KETERANGAN:

Kagura, Soyo, Nobume dan Shinpachi: 17 tahun

Kamui dan Sougo: 18 tahun

Gintoki: 29 tahun

Maafkan kesalahan faktor umur

[02] Situ Laki?

Sougo menghela napas sembari membuka pintu lokernya untuk mengambil seragam olahraga didalam sana. Ah, untung hari ini kelasnya ada mata pelajaran olahraga, jika tidak mungkin ia akan repot kembali ke Asrama Putra untuk mengambil baju cadangan atau mungkin harus merelakan uang sakunya untuk membeli baju seragam yang baru.

Pemuda itu menggenggam baju itu, kemudian melenggang pergi ke toilet.

Wajah pemuda dengan mata bermanik sapphire itu, ntah kenapa mata bulat pemuda itu membuat Sougo bernostalgia sejenak. Bernostalgia kembali ke masa SMP. Sougo mengacak rambutnya kasar, mencoba mengenyahkan pemikirannya tentang gadis itu. Di toilet laki-laki, ia membasahi kepalanya dengan air di wastafel toilet kemudian masuk ke salah satu bilik toilet kemudian membantingya dengan kencang.

Kagura berjalan di koridor sekolah ditemani Soyo yang beberapa kali tertawa ketika bercerita yang disambut Kagura dengan penuh semangat. Sudah hampir 2 tahun lebih mereka lost contact karena Kagura yang tiba-tiba pindah ketika tahun ajaran baru di mulai, lebih tepatnya kelas 3 SMP.

"Kaguo-kun," panggil salah satu gadis karakter figuran dari gerombolan gadis karakter figuran lainnya dari ujung sana. Gadis KF itu berlari kecil kearah Kagura dengan kedua tangan dibelakang, seperti sedang menyembunyikan sesuatu dibelakang tubuhnya.

"Mou, Author-san jangan sembarang memberiku nama julukan, panggil aku *****-chan dong!"

Masih tetap berlari, tidak sengaja *****-chan menginjak tali sepatunya sendiri dan—

BRUK

"KYAAAH! Heeph mieeh!?"

Dengan gerakan slow motion Kagura berhasil menangkap tubuh kurus kering gadis itu dengan posisi seperti sedang memeluk gadis itu. Tindakan Kagura refleks membuat muka *****-chan memerah padam karena malu, apalagi dengan wajah keduanya yang begitu dekat.

Soyo yang melihat adegan itu kini tersenyum sambil bertepuk tangan seolah-olah ia sedang menikmati pertunjukan opera yang mengharukan.

Kagura menampilakn raut wajah khwatir kemudian bertanya kepada perempuan itu, "Kau tidak apa-apa? Er … Otose-san?"

Kemudian gadis yang dipanggil Otose tersebut mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian mengangguk malu-malu. Seorang guru berambut perak tiba-tiba datang dari rute yang berlawanan kemudian guru itu ingin menendang perempuan dari tadi berada rengkuhan Kagura.

Namun kecepatan guru perak itu kalah telak dengan gerakan—"KUSO BABA, LU NGAPAIN KELUAR DARI KANDANG, HAH?" Kagura yang melempar gadis—maafkan saya, maksudku wanita tua bau tanah itu kearah Gintoki—guru perak itu—membuat keduanya bertabrakan.

CHUPH

Dan Gintoki mendapatkan kecupan basah dari nenek tua itu di pipi yang sudah ternodai lipstik merah menyala dari Otose. Gin merasa jiwanya hilang sesaat, "Pipiku terleceh … kan," kemudian ia pingsan.

"ABANG GIN GUEE!" teriakan menggelegar dari sosok siswi berambut ungu panjang sambil menendang Gintoki yang tadi pingsan ke tembok membuat tembok itu berlubang dan kepala guru itu tersangkut disana. Dengan susah payah Gintoki mengeluarkan kepalanya, kemudian menatap nyalang siswi berambut ungu dan semua orang yang menonton opera sabun barusan, "Kalian semua masuk ke kelas kalian masing-masing!" perintah Gintoki sambil merapihkan bajunya yang berantakan.

