Luhan menaruh tubuh minseok di ranjang secara perlahan. Sepanjang perjalanan pulang, minseok tertidur sangat pulas. Luhan hanya tersenyum lalu mengelus halus rambut minseok penuh sayang. "kau ini lucu sekali sih, dibalik tingkahmu yang manja kau sebenarnya adalah sosok yang sangat menakutkan, bahkan kau bisa lebih mengerikan jika dibandingkan denganku."

Luhan kemudian ikut berbaring di samping minseok lalu menutupi tubuh mereka dengan selimut, tubuhnya merasa sangat lelah setelah menghabisi teman sekelasnya, kim jongdae. Ditambah lagi ia harus menggendong minseok dari sekolah sampai ke rumah, benar-benar melelahkan.

tok..tok..

suara ketukan pintu kamar membuat luhan kembali terbangun "aishh... menganggu saja." rutuknya dalam hati. Dengan langkah malas, ia kemudian membukakan pintu kamar.

"minseok sudah tidur?" dia taeyeon, Kim Taeyeon. Kakak kandung minseok.

"sudah, noona."

"darimana saja kalian?"

"belajar bersama, noona."

"sampai semalam ini? aku heran, setiap kalian pergi malam-malam, minseok selalu pulang dalam keadaan tertidur, sebenarnya kau apakan adikku, huh?!"

"noona, bisakah kita berdebat besok pagi saja, aku benar-benar lelah. Aku ingin tidur."

"tidak! kau apakan minseok? kau beri dia obat tidur?"

"astaga.. tidak noona, minseok hanya kelelahan saja."

"kelelahan?"

"umm" luhan mengangguk-angguk sambil tersenyum.

"noona ini seperti orang bodoh saja, minseok itu kan sangat manja, lelah sedikit saja-" luhan tersadar dengan apa yang baru saja di ucapkannya, dengan cepat ia menutup pintu lalu menguncinya rapat-rapat.

"yak! luhan! kau pikir aku tidak mendengar ucapanmu barusan!"

bugh! karena kesal taeyeon memukul pintu kamar sangat keras.

"luge? ada apa?"

"tidak ada apa-apa, min. Sudah kau tidur lagi saja."

Taeyeon sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya, minseok, juga luhan. Sejak kematian kedua orang tuanya, taeyeon mengurus adik satu-satunya itu seorang diri. Taeyeon dan minseok ditinggal mati orang tuanya sejak minseok masih kecil, kurang lebih sudah sepuluh tahun lamanya. Saat itu minseok kecil menyaksikan sendiri bagaimana kejamnya para mafia membunuh kedua orang tuanya, tanpa tahu apa penyebabnya. Semenjak kejadian itu, minseok menjadi pemurung dan menutup diri, jika sedang kesal minseok tak segan-segan menghancurkan benda apapun di dekatnya, termasuk makhluk hidup. Pernah sekali saat teman mainnya tidak sengaja merusak mainan kesayangannya, minseok dengan kasar menampar temannya hingga pipinya memerah dan berdarah.

Semenjak kejadian itu, minseok dijauhi banyak teman, mereka mengira jika minseok adalah jelmaan monster. Namun berbeda dengan luhan, saat itu luhan adalah pindahan murid baru asal china. Ia sangat tertarik pada minseok, entah apa alasannya, yang jelas ia selalu mengikuti kemanapun minseok pergi. Minseok merasa senang akan hal itu, semakin hari mereka semakin akrab dan mengenal satu sama lain. Luhan selalu memberikan perhatian lebih pada minseok, hingga akhirnya minseok menjadi sangat tergantung dan menyerahkan masalah hidupnya pada luhan. Tanpa luhan, minseok tidak bisa berbuat apa-apa, minseok selalu mempercayakan semuanya pada luhan.

Taeyeon merasa bersyukur dengan kehadiran luhan di kehidupan minseok, karenanya minseok tak lagi pemurung dan menutup diri. Bahkan ia mengijinkan luhan untuk tinggal bersama, karena sudah satu tahun luhan hidup sendiri karena kedua orangtuanya bercerai dan meninggalkannya begitu saja. Namun satu hal yang tidak pernah taeyeon tahu soal adiknya itu, soal minseok yang setiap hari selalu melampiaskan kekesalannya dengan cara menyiksa dan membunuh siapapun yang ingin dijadikan korbannya.

"minseok! luhan! cepat turun, ini sudah siang!"

"ya noona.. kami segera turun."

"kalian ini lambat sekali sih!" ucap taeyeon sambil memperhatikan kedua adiknya menuruni anak tangga.

"noona, bisakah sehari saja kau tidak marah-marah?"

"sudah tidak usah banyak bicara, cepat habiskan sarapan kalian!"

"noona sudah mau berangkat?"

"iya, dan sepertinya noona akan pulang malam."

"baiklah. hati-hati."

"dan kau luhan!" taeyeon menatap luhan dengan tajam sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat di wajahnya. "urusan kita belum selesai!"

luhan hanya tersenyum lalu kembali memakan sarapannya.

"luge? ada apa?"

"tidak apa, hanya masalah kecil."

Minseok mengernyitkan dahi setibanya disekolah, murid-murid bergerumul tepat di depan papan pengumuman.

"luge, ada apa itu?"

luhan hanya mengangkat bahunya, ia kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga minseok untuk membisikan sesuatu "paling-paling berita kematian kim jongdae" minseok mengangguk paham, kemudian ia menarik pelan lengan luhan untuk segera masuk ke dalam kelas.

Kringg..

Bel masuk berbunyi, membuat murid-murid sibuk berlari masuk ke kelasnya masing-masing. Minseok dan luhan yang sejak tadi duduk dikursinya hanya tersenyum melihat teman-teman sekelasnya sibuk membicarakan soal berita yang barusaja mereka lihat di papan pengumuman.

"astagaa!" salah satu teman sekelasnya, do kyungsoo, berteriak histeris setelah mendapati sesuatu yang mengerikan di dalam tas miliknya.

"ada apa, kyung?" tanya baekhyun.

kyungsoo tidak menjawab, wajahnya seketika memucat dan tangannya gemetar. Baekhyun yang merasa khawatir dengan cepat mengecek isi dari tas tersebut. Didalamnya terdapat jaket hitam penuh darah yang tak lain adalah milik kim jongdae. Semua murid di sana menatap tak percaya pada kyungsoo, tidak sedikit dari mereka berpikir negatif bahkan menuduh kyungsoo lah di balik kematian kim jongdae.

"aku tidak tahu apa-apa."

TBC.