[08] Pasrah
.
.
Kedua manusia berbeda gender itu tanpa sadar telah mem-bully Sacchan selama 2 jam lebih. Membuat keduanya bolos kelas sampai akhirnya dipanggil guru BK untuk diberi hukuman. Jika itu Sacchan, mungkin gadis itu akan kegirangan. Sayangnya, makhluk berambut ungu panjang itu kini terbaring di UKS dengan wajah memerah, mulut setengah terbuka dan mata yang tertutup rapat seperti mayat hidup.
Dasar masokis stadium akhir, sudah disiksa sampai klimaks masih belum mau nyerah.
Kini Sougo dan Kagura berada didalam gudang yang terdapat di halaman belakang sekolah. Mereka dihukum untuk membersihkan gudang selama tiga hari, pada waktu sepulang sekolah.
Kagura mendengus. Matanya memincing tajam menatap Sougo yang mengangkat dan menyusun kursi-meja didalam gudang. Gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada.
"Ini semua karena kau," cibir gadis itu. "Jika saja kau tidak menyiksa Sacchan, aku tidak akan khilaf untuk ikut-ikutan!" katanya, menyalahkan Sougo yang kini menghentikan kegiatannya sesaat, menatap gadis itu malas.
Manik crimson Sougo menatap Kagura datar, "salahmu sendiri pergi ke taman belakang, sudah tau taman belakang tempatku untuk mencari mangsa (read:budak). Dasar China bodoh!" balas Sougo, dengan kalimat menusuk seperti biasa.
Kagura merengut, "mana kutahu kalau kau suka mencari korban di taman belakang dan—JANGAN PANGGIL AKU CHINA BODOH! Dasar anjing Chihuahua!"
Mendengar balasan Kagura, membuat Sougo kesal. Muncul perempatan sudut siku-siku dikepalanya. Lelaki itu menghampiri Kagura, dengan berani, Sougo melingkarkan lengannya pada leher gadis itu.
Kagura terkesiap, matanya mengerjap beberapa kali, "A-apa yang kau—"
KRAK.
Sougo mencekik Kagura dengan nafsu bejatnya untuk membunuh gadis itu tiba-tiba muncul. "Dari awal sudah kutebak, kau itu sangaaat menyebalkan." Sougo mengatakannya sambil menyeringai sadis andalannya. Kagura memukul kencang lengan kekar yang terlapisi seragam, yang kini semakin mencekik lehernya kencang, "le—phas, sialan." Gadis itu berujar lirih sesekali terbatuk pelan.
Mengetahui itu, Sougo melonggarkan kuncian lengannya. Pemuda itu akhirnya melepaskan Kagura. Sougo lengah. Kagura tahu itu. Maka, gadis itu meraih leher Sougo dan menjatuhkan lelaki itu, membuat suara debuman yang cukup kencang. Keduanya terjatuh begitu saja dengan pose yang tidak ada nilai seninya. Kini Kagura menduduki perut Sougo dengan kedua tangan berada diatas leher lelaki itu. Sougo menatap datar Kagura yang melihatnya dengan pandangan berapi-api.
"Kau kira hanya kau saja yang bisa mencekikku? Aku juga bisa!" katanya dengan nada tinggi, seakan hal yang ia ucapkan merupakan sebuah penghargaan yang patut disombongkan. Sougo menyeringai sembari menatap Kagura dengan tatapan yang sulit diartikan dibalik kacamata tebalnya. Salah satu tangan kokoh nan besar itu menggenggam kedua lengan mungil Kagura dengan gampang.
Harus diingat, Sougo bukan lelaki gampangan yang cupu dan lemah, dia lelaki yang tahan banting dalam situasi apapun. Walaupun dia memerankan karakter nerd, tetap saja sifat sadisnya tidak pernah lepas dari jiwanya.
"Sadarkah kau pada posisi kita sekarang?" Lelaki itu berujar datar, tanpa nada seperti biasa. Kagura terkesiap, kemudian membatu. Gadis jingga dalam balutan seragam pria itu melepaskan cengkraman tangannya pada leher pria itu. Kagura tergagap mengetahui tangan Sougo tidak kunjung lepas. Mengambil kesempatan, Sougo bangun membuat posisi Kagura yang tadinya duduk diatas perut pemuda itu, kini terduduk diatas pangkuan lelaki itu. Iseng, salah satu tangan kekar Sougo melingkar tepat dipinggang Kagura posesif.
"W-waa." Kagura tertegun kala jarak yang kian mendekat. Kagura menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya berusaha ia lepaskan dari kuncian Sougo. gadis itu memberontak dan meronta minta dilepaskan. Melihat reaksi Kagura, Sougo tersenyum miring dan makin mengeratkan genggamannya.
