My Love Is A Prince

By .75

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Maaf kalau ceritanya kecepetan, gaje, abal dan sebagainya. Mohon bantuannya semua!

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Keduanya menoleh kearah orang itu. Dan mata Sakura melebar melihat orang tersebut, begitu juga orang tersebut.

"I-itachi-sama?" Kata Sakura tak percaya.

"Sakura-chan?" Kata orang tersebut yang ternyata adalah Itachi Uchiha, kakak Sasuke.

Itachi kemudian menghampiri Sakura dan Sasori. Ia kemudian memeluk Sakura sebentar dan memegang pundak Sakura. "Wah, ternyata kau sudah besar ya, Sakura-chan." Kata Itachi sambil memperhatikan Sakura.

Sakura tersenyum. "Iya, Itachi-sama."

"Kalau tidak salah, kau satu angkatan dengan Outouto 'kan?" Tanya Itachi. Sakura mengangguk. "Lalu bagaimana dengan adikku itu? apa dia juga berubah?"

Sakura hanya menggerak-gerakkan matanya. Dan mengangguk perlahan. "Benar. Kurasa Uchiha-sama juga sudah berubah, karena sudah empat tahun anda pergi ke Ame."

Itachi menaikkan satu alisnya. "Uchiha-sama? Kau masih memanggilnya dengan sebutan formal?"

"Iya, Itachi-sama. Karena Uchiha-sama lah yang menginginkannya, maka dari itu saya memanggilnya dengan Uchiha-sama. Selain dari Tuan Besar." Jawab Sakura.

Yang Sakura panggil dengan panggilan Uchiha-sama hanya Uchiha Fugaku dan Uchiha Sasuke saja, karena Mikoto dan Itachi tidak suka jika dipanggil dengan panggilan formal itu. selain itu, sejak kecil Sakura memang akrab dengan Itachi dibanding dengan Sasuke.

Itachi mengangguk. Rupanya sifat adiknya itu belum berubah. "Lalu-"

"Hei, Itachi. Apa kau tidak lihat, dia ingin berangkat kesekolah. Kau malah terus bertanya kepadanya." Potong pemuda yang membantu Sakura berdiri tadi.

Itachi manatap malas kearah Sasori, nama pemuda itu. "Hanya sebentar saja. Aku hanya melepas rindu kepada adikku ini,"

"Adikmu? Bukankah kau hanya mempunyai adik laki-laki?"

"Tidak ada salahnya jika menganggap Sakura-chan sebagai adikku sendiri. lagipula Sakura-chan sejak kecil tinggal bersama kami."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

Rasanya, Sakura menjadi obat nyamuk disini. Ia tersenyum geli melihat Itachi dan temannya yang berwajah bagaikan bayi itu beradu mulut.

Lalu ia melihat kearah jam tangannya. Matanya sedikit melebar ketika melihat kearah jam tangan itu.

"Maaf, Itachi-sama. Saya harus pergi kesekolah dulu, kurasa saya akan terlambat." Pamit Sakura.

Itachi melihat kearah jamnya. "Bukankah ini masih pagi, Sakura-chan?"

"Iya, memang. Tapi saya sedang ada tugas disana. Jadi, saya pamit dulu." Sakura menundukkan badannya kepada Itachi dan Sasori, lalu mengangkat sepedanya dan menaikinya. Lalu berpamitan kembali sebelum Sakura meninggalkan mereka berdua.

"Hei, Itachi. Dia siapa?" Tanya Sasori.

"Oh, dia. Dia adalah cucu Nenek Chiyo, Sakura Akasuna. Sejak dulu dia tinggal dirumah kami. Memangnya kenapa?"

"Tidak. Hanya saja..." Sasori menggantungkan ucapannya dan membuat Itachi menyeringai jahil kearah Sasori.

"Hanya saja dia cantik, kan? Dan kau menyukainya?"

Sasori mendelik kearah Itachi. "Tentu saja tidak, baka. Mau aku kemanakan Konan?"

Itachi tergelak disana.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang mengawasi mereka dibalik kaca mobil. Orang itu nampak mendecih sebelum menyalakan kembali mobilnya.

"Cih!"

"Ohayou Hinata!" Sapa Sakura pada Hinata yang sedang menyapu kelas.

"O-ohayou S-sakura-chan." Balas Hinata sambil tersenyum.

"Ah, biar aku saja yang menggantikanmu menyapu, Hinata." Kata Sakura sambil menyodorkan tangannya, meminta sapu yang sedang dipegang oleh Hinata.

Hinata mengangguk dan menyerahkan sapu itu kepada Sakura. "I-ini, Sakura-chan."

"Terimakasih, Hinata! Lalu, bagian mana yang belum kau sapu?" Hinata menunjukkan tempat yang belum ia sapu. Sakura mengangguk dan mulai menyapu tempat itu.

"S-sakura-chan," Panggil Hinata.

"Hm?" Respon Sakura tanpa menoleh kearah Hinata.

"A-aku akan pe-pergi membersihkan ka-kaca dulu, ya." Pamit Hinata.

Sakura mengangguk, kemudian ia menatap kearah Hinata. "Memangnya yang lain kemana?"

"A-ano... me-mereka belum kesini. Nanti ka-kalau mereka sudah kesini, b-biar yang lainnya m-mereka kerjakan." Kata Hinata. Sakura kembali mengangguk dan melanjutkan aktivitas menyapunya, begitupun dengan Hinata. Ia segera mengambil alat pembersih kaca dan mulai membersihkan kaca.

Tak lama kemudian, Tenten dan Neji datang.

"Ohayou semua!" Sapa Tenten riang.

"Ohayou, Tenten." Balas Sakura dan Hinata. Khusus untuk Hinata, menambahkan suffix –chan dibelakang nama Tenten.

"Wah, pasangan yang serasi, ya. Pagi-pagi begini sudah berduaan." Ledek Sakura sambil cekikikan bersama Hinata.

Wajah Tenten merona malu, sedangkan Neji hanya memasang wajah datarnya. Seolah ia tidak mendengar apa-apa. Tapi jika diperhatikan lagi, wajah Neji juga ikut merona malu namun tipis.

"Aa, itu tidak benar. Kami hanya kebetulan bertemu digerbang dan ka-kami berjalan bersama kemari. Benar 'kan, Neji?" Kilah Tenten sambil menyikut pelan pinggang Neji.

Neji mengangguk sekilas. "Hn."

"La-lalu s-siapa yang Nii-san j-jemput p-pagi tadi?" Celetuk Hinata yang membuat Sakura tergelak dan membuat Tenten semakin merona malu.

"H-hei! Sudahlah! Kalian jangan menggodaku terus!" Protes Tenten.

"Iya iya, maafkan kami." Kata Sakura.

"I-iya, ma-maafkan kami k-karena telah menggoda kalian."

Tenten mengangguk. "Ya sudah kalau begitu. Kami pamit dulu."

"Kalian mau kemana? Kalian baru masuk dan menaruh tas kalian."

"A-ano.. i-itu-"

"Hn. Kami akan pergi keruang karate, ada yang ingin kami urus disana." Potong Neji. Tenten pun mengangguk.

Sakura tersenyum jahil, kemudian mengangguk dan membiarkan pasangan itu keluar. Namun bukan Sakura namanya kalau ia tidak jahil.

"Jangan lupa ceritakan kepada kami jika kalian selesai bermesraan, ya!" Seru Sakura saat Neji dan Tenten sudah keluar. Namun dapat dipastikan jika mereka berdua dapat mendengarnya.

"Sakura!" Teriak Tenten dari luar.

"Hahahaha!" Mau tak mau Hinata ikut tertawa.

Tak lama berselang, Naruto dan Sasuke masuk kedalam kelas. "Ohayou Hinata-chan! Sakura-chan!" Sapa Naruto diselingi cengiran khas ala Naruto Namikaze.

Pipi Hinata bersemu merah. "O-ohayou N-naruto-kun..."

"Ohayou Naruto!" Sakura kemudian melirik Sasuke dan membungkukkan badannya sedikit. "O-ohayou, U-uchiha-sama." Sakura memberi salam kepada Sasuke.

"Hn." Hanya itu balasan dari Sasuke, namun telah dapat membuat hati Sakura berbunga-bunga dan merona. Apalagi mengingat tentang apa yang ia bicarakan dengan Mikoto kemarin.

Flashback

Mikoto menatap penuh harap kepada Sakura. "Jadi... bagaimana Saku-chan? Apa kau mau?" Tanya nya.

Sakura tersadar dari lamunannya. Kemudian ia tersenyum canggung. "Entahlah, Mikoto-sama. S-saya akan pertimbangkan lagi."

Mikoto nampak berdecak. "Kenapa harus dipertimbangkan lagi, hm? Aku beberapa kali melihatmu sedang memperhatikannya, jadi aku putuskan untuk memberimu tugas ini." Mikoto mengedipkan sebelah matanya kearah Sakura dan membuat Sakura semakin malu.

Akhirnya Sakura mengangguk. "Baiklah, Mikoto-sama. S-saya menerima tawaran anda."

Senyuman puas nampak tercetak diwajah cantik Mikoto. Ia kemudian memeluk Sakura dan mengucapkan terimakasih kepadanya. Lalu ia menatap Sakura.

"Baiklah, Sakura. Mulai besok, kau akan menjaga dan mengatur segala urusan Sasu-kun." Ucap Mikoto lalu kembali memeluk Sakura.

Flashback end

Wajah Sakura memerah kembali mengingat apa yang ia bicarakan dengan Mikoto. Sungguh, ia tidak menyangka jika ia lah yang akan mengawasi dan mengurus Sasuke. Mulai dari membangunkannya, sampai mengawasinya di sekolah.

Mungkin Ino dan Hinata benar, ia punya banyak kesempatan untuk mendekati sang pujaan hatinya. Walaupun itu merupakan pekerjaannya.

"Oi! Sakura-chan! Kenapa wajahmu merah? Apa kau sakit?" Tanya Naruto sambil mencoba mendekatkan tangannya ke kening Sakura.

Sakura tersadar kemabli dan buru-buru menepis tangan Naruto. "Aku tidak sedang sakit, Naruto."

"Lalu kenapa?"

Sakura menggelengkan kepalanya. "T-tidak ada apa-apa, kok."

Naruto mengendikkan bahunya. "Ya sudah kalau begitu. Ayo, kita taruh tas dulu Teme." Ajak Naruto.

"Hn."

.

.

.

.

"Kau sudah pulang, Sakura." Kata Nenek Chiyo.

"Ah, iya benar Nek. Maaf ya, aku pulang terlambat. Aku harus piket terlebih dahulu." Ucap Sakura.

Nenek Chiyo mengangguk. "Tidak apa-apa, itu juga merupakan salah satu tugasmu sebagai seorang siswa."

"Iya, Nek. Kalau begitu, Sakura ganti baju dulu." Sakura kemudian pergi untuk mengganti bajunya. Tak lama kemudian, Sakura datang dengan pakaian seperti seorang maid.

Sakura kemudian membantu Nenek Chiyo menyiapkan hidangan makan siang untuk keluarga Uchiha. "Oh ya, Nek. Tadi pagi aku melihat Itachi-sama dan temannya. Berarti mereka sudah pulang ya, Nek."

"Benar, Itachi-sama dan temannya sudah datang. Baru saja Nenek ingin memeritahukannya kepadamu, Sakura."

Sakura mengangguk. "Apa temannya itu akan menginap disini, Nek?"

"Seperti itu lah. Menurut Mikoto-sama, Haruno-sama akan menginap disini selama beberapa hari untuk mengisi liburannya."

"Jadi, mereka kemari hanya untuk mengisi liburannya, ya?"

"Iya. Nah, sekarang kau coba gantikan pekerjaan Ayame. Kamu sekarang pergi keatas, dan panggil Itachi-sama dan Haruno-sama untuk makan bersama. Begitu juga dengan yang lainnya. Biar Nenek dan yang lain mengurus ini." Pinta Nenek Chiyo.

Sakura mengangguk. "Baiklah, Nek. Memangnya kemana Ayame-chan?"

"Katanya dia pulang telat karena harus lebih membantu Ayahnya di kedainya." Sakura mengangguk lagi dan pergi keatas untuk memanggil seluruh keluarga Uchiha, dan teman Itachi.

.

.

.

.

"Hei, Itachi." Panggil Sasori.

"Ada apa?"

"Sedari tadi aku tidak melihat Sasuke. kemana dia?"

Itachi mengendikkan bahunya. "Entahlah. Kurasa otouto ku itu sedang keluar bersama teman-temannya, atau mungkin sedang berdiam diri di kamarnya. Entahlah, aku tidak tau."

Sasori mengangguk. "Oh, ya. Kau bilang, kau kenal dengan gadis berambut merah muda yang tadi pagi, 'kan?"

Itachi mengangguk. "Iya, aku kenal dengannya."

"Lalu, siapa namanya?"

"Sakura. Namanya Sakura Akasuna. Memangnya kenapa? Kau suka dengannya?" Tanya Itachi.

Sasori menggeleng. "Tidak. Kalau aku menyukainya, akan aku kemanakan Konan, eh?"

Itachi tertawa. "Benar juga. Lalu kenapa kau bertanya soal dia? Ada apa?"

Sasori menggeleng. "Apa dia bagian dari keluarga Uchiha juga?"

"Bukan."

"Lantas, kenapa dia keluar dari kompleks Uchiha tadi?"

Itachi menghela nafasnya. "Sakura adala seorang maid dirumah ini."

Sasori mengerjapkan matanya. "Maid?"

Itachi mengangguk. "Ya. Sejak kecil dia berada di sini bersama dengan Nenek Chiyo. Dia tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Nenek Chiyo." Jelas Itachi.

"Dia yatim piatu?"

"Entahlah, aku sendiri tidak tau. Tapi asal kau tau, Sakura bukanlah cucu Nenek Chiyo yang sebenarnya."

Sasori menyerngitkan alisnya. "Maksudmu?"

"Dia tidak memiliki siapa-siapa. Setahuku, sejak bayi dia diasuh oleh Nenek Chiyo. Hanya itu yang aku tahu."

Sasori mengangguk. "Sakura Akasuna. Entah kenapa, aku jadi teringat oleh-"

TOK TOK TOK

"Maaf, Itachi-sama, Haruno-sama. Ini saatnya untuk makan siang, kalian sudah ditunggu oleh yang lainnya." Kata Sakura dari luar.

"Ah, benar juga. Ayo, Sasori. Kita turun, aku sudah lapar." Ajak Itachi.

"Baiklah."

"Sebentar, Sakura-chan. Kami akan turun."

"Baiklah, Itachi-sama.

Setelah itu, sudah tidak ada suara Sakura lagi.

"Ayo, Sasori." Itachi dan Sasori kemudian turun kebawah.

'Mungkin adikku sekarang sudah sebesar dirimu, Sakura.'

TBC

Hallo, semua. saya sudah melanjutkan chap 3 nya. Mudah mudahan nyambung, ya. Hehehe...

Dan terimakasih yang sudah me review. Maaf saya tidak menyebutkan namanya satu-persatu karena waktu saya sudah mepet. Insya allah lain kali akan saya sebutkan satu persatu. Dan mungkin saya akan balas lewat PM.

Lalu maaf bila saya belum bisa mengupdate fic yang lainnya, karena batas kuota modem saya cuma hari ini, bersamaan dengan waktu saya yang mepet.

Sekian dari saya, semoga dapat mengibur kalian semua. yosh!