"Gin-san maafkan aku. Kau bisa hukum aku sepuasnya, hukum aku Gin-san! HUKUM—"

Gintoki segera mencolok kedua mata Sarutobi kemudian menatap gadis itu dengan pandangan datar, "PANGGIL GUE SENSEI! masuk ke kelasmu sekarang, baka onna!"

"Ginpachi sensei, hukum aku nanti ya? YA YA?"

"PERGI LU CEWEK SETRES!"

Otose berdiri dari posisi duduknya kemudian nenek tua itu mendekati Kagura yang hendak melangkah pergi meninggalkan lokasi. Otose segera mencekal lengan Kagura pelan membuat langkah gadis itu terhenti.

"Kau ikut aku, ada yang ingin kubicarakan di ruang Kepala Sekolah."

Kagura mengernyitkan alisnya, rasanya ia tidak membuat kesalahan apapun ketika bersekolah di SMA ini. Kagura menatap Soyo, mencoba memberi pesan melalui mata. Soyo paham, gadis itu meninggalkan Kagura bersama dua orang penting sekolah.

"Aku duluan ya, Kaguo-kun," ujar Soyo disertai senyuman dan dibalas Kagura dengan anggukan ringan.

Sehabis itu, Kagura mengikuti kedua orang berbeda gender itu ke ruangan kepala sekolah.

Setelah berada di ruangan kepsek, Kagura mendudukan pantatnya pada sofa empuk di ruangan itu, diikuti Gintoki yang duduk disampingnya dan Otose yang duduk di sofa yang menghadap kearah gadis itu dan guru peraknya.

"Baiklah aku ada banyak urusan jadi aku tidak akan berbasa-basi. Mulai saat ini Gintoki akan menjadi wali kelasmu, Kagura."

Kagura terdiam, berusaha mencerna ucapan Otose.

Otose mengeluarkan sesuatu yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya, sebuah amplop putih besar, kemudian ia membuka dan menaruhnya diatas meja, "Ada kesalahan penempatan kelas ketika kau masuk kemarin. Kelasmu yang sebenarnya adalah kelas Ginpachi-sensei atau yang nama aslinya Sakata Gintoki,"

Gintoki menutup wajahnya dengan salah satu tangannya, "Mampus, tambah setres dah gue jadi wali kelasnya."

Kagura menoleh kearah Gintoki dengan gerakan cepat, "Oi Gin-chan, maksud lu gue bawa bencana ke kelas lu hah? Justru lu yang bawa bencana kepada anak murid, pria tua jomblo!"

Perempatan sudut siku-siku muncul di kepala Gintoki, ia menatap kesal Kagura yang saat ini melakukan kegiatan yang paling ber-faedah yang pernah ia ajarkan waktu gadis itu pernah tinggal denganya, kegiatan membersihkan hidung atau istilah kerennya—ngupil. Kagura mengupil dengan wajah datar.

"Gue belum tua, bocah. Gue bisa aja dapetin pacar banyak, sayangnya gue orangnya pemilih."

Kagura tidak mengindahkan ucapan Gintoki, ia menatap malas Otose yang saat ini sibuk membaca surat keterangan-apalah-itu. Kagura membuka suara, "Jadi, kapan aku mulai pindah kelas Nenek tua? Tadi kau mulai saat ini Ginpachi-sensei yang menjadi wali kelas ku, berarti aku pindahnya hari ini juga?"

"Mulai besok kau mulai belajar dalam kelas 2-5. Hari ini hari terakhirmu berada di dalam kelas 2-1, pergi balik ke kelasmu sana,"

Kagura beranjak dari duduknya dengan ogah-ogahan. Nenek tua itu benar-benar menghancurkan momen Pewe nya. Itu lho, Posisi Wenak, "Baiklah, Nenek tua. Aku pamit dulu, aru." Kagura berjalan keluar dari ruangan itu menuju ruang kelasnya. Otose, dengan status Kepala Sekolah. Nenek tua itu lah yang mempekerjakan Gintoki sebagai guru di sekolah ini, padahal pria tua itu mempunyai banyak pekerjaan menggunung di kantornya.

Alasan kenapa Kagura mengenal Otose, karena wanita tua itu pernah menolong Paman peraknya ketika sedang mengalami masa-masa tersulitnya dan pada akhirnya mereka dekat, sampai Otose menganggap Gintoki sebagai anaknya.

Kagura memasuki kelas dan langsung mendudukkan dirinya dihadapan Soyo kemudian menghela napasnya, kenapa ia harus berpisah dengan sahabatnya lagi? Kapan keduanya bisa bersama?

Err, sebenarnya kalian hanya pisah kelas kok. Kalian bisa makan bareng pas ke kantin.

Soyo mengernyitkan alisnya, "Ada apa, … Kagura-chan?" tanyanya dengan nada berbisik sambil menutup satu sisi wajahnya dengan sebuah buku tulis. Kagura menggaruk pipinya yang tiba-tiba saja gatal. Mungkin karena upil paman peraknya tadi terbang ke arahnya.

"Mulai besok kita tidak sekelas lagi. Aku akan pindah ke kelas 2-5. Kepala Sekolah bilang dari awal aku sudah salah masuk kelas. Seharusnya Nobume-chan yang berada di kelas ini, aru," gadis itu sedikit memelankan suaranya pada bagian terakhir, bagian yang merupakan cirikhasnya, takut-takut jika ada fans disekitarnya, fans gadis itu biasanya hapal dengan logat aneh gadis itu.

Kata para fans-nya sih, logat aneh Kagura itu imut. Imut dari mana coba?

Soyo tersenyum aneh, mereka tampaknya terlalu niat merencanakan hal itu, batin Soyo sambil tertawa laknat. Soyo menggenggam tangan Kagura, membuat banyak pasang mata terarah kepada keduanya.

"Soyo benar-benar berani ya? Aku iri, pengen juga."

"Aku juga mau pegang tangannya Kaguo-kun, Soyo-san menang banyak,"

"ISH, MASA UDAH DAPETIN KAMUI-SENPAI, SEKARANG DAPETIN KAGUO-KUN JUGA? SOYO MAH TEGA, DUA-DUANYA DI EMBAT."

"AKU MAU GREPE-GREPE PERUT KAGUO-KUN, SIAPA TAU ROTI SOBEK, YE KAN? KYAA—" kemudian nosebleed.

Soyo masih menggenggam tangan Kagura, matanya menatap datar teman sekelasnya yang heboh.

Kagura juga menyebar tatapan datar pada teman-teman sekelasnya, bibir peachnya terbuka, "Baru genggam tangan aja udah heboh, gimana kalo mereka tau kalo kita sering mandi bareng, ya 'kan Soyo-chan?" mendengar iitu, Soyo mengangguk mengiyakan.

"ANJIR UDAH PERNAH MANDI BARENG, KAMUI KALAH COI!"

"JANGAN-JANGAN TIDUR BARENG JUGA PERNAH?"

Dengan wajah tanpa dosa, Kagura mengangguk. Kemudian menatap Soyo heran, "Mereka kebanyakan mengkonsumsi micin ya?" tanyanya kepada Soyo. Soyo mengangguk pelan, kemudian melihat penampilan Kagura, gadis itu menepuk jidat pelan.

"Kaguo-kun,"

Kagura mengernyit, menatap Soyo dengan pandangan heran, "Kenap—" tersadar, Kagura membenturkan kepalanya keatas meja, "Aku lupa kalau sekarang aku laki," gumamnya pelan. Soyo menatap dengan pandangan putih, "Sebentar lagi akan ada gosip tentang kita ya?" ujar gadis berambut hitam itu sambil tertawa kering.

"Kenapa kalian ribut? Cepat duduk di kursi kalian masing-masing! Buka buku Sejarah halaman 103!"

Dan Tsukuyo-sensei kini memimpin pembicaraan kelas.

[]

A/N: Hai … aku kembali.

*spechless*

Omong-omong, udah berapa abad aku ga update? MAAFKAN AKU.

Soalnya ngegantungin pembaca itu enak sih /ditampar. Itu, Aku salah tulis umur di chapter 1 kemaren, maaf wkw. Udah ada keterangan di atas yo.

Sougo muncul dikit amat *jedotin kepala ke tembok* chapter 3 mungkin muncul terus ngoehehe.

MAAFKAN KALO BANYAK TYPO YA, MALES EDIT HEHE.

See u next chapter!

ATHAYPRI