Disclaimer masih sama.
Ch 6 : Trust Issues?
Emily Anderson menggembungkan pipinya dan mendesah frustasi. Dia menghabiskan tiga hari terakhir mengarungi gunung file di Kearsipan the Daily Prophet dan Aula Arsip Kementerian.
Kritik yang diberikan Lovegood sangatlah tepat. Kementerian berusaha mengubur kesalahan mereka pada Sirius Black. Seperti yang dikatakan oleh Fudge, Black dituduh untuk segala hal, dari menjadi Pelahap Maut sampai bertanggung jawab atas meluapnya toilet pria. Apa pun dan segalanya, kementerian berusaha menjatuhkannya pada pelarian Azkaban itu. Melihat tanggapan publik, mereka berhasil melakukannya.
Saat Lord Charles kembali setelah usai rapat penting dengan pengacara minggu lalu, beliau mengumumkan the Prophet kini berada di bawah manajemen baru. Kementerian tidak lagi memiliki hak untuk mengatur apa yang boleh atau tidak boleh dicetak. Di bawah kebijakan baru juga, semua kisah dan informasi harus disertai fakta solid dan bukti yang akurat. Pena quick-quote tidak boleh digunakan lagi. Jika kau tidak bisa membuktikan suatu cerita, tak peduli seeksklusif bagaimana pun, tidak akan dicetak. Beberapa reporter sudah menyerahkan surat pengunduran diri, sayang sekali Rita Skeeter tidak termasuk salah satu dari mereka.
Peralihan manajemen itulah yang menjadi alasan Emily menggali data-data yang ada. Lord Charles memberinya libur seminggu, dengan bayaran, untuk menggali informasi kotor. Sejak hari datangnya Lord Flinchley-siapalah itu ke kantor the Prophet mewakili pemegang saham utama, Lord Charles semakin terlihat seperti dirinya yang dulu. Emily cukup puas dengan goncangan yang ada, apalagi Rita sampai diturunkan jabatannya ke kolom berkebun. Pemberitaan yang isinya gosip semakin berkurang digantikan dengan bahasan masalah yang lebih serius.
Rita semakin lama terjebak dengan tugas remeh untuk klub berkebun daripada cerita jurnalistik yang sesungguhnya. Rumor berkata Rita menginginkan tumbal darah, darah siapa saja. Jika darahnya ternyata milik Harry Potter, maka lebih baik. Dia tidak suka dengan pekerjaan barunya, meskipun sebenarnya itu cocok untuk gaya menulisnya.
Lagi-lagi alasan mengapa Emily sekarang mengobrak-abrik arsip, mencari segala informasi tentang Potter dan Black yang tidak dirahasiakan. Sejauh ini, dia tidak menemukan apapun. Tak ada wasiat atas nama Potter. Aneh. Sebagai Potter, keluarga bangsawan tua yang kaya, mengetahui Penguasa Kegelapan memburu mereka seharusnya cukup menjadi alasan untuk meninggalkan wasiat demi melindungi kepentingan anak bayi mereka. Bahkan, tak ada bukti pengaturan perwalian anak mereka yang dapat ia temukan.
Semua ini jelas ditutupi, tapi bagaimana cara membuktikannya?
o~o~o
Harry semakin terbiasa dengan waktu tidur kurang yang ia dapat sejak kembali ke Dunia Sihir. Setidaknya seminggu sekali, sekitar tengah malam, dia akan pergi ke Gringotts menggunakan portkey untuk bertemu dengan penasihatnya Lord Peter dan Direktur Ragnok. Nasihat keduanya sangatlah membantu dalam mengurusi urusan legal dan finansial Harry.
Meskipun begitu, Harry sudah mempelajari beberapa buku undang-undang dan punya beberapa pertanyaan untuk ditanyakan pada mereka. Ulang tahunnya yang ke lima belas semakin dekat. Jadi, ia pikir ini akan jadi waktu yang tepat untuk menanyakannya.
"Secara hipotetis," Harry bertanya di malam pertemuan sebelum hari ulang tahunnya. "Jika tiga badan pemerintah menyatakan, untuk tujuan hukum, seorang anak di bawah umur menjadi dewasa dengan cara tertentu sehingga hal tersebut menjadi catatan publik; akankah anak di bawah umur tersebut, disebabkan preseden yang telah ditetapkan, dianggap orang dewasa di mata hukum?"