"Saat ini kau hanyalah seekor domba kecil yang terperangkap dikandang serigala, Kagura-san." Sougo tersenyum (sok) ramah kepada Kagura, tangannya yang tadinya berada dipinggang gadis itu kini berada dipunggung gadis itu dan mendorong Kagura mendekat dengan wajahnya. Kedua pasang mata dengan warna yang sangat berbeda, saling menatap satu sama lain dalam jangka waktu yang lumayan lama.
Ini kali pertama Sougo menyebut nama Kagura.
Kagura berdecak kesal, gadis itu mengarahkan tangannya (yang masih dikunci dengan tangan besar Sougo) ke arah muka lelaki berkacamata botol itu. Jemari lentiknya menarik hidung Sougo dengan gemas. "GAAH! Apa yang kau lakukan, bodoh! Jemari jelekmu itu bisa membuat hidung indahku hancur!" protes Sougo. Kagura mengangggap ucapan Sougo hanya angin lalu, gadis itu kini mengancak-acak wajah Sougo membuat lelaki itu refleks mendorong dan melepaskan kedua tangan perempuan itu begitu saja.
Kagura yang lolos, segera berdiri menjauhi Sougo.
Gadis pengguna wig pendek itu mengancungkan tangan kanannya, seakan memberikan tanda stop, "Jaga jarak denganku, maksimal 2 meter!" pintanya. Kagura nyaris kehabisan oksigen. Diperlakukan seperti tadi hampir membuat jantungnya meledak dan nyaris mati. Genggaman tangan besar itu masih terasa kalau pria itu sempat memegang tangan Kagura itu nyata.
Genggam-able. Sekali.
Okita Sougo sialan! umpat Kagura dari lubuk hati yang paling dalam. Sudah diputuskan, mulai hari ini, detik ini, Kagura memasukkan Sougo ke dalam list yang berisikan sekumpulan orang menyebalkan dalam hidup gadis itu. Okita Sougo, masuk kedalam daftar orang yang memiliki potensi besar untuk dibenci seorang Kagura. Sougo berdecih, sampai akhirnya ia ikut berdiri. Sougo menoleh sekilas, "Memangnya kau pikir aku tahan dekat-dekat denganmu, huh?" Lelaki itu mendengus, dan kembali menyibukkan diri dengan menyusun meja dan kursi merapat ke dinding. "Lebih baik kau juga menyusun benda-benda ini supaya kita bisa cepat pulang, berhenti memasang wajah bodohmu itu," pintanya dengan nada menyebalkan di telinga Kagura. Gadis itu tersentak, tanpa banyak bicara Kagura mengiyakan perkataan Sougo dengan bertindak menyusun kursi-meja tersebut.
Diluar sana, penjaga sekola yang selalu memakai kacamata hitam sedang memilah kunci-kunci yang berada ditangannya. "Sudah mau malam begini, pasti kedua orang utusan pak Sakamoto sudah pulang dari hukuman mereka." Gumam Madao, memasuki kunci itu ke lubang kunci kemudian memutarnya sampai mengeluarkan suara yang menandakan jika pintu itu sudah terkunci rapat.
Keduanya terlalu fokus sehingga tidak menyadari pintu gudang telah terkunci dan jarak mereka makin dekat, sampai akhirnya Kagura tidak sengaja menyikut lengan kiri Sougo. Kagura buru-buru menjauhi Sougo, "Aku bilang jaga jarak maksimal 2 meter! Apa kau tidak mendengarku tadi!?" sentak Kagura membuat Sougo gemas ingin menabok gadis itu dengan pantat bau Madao.
"Dari tadi posisiku disini, kau yang dekat-dekat, baka-onna!"
Kagura berkacak pinggang, "Berhenti mengelak, buaya darat sialan!"
"Siapa yang kau panggil buaya, huh? Lebih baik kau diam sebelum aku menyumpal mulutmu dengan racun tikus, Red Chili!"
"Kalau begitu aku akan menyumpal mulutmu dengan sarang tawon!" Balas Kagura, membusungkan dadanya sembari berkata dengan nada angkuh. Matanya memincing tajam menatap pria yang terperangkap dalam ruangan yang sama dengannya.
Gadis itu pergi dari jangkauan Sougo, kemudian menduduki dirinya dan menyandarkan punggungnya pada tembok putih yang kusam karena debu.
Sougo hanya melirik sekilas tingkah laku Kagura, cowok itu kembali melanjutkan pekerjaannya yang lagi-lagi tertunda hanya karena berdebat dengan cewek jadi-jadian tersebut.
Selesai, akhirnya tugas mereka selesai.
Cowok berambut pasir tu menepuk tangannya, baju, sampai celana. Berupaya membersihkan debu yang menempel-menempel. Sougo melihat Kagura yang duduk sambil memeluk lututnya. "Woi udah selesai nih, ayo pulang." Perintahnya.
"Oke."
