My Love Is A Pangeran

Oleh

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Maaf kalau ceritanya kecepetan, gaje, abal dan sebagainya. Mohon bantuannya semua!

Selamat membaca!

Sakura terus melamun sambil tersenyum dan memperhatikan jari yang tadi terluka. Ia menerawang dimana Sasuke mengobati lukanya tadi. Rupanya gadis merah muda ini keasyikan ber uforia sendiri tanpa sadar jika para maid yang berada di dapur, tempatnya saat ini sedang memperhatikannya sejak tadi.

Ayame yang memperhatikannya sejak Sakura kembali dengan plester ditangannya pun sampai dibuat terheran oleh tingkah temannya itu. ia pun menghampiri Sakura dan menepuk pelan pundaknya.

"Hei, Sakura-chan. Kau kenapa?" Tanyanya.

Sakura terperanjat dan kembali sadar. Lalu ia menatap kearah Ayame yang sedang menaikan alisnya itu. "Eh? Ti-tidak kok, tidak ada apa-apa." Jawab Sakura gelagapan.

Ayame menautkan alisnya heran. Ia kemudian menatap intens kearah Sakura. "Sakura-chan, kau yakin tidak apa-apa?"

Sakura mengangguk. "Tentu, aku tidak apa-apa. Memangnya ada apa?"

"Tidak. Sejak tadi aku perhatikan kau melamun sambil memperhatikan jarimu yang di plester itu sambil senyam-senyum sendiri." Ujar Ayame. "Lalu kenapa jarimu di plester? Terkena pisau?" Tunjuk Ayame.

Sakura hanya mengangguk sambil cengengesan dan menggaruk tengkuknya. "Hehe... maaf, aku tidak sengaja tadi, aku terlalu asyik bersenandung tanpa memperhatikan apapun. Maaf ya,"

Ayame menghela nafasnya. "Huuhh... ya sudah. Tapi lain kali jangan kau ulangi, ya."

Sakura mengangguk sambil mengacungkan jelmpolnya. "Iya, tidak akan aku ulangi lagi kok!"

"Tapi kalau misalnya jarimu terkena pisau, kenapa kau malah senyam-senyum?" Tanya Ayame curiga. Gadis berambut coklat panjang itu menatap dengan penuh selidik kearah Sakura.

"Eh?" Sakura agak terkejut dengan pertanyaan temannya itu. "E-etto... a-aku...ano.." Sakura berusaha mencari jawaban yang pas untuknya. Kalau Sakura bicara yang sejujurnya, bisa-bisa Ayame malah menggodanya habis-habisan.

Karena melihat gelagat aneh dari Sakura, Ayame kemudian menyimpulkan sesuatu. "Atau jangan-jangan... yang mengobati luka itu..." Ayame menggantungkan ucapannya sambil memandang jahil kearah Sakura. "Sasuke-sama?"

"Eh?!" Sakura terperanjat. Bagaimana Ayame bisa tau?

Ayame tergelak menlihat reaksi berlebihan dari Sakura itu. Ia tidak menduga jika reaksi temannya itu sampai seperti itu. Ayame menggelengkan kepalanya, "Sakura...Sakura. Aku tidak menyangka reaksimu akan seperti itu. Hahahaha..."

Sakura memanyunkan bibirnya. "Hei, Ayame-chan. Sudahlah, berhenti menertawakanku seperti itu. Itu sama sekali tidak lucu." Kata Sakura kesal.

"Ah, i-iya..haha..hmm..hehe..." Ayame masih berusaha mengendalikan dirinya. "Habis, kalu lucu sekali, Sakura-chan. Reaksi mu itu terlalu berlebihan tau."

"Iya deh, iya. Kalau begitu, cepat kita kembali bekerja. Kita harus segera menyiapkan bahan makanan, dan membeli bahan makanan yang hampir habis." Kata Sakura sambil berjalan menuju kulkas. Ia kemudian membukanya dan mencermati apa yang kurang didalam sana, lalu ia mulai mencatatnya.

"Hei, Sakura-chan." Panggil Ayame.

"Hm?"

"Kurasa bahan makanan yang kurang adalah rempah-rempah dan beberapa buah-buahan," Ayame sambil menunjuk kearah tempat biasa mereka menyimpan rempah-rempah dan buah-buahan di dalam kulkas tersebut.

Sakura mengangguk dan mulai mencatat apa saja yang kurang. "Baiklah, Ayame-chan. Sekarang, siapa yang akan membelinya? Kau, atau aku?"

