JUST AN UNUSUAL LIFE
DISCLAIMER:
Hyouka © Honibu Yonezawa
This story came from my wild mind
And inspirated by a story at another fandom
WARNING:
GaJe, OOC, Typo, alur cerita kacau (kaya Authornya),
jauh dari judul, dan lain sebagainya.
Jika anda mengalami pusing, mual, mata merah dan berkunang - kunang,
dan gejala lainnya, segera klik tombol back atau close browser anda,
dan segera pergi ke puskesmas atau rumah sakit
DON'T LIKE BUT DON'T BLAME
.
.
.
CHAPTER 2
Skip Time...
Setelah beberapa menit Oreki berjalan dari atap gedung sekolah, akhirnya Oreki sampai dihadapan ruang klub klasik. Dia langsung saja membuka ruang klub tersebut.
namun, oreki tak menduga dengan apa yang dia lihat. Seseorang yang sekarang sangat ingin ia hindari rupanya sedang berada dalam ruangan klub tersebut.
"Oreki-san" sapa seorang gadis dihadapannya
"hn..." jawabnya malas
"nani o, oreki-san?"
"nande mo nai..."
"benarkah?"
"hn" Oreki langsung duduk ditempat biasa ia duduki, begitupun gadis tersebut.
Tak lama setelah mereka duduk, keheningan pun memenuhi ruangan klub. Oreki dan gadis itu tengah sibuk dengan buku yang sedang mereka baca masing masing.
"Oreki-san?" panggil gadis dihadapannya memecahkan keheningan
"Ada apa, Chitanda?" tanya oreki kepada gadis yang bernama Chitanda tersebut
"Kenapa kau berteriak diatas gedung tadi?"
'Darimana dia tau kalau aku yang berteriak tadi?' batin Oreki
"Bukan Urusanmu..."
"Oreki-san..." Perasaan Oreki berubah menjadi tegang. Karena biasanya jika gadis dihadapannya ini mulai seperti itu, tandanya rasa penasarannya sudah mencapai batas puncaknya.
"Watashi... kinninarimasu!" Mata gadis itu bercahaya. langsung saja Chitanda memegang tangan Oreki dan mendekatkan wajahnya yang hampir saja mempertemukan kening mereka. Wajah Oreki sedikit merona karnanya
'Oh kami-sama, tolong bunuh aku SEKARANG!' batin Oreki gelisah dengan gadis dihadapannya
"kenapa Oreki-san berteriak diatas gedung sekolah? apa yang menyebabkan Oreki-san berteriak? watashi kinninarimasu!"
"Ini bukan urusanmu!"
"Tapi, aku penasaran kenapa Oreki-san berteriak begitu kuat tadi? apa Oreki-san punya masalah?"
"Iya, dan ini urusanku sendiri, tak ada sangkut pautnya denganmu!"
"Eh? aku tidak menanyakan itu kok"
'sial! aku keceplosan! bagaimana ini?' batin Oreki mulai panik
"apa jangan ja..."
"Aku pergi!" sahut Oreki sambil memasukkan buku yang tadi dibacanya kedalam tas lalu pergi meninggalkan Chitanda diruang itu sendirian
"Oreki-san... ada apa denganmu?" Chitanda berhasil menahan tas Oreki
"Aku tidak apa apa"
"Oreki-san, tolong jujurlah padaku!"
"Sudah kubilang aku tak apa apa! dan masalahku ini tidak menyangkut pautkanmu didalamnya!"
"Oreki-san bohong!"
"Sudahlah! aku mau pulang!" Oreki memaksakan dirinya untuk terlepas dari Chitanda
"Baiklah, Oreki-san..." ucap Chitanda murung, dan itu membuat hati Oreki sedikit sesak
"Hati hati dijalan, Oreki-san!"
"Hm..." balas Oreki meninggalkan Chitanda sendirian diruangan tersebut
'Oreki-san, ada apa denganmu?' batinnya setelah beberapa menit Oreki meninggalkan ruangan klub tersebut.
Tanpa sadar air mata chitanda mengalir begitu saja
Houtarou's POV
Aku meninggalkan Chitanda diruang klub sendirian. Jujur saja, aku merasa sedikit bersalah karena aku menolak untuk menjawab rasa penasarannya. Namun semua ini kulakukan agar dia tidak tau apa yang sedang aku pikirkan waktu itu.
Aku tidak ingin semua ini bertambah kacau. Biasanya aku selalu melayani rasa penasarannya, tapi sekarang sudah beda. Ketika sudah bisa menolaknya, aku merasa ada yang sesak didalam dadaku. Apa benar aku...
Ah, tidak mungkin, TIDAK MUNGKIN!
aku tidak mungkin bisa mencintainya. Dia anak dari orang yang terpandang, populer, dan dihormati. Sedangkan aku? Aku hanya seorang pemuda yang ingin hidupnya tenang tanpa menyia nyiakan energinya secara percuma, dari kalangan orang biasa, dan biasa saja.
Namun, ketika kulihat dia sebelum aku meninggalkannya sendirian, dia tampak sedih, tapi kenapa? Bukannya ini yang kuinginkan? Bisa menolak permintaannya saja untuk sehari itu bagaikan impian yang sudah lama aku dambakan dan sudah lama aku impikan. dan kenapa aku merasa bersalah karnanya?
"Ada apa denganku?"
Normal's POV
Sekarang Oreki berada di persimpangan jalan menuju rumahnya. Lampu persimpangan tersebut sudah menunjukkan jalan sudah boleh disebrangi. Oreki mulai memyebrangi persimpangan tersebut,
Tetapi...
.
.
.
.
TO BE CONTINUE
