Chapter 2


"Ayah.."

"Sehun.." Yifan memberi isyarat agar Sehun pergi dan berlindung di dalam kamarnya. Ia takut jika Jongin akan menyakiti Sehun juga. Tapi rupanya pemuda itu tidak paham dengan isyarat yang diberikan sang ayah. Ia berjalan mendekat, membuat Jongin tercekat.

"Siapa anda ?!" Sehun bertanya tajam, menciptakan tawa kering dari seorang Kim Jongin.

"Haruskah aku memperkenalkan diri pada bocah seperti mu ?"

"Tidak! Saya hanya ingin memberitahu apa yang anda lakukan pada ayah saya adalah tindakan kriminal." senyum Jongin menghilang. Memberi tatapan tajam pada Yifan untuk membereskan anak ini sebelum kesabarannya habis.

"Sehun, naiklah ke atas. Ayah akan membereskan ini semua" Sehun mencekal pegangan Yifan dan terus menatap tajam ke arah Jongin. Ada rasa geli yang menggelitik perut Jongin menyaksikan tatapan lucu dari anak itu. Dipikir Jongin itu bocah seumurannya, yang akan takut dan mundur setelah mendapat tatapan tajam.

"Ayah dia tamu yang tidak sopan. Jika ayahku punya hutang jangan menggunakan kekerasan. Aku akan membayar hutang ayahku" Jongin meneliti wajah Sehun. Yifan mempunyai anak ? Bagaimana informasi sepenting ini bisa lolos darinya ?

"Kau memiliki anak Yifan ?" Yifan membawa Sehun untuk berlindung di belakang tubuhnya.

"Jangan sakiti dia. Ini semua salahku, biarkan aku saja yang menanggungnya" Jongin tersenyum miring, seolah senyum itu bisa membunuh Yifan kapan saja.

"Awalnya aku tidak ingin menyakiti. Tapi melihatmu seperti ini, membuatku ingin sekali melibatkan dia"

"Jangan kumohon Kim Jongin" Jongin mendadak tuli. Ide gila terlintas di otaknya. Oh Sehun adalah kelemahan Yifan. Dan menghancurkan kelemahan Yifan akan sangat menyenangkan bukan ?

"Ayah" Sehun tidak mengerti apa salah ayahnya hingga dipertemukan dengan lelaki bengis seperti Jongin. Tapi saat ini Sehun sungguh ketakutan. Bahkan ketika tangan Jongin dengan lembut membelai pipinya, seolah itu adalah pisau yang menggores.

"Jangan sentuh dia ku mohon" Jongin menjauh kan diri. Masih tersenyum sinis, melihat Sehun semakin merapatkan diri ke belakang tubuh ayahnya.

"Yifan, yang seperti ini semakin membuatku ingin menyentuhnya. Kau tahu, merusak barang yang kau sayangi adalah obsesiku."

"Brengsek kau Jongin!" Yifan sudah tidak tahan dengan semua ancaman Jongin. Sehingga dengan reflek ia membalas pukulan Jongin sebagai usahanya melindungi diri.

Aturan balas dendam yang dirancang Jongin, tidak pernah melibatkan Sehun di dalamnya. Nama Sehun bahkan tidak pernah terpikirkan sebagai salah satu diantara aturan itu. Tapi melihat Yifan yang menyayangi anaknya secara berlebihan, membuat Jongin berubah pikiran. Sedikit bermain tidak ada salahnya. Ia ingin memperlihatkan pada Yifan bagaimana rusaknya dia saat itu.

"Ikut aku!"

"Tidak mau!" terjadi tarik menarik, antara Yifan dan Jongin sebagai usaha mereka mendapatkan Sehun.

"Ayah tolong aku!"

"MINHO!" Yifan kalah telak, Minho dan semua pengawal yang dibawa Jongin memasuki rumah untuk mencekalnya. Sedangkan dirinya terus memberontak untuk menyelamatkan Sehun.

Pemuda kesayangannya, darah dagingnya itu digelandang Jongin menaiki tangga seperti sampah.

"Menangislah Sehun, menangislah" Yifan merintih. Menyaksikan senyum Sehun yang berusaha menguatkannya. Padahal Yifan tahu anak itu pasti ketakutan.

-KH-

Jongin melempar Sehun hingga punggung anak itu membentur tiang ranjang. Ia sendiri tidak tahu mengapa malah membawa Sehun memasuki kamar disalah satu rumah Yifan yang sudah dibelinya.

