Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi

WARNING: OOC, AU, Typo

.

.

.

"Kagamicchi, pagi."

"Oh pagi Kise." balas Taiga tidak bersemangat ke pria pirang energetik itu.

"Eh kenapa kau lemas sekali? Kau sakit?" tanya Kise prihatin.

"Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Taiga dan berjalan untuk ke kelas.

"Ayolah Kagamicchi, kau bisa bercerita apapun padaku." kata Kise dan mengikuti Taiga.

Taiga menghela napas. "Um… aku tidak tahu harus minta maaf bagaimana dengan Akashi."

"Minta maaf biasa saja Kagamicchi, aku pikir tidak apa-apa juga kalau kau tidak meminta maaf," kata Kise menanggapi Taiga.

"Tapi kan-"

"Ah itu Akashicchi," Kise memotong perkataan Taiga sambil menunjuk Akashi yang sedang berjalan untuk memasuki kelas juga. "Cepat ke sana, Kagamicchi."

"Kise-"

"Aku akan menemuimu di kelas nanti," Kise mendorong Taiga untuk menghampiri Akashi. "Semoga beruntung Kagamicchi~"

Taiga menghela napas untuk mempersiapkan dirinya dan menghampiri Akashi.

"A-Akashi,"

Akashi yang sebelumnya sedang berbicara dengan seorang murid lain dengan rambut hijau menghentikan pembicaraannya dan berganti memberikan fokusnya ke Taiga.

"Aku ingin minta maaf soal… kemarin," mulai Taiga. "Aku tidak bermaksud… aku lupa um…" Taiga jadi bingung sendiri harus berbicara apa dengan Akashi tanpa menyinggungnya.

"Ya, aku mengerti," balas Akashi tanpa menunggu Taiga untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Oh… o-oke."

"Aku disuruh Sensei untuk memberikanmu ini," Akashi memberikan Taiga selembar kertas. "Itu adalah daftar ekstrakulikuler yang bisa kau ikuti."

"Oh ya," Taiga mengamati kertas di tangannya dan melihat banyak kegiatan di daftar itu. Dia sebenarnya tidak begitu suka mengikuti ekstrakulikuler karena dia lebih suka langsung pulang setelah sekolah tapi waktu SMP dulu dia mengikuti ekstra seni rupa dan dia menikmatinya.

"Kalau kau masih bingung kau bisa bertanya pada Shintaro."

Anak lelaki berambut hijau yang tadi berbicara dengan Akashi menyodorkan tangannya kepada Taiga untuk bersalaman. "Midorima Shintaro."

"Taiga Kagami."

"Aku akan menunjukkanmu ruang ekstra nanti saat istirahat." kata Midorima.

"Oh oke, aku akan berpikir dulu aku akan ikut ekstra apa," balas Taiga.

Midorima mengangguk kemudian dia dan Akashi berjalan menuju kelas. Taiga mengikuti masuk ke kelas kemudian dan duduk di bangkunya masih memikirkan ekstra apa yang ingin diikutinya. Banyak sekali pilihan ekstra di sekolah ini dan Taiga juga melihat ada ekstra seni di sini. Dia tidak tahu ingin tetap mengikuti seni seperti saat dia masih SMP atau mencoba ekstra yang lain.

"Kau akan ikut ekstra apa Kagami-kun?"

"AAAAHHHH!" Taiga menjerti kaget ketika tiba-tiba ada suara di belakangnya ketika dia sedang fokus dengan kertas di tangannya. Taiga melihat ke belakang dan melihat anak yang duduk di belakangnya dengan rambut biru (yang Taiga masih ingat dia pernah mengenalkan dirinya padanya tapi lagi-lagi Taiga lupa namanya) yang memandangnya dengan datar. "Memang hobimu membuat orang kaget ya?"

"Aku sudah berada di sini dari tadi," jawabnya dengan tampang polos tidak bersalah padahal hampir membuat jantung Taiga copot.

Taiga mengerutkan kening dan kembali mengarahkan tubuhnya ke depan untuk kembali fokus pada kertasnya.

"Kalau kau butuh rekomendasi kau bisa ikut ekstra seni, kita bisa melukis bersama," lanjutnya.

Taiga kembali memutar badannya ke belakang. "Kau ikut ekstra seni?"

Anak itu mengangguk dan tersenyum tipis ke Taiga.

"Aku akan mempertimbangkannya." balas Taiga kemudian duduk di bangkunya dengan benar karena gurunya sudah memasuki kelas.

.

"Ini adalah ruang OSIS," Taiga melihat Midorima membuka pintu ruangan dan Taiga melongokkan kepalanya untuk melihat di dalamnya. "Aku dan Akashi menjadi anggota di OSIS. Ruangan ini kosong sekarang karena biasanya kita rapat setelah pulang sekolah."

Taiga mengangguk-angguk mendengar penjelasan Midorima. Dia tidak begitu tertarik dengan urusan OSIS yang harus mengurusi hal-hal mengenai sekolah dan lain-lain.

"Tapi kau tidak bisa daftar sekarang karena open registration-nya sudah selesai, tapi kau masih bisa mengikuti ekstra yang lain."

"Oke." jawab Taiga, dia tidak tertarik dengan OSIS, anyway.

Midorima kembali berjalan dan Taiga mengikuti.

"Ini adalah gym," Taiga melihat di dalam ada beberapa anak yang bermain basket. "Aku dan Akashi ada di tim basket. Tentu saja kita tidak benar-benar selalu di gym, kita punya ruangan sendiri tapi kalau kau tidak tertarik dengan basket lebih baik kita tidak ke sana karena tempatnya jauh."

"Oh, kau dan Akashi selalu bersama ya?"

Midorima mengerutkan keningnya ke Taiga. "Apa maksudmu?"

"Oh tidak, kau dan Akashi ikut dua ekstra yang sama dan kita sekelas juga jadi kelihatannya kalian selalu bersama."

"Kalau kau mau ikut basket dan OSIS, kau bisa bersama denganku juga kalau begitu." balas Midorima.

"Aku tidak tertarik." jawab Taiga.

Midorima mengeluarkan suara yang kedengarannya seperti dengusan kemudian melanjutkan ke ruangan yang lain dan diikuti Taiga. Beberapa ruangan ekstra yang lain, akhirnya mereka sampai pada ruangan terakhir.

"Ini yang terakhir," kata Midorima dan membuka pintunya. "Ini ruangan seni."

Ini mungkin ekstra yang kemungkinan akan Taiga ikuti tapi tadi ada klub animanga yang menarik perhatiannya juga.

"Halo, Kagami-kun, Midorima-kun."

Taiga terlonjak kaget sampai menabrak Midorima yang berada di sampingnya. "Ah, maaf Midorima."

Midorima melepaskan genggaman tangannya pada Taiga kemudian membetulkan letak kacamatanya. "Kuroko, tidak bisakah kau menyapa seperti orang normal yang lain?"

"Tidak ada yang aneh dengan sapaanku Midorima-kun,"

Midorima hanya mendecih kemudian berpaling ke Taiga. "Aku sudah menunjukkanmu semua ruangan, kalau kau masih ada pertanyaan kau bisa bertanya padaku."

"Terima kasih, Midorima." kata Taiga.

Midorima mengangguk dan keluar dari ruangan seni sementara Taiga masih ingin menetap.

"Umm… Kuroko ya?" tanya Taiga menghampiri Kuroko. "Jadi kau ada di sini?"

Ya," jawab Kuroko. "Aku sebenarnya ikut tim basket juga tapi aku lebih banyak di bangku cadangan."

"Kenapa?"

"Aku tidak begitu bagus dalam bermain dan di tim basket sudah ada Generasi Keajaiban."

"Generasi keajaiban?" nama alay macam apa ini, pikir Taiga.

"Ya, mereka mempunyai skill yang di atas rata-rata dalam bermain basket jadi sulit menjadi reguler saat ada mereka di tim, jadi aku ikut ekstra seni juga." jelas Kuroko.

"Well, aku yakin kau pasti bagus kalau bermain." kata Taiga.

Kuroko tersenyum. "Terima kasih, Kagami-kun."

.

Pelajarannya selanjutnya adalah olahraga jadi Taiga harus mengganti seragam sekolahnya dengan baju olahraga. Dan karena dia bingung di mana kamar mandi cowok dia jadi agak telat menuju ke gym. Setelah sampai dia melihat teman-teman sekelasnya sudah berkumpul untuk pemanasan sebelum melakukan olahraga.

"Kagamicchi~"

Taiga akan menghampiri Kise yang melambai padanya ketika guru olahraganya memanggilnya.

"Kagami Taiga,"

"Ya, Sensei,"

"Hari ini kita akan berlari memutari gym selama lima kali," mulai guru olahraga. "Tapi aku sudah menerima surat sehatmu dari kepala sekolah jadi kau boleh tidak ikut dan duduk saja di sana."

"Sensei, aku tidak apa-apa, aku bisa mengikuti kegiatan olahraga." kata Taiga.

"Tidak, tidak, aku tidak ingin kalau harus bertanggung jawab nanti," kata guru olahraga.

Taiga menundukkan kepalanya. Dia yakin dia bisa kalau hanya berlari seperti itu tapi orang tuanya pasti yang memberikan surat peringatan itu ke sekolahnya. Kadang-kadang dia merasa orang tuanya terlalu overprotektif dan terhadapnya dia berharap bisa sebebas Tora.

"Oh baiklah, kau bisa berlari setengah kali saja."

"Tapi-" Taiga masih yakin dia bisa berlari 5 kali putar dan bukan setengahnya.

"Kau bisa berlari setengahnya atau duduk saja, hanya itu pilihanmu." kata gurunya dan meninggalkan Taiga untuk segera menyuruh mereka berlari.

Taiga yang tidak punya pilihan lain hanya bisa pasrah dan melakukan pemanasan sebentar sebelum mulai berlari.

Setelah Taiga berlari selama 2 kali putaran, dia merasakan dadanya mulai sesak tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk berlari setengah putaran lagi sebelum duduk di bangku dan meminum airnya. Dia akhirnya merasa baikan setelah meminum air dan beristirahat.

"Hei, kenapa kau berhenti?"

Taiga mendongak dan melihat anak lelaki dengan rambut ungu panjang sebahu yang sepenuhnya menutupi pandangannya dengan tubuhnya yang besar.

"Oh, umm… Sensei-"

"Enak sekali… aku juga ingin istirahat," katanya dengan nada kekanak-kanakan.

"Aku juga tidak ingin istirahat," kata Taiga.

"Lalu kenapa kau berhenti?"

"Murasakibara, jangan berhenti berlari!"

"Haaa…" dia kemudian kembali berlari meskipun dengan sedikit menyeret tubuhnya.

"Dia besar sekali." gumam Taiga.

Meskipun Taiga tidak ikut pelajaran seterusnya, dia tetap harus di gym dan menunggu sampai pelajaran selesai. Untung tidak lama setelah dia beristirahat, Kuroko juga ikut beristirahat karena dia katanya sudah capek.

Pelajaran sekolahnya berjalan dengan baik, dia bahkan bisa mendiskusikan pelajaran yang belum benar-benar dimengertinya dengan Akashi dan Midorima dan Akashi berkata kalau Taiga boleh berdiskusi dengan mereka kapanpun. Sekarang waktunya jam pulang.

Taiga pulang melewati lapangan di sekolahnya. Dia ingin melihat klub-klub sekolahnya berlatih untuk mempertimbangkan ekstra yang ingin dimasukinya dan juga memberikan info pada Tora karena Taiga yakin Tora akan tertarik oleh salah satu klub olahraga (kemungkinan besar basket). Sore itu ada klub baseball, klub atletik, dan klub basket yang berlatih.

"Oh," Taiga merasakan gawainya bergetar di sakunya menandakan ada yang menelepon nomornya. Ketika akan mengambil gawainya, dia merasakan hambatan sangat keras di kepalanya sampai membuatnya terjatuh dan matanya mengeluarkan air karena sakit.

"Hei, itu bola kami," Taiga memicingkan matanya dan samar-samar melihat siluet seseorang di dalam pagar pembatas lapangan. Dia kemudian memakai kacamatanya yang terjatuh dan akhirnya melihat seorang anak lelaki dengan rambut biru gelap dan kulitnya tan, bahkan lebih gelap dari tan Taiga.

Taiga mengerutkan kening, berani-beraninya dia meminta kembali bolanya, tidak minta maaf lagi.

"Hei, kau dengar tidak?"

Taiga kemudian berdiri dan mengambil bola basket itu dan melemparnya dengan sekuat tenaga ke arah lain.

"Oi!"

"Ambil sendiri!" kata Taiga kemudian mengambil tas dan gawainya yang jatuh dan meninggalkan bola basket itu tidak tahu di mana.

Oh ya tadi siapa ya yang meneleponnya?

.

.

.

A/N: mumpung lagi libur XD