JUST AN UNUSUAL LIFE

DISCLAIMER:

Hyouka Honibu Yonezawa

This story came from my wild mind

And inspirated by a story at another fandom

WARNING:

GaJe, OOC, Typo, alur cerita kacau (kaya Authornya),

jauh dari judul, dan lain sebagainya.

Jika anda mengalami pusing, mual, mata merah dan berkunang - kunang,

dan gejala lainnya, segera klik tombol back atau close browser anda,

dan segera pergi ke puskesmas atau rumah sakit

DON'T LIKE BUT DON'T BLAME

.

.

.

.

.

CHAPTER 12

"Chitanda?" panggil oreki kepada gadis dihadapannya.

"ada apa?"

"eh, uh... apa kau membawa payung?"

"tidak, aku tidak membawa payung. memangnya kenapa, oreki-san?"

"tidak ada apa apa" dan mereka kembali terdiam.

beberapa menit setelah percakapan singkat tadi, hujan pun turun membasahi kota kamiyama.

"eh? hujan?" ucap chitanda sambil melihat jalanan yang mulai diguyur hujan melalui jendela kaca disampingnya.

"yup, hujan." jawab oreki yang juga melihat keluar.

"bagaimana ini, oreki-san? hujannya sangat lebat sekali diluar sana."

"tenanglah, kita aman didalam sini, jadi kita tidak kehujanan sama sekali."

"I..iya, kau benar, Oreki-san" jawab chitanda.

tidak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan yang tadi mereka pesan beberapa menit lalu.

"silahkan dinikmati" ucap pelayan tersebut lalu pergi. Oreki langsung meniup kopi tersebut dan meminumnya secara perlahan, sedangkan Chitanda memilih untuk memakan kue terlebih dahulu.

.

.

.

.

.

.

.

.

hujan masih belum reda, dan sudah beberapa jam berlalu.

pandangan Oreki terpaku ke arah luar jendela, melihat titik - titik air yang masih berjatuhan diluar sana. didepannya ada Chitanda yang sedang bermain dengan garpu kue pesanannya. diantara mereka tidak ada yang ingin angkat suara dan membicarakan sesuatu.

hingga Oreki memilih untuk mulai berbicara.

"Chitanda." panggil Oreki

"ada apa, Oreki-san?"

"apa kau yakin tidak punya sesuatu yang ingin kau bicarakan padaku?"

"e...eh? e..en...entahlah, aku merasa ragu untuk menanyakannya..." jawab Chitanda gugup.

"tentang apa? katakan saja"

"a..ano... aku penasaran, siapa gadis yang selalu kamu pikirkan itu..." sontak wajah Oreki sedikit merona setelah mendengar ucapan Chitanda.

"a..apa aku harus menjawabnya?"

"i..itu terserah padamu, Oreki-san. Aku tidak memaksamu untuk mengatakannya kepadaku" ucap gadis tersebut. kemudian mereka terdiam untuk beberapa saat sambil memainkan jari telunjuknya.

"baiklah..." raut Chitanda langsung berubah menjadi senang setelah mendengar ucapannya.

"namun..."

"namun kenapa, Oreki-san?" tanya Chitanda bingung.

"aku tidak ingin mengatakannya sekarang."

Chitanda langsung kecewa dengan pernyataan pemuda dihadapannya itu. sedangkan Oreki terdiam memerhatikan ekspresi gadis dihadapannya.

"tidak apa-apa, Oreki-san. Aku rasa, aku tidak perlu mengetahuinya." kata Chitanda, dengan senyum yang sedikit ia paksakan.

"aku tak bermaksud begitu, hanya saja..."

"hmn?" Chitanda sedikit memiringkan kepalanya kekiri.

"l..lupakan. intinya, aku akan mengatakannya kepadamu suatu saat nanti." ucap pemuda tersebut sambil memalingkan pandangannya kearah jendela. kemudian ia menyadari bahwa dilluar sana hujan sudah berhenti.

"kelihatannya hujan sudah mulai mereda."

"benarkah?" ucap Chitanda yang ikut melihat kearah jendela kaca disamping mereka yang memperlihatkan pemandangan orang-orang yang mulai keluar dari tempat berteduh, berjalan diatas trotoar yang masih agak basah.

Oreki memudian mengubah pandangannya kearah sebuah jam tua yang masih berfungsi yang berada beberapa meter dari posisinya. ia mendapati bahwa jam tersebut menunjukkan waktu pukul 5.24 sore.

'aku ingin pulang sesegera mungkin.' batin Oreki.

"Chitanda."

"iya?"

"sebaiknya kita pulang sekarang. sekarang sudah sore dan mungkin akan ada hujan susulan jika kita masih berada disini" jelasnya.

"kau benar, Oreki-san. kalau begitu ayo kita pergi." jawab Chitanda. kemudian mereka pergi ke kasir dan membayar pesanan mereka.

.

.

.

.

.

.

.

.

"oi, Chitanda." panggil Oreki. Mereka masih berada didepan kedai kopi yang baru saja mereka tempati selama beberapa jam lamanya

"iya, Oreki-san?"

"aku minta maaf, jika aku membuatmu kecewa karena hal itu" ucap pemuda tersebut. Chitanda yang mendengarnya kemudian tersenyum.

"tak apa, Oreki-san. aku yang seharusnya minta maaf kepadamu karena menanyakan hal yang sangat pribadi untukmu" kata Chitanda, yang membuat Oreki terdiam. "aku rasa, beberapa hal tidak seharusnya diketahui orang lain."

"kau benar. tapi bukan kah aku sudah bilang kalau aku akan mengatakannya kepadamu suatu saat?" tanya Oreki

"i..iya, tapi tidak apa-apa jika Oreki-san tidak mau mengatakannya."

"hmn... apa kau mau kutemani kau pulang?"

"tak apa, Oreki-san. jika kamu ingin pulang terlebih dahulu, maka pulanglah. aku akan pulang sendirian saja." jawab Chitanda.

"baiklah, kalau begitu, sampai jumpa." Oreki langsung mengambil langkah pulang menuju rumahnya.

"hati-hati dijalan, Oreki-san" kata Chitanda sambil melambaikan tangan.

setelah beberapa langkah, Oreki berhenti sejenak tepat didepan papan pesegi dengan tulisan 'Pineapple sand' yang tergantung dibagian sudut atas kedai kopi itu. Ia melihat papan tersebut, dan tetap melihatnya selama beberapa saat. Chitanda yang masih berada disana heran melihat Oreki yang mendadak berhenti dan melihat kearah papan nama kedai tersebut.

"hei, Chitanda" panggil Oreki pada Chitanda yang berada beberapa meter dari posisisnya. ia kemudian membalikkan badannya kearah Chitanda.

"'aku pernah melangkah besama boneka.'" ucapnya dengan menaikkan sedikit volume suaranya agar gadis dihadapannya bisa mendengarkannya. kemudian Oreki membalikkan badannya lalu kembali melangkah.

"boneka? apa maksudmu, Oreki-san?" tanya Chitanda, namun Oreki hanya mengangkat tangan kanannya seolah sedang melambaikannya kepada Chitanda.

Chitanda masih memikirkan maksud dari kalimat yang Oreki katakan kepadanya, sedangkan Oreki sudah berjalan jauh meninggalkan kedai kopi dimana Chitanda masih kebingungan.

'mungkin kapan-kapan aku akan datang lagi kesana, sendirian.'

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUE