"Apa lagi sih?"
Seongwoo yang sedang asik main game di ponselnya terusik dengan kedatangan Jihoon yang tiba-tiba. Pasalnya bocah perempuan itu tanpa aba-aba langsung naik ke atas punggung Seongwoo yang posisinya tengkurap sambil mengoperasikan ponselnya. "Turun dong, kamu berat tau. Abang gak bisa napas," perintahnya.
Seongwoo tetap tidak melepaskan pandangannya dari ponsel padahal Jihoon sudah memukuli punggungnya keras-keras. Ia memang merengek kesakitan akibat ulah keponakan perempuannya itu, tapi belum ada inisiatif dari Seongwoo untuk berhenti bermain dan mengatensi kehadiran Jihoon di sana.
"Abang, ayo temenin aku renang!" Sekali lagi Jihoon memukul-mukul punggung lebar Seongwoo. Ketika dirasa tak ada respon, bocah perempuan itu akhirnya beranjak dari duduknya dan berdiri di atas punggung si paman dan menghentakkan kakinya di sana.
Berhasil. Karena akhirnya Seongwoo menjerit-jerit kesakitan dan meletakkan ponselnya untuk menurunkan Jihoon dari punggungnya. "Sakit tau! Nanti kalo Abang patah tulang gimana?"
"Aaayooooo!"
Jihoon tidak peduli. Setelah turun dari punggung Seongwoo, ia lantas menarik tangan Seongwoo agar bangun dari posisi tidurannya. "Abang ayooooo!"
Meskipun usahanya sia-sia karena tubuh kecilnya mana mungkin bisa membuat tubuh Seongwoo yang berkali lipat lebih besar dari tubuhnya untuk bergerak, Jihoon tidak putus asa. Ia mengelitiki perut Seongwoo sampai si empunya tertawa kegelian dan akhirnya bangun dari posisi malasnya.
"Aduh ngapain sih. Enak di rumah aja lah, di luar panas nanti kamu gosong kayak Om Jaehwan," ujar Seongwoo.
"Ayo buruan, Abang!" Jihoon memekik kesal sembari tetap menarik-narik tangan Seongwoo untuk berdiri.
"Males Abang tuh, Jihoon. Gak ada temen-temen, Abang males kalo sendirian," kini giliran Seongwoo yang merengek di depan Jihoon. Bocah perempuan itu terlihat semakin jengkel karena si Abang tidak kunjung berdiri.
"Sama Kakak Minhyun, Abang! Ajak Kak Minhyun juga!" Ia merengek kesal. "Sama Om Daniel juga! Om Hyunbin! Om Jaehwan! Bang Jonghyun juga! Ayo!"
Seongwoo mendesah, "Ya udah iya iya, nanti Abang ajakin mereka. Udah kamu sana ganti baju dulu."
Jihoon tersenyum senang dan segera beranjak ke kamar untuk berganti baju dan memberi tahu kabar bahagia ini pada dua saudaranya yang lain.
Seongwoo tersenyum kecut, "Hadeh nasib! Liburan kok tambah pegel iki piye..."
o0o
"Seneng banget keliatannya kamu, Dan. Kenopo toh?" Jaehwan meringis kecil menatap Daniel yang sejak tadi tidak berhenti untuk tersenyum lebar.
"Opo?" Raut wajah Daniel yang sejak tadi tersenyum senang langsung berubah ketika menatap sengit Jaehwan. Laki-laki kelahiran Surabaya itu masuk ke rumah Seongwoo, meninggalkan Jaehwan yang kebingungan melihat sifat Daniel yang menurutnya aneh.
Daniel tersenyum kembali ketika melihat tiga bocah keponakan Seongwoo yang tengah duduk-duduk di beranda depan ketika Daniel memasuki halaman rumah. "Halooo Jihoon!" Sapa Daniel ceria.
Jihoon yang tadinya asik bermain dengan dua saudaranya langsung lari-larian menuju Daniel dan memeluknya. "Jihoon kangen Om Daniel," ujarnya senang. Daniel langsung menggendong Jihoon dan membawanya masuk ke ruang tamu untuk menemui Seongwoo terlebih dahulu.
Jaehwan yang sedari tadi berdiri di belakangnya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakan Daniel ketika sudah berhadapan dengan Jihoon. Daniel punya satu adik di Surabaya, sekarang sudah kelas tiga sekolah dasar. Adiknya perempuan, mirip sekali dengan Jihoon kata Daniel. Jaehwan sendiri yang dengar kemarin setelah Seongwoo membawa tiga keponakannya itu ke rumah Jonghyun.
"Hyunbin katanya langsung berangkat ke sana sendiri, Mas, dia masih di rumah pakdenya," ucap Daniel membacakan sederet pesan yang masuk ke aplikasi chattingnya. "Mas Jonghyun masih otw," lanjutnya.
Seongwoo ngangguk-ngangguk. "Ya udah kalian di sini dulu ya jagain bocil-bocilku. Aku mau ngambil barang-barangnya mereka."
"Oke siap!" Daniel dan Jaehwan kompak menjawab.
Sepeninggal Seongwoo, tiga bocah itu langsung mengerubungi Daniel dan Jaehwan yang kini sedang duduk di karpet ruang tamu. Guanlin dan Woojin mengajak Jaehwan untuk ikut main robot-robotan. Sedangkan Daniel di monopoli Jihoon sendirian. Mereka asik sendiri main dokter-dokteran sampai dua bocah laki-laki itu iri dan memaksa untuk ikut bermain dengan Jihoon dan Daniel.
Jadi, kini situasinya adalah Jaehwan dan Daniel berbaring dengan bantal kursi yang mereka tiduri. Jihoon dan Woojin sebagai dokter, sedangkan Guanlin sebagai perawat yang membawakan dua kakaknya peralatan operasi dan obat-obatan.
Tak lama, Seongwoo akhirnya keluar kamar membawa satu tas punggung berisi pakaian ganti dan tiga pelampung di tangan kiri untuk tiga keponakannya yang terlalu aktif. Ia kerepotan membawa pelampung berbentuk bebek sebanyak tiga buah itu hingga hampir menabrak meja televisi yang dilewatinya. Jaehwan dan Daniel yang masih berperan sebagai pasien menahan tawanya.
Tepat ketika Seongwoo melewati ruang tamu, Jonghyun diikuti Minhyun masuk ke dalam rumah. Kaki Daniel yang panjang ia renggangkan hingga menyentuh kaki Seongwoo yang tengah berjalan. Seongwoo terjatuh di depan Jonghyun dan Minhyun yang berdiri di ambang pintu.
Daniel, Jaehwan, Jonghyun, Minhyun, dan trio tertawa lebar.
Seongwoo mengelus sikunya yang kesakitan.
o0o
halo frins! aku kangen banget! kangen nulis, kangen kalian juga.kenapa aku akhir-akhir ini sok sibuk banget huhuhu sok-sokan padahal baru jadi maba hehehe. bentar lagi aku uas, doain ya. rencananya setelah uas aku mau lanjut cerita ini sampe selesai, jd daybreak aku pending dulu. semoga ga hanya wacana. oh ya maaf kalo chapter ini b aja, banyak yg typo. aku nulisnya di tengah2 belajar buat uas psikologi sosial ㅠㅠ