"Apa maksudmu, Lord Harry?" tanya Lord Peter, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu.
"Yah, biar kukatakan seperti ini," kata Harry. "Katakanlah nama seorang anak berumur empat belas tahun keluar dari artefak magis yang memiliki sihir pembatas umur tujuh belas tahun, dan pihak berwenang terkait berujar jika remaja di bawah umur itu harus menghormati kontrak sihir tanpa izin tertulis dari orangtua atau wali—bisakah hal ini menegaskan pengakuan sang remaja sebagai orang dewasa yang sah? Lalu, anak empat belas tahun yang sama, dibawa ke depan seluruh Wizengamot untuk pelanggaran penggunaan sihir di bawah umur dan diadili sebagai orang dewasa. Apakah ini artinya anak tersebut bisa dianggap sebagai orang dewasa di mata kementerian? Bagaimana pun, sang Mugwump Tertinggi dan anggota ICW, Kementerian dan Wizengamot sendiri, mengakui anak yang bersangkutan sebagai orang dewasa di mata mereka."
Harry menatap kedua lelaki di depannya, sementara mereka duduk membeku dalam kesunyian. Sembari menyender di kursinya, Harry berpikir apakah dia mengacaukan pikiran keduanya?
Lord Peter melirik Harry lalu berpindah pada Ragnok. Mengusap dagunya, pengacara berumur itu termenung sejenak. "Saya harus memeriksa ulang temuan Anda, tapi bisa saya katakan itu adalah asumsi yang dapat diterima. Namun, saya peringatkan, baik Kementerian maupun Kepala Sekolah tidak akan membiarkanmu mendapat emansipasi dengan mudah."
Harry mengangguk. "Jujur saja, jika orang-orang terus menempatkanku di situasi orang dewasa, tidakkah kalian pikir aku punya hak untuk dianggap dewasa di mata hukum dan semua hal yang berkaitan seperti melindungi diriku sendiri menggunakan sihir jika diperlukan? Itu alasan mengapa aku ingin kalian berdua, Lord Peter dan Direktur Ragnok, untuk menjadi wali dan/atau penasihatku sampai aku menginjak umur dewasa meskipun aku sudah di-emansipasi."
"Lord Harry," tukas Ragnok. "Jika Anda melepaskan status di bawah umur, Anda akan kehilangan beberapa hak istimewa sebagai anak di bawah umur. Anda harus menerima semua konsekuensi sejalan dengan status dewasa."
Harry mendengus. "Menjadi anak di bawah umur tidak banyak membantuku tahun kemarin, kan? Aku masih harus berkompetisi di turnamen sialan itu. Dan aku ditampar gara-gara melindungi diri dan sepupuku dari dementor-dementor sialan itu yang 'kebetulan' meninggalkan Azkaban."
"Benar," kata Lord Peter. "Tapi mengapa saya dan Ragnok? Bukan—misalkan saja—Weasley? Atau ayah baptismu, Sirius Black?"
"Aku sudah memikirkan hal ini matang-matang selama musim panas, berhubung aku tak ada kerjaan lain selama di rumah kerabatku," jelas Harry, rambut ia gosok-gosok meski tidak ada yang gatal.
"Sirius masih dalam pengejaran kementerian. Meski dengan beberapa artikel terbaru dan penyelidikan dari the Quibbler maupun the Prophet, hal itu mungkin akan segera berubah." Harry menghela napas, tangannya masih betah membuat rambutnya semakin tidak karuan. "Arthur dan Molly Weasley terlalu ada di bawah pengaruh Dumbledore. Tidak. Mereka berharap aku bertarung dalam pertempuran mereka, tapi aku butuh seseorang yang berjuang untukku dan hanya untukku. Tak ada yang pernah melakukan hal itu sampai aku bertemu kalian."
o~o~o
Hermione merasa frustasi. Harry berubah. Dia bisa merasakannya, tapi tidak bisa melihat apa yang salah. Tak bisakah Harry mengerti kalau Dumbledore memberi tahu mereka untuk tidak menghubunginya karena tidak aman? Itu untuk kebaikannya sendiri, tapi Harry menolak untuk melihat bahwa Dumbledore hanya mencoba melindunginya.