"Aku muak melihatmu, sungguh!" Jongin mencengkram rahang sempit Sehun. Dan menyaksikan sinar menyala disana. Sehun tidak menangis padahal Jongin ingin sekali mendengarnya memohon dengan buraian air mata. Tapi pemuda itu justru hanya diam dan membiarkan Jongin menyiksanya sesuka hati. Asal ayahnya selamat, Sehun pun tak apa.

"Berapa hutang ayahku ?"

"Tidak akan terbayar, bocah ingusan sepertimu tahu apa ?!" Sehun memejamkan matanya sejenak. Mengubur rasa sakit yang diciptakan Jongin.

"Katakan nominalnya tuan" Jongin merasa sangat tertantang. Tidak ada yang pernah menentangnya selama ini. Sehun pengecualian, pemuda darah daging Yifan ini sangat menguji kesabaran sekaligus membuatnya ingin memaki.

"Kau memiliki apa hingga begitu yakin bisa membayar semua hutang si brengsek itu ?!"

"Namanya Yifan, dia ayahku. Bukan si brengsek"

"Bagaimana jika dia benar brengsek huh ?" Jongin tertegun memandang wajah Sehun dari jarak sangat dekat. Hidungnya mancung, dengan mata indah, sayu dan membawa kedamaian. Bagaimana dalam posisi seperti ini ia seolah tak gentar ? Mata Jongin jatuh pada bibir anak itu. Bibir yang terus menjawabi semua makiannya. Bibir yang tidak kehabisan kata untuk melawannya demi melindungi sang ayah. Tiba-tiba Jongin geram sendiri. Yifan tidak pantas dibela oleh Sehun.

"Ayahku memang brengsek, tukang judi. Tapi dia ayahku. Aku akan bekerja keras dan membayar hutangnya padamu"

"Benarkah ?" mata Jongin menggelap, entah setan apa yang membawanya sampai melibatkan Sehun sejauh ini.

Ia mengedarkan pandangannya, mencari sesuatu yang sangat dibutuhkan sekarang. Karena tidak kunjung menemukan. Jongin melepas secara kasar dasi yang dikenakan. Menyeret paksa agar Sehun mau menaiki ranjang.

Sehun tidak menangis, meskipun badannya terasa remuk. Hatinya terasa hancur dan harga dirinya terluka. Tidak apa, ia terus menenangkan dirinya. Ayahnya adalah prioritas. Ia rela sakit seperti ini, demi melindungi ayahnya. Satu-satunya yang dimiliki setelah kepergian ibunya.

"Bagaimana ? Kau masih berkeras hati ingin membayar hutang ayahmu ?" Pergelangan tangannya seolah sudah lepas. Jongin mengikat terlampau kencang, semakin Sehun memberontak, semakin sakit juga efek yang diberikan oleh ikatan itu.

"Bajingan! Lepaskan aku"

"Kau menawarkan ingin membayar hutang 'kan ? Inilah caranya. Merusakmu, di depan ayahmu"

"Hutang uang harus dibayar uang sialan!" Jongin terkekeh lagi. Sehun sudah lelah memberontak dan memutuskan untuk meludahi Jongin tepat di wajah.

"Hey santai sedikit. Sayangnya ayahmu tidak berhutang uang padaku. Moralnya yang rusak telah menghancurkan kehidupanku" Sehun tidak mengerti kerusakan moral macam apa yang dilakukan ayahnya hingga menciptakan monster mengerikan seperti Jongin ini.

"Seandainya tadi kau tidak menampakkan diri, mungkin aturan balas dendam ku masih berlaku. Tapi aku rasa, sedikit bermain tidak ada salahnya." Jongin berlalu pergi setelah mengucapkan itu. Sehun menghirup udara dalam-dalam karena sungguh, kehadiran Jongin di dekatnya seolah mengurangi pasokan oksigen.

-KH-

Siksaan tidak berhenti disana, Jongin masuk kembali kedalam kamar dengan Yifan yang digelandang oleh salah satu pengawal kekarnya.

"Ayah-"

"Lari Sehun, ayah mohon larilah nak" Sehun rasanya ingin menyerah saat ini juga. Ia ingin lari tapi tidak bisa dengan tangan terikatnya. Lagipula ayahnya masih disini, ia tidak mungkin meninggalkan dan merelakan ayahnya menjadi mangsa seorang kriminal seperti Jongin.

