[05] Yah, Kebongkar!
.
.
Namanya kerja kelompok itu, hanya satu orang yang mengerjakan tugas sementara anggota lainnya main. Kondisi inilah yang lagi dihadapi Kagura. ia sibuk mengerjakan tugas sementara Sarutobi dan Kyuubei sibuk memainkan ponsel mereka. Sebenarnya masih ada satu anggota kelompok yang belum datang, lelaki berambut cokelat pasir yang dari tadi pagi menghilang setelah dilabrak brandalan abal-abal di kelas. Kagura membuka ponselnya, sekedar ingin melihat jam.
Wah, sudah jam setengah enam sore. Sialan, dua jam terbuang percuma.
"Gin-sensei badannya mantap," ujar Sarutobi tiba-tiba. Gadis berkacamata itu melihat layar ponselnya dengan napsu(?) tanpa ia sadari hidungnya mengeluarkan banyak darah—mimisan, dengan muka memerah.
Perempatan siku-siku muncul pada kepala Kagura, "Oh, jadi dari tadi bukannya searching tugas, lu malah nge-stalk Gin-chan? Ga gue restuin lu sama Papi kedua gue. Ga setuju gue punya Mami kedua kayak elu! Mampose lu! Gue kesal," protes Kagura dalam hati. Matanya menatap lembaran jawaban yang baru saja terisi 4 dari 120 nomor tugas biologi yang dikasih Ginpachi-sensei. Pelajaran dari awal semester 1 kelas 1 sampai dengan semester 4 kelas 2. Padahal anak kelas 2 baru saja memasuki awal semester 3. Benar-benar guru yang baik.
Ingatkan Kagura untuk meracuni makanan manis Gintoki nanti.
"[Hai, aku calon suami Mbak Tae, Kondo Isao disini. Gue lagi main di rumahnya Otae-chan nih HP Otae-chwan lagi aku pegang, nich. Shinpachi-kun cepat pulang, kakak iparmu ini kangen, mwah—]"
"[BALIKIN HP GUE GORILA LIAR. LU APAIN IGE STORY GUE! BALIK KE HABITAT LO SANA, PENGUNTIT!]"
"[GOMENNASAI OTAE-SAN!?]"
Kyuubei mengangguk sambil mengepalkan tangannya, "Yosh, bagus mbak Tae. Jangan biarkan gorila sialan itu terus menguntitmu, hajar tros bos!" serunya dengan mata berbinar akan kekagumannya dengan Shimura Tae.
"KENAPA LU MALAH MAININ IGE PAS GUE NYURUH LU BUAT NYARI REFRENSI DAN JAWABAN DI GUGEL, ARU?" batin Kagura berteriak sambil menggigit bajunya. Kagura membanting buku tebal diatas meja itu dengan kencang membuat Sacchan dan Kyuubei menatapnya. Matanya menatap dingin anggota kelompoknya yang sibuk sendiri dengan kegiatan masing-masing, "Kalau ga niat bantu kerja kelompok yaudah sih, palingan juga nama kalian tidak ada didalam pekerjaan ini, aru ha-ha. Dasar anggota kelompok gak berguna!" Ujar Kagura ketus, tangannya sibuk merapikan barang-barangnya kedalam tas dan akhirnya gadis itu beranjak meninggalkan kedua temannya.
Sarutobi dan Kyuubei mengedipkan mata beberapa kali sebelum keduanya saling berhadapan.
"Hey, tampaknya Kaguo-kun marah." Sarutobi berujar pelan dengan tangan yang membenarkan posisi kacamatanya. Kyuubei mengangguk, "aku rasa itu kesal, bukan marah. Aku penasaran bagaimana jika lelaki itu marah besar." Sarutobi balas mengangguk, "Apa kau lihat bagaimana ia tanpa sengaja meninju hidung Kamui-senpai sampai berdarah waktu dikantin beberapa hari yang lalu?" tanyanya.
Kyuubei meringis, "ya aku melihatnya."
.
Kagura membanting pintu kamar asramanya dengan kesal, membuat suara dentuman yang cukup keras. Ia melempar asal tas sekolahnya mau tas itu terlempar diatas kasur atau lantai gadis itu tidak peduli. Sougo yang sedari tadi membaca dokumen yang baru saja diberikan oleh anak buahnya hanya menatap malas—yang sayangnya tidak kelihatan—dari balik kacamata tebal dan poni yang menghalangi pandangannya. Pemuda itu merasa kasihan melihat tas teman sekamarnya yang terlempar begitu saja.
"Oi apa kau datang bulan? Kenapa kau marah-marah tidak jelas? Minum k*ranti sono," celetuk Sougo asal, matanya kembali membaca kata demi kata yang ada didalam berkas misinya. Kagura melihat Sougo yang asik membaca buku yang tidak ia tahu dan untungnya dia tidak peduli. "Kau pikir aku perempuan yang butuh hal semacam itu, hah?" ujar gadis itu ketus. Sebenarnya ntah kenapa rasanya ingin marah-marah terus hari ini padahal teman-temannya hanya melakukan kesalahan kecil.
