Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi

WARNING: AU, OOC, OC, Typo(s)

.

.

.

"Taiga,"

Taiga mengabaikan panggilan dari kakanya itu dan matanya masih terpaku pada layar televisi 32" yang sedang menayangkan tayangan ulang sitcom 90-an favoritnya.

"What you doin' little bro?"

Taiga menyingkirkan tangan kakaknya yang merangkul bahunya. Sebenarnya dia dan Tora adalah saudara kembar meskipun bukan kembar identik. Dia dan Tora hanya lahir bersamaan—meskipun Tora sudah berada di dunia selama beberapa menit sebelum Taiga menyusul yang membuat Tora adalah kakaknya dan lebih tua darinya beberapa menit. Dan meskipun mereka kembar, perwujudan fisik mereka sangat berbeda. Tora mempunyai rambut cokelat dan kulit putih—yang sangat ironis karena Tora adalah atlet sementara Taiga mempunyai kulit kecokelatan meskipun dia sering berdiam diri di rumah. Meskipun kulit kecokelatan Taiga seperti ayahnya, tapi rambut merahnya dengan warna kehitaman di bawahnya seperti rambut ibunya, juga alisnya yang unik juga seperti alis ibunya. Sejak kecil, Taiga memang bukan anak yang sehat seperti Tora. Dia sering sakit yang membuatnya lebih sering bermain di rumah dan tidak bisa bermain di luar dengan anak-anak lain seperti Tora. Hal itulah yang membuatnya menjadi sering membaca—entah itu buku atau komik superhero atau manga dari Jepang—yang membuatnya sampai memakai kacamata karena terlalu banyak membaca. Dan dulu dia adalah anak yang gendut dan pendek serta memakai kacamata yang membuatnya sering mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari anak-anak lain. Kalau bukan karena Tora, Taiga bahkan tidak akan mempunyai teman karena semua anak menjauhinya dan hanya ingin bermain dengan Tora yang lebih kuat.

Dan masa kecilnya itu yang masih mempengaruhi sampai mereka beranjak remaja. Taiga lebih suka membaca komik-komik dan menjadi nerd di sekolahnya sementara Tora adalah salah satu anak-anak populer dan menjadi atlet di sekolahnya. Orang-orang pasti akan selalu terkejut kalau mereka memberitahu kalau mereka sebenarnya adalah saudara bahkan saudara kembar karena fisik maupun sifat mereka yang sangat berbeda.

"Hey, Taiga," Tora memencet-mencet pipi Taiga dengan telunjuknya ketika Taiga masih mengabaikannya.

"What do you want?" tanya Taiga dan memukul tangan Tora agar menghentikan perbuatannya.

"Hey, Taiga, how Japan sounds?"

"Hah?" Taiga akhirnya menghiraukan Tora dan mematikan televisinya.

"Kau mau ke Jepang?"

"Apa maksudmu?"

"Okay listen," kata Tora, memegang tangan Taiga dan mengelusnya. "Kau tahu 'kan Ayah menyuruhku untuk bersekolah di SMA di Jepang?"

"Ya…"

Meskipun Tora adalah salah satu anak populer dan seluruh sekolah tahu siapa dirinya, itu tidak membuatnya mendapatkan nilai yang bagus dalam hal akademik. Dan untuk hukuman karena selama SMP selalu mendapat peringkat lima terbawah, ayah mereka menyuruh Tora untuk sekolah di Jepang dan tinggal dengan kakek nenek mereka. Sementara karena Taiga selalu mendapatkan nilai-nilai yang bagus maka dia tetap diperbolehkan untuk memilih SMA di Amerika.

"Aku sudah berlapang dada untuk menerimanya tapi ternyata sebulan setelah aku ada di Jepang akan ada festival olahraga di kota," kata Tora. "Jadi aku memohon padamu sebagai seorang kakak, maukah kau menggantikanku sementara?"

"Hah? Apa maksudmu?" tanya Taiga tidak mengerti.

"Akan ada festival olahraga dua bulan lagi dan saat festival itu dimulai, aku sudah akan di Jepang jadi aku tidak bisa mengikutinya."

"Jangan ikut kalau begitu." balas Taiga.

"Aku tidak bisa, jiwaku sudah terpanggil untuk mengikutinya, Taiga." kata Tora. "Dan aku sudah selalu mengikutinya sejak berumur lima tahun jadi bagaimana bisa aku tidak mengikutinya sekarang?"

"Itu masalahmu." balas Taiga dan melepaskan genggaman tangan Tora.

"Ayolah, Taiga," Tora memegang kembali kedua tangan Taiga. "Kau selalu ingin tinggal di Jepang, 'kan? Kita bisa bersekolah bersama lagi nanti."

"Tidak," tolak Taiga. "Lagipula aku sudah mendaftar di SMA di sini."

"Kau bisa membatalkannya," kata Tora. "Dan pasti kakek dan nenek akan senang bertemu lagi dengan Taiga-chan~"

"S-shut up!" kata Taiga dengan wajah memerah.

"Jadi bagaimana? Kau mau 'kan?"

"Tidak!" tolak Taiga lagi.

Tora menghela napas. Dia kemudian dengan gesit mendorong Taiga sehingga Taiga menjadi telentang dan Tora langsung menindihi Taiga.

"Apa yang kaulakukan!" seru Taiga dan mencoba menyingkirkan Tora yang ada di atasnya tapi Tora malah memegang kedua tangan Taiga dengan erat dan meletakkannya di samping kepala Taiga. "Get off me!"

"Dengar Taiga," kata Tora. "Please please please Taiga, aku akan sangat berhutang padamu."

Taiga mengerutkan keningnya. "Tora…"

"Aku akan menemanimu pergi ke setiap festival kartun-tentakel-pedo yang biasa kau tonton itu."