"Ayah tolong Sehun yah" Yifan didudukan di ujung kamar. Lengkap dengan tali yang diikat kuat mengelilingi tubuhnya. Mulutnya dibungkam dengan perekat, membuat Yifan meronta sia-sia. Sehun semakin panik. Tapi konsentrasinya terpecah ketika Jongin dengan kasar merobek kaos tipis yang dikenakan.

"Mau apa kau, lepaskan bajingan!"

"Ssstt.. Anak manis tidak boleh berbicara kasar" Jongin menjambak rambut Sehun untuk menghalau umpatan dari pemuda itu. Inginnya Jongin hanya menguji seberapa tangguh anak dari musuhnya itu. Tapi disisi lain, ia mulai berubah pikiran. Tubuh indah milik Sehun membuatnya harus menahan nafas.

"Lepaskan ayahku dan kau bisa melakukan apapun padaku"

"Penawaran menarik, tapi aku tidak suka negosiasi kids. Jika aku bisa mendapatkan dua-duanya. Kenapa harus memilih ?" Sehun meringis saat cengkraman Jongin terasa menyakitkan. Ia yakin, beberapa helai rambutnya sudah runtuh.

"Aku ingin memberikan tontonan pada ayahmu disana. Merasakan kerusakan yang sama seperti yang ku alami. Bukankah kau ingin membayar hutangnya 'kan ?"

"BRENGSEK!" Sehun menatap tepat pada mata ayahnya yang sudah basah oleh air mata. Tidak, ia tidak boleh menangis. Ia harus kuat, demi ayahnya.

"Kumohon lepaskan ayahku" Jongin berpura-pura tuli tidak peduli dengan permohonan Sehun yang tertahan.

Yifan menyaksikan perbuatan bejat Jongin. Anaknya yang malang, Sehunnya yang polos sedang menanggung dosa masa lalunya. Ia sungguh ingin bangkit dan menikam-nikam tubuh Jongin saat ini. Tubuhnya terikat, dan mulut dibekap erat oleh perekat. Tapi matanya bisa menyaksikan Sehun dilecehkan dengan tidak manusiawi.

Yang membuatnya bertambah hancur adalah Sehun tidak setitikpun mengeluarkan air matanya. Yifan merasa hancur saat matanya bersitatap dengan mata anaknya. Sehun tidak menikmati perbuatan Jongin. Sehun memohon untuk dibebaskan tapi Yifan tidak berdaya.

Sehun merasa tubuhnya terbelah menjadi dua. Jongin bukan tipikal seseorang yang lembut. Tentu saja, karena Sehun adalah anak dari musuhnya. Tidak cukup dengan mempermalukan harga dirinya. Jongin merenggut semua tanpa sisa, termasuk kehormatannya sebagai seorang manusia. Sehun sudah kehilangan semuanya. Melihat sinar mata Jongin yang penuh dengan emosi. Ia seolah disetubuhi oleh seorang monster. Ini hari apa ? Sehun seolah lupa. Tapi ia akan selalu mengingat dan merekam dengan jelas bahwa hari ini ia telah kehilangan semua, termasuk dirinya sendiri.

"Sehun.." yang dipanggil hanya memandang datar. Jongin tidak tahu, hati dan perasaan anak ini terbuat dari apa ? Jongin bahkan sadar perlakuannya sudah keterlaluan tapi pemuda Oh itu tidak sedikitpun memohon agar Jongin menghentikan kejahatannya.

"Lepaskan ayahku" Jongin sudah puas bermain-main dengan tubuh Sehun. Ia tertegun mendengar suara bergetar milik pemuda di bawahnya.

Sepenting itukah Yifan untuk Sehun ? Hingga pemuda itu rela mengorbankan apapun asal Yifan selamat ? Jongin sangat marah. Bahkan setelah pelecehan yang dilakukan, Sehun masih memikirkan ayahnya ? Ribuan pertanyaan rancu itu mengusik pikiran Jongin.

"Kau ikut aku!" Jongin mengucapkan dengan nada ringan. Tangannya sibuk membuka dasi yang digunakannya untuk mengikat pergelangan tangan Sehun.

"Aku rasa hutang ayahku lunas setelah kau memperkosaku di depan matanya" tubuhnya sangat sakit, hatinya sudah tidak berada di tempat atau mungkin sudah mati. Dengan malu Sehun bangkit perlahan, ia memunguti pakaiannya yang sudah dirusak Jongin.

"Kau ingin ku habisi lagi ? Jangan membantahku!"