Pesta ulang tahun Harry dipenuhi dengan ledakkan kesenangan, tawa, dan kekacauan. Sekarang pestanya sudah selesai dan semuanya sudah pergi, Harry kembali menyendiri lagi. Jadi tak mengherankan jika Hermione menemukannya sedang duduk di perpustakaan, membaca. Ron dan si kembar sedang pergi entah ke mana melakukan sesuatu yang diperintahkan Molly.
"Harry?"
"Ya Hermione?"
Hermione duduk di sebelahnya. "Ada apa? Kau menghindariku dan Ron sejak kau kembali."
Harry menghela napas dan menutup bukunya. Menoleh untuk bertatapan dengan temannya itu, dia berkata, "Tak ada yang salah, Hermione."
"Tapi kami adalah temanmu. Kau tidak boleh mendiamkan kami."
"Mendiamkan kalian? Bukankah terbalik?"
"Apa maksudmu?"
Harry menggelengkan kepalanya. "Aku terjebak di rumah Dursleys, Hermione. Dumbledore membawa Hedwig pergi. Dia bilang keadaannya tidak aman. Teman-temanku memutuskan menulis padaku tidak sepadan dengan masalah yang mungkin didapat mereka. Kau bahkan tidak mencoba untuk tetap menghubungiku. Lupa bagaimana caranya memakai telepon? Apa kau tahu bagaimana perasaanku gara-gara hal ini?"
"Oh Harry," katanya, memutar bola mata. "Jangan mengungkit hal ini lagi."
Harry mendesah, membanting bukunya, dan berdiri. "Ya, mari ungkit hal ini lagi. Jadi, beri tahu aku Hermione, mana yang lebih penting bagimu; melakukan apa yang benar atau apa yang mudah?"
"Dan hal apa yang benar, Harry? Dumbledore bilang keadaannya tidak aman untuk menghubungimu."
Harry menggelengkan kepalanya. "Jika begitu katamu, Hermione. Kupikir kau temanku. Beri tahu aku, apa kau memberitahukan segala hal yang kulakukan? Apa kau melaporkan ketika aku makan, tidur, dan pergi ke toilet juga?"
"Harry James Potter!" Hermione menyahut marah. "Aku tidak akan pernah memata-mataimu!"
"Tapi jika kau berpikir aku menahan informasi yang Dumbledore inginkan, kau akan melaporkannya. Semua demi Greater Good kan?" senggak Harry.
Hermione mendengus, berdiri.
"Benar kan Hermione?"
Dia menggeram dan menghentak-hentak kaki keluar.
o~o~o
Sirius Black tergesa-gesa menuliskan surat yang ia harap dapat membebaskannya, atas desakan Harry. Sejak the Quibbler mengirimkan artikel-artikel tentang tak adanya catatan pengadilannya, dia melakukan surat-menyurat dengan kantor Madam Bones, melalui Gringotts. Para goblin terkenal dengan kenetralan mereka. Dia tidak sepenuhnya gila, tak peduli apapun yang ditulis the Prophet tentangnya dulu.
Mengirimkan salinan ingatan pensieve miliknya, Harry, dan Hermione beserta sumpah darah berisi pengakuan tak berdosa; tak memakan banyak biaya. Surat terakhir ini sangat berisiko.
Gringotts menawarkan ruang tertutup sebagai wilayah netral. Sirius akan menyerahkan dirinya pada goblin hanya jika pengadilannya akan dilakukan di bawah pengawasan mereka. Hal ini akan membuatnya rugi sekian knut, tapi sepadan dengan usahanya jika ia bisa memenangkan kembali kebebasannya. Kenetralan terkenal dari goblin akan memudahkan keinginan Sirius. Dia terlalu takut Fudge dan anak-bawahnya akan menyabotase kesepakatan dan membawa dementor sebelum ia bisa membuka mulutnya. Dia tahu mandat Fudge bahwa dirinya harus dihisap begitu ditangkap.
Sirius hanya bisa berterima kasih pada Oliver Twist ini dan the Quibbler atas kesempatannya. Dia tidak tahu siapa murid itu dan bertanya-tanya mungkinkah Harry, berhubung bagaimanapun juga Harry tetaplah anak dari Marauder. Namun, semua bukti yang ada menunjuk pada seorang Ravenclaw dengan sedikit sisi Slytherin padanya. Siapa peduli? Sirius akan menamai anak sulungnya untuk anak itu jika dia sudah bebas!
o~o~o
Albus Dumbledore mendesah memikirkan perkembangan terakhirnya. Dia merasa bersalah karena termasuk pihak yang melempar Sirius ke Azkaban tanpa adanya pengadilan, tapi itu pun karena semua bukti menunjukkan ia bersalah. Untuk Greater Good, menyingkirkan Sirius adalah sebuah keharusan karena pria itu pasti tidak akan setuju dengan rencananya untuk Harry. Sebagai Pimpinan Wizengamot, Albus bisa menuntut persidangan tahun lalu ketika bukti baru terungkap, tapi dia masih membutuhkan kerabat anak itu demi keamanan anak itu sendiri. Sekarang, dorongan pembebasan Sirius ini mengancam rusaknya kerja kerasnya selama ini.
Pikirannya kembali pada Oliver Twist. Siapa anak ini sebenarnya? Dia pasti murid kelahiran muggle. Mungkin seorang Ravenclaw dari tulisannya. Di asrama itu pernah ada anak kelahiran muggle yang mempertanyakan secara terang-terangan bagaimana Dunia Sihir bisa mengabaikan prinsip dasar hukum Britania. Dumbledore harus menanyakan pada Fillius ketika ia kembali ke Hogwarts.
'Mungkin,' pikir Albus, 'dia punya ide siapa gerangan murid ini.'
Dia terkejut berapa banyak yang membaca koran tersebut dan percaya pada surat-surat itu. Kebanyakan orang biasanya mengabaikan the Quibbler mengingat Xeno seringnya fokus pada hal-hal mustahil. Kepala Sekolah yang sudah berumur itu tidak bisa melarang staf atau anggota Order untuk membaca surat kabar itu. Xeno sangat cakap dalam mencetak tentang aktifitas Pelahap Maut juga menyampaikan pesan berkode pada sekutu untuknya. Tambahan teka-teki silang yang ada sangatlah cerdik, dan memberi lapisan yang bagus untuk tenggeran Fawkes.
o~o~o
Dobby muncul secara sunyi saat Harry sedang membaca sementara Ron tidur tak jauh darinya. "Surat untukmu, Master Harry Sir," katanya pelan, menyerahkan sebuah amplop dengan segel Xeno Lovegood di atasnya.
"Terima kasih, Dobby. Ingat, kau tidak boleh terlihat," bisik Harry, melirik ke arah Ron dengan gugup.
"Jangan khawatir, Master Harry Sir," Dobby meyakinkannya. "Wheezy tidak bangun. Dobby pasti." Harry tersenyum dan berterima kasih pada temannya itu.
"Mr. Twist yang terhormat,
Saya menulis padamu secara personal untuk memberi tahu bahwa langganan saya bertambah hampir tiga kali lipat sejak kau menulis padaku. Meski ini menjadi tambahan pekerjaan dari yang bisa saya atasi sendiri, saya senang dengan banyaknya orang yang menikmati publikasi sederhana ini.
Oleh karena itu, saya berniat menawarimu pekerjaan yang menguntungkan sebagai kolumnis reguler dengan karanganmu sendiri. Juga, saya ingin menyampaikan banyak respon yang sudah saya terima dari suratmu. Tenang saja, tak ada howler yang akan dikirimkan padamu. Saya punya pelindung yang akan menghancurkan howler apapun sebelum sampai tanpa menyakiti saya maupun burung hantu yang tidak beruntung harus mengirimkannya.
Saya juga menjamin bahwa privasi dan anonimitasmu akan dihormati. Jika kau tertarik, tolong hubungi saya dan berikan nama manajer akunmu sehingga saya bisa membuat akun baru dengan nama penamu.
Seperti biasa, saya menantikan pikiran dan surat provokasi selanjutnya darimu.
Xeno Lovegood
Kepala Editor the Quibbler."
(Notes : Harry ditawarin kolom punya sendiri tuh wkwk. Mari kita tunggu artikel kontroversial apa lagi yang akan dia publikasikan :D
Semoga double up ini membayar gagalnya update tanggal 25 itu ya wkwkwk)