Mungkin memang mau kedatangan tamu bulanan sebentar lagi.
"Siapa tahu kau mempunyai jiwa perempuan 'kan," tutur Sougo asal. Kagura mengerucutkan bibirnya, ia tidak menjawab perkataan Sougo, gadis itu lebih memilih masuk kedalam kamar mandi untuk kegiatan membersihkan diri. Seperti biasa Kagura selalu memakai pakaian tebal dan panjang jika ia berada dalam kamar, mau itu musim panas, dingin ataupun gugur, gadis itu bertekad akan selalu memakai pakaian tebal seperti itu walau kadang menyiksanya.
Beberapa menit kemudian Kagura keluar dari kamar mandi, mengingat kalau cowok mandinya cepat. Ntah kenapa gadis itu merasa lega untuk bernapas, tidak sesak seperti biasanya. Tampaknya ia sudah mulai terbiasa memakai chest binder.
Kagura kini duduk diatas meja beralaskan karpet yang berada ditengah-tengah antara kasurnya dan kasur Sougo. Ia mengambil tasnya dan membanting buku-buku tebalnya membuat atensi Sougo teralih kepada lelaki itu. Kagura melihat Sougo yang menatap ke arahnya, "Oh iya, kau harus membantuku mengerjakan kerja kelompok ini atau aku tidak akan menuliskan nama mu diatas kertas ini," ancam Kagura dengan mata memincing. Sougo menutup berkasnya kemudian berjalan sampai akhirnya duduk menghadap Kagura. Tangannya menopang dagunya, menatap gadis itu intens.
"Jadi apa yang harus aku kerjakan?" tanya Sougo mengambil salah satu buku tebal Kagura dan membaca halaman awalnya. Kagura mengetuk-ngetuk meja dengan pulpennya dan memberikan soal-soal untuk dilihat oleh pemuda itu. Sougo membelalakkan matanya kaget, "ini tugas atau apa?" ujarnya takjub dengan tuga-tugas yang diberikan Gintoki. "dan kau baru saja mengerjakan 4 soal?" tanya Sougo menatap kertas soal itu dengan tatapan meremehkan.
Kagura mengangguk lesu, "dan juga Gin-chan menyuruh kita untuk mempresentasikan pekerjaan ini melalui power point yang artinya diketik melalui komputer, kurasa aku harus mencukur rambut keritingnya nanti." Kagura tidak menyadari kalau baru saja ia menyebut sensei nya dengan sebutan unformal.
"Gin-chan? Kalian berdua akrab ya?" celetuk Sougo, merasa janggal dengan ucapan Kagura. Gadis itu terdiam ketika menyadari kebodohan yang baru saja ia sebabkan, berpura-pura membaca buku padahal tidak membaca sama sekali, hanya memandangi tulisan dalam buku. Sougo tidak begitu peduli, tangannya bergerak dengan sendirinya mengisi soal-soal nista tersebut. Kagura melihat Sougo mengerjakan semuanya dengan cepat, berdecak kagum.
Kagura berhenti kagum, "Oi kau tidak mengerjakannya secara asal 'kan?" tanya Kagura tiba-tiba, gadis itu takut jika Sougo mengerjakannya secara ngasal. Nanti dia dapat nilai rendah gimana? Pikir gadis itu.
Sougo terlalu fokus pada soal, membuatnya mengabaikan Kagura. hingga sepuluh menit kemudian Sougo menyodorkan soal-soal itu ke depan muka Kagura, "aku sudah menyelesaikan semuanya, apalagi?"
Kagura merampas kertas tersebut, "kau mengisi semuanya dengan benar, … 'kan?" tanya Kagura masih ragu dan mencoba memahami isi pekerjaan Sougo.
Sougo mengangkat kedua bahunya ringan, "ntahlah? Aku hanya menuliskan apa yang aku ingat. Lagipula menurutku soal-soal itu terlalu gampang," ujar lelaki cokelat pasir itu santai. Kagura syok, tentu saja. Lelaki yang kini beranjak dari tempat duduknya itu,… gadis itu hampir tidak pernah melihatnya belajar selama ini.
"Oi tunggu dulu, aru!" Sougo berjalan menuju kursi belajarnya. Kagura yang jengkel tiba-tiba saja berdiri menghampiri lelaki itu dan menarik baju belakangnya dengan kencang, membuat keseimbangan lelaki itu terganggu, Sougo berbalik badan menemukan Kagura yang terkejut.
BRUK
"ittai," rintihan keluar dari mulut gadis itu. Ia membuka matanya dan melihat seorang Okita Sougo berada diatasnya dengan kacamata tergantung, Kagura bisa melihat dengan jelas warna iris mata lelaki yang selama ini tersembunyi dibalik rambutnya itu. Sougo menindihnya dengan salah satu tangan menyangga pada lantai dan salah satu tangan lainnya tanpa sengaja memegang dada Kagura.
Tunggu apa?