"Itu namanya anime," ralat Taiga.

"Yeah, whatever," balas Tora. "So what you say?"

Taiga memikirkan permintaan Tora. Memang sudah lama dia ingin tinggal di Jepang, bukan karena dia menonton anime dan dia ingin menjadi seperti protagonis yang sering ditontonnya di anime-anime itu, tapi dia juga ingin tahu budaya dan kebiasaan dari mana negara ayahnya berasal. Dia memang sudah beberapa kali ke Jepang untuk liburan dan mengunjungi kakek neneknya yang di sana dan pada beberapa kali itu juga dia merasa sangat takjub dengan keindahan negara Sakura itu. Dan pendidikan di Jepang juga bagus jadi Taiga tidak perlu khawatir dengan studinya.

"Tapi aku tidak bisa bahasa Jepang," kata Taiga.

"Kau masih punya waktu sebulan sebelum berangkat jadi kau bisa mengambil kursus dulu. Kau 'kan pintar Taiga, pasti kau akan bisa," kata Tora. "Dan aku sudah pernah mendengarmu berbicara bahasa Jepang waktu kau kumpul dengan teman-teman otaki-mu."

"Otaku," ralat Taiga lagi. "Dan aku bukan otaku."

"Jadi…?"

"Aku tidak tahu Tora, bagaimana aku akan bicara ke ayah dan ibu?"

"Jangan khawatir tentang itu," balas Tora dan semakin menindihi Taiga dan mendekatkan wajahnya ke wajah Taiga. "Kau mau 'kan?"

"Tora…"

Tora semakin mendekatkan wajahnya ke Taiga sampai kening mereka bersentuhan dan Tora dapat melihat kedua bola mata Taiga yang berwarna merah dengan jelas di balik kacamatanya. "Ya…"

"A-aku…" Taiga semakin merasakan jarak yang memisahkannya dengan Tora semakin tipis dan dia bisa merasakan napas Tora di wajahnya.

"Taiga…"

Taiga menghela napas. Dia bisa seharian di posisi seperti ini kalau dia tidak menjawab Tora. "Baiklah…"

"Yes, thank you, Taiga, I love you." Kata Tora dengan senang dan menciumi wajah Taiga.

"Stop it!" seru Taiga mencoba menghentikan Tora untuk menciuminya. "You're heavy, get off me!" serunya dan tiba-tiba mendorong Tora sehingga dia terjatuh ke lantai.

"Ow…" Tora mengelus-elus kepalanya yang sakit karena terbentur lantai.

.

.

.

Jadi setelah sebulan akhirnya waktunya Taiga untuk berangkat ke Jepang untuk melanjutkan masa-masa remaja dengan bersekolah di sana. Jadi rencana mereka adalah ketika kedua orang tua mereka mengantar mereka ke bandara, Tora juga akan ikut ke bandara. Setelah orang tua mereka kembali pulang, Taiga akan masuk ke pesawat sementara Tora akan kembali ke kota dan menginap di penginapan yang sudah dipesannya secara diam-diam dengan uangnya yang didapatkannya waktu dia bekerja selama musim panas. Kemudian setelah sebulan dan festival olahraga itu sudah selesai, Tora akan menyusul Taiga dan mereka bisa hidup bahagia bersama. Dan untungnya orang tua mereka menyetujui juga Taiga akan ikut bersekolah di luar negeri dan jauh dari mereka. Dan untuk masalah sekolah, Tora meminta Taiga untuk membuatkannya surat izin selama Tora tidak masuk. Mereka tidak tahu apakah itu akan berhasil tapi mereka akan mencobanya dulu.

"Kalian yakin sudah membawa semua yang kalian perlukan?" tanya ibu mereka ketika mereka sudah berada di bandara.

"Sudah."

"Sudah."

"Taiga, kau sudah membawa obatmu, 'kan?"

"Sudah, Ma," jawab Taiga dan menepuk tasnya yang berisi obatnya.

"Ayah sudah memberitahu kakek dan nenek kapan kalian akan sampai jadi mereka bisa menjemput kalian," beritahu ayahnya. Tora dan Taiga menggangguk.

"Mama akan sangat merindukan kalian…" kata ibunya dan memeluk kedua anaknya. "Jangan nakal selama di sana dan turuti kata kakek dan nenek."

Tora dan Taiga mengangguk di pelukan ibunya.

"Ma, sudahlah, orang-orang melihat ke sini." kata Tora akhirnya setelah ibu mereka tidak segera melepaskan pelukannya setelah lima menit.

"Oh, sorry." Ibunya melepaskan pelukannya dan menyeka matanya.

"Oke, kami akan kembali," kata ayahnya setelah memberikan kedua anaknya pelukan. "Tora, jaga adikmu."

"Roger, Captain." balas Tora sambil memberikan hormat.

"Good bye, honey."

Tora dan Taiga melambaikan tangan mereka ketika kedua orang tua mereka akan kembali ke pekerjaan masing-masing.

"I have to go too," kata Tora setelah dia memastikan kedua orang tuanya sudah di luar jangkauan. "Bye little bro, be good." katanya dan memberikan ciuman perpisahan ke Taiga sebelum keluar juga dari bandara untuk kembali.

Setelah Taiga sudah sendiri, dia menghela napas panjang. Perjalanannya akan segera dimulai.

.

.

.

A/N: ini apaan XD

Dilanjutin nggak sih? XD kalau dilanjutin sih dibayangaku bakal jadi GoMxKagani gitu trus kembarannya Kagami bakal ngasih halangan rintangan gitu XD tapi nggak tahu deh, coba lihat situasi kondisi dulu XD

megane Kagamin~ (^3^)/