"Lakukan lagi! Aku sudah tidak memiliki apapun karena semua sudah kau ambil tuan. Bahkan kehormatan ku sudah kau rusak secara paksa" rahang Jongin mengetat. Sehun sangat menguji kesabarannya. Membuat hati nuraninya yang sempat terbuka, kembali ditutup.

Dengan kasar Jongin membenturkan punggung sempit Sehun ke arah tembok. Yifan membelalakkan matanya melihat aksi kejam Jongin berikutnya. Ia bertambah marah saat senyum miring Jongin seolah mengejek ketidakberdayaannya.

Kasar, dan menuntut. Sehun merasa tersedak ketika bibir Jongin terus mendesak dan menghancurkan isi mulutnya. Ini bukan sekedar nafsu, Sehun merasa Jongin kerasukan karena tanpa lelah terus mengusik bibirnya.

"Pakai bajumu dan kau ikut aku!" itu perintah, tapi Sehun tidak mau menurut.

"Hutang impas, moral bejat ayahku sudah terbalas 'kan ? Untuk apa aku ikut denganmu" Jongin melepas paksa ciumannya, tidak peduli tatapan menusuk Yifan di sana.

"Aku akan membayarmu dan ku rasa si brengsek itu akan menyerahkan mu padaku" Yifan menggeleng, saat Sehun ingin menghampiri ayahnya dengan cepat Jongin mengungkungnya kembali.

"Kau brengsek tuan!"

"Ya, semua tahu aku brengsek. Dan karena itulah aku tak suka dibantah. Sabar bukan temanku, Oh Sehun. Kau ikut aku kemudian aku akan membebaskan ayahmu dan menjamin hidupnya" Jongin juga tidak mengerti mengapa ia justru berkeinginan kuat membawa Sehun pulang.

"Aku bukan barang!"

"Kau barang, dan aku ingin mempermainkanmu sampai bosan" Sehun menampar keras-keras pipi Jongin. Tangan nya bergetar menahan semua emosinya. Tamparan itu bukan apa-apa untuk Jongin yang sangat kuat, ia hanya tersenyum dan memberi elusan pada sudut bibirnya yang nyeri.

"Kau boleh membebaskan ayahmu" Sehun mendorong tubuh Jongin dan berlari ke arah Yifan yang terlihat sama hancurnya di ujung kamar. Dengan tergesa Sehun membuka semua ikatan dan perekat yang membelit tubuh tegap itu.

-KH-

"Ayah"

"Sehun-" Yifan merasa cegukan pada tenggorokannya. Ia tidak peduli jika saat ini terlihat buruk dengan air mata.

"Maafkan ayah, maaf"

"Tidak ayah, aku tidak apa-apa" Sehun sangat kuat dan lemah sekaligus dalam satu waktu. Wajah mengeras Jongin ikut mengendur saat menyadari betapa gigih pemuda itu menyelamatkan ayahnya.

Yifan meringis menyaksikan memar-memar pada tubuh putih Sehun. Bekas laknat yang ditinggalkan Jongin. Dan bayangan betapa jahatnya Jongin melecehkan Sehun tadi. Noda darah di atas ranjang membuat Yifan ingin bunuh diri karena merasa tidak berguna sebagai seorang ayah.

"Kenapa kau tidak menangis huh ?"

"Tidak, aku tidak akan menangis di depan monster seperti dia. Ayah, ku mohon larilah sejauh mungkin. Selamatkan dirimu dan hiduplah bahagia" melihat kehancuran Yifan, Sehun berpikir mungkin menjadikan dirinya sebagai jaminan adalah satu keputusan yang benar.

"Ini kesalahan masa lalu ayah, biarkan ayah yang menanggung nak" Sehun menggeleng, mengusap air mata ayahnya yang dengan kurang ajar terus mengalir. Sehun merengkuh tubuh tegap yang biasa berdebat dengannya itu. Hari ini terlihat rapuh dari biasanya.

"Aku tidak tahu kesalahan apa yang sudah ayah perbuat. Tapi aku sudah memaafkan ayah. Pergilah yah, jangan berhubungan lagi dengan monster seperti dia"

"Tidak Sehun, ayah tidak akan pergi tanpamu"

"Kumohon, pergilah dan berbahagia. Aku akan meminta dia untuk berhenti mengusik ayah" Yifan tidak bisa membendung tangisnya. Ia terus meronta tanpa ditahan-tahan. Kesalahan fatal masa lalunya telah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Lelaki kecilnya harus ikut menanggung dosa yang ia perbuat, bahkan saat anaknya itu tidak mengetahui apa kesalahan yