Jimin menemukannya saat setelah hujan. Waktu itu sore hari saat ia berusia 8 tahun. Saat ia pulang dari sekolah dasar.
Jimin pulang berjalan kaki, mendengar suara tangisan bayi dia memutuskan ke sumber suara dan menemukan sebuah tas besar hitam.
Ketika ia membukanya Jimin terkejut bukan main, seorang balita laki-laki menangis dengan wajah merah. Jimin memutuskan untuk menggendongnya dan membawanya pulang ke Rumah Besar. Tempat ia tinggal sebagai anak dari pembantu yang telah mengabdi ke pemilik rumah.
Setibanya disana Jimin memasuki kamarnya (gudang yang berjarak sedikit jauh dari rumah besar) dan membaringkan balita yang tertidur di kasurnya. Ibu Jimin? Dia sudah tiada. Ya dia tinggal dan besar disini saat besar ia akan dijadikan pekerja dirumah itu.
Jimin mengganti bajunya dan mendekati balita itu. Ia menemukan kertas.
"Aku belum memberikan ia nama. Dia berumur 3 tahun. Ia lahir tanggal 1 September, tiga tahun lalu. Aku harap kau mau merawat anakku"Jimin melihat kembali balita itu.
"Aku akan memberimu nama Jungkook. Kau anakku sekarang!"
Ucap Jimin dengan girang. Dia masih anak kecil yang belum mengerti.
"Aku memberi nama Jungkook karena dia tokoh keren yang pernah aku baca di komik"
Jimin mengganti baju Jungkook yang sedikit basah dan memeluk Jungkook yang tertidur.
- beberapa tahun kemudian -
Jimin sudah berumur 15 tahun. Ia sudah lulus Sekolah Menengah Pertama. Ia memutuskan untuk berhenti sekolah. Bukannya ia tak mau, tapi tuan besar hanya memberikan pendidikan sebatas itu. Soal Jungkook? Tuan Besar sudah mengetahuinya dan ia mendaftarkan Jungkook ke sekolah dasar di Seoul. Dengan uang gaji Jimin dipotong untuk membayar sekolahnya.
Usia Jimin memasuki 20. Ia sedang melipat baju seragam SMA milik Jungkook. Meskipun seragam itu sedikit usang karena seragam bekas anak Tuan Besar. Ia melihat Jungkook menonton televisi dengan pandangan lurus.
"Kau kenapa?", ucap Jimin melihat Jungkook dengan raut yang sedikit sedih. Tidak biasanya.
"Tidak ada Ma", ucapnya dengan pelan.
Jimin melihat Jungkook dengan pandangan sulit diartikan dan menaruh pakaian yang telah rapi di lemari.
Malamnya Jungkook sudah tidur dengan kasur lipat tipis. Jimin berjalan pelan menuju rak sepatu, tidak ada sepatu sekolah Jungkook disana. Ia melihat tas sekolah usang yang digantung, tas itu menggembung. Jimin mengambilnya dan membukanya. Sepatunya di dalam tas. Sudah tidak bisa dikatakan layak. Jimin sedih melihat Jungkook yang tertidur pulas.
Ia membuka lemari dan mengangkat pakaian dan mengambil uang simpanannya. Memakai jaketnya dan pergi tanpa sepengetahuan Jungkook ke pusat kota Seoul membeli sepatu dan tas untuk Jungkook. Anaknya.
keesokan paginya
Jungkook terbangun dia tidak melihat keberadaan Ibunya.
"Mama pasti sedang bekerja", gumamnya. Memutuskan untuk mandi dan berganti seragam. Ia heran tidak menemukan tasnya. Saat berjalan mendekati rak sepatu ia terkejut melihat sepasang sepatu yang ia inginkan. Ia memakainya dengan senyum sumringah.
"Kookie-ah Mama datang membawakan sara-"
Sebelum Jimin menyelesaikan kalimatnya ia diterjang pelukan oleh anaknya.
"Yak Jungkook, untung makanannya tidak tumpah"
"Terimakasih Mama"
Jimjn yang melihatnya hanya tersenyum dan mengusap rambut hitam anaknya.
