gadis yang sedang menangis itu.

"Sudahlah jangan menangis, lebih baik kita mencari jalan keluar untuk lolos dari sini." hibur lelaki pirang itu.

Saat itu Sakura kira perkataan Naruto hanya sebatas penenang belaka, tapi pada akhirnya itu menjadi kenyataan. Sakura sangat ingat ketika ia dan teman-temannya hampir berhasil meloloskan diri, Hinata jatuh sakit. Kala itu demamnya sangat tinggi, akhirnya Sakura memutuskan mengeluarkan Hinata lebih dahulu dibandingkan dirinya. Namun naas, ketika ia hendak ditarik keluar para penjaga itu datang.

Berbagai pukulan dan tamparan keras diterimanya, ketika mereka menyadari hanya dirinya yang tersisa di sel tua itu.

"Bagaimana kau bisa keluar dari insiden itu? Naruto berkata hanya kau yang tertinggal waktu itu." Sasuke menyamankan posisinya di sofa mahal berwarna dark blue miliknya.

"Saat aku dipukuli dan sekarat, Madam Rosse datang dan menyuruh mereka membawaku ke rumah tuanya. Aku menjadi pelayan disana, wanita itu juga memperbolehkanku bersekolah di daerah pinggir desa. Tetapi aku selalu tak punya kesempatan untuk keluar, aku belajar banyak obat-obatan ketika aku Sekolah menengah atas dari juru obat disana. Dan di hari kelulusanku, aku menghabisi Madam Rosse dengan obat yang kubuat." ucap gadis itu dengan tatapan menerawang jauh, mengingat bagaimana wanita jahat itu jatuh tak berdaya di lantai. Sasuke tak menyangka ternyata gadis seperti ini sanggup menghabisi nyawa orang lain.

"Kau membunuhnya? Padahal dia merawat dan memberimu kesempatan sekolah."

"Itu karena aku tahu, setelah aku lulus dari sekolahku aku akan dijadikan mesin pembunuh baru di rumah tua wanita jahat itu." Mata Sakura kini tampak kehilangan cahayanya, tak seperti biasanya ketika menampakkan raut kesal atau panik. Membuat keyakinan Sasuke menguat untuk membawa gadis ini masuk ke dalam rencananya.

TBC...

Gimana?? udah pada mulai ngerti alur ceritanya atau belum juga nih?? Ini bener-bener masih dibilang awallll cerita belum sampe ke konflik heheh. Semoga kalian suka dan terhibur!

REVIEW, FOLLOW, AND FAVORITE TO SUPPORT US!