"Bagaimana kalau kita suit? Yang kalah yang akan pergi membelinya. Bagaimana?" Usul Ayame.

Sakura menjentikkan jarinya. "Itu ide yang bagus. Nah, ayo kita lakukan." Kemudian mereka mengepalkan tangan dan membukanya bersamaan. Hasilnya, Sakura memilih kertas dan Ayame memilih gunting.

Ayame nampak memekik senang. "Nah, kau kalah Sakura-chan. Lebih baik kau yang membelinya."

Sakura nampak menghela nafas. "Baiklah, aku yang akan membelinya. Kalau begitu, aku akan mencari Nenek Chiyo dan meminta uangnya." Sakura kemudian mengambil keranjang belanjaannya dan pergi mencari dimana Nenek Chiyo berada. Karena Nenek Chiyo yang memegang kendali atas urusan dapur dan lainnya.

"Hati-hati di jalan, Sakura-chan!"

"Hu'um!"

Sakura nampak begitu senang. Ia memboseh sepeda pink pemberian Mikoto saat dirinya berulang tahun yang ketigabelas, sekitar tiga tahun yang lalu saat dirinya masih berada di bangku menengah pertama. Dan ajaibnya, sepeda itu masih bisa Sakura pakai dan nampak pas.

Ia bersenandung ria kembali menuju rumah Sasuke setelah berbelanja bahan-bahan. Karena terpaan angin, rambut panjang milik Sakura berkibar dan membuat siapa saja yang melihatnya terpana melihatnya.

Itu lah seorang Sakura Akasuna. Gadis manis bertubuh mungil nan cantik itu selalu membuat siapa saja terpana oleh kecantikan dan kebaikannya.

Akasuna? Ya, itu adalah nama marga Sakura sejak kecil. Karena ia sejak kecil diasuh oleh Nenek Chiyo yang memang bermarga Akasuna. Sedangkan Sakura sendiri tidak tau siapa orang tua kandungnya. Maka dari itu marganya ikut dengan nama marga Nenek Chiyo, Akasuna.

Sakura memarkirkan sepedanya dihalaman belakang rumah, dan mengambil barang belanjaannya itu. Kemudian ia masuk dan menaruhnya di meja.

"Ah, rupanya kau sudah datang ya, Sakura-chan." Kata seseorang dibelakang Sakura.

Sakura menoleh dan melihat Nenek Chiyo sedang membawa sapu. "Nenek? Dapatkah aku yang menggantikan Nenek menyapu?" Tawarnya.

Nenek Chiyo menggeleng. "Tidak usah. Nenek sudah selesai dengan acara menyapunya, Sakura-chan. Lebih baik kau sekarang temui Mikoto-sama, dia mencarimu tadi." Ujar Nenek Chiyo.

Sakura menautkan alisnya. Ada apa Nyonya rumah itu mencarinya? "Ada apa Mikoto-sama mencariku, Nek?"

"Aku tidak tau, Sakura-chan. Nah, sekarang kamu kesana sekarang saja, ya. Kasihan, dia sudah menunggumu dari tadi. Mikoto-sama sedang berada diruang keluarga."

Sakura mengangguk, lalu pergi menemui Mikoto sambil bertanya-tanya dalam hati. Ada apa gerangan mencarinya?

Sesampainya Sakura disana, ia melihat Mikoto sedang menontong acara televisi. Ia segera mendekati Mikoto.

"Maaf, Mikoto-sama. Ada apa anda mencari saya?" Tanyanya sopan.

Mikoto menoleh dan tersenyum senang melihat keadatangan Sakura. "Ah, Saku-chan. Kau tidak usah seformal itu denganku. mendekatlah, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Inilah yang Sakura suka dari Nyonya rumah ini. ia selalu bersikap ramah kepada siapapun, tak terkecuali para maid disini.

Sakura mengangguk dan berjalan mendekati Mikoto dengan kepala yang masih ditundukkan. Namun ia harus bersikap sopan kepada majikannya, 'kan?

"Jangan tundukkan kepalamu seperti itu, Saku-chan. Tenang saja, tidak usah seperti itu. Ayo, tegakkan kepalamu." Pinta Mikoto. Perlahan, Sakura menegakkan kepalanya sambil menatap kearah Mikoto. Mikoto tersenyum. "Nah, seperti itu. Sekarang, duduklah." Mikoto menepuk kursi disampingnya dan menyuruh Sakura duduk disana.