Kagura dengan cepat menendang tubuh lelaki itu dengan wajah merona hebat dan mendudukkan dirinya dengan kaki yang tertekuk, kedua tangannya menyilang didepan dada, "aku tidak bisa menikah lagi, Mami," gumam Kagura dengan aura kelam. Sougo yang biasanya protes jika ada yang memperlakukannya dengan semena-mena, kini terpaku tangan kirinya terus bergerak seperti sedang meremas sesuatu, sampai akhirnya ia menutup wajahnya.
Pantas saja Kagura merasa dadanya tidak terasa sesak, ia lupa memakai chest binder.
"Kau cewek?" ujar Sougo masih menutup wajahnya, telinganya sampai memerah. Tiba-tiba saja ia merasa dirinya seperti cherry boy. Lelaki itu menyingkirkan telapak tangannya dari wajahnya.
"Aneue, maafkan kecerobohan adikmu yang tanpa sengaja melecehkan kaum mu," ringis Sougo dalam hati. Walaupun ia selalu mempermainkan wanita, ia belum pernah menyentuh mereka sama sekali. Yang menyentuh tubuh mereka hanya cambuk-cambuk kesayangannya. Ia merasa menjadi pria kotor.
Kagura masih menyilangkan kedua tangannya didepan dada sambil memalingkan wajahnya. Melirik Sougo dengan aura kelam, "J-jangan beri tahu siap-siapa, aru," ujarnya tanpa sadar dengan logat anehnya. Sougo mendengus kemudian tertawa laknat(?) lelaki itu menyibak rambut yang menghalangi matanya, "Kau harus menjadi babuku barulah aku akan tutup mulut," ujarnya diiringi dengan senyum sadis andalannya. Kagura berdiri kemudian menginjak tubuh Sougo dengan sadis, "makan tuh babu!" ujarnya ketus. Tindakan Kagura membuat Sougo merintih sedikit kesakitan. "Aku akan memberi tahu kalau kau seorang polisi sadis kepada semua orang kalau begitu, biar pekerjaan yang membuatmu harus berada di sekolah ini gagal," balas Kagura menjulurkan lidah.
Sougo membulatkan mata dibalik kacamata bulatnya. Tahu apa yang ada dipikiran Sougo Kagura menyeringai, menyingkirkan kakinya dari tubuh Sougo dan masih dengan menyilangkan kedua tangan didepan dada, "tentu saja aneh jika seorang siswa sepertimu memiliki emblem seperti ini," Kagura mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana panjangnya dengan cengiran sadis. Sougo terdiam melihat emblem kepolisiannya ditangan Kagura. Kagura mencondongkan dirinya kearah Sougo, "aku menemukannya terletak diatas keranjang pakaian kotor didalam kamar mandi." Jawabnya tanpa ditanya dengan seringaian dibibirnya.
Sougo mendengus, tangannya tergerak pada kepala Kagura dan melepaskan wig oranye itu, "Wha, wig ini benar-benar seperti asli, dimana kau membelinya?" tanya Sougo ,tidak mempedulikan ocehan gadis itu sebelumnya, kini terlihat rambut asli Kagura yang panjang tergerai begitu saja, "hee, aku ingat sekarang," Sougo melebarkan seringaian sadisnya, "Kau orang yang mengambil peran utama dalam drama Berkah Sukonbu, Yato Kagura adik Kamui yang selebritis itu 'kan? Pantas saja aku seperti pernah melihatmu di suatu tempat." Lanjut Sougo mengelus dagunya diikuti membenarkan kacamatanya yang merosot.
Kagura mengerjapkan matanya, "kau kenal dengan baka aniki?" tanya Kagura seraya menjauhi Sougo. Sougo berusaha tegak, "Kamui-senpai terkenal seantero sekolah," jawab lelaki itu singkat, tidak mau menjawab panjang lebar. Kagura hanya mengangguk paham kemudian berdiri, "karena kau sudah tahu penyamaranku, maka aku tidak akan segan menghajarmu jika kau berani macam-macam. Aku harap kau menjaga rahasiaku, aru." Kagura berujar dengan logat aneh yang selama ini ia pendam, gadis itu menjulurkan tangan kanannya, "Begitu juga denganku. Aku akan menerjang balik jika kau menerjangku duluan." Sougo berujar asal yang ditanggapi Kagura dengan kepalan tangan. Sougo meraih tangan Kagura yang terulur kepadanya, keduanya bersalaman untuk menyetujui kesepakatan yang baru saja dibuat karena suatu insiden.
.
.
A/N: Sengaja bikinnya pas sudah selesai puasa wkwkw. Maafkeun jika babang Sougo tiba-tiba nerjang gitu walopun ga sengaja :v itu, mereka ga OOC kan? Maafkan kalau sedikit OOC.
Karena aku rasa masih suasana lebaran, Mohon maaf lahir dan batin jika selama ini aku slow update/ update ga teratur wkw.
Bagi yang nanya plot twist ada atau gak, tentu aja ada. Aku harap kalian ga jantungan(?) soalnya agak … anu /apanya.
Sekian deh bubye :*
ATHAYPRI