Kagura berdiri, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu terlebih dahulu, meninggalkan Sougo dibelakangnya. Kagura memutar knop pintu gudang setelah itu mengernyitkan dahinya dalam. Sekali lagi gadis itu mencoba memutar knop pintu supaya bisa terbuka namun gagal. Kagura terdiam. Mematung seakan teringat sesuatu. Sougo menautkan alisnya, "Ada apa? Cepat buka pintunya!" pinta Sougo. Wajah Kagura pucat. Ia menjatuhkan tangannya, memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya sendiri. Pikiran-pikiran negatif menyelimuti Kagura.
"P-pintunya terkunci aru!" serunya nada bergetar. Sougo memandang gadis yang membelakanginya bingung. Lelaki itu mengambil alih memutar knop pintu lapuk itu. Benar saja, pintu tersebut terkunci dari luar.
Sougo menggedor-gedor pintu, "Siapapun diluar, tolong buka pintu ini!" teriakannya menggema ke seluruh ruangan membuat Kagura terduduk sambil menutup kedua telinganya. Pandangannya kosong. Otaknya mengingat kembali memori yang sudah di kunci rapat-rapat. Kagura merasakan kedua lututnya lemas hingga akhirnya gadis itu terjatuh. Gadis jingga itu memeluk kedua lututnya.
Keringat dingin menghiasi wajah cantiknya. Iris safirnya memandang kosong, walaupun gelap dan hanya disinari cahaya rembulan, Sougo bisa melihat pandangan kosong itu dengan jelas. Terlebih lagi dengan perilaku Kagura yang berubah 180 derajat dari beberapa waktu lalu.
Sougo mendekati Kagura perlahan. Sadar akan tingkah laku pria itu Kagura segera menyilangkan tangannya didepan dada. Gadis itu menangis tanpa suara. Mata kosong itu kini menusuk Sougo. gadis itu merasakan seolah-olah Sougo adalah ancaman baginya.
"T-tolong jaga jarak, aru!"
Sougo tidak mengindahkan perintah Kagura, justru lelaki itu semakin mendekatkan dirinya ke gadis itu.
"JAGA JARAK, KUBILANG!"
Sougo tersentak. Jelas kaget karena gadis jingga itu tiba-tiba saja berteriak. Dalam keadaan normal mungkin Sougo akan senang dengan kesengsaraan gadis-gadis yang bermain-main dengannya. Sayangnya, keadaan saat ini berbeda.
Sougo mendekati gadis itu dengan cepat dan langsung mensejajarkan tubuh dengan Kagura.
"Oi, China musume, kau tidak apa?" tanya Sougo dengan nada yang sedikit berbeda. Ada sirat kecemasan dalam gaya bicara Sougo saat ini.
Kagura mencengkram dadanya yang entah kenapa tiba-tiba saja terasa sesak. Salah satu tangannya mengacak rambutnya hingga wig yang tidak mudah lepas, kini terlepas begitu saja. Rambut kagura tergerai begitu saja. Kini Sougo hanya bisa melihat sosok gadis, … lemah seperti kaca pecah yang diperbaiki dengan lem, yang siap untuk pecah untuk kesekian kalinya.
Binar mata Kagura yang awalnya kosong, perlahan kembali. Bibir merah ranumnya bergetar menahan isak tangis. Perasaan aneh itu muncul lagi. Kagura lagi-lagi merasakan keanehan pada tubuhnya. Selalu begini, jika gadis itu berada didalam ruang gelap yang terkunci.
Sougo kalut begitu melihat Kagura menintikan air matanya. Lelaki itu bingung, pasalnya baru kali ini ia melihat seorang gadis menangis karena menderita bukan karena kenikmatan lecutan cambuk yang biasa ia beri.
"A-aku kenapa?" tanya Kagura linglung, matanya masih belum berhenti memproduksi air.
Sougo terdiam, lelaki itu mendekati Kagura yang kini tertunduk, manusia yang diberi gelar prince sadist kali ini menjadi sedikit lebih manusiawi. Sougo membawa tubuh mungil Kagura kedalam pelukannya dengan hati-hati. Ia membenamkan kepala gadis itu pada dada bidangnya, membiarkan Kagura menumpahkan air matanya sampai puas. Tangan besarnya mengusap pelan punggung mungil Kagura dengan lembut.
Ah, dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja tubuhnya bergerak tanpa kehendaknya.
Kagura terdiam, tidak memberontak. Hanya pasrah. Tangan mungilnya meremas seragam Sougo, diantara semua orang kenapa harus Sougo yang melihat sisi lemahnya?
Kagura semakin membenamkan kepalanya. Rasa takut, … lagi-lagi mendominasi pikiran Kagura, saat ini.
[]
A/N: Hayoo, itu Kagura kenapa hm hm hm. Jadi sebenarnya Kagura ada—/bekap. Ga boleh spoiler ah bwahaha.
Regards,
ATHAYPRI