Sakura menggeleng. "Tidak, Mikoto-sama. Saya tidak bisa duduk disana, saya merasa tidak pantas. Saya hanya seorang maid disini." Tolak Sakura halus.

"Tidak apa-apa, Saku-chan. Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri, jadi tidak usah sungkan." Tutur Mikoto. "Ayo, duduklah."

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian. Apa kau mau menolak keinginanku, Saku-chan?" Akhirnya Sakura menuruti perintah Mikoto. Ia duduk disamping Mikoto. Mikoto nampak tersenyum puas.

"Maaf, Mikoto-sama. Kenapa saya dipanggil kemari?"

Mikoto tidak menjawab. Dia mengambil sebuah kotak dan menyerahkannya kepada Sakura. "Apa ini, Mikoto-sama?" Tanyanya, heran.

"Bukalah, Saku-chan. Nanti kau akan tau sendiri." Sakura kemudian membuka kotak tersebut. Lalu matanya membulat melihatnya. "I..ini...?" Sakura kemudian menatap tak percaya kearah Mikoto yang sedang tersenyum. Rasanya, senyuman Mikoto itu tak pernah luntur dari wajahnya.

"Apa itu cocok untukmu, Sakura-chan? Aku akan memberikannya untukmu jika itu cocok untukmu." Kata Mikoto.

"Ta-tapi... i-ini... te-terlalu mahal untuk saya, Mikoto-sama. S-saya tidak-"

"Kau pantas-pantas saja, Saku-chan. Bukankah sudah kukatakan, kau itu sudah kuanggap sebagai anakku sendiri." ujar Mikoto. "Cobalah. Aku ingin melihat kau memakai gaun itu."

Saat Sakura hendak memprotesnya, Mikoto sudah menggerak gerakan telunjuknya kekanan dan kekiri. Mengisyaratkan tidak ada kata penolakan lagi. Akhirnya Sakura mengangguk dan mulai beranjak meninggalkan Mikoto.

Tak lama kemudian, Sakura kembali sambil memakai gaun yang Mikoto berikan. Ia tampak begitu cantik memakainya. Gaun cantik berwarna merah mengembang dan berpita senada dibagian perutnya itu nampak begitu serasi dengan Sakura.

Mikoto memekik sambil menutup mulutnya melihat Sakura memakai gaun tersebut. Sedangkan Sakura hanya tersenyum canggung.

"Saku-chan!" Mikoto kemudian memeluk Sakura hingga Sakura kaget. Kemudian Mikoto melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Sakura. "Saku-chan! Kau nampak begitu cantik dan memukau!"

Sakura tersipu mendengar pujian Mikoto tersebut. "B-benarkah?" Tanyanya pelan dan manahan malu.

Mikoto mengangguk mantap. "Tentu saja! Kau... kau nampak cocok dengan gaun apapun, Saku-chan. Kalau begitu, aku akan memberikannya kepadamu. Itu adalah gaun dimana aku memakainya ketika Sasu-kun sedang merayakan ulang tahunnya saat dia berada di Paris dua tahun lalu. Dan dia sangat menyukai penampilanku waktu itu." kemudian wajah Mikoto nampak sedikit murung lalu kembali riang. "Namun sekarang gaun itu sudah tidak muat untukku. Tapi itu sangat cocok untukmu, Sakura-chan!"

"A-arigatou, M-Mikoto-sama." Sakura tersipu malu Kembali.

Mikoto tersenyum lebar. "Baiklah, sebaiknya kau simpan baik-baik gaun ini, ya. Suatu saat aku akan menyuruhmu memakainya."

Sakura hanya memangguk sebagai jawabannya. Ia tidak tau harus mengucapkan apa. Karena pertama, Sakura tidak mengerti mengapa Mikoto memberikannya sebuah gaun cantik ini. Kedua, Sakura tidak tau mengapa Mikoto berkata seperti itu. dan... ada acara apa Mikoto memberikannya gaun? Entahlah, Sakura tidak tahu jawaban dari pertanyaan yang berseliweran dikepalanya itu.


Ini alah chapter 2 dari sebelumnya. Maaf ya, semuanya. Maaf kalau ceritanya kurang nyambung dan segala rupa. maaf jika ada kesalahan atau apalah apalah itu. Maklum, saya adalah newbie. Jadi jika ada kekuarangan dan tetek bengeknya mohon beritahu dan Insya Allah saya akan memperbaikiny dengan segera. Sekian dari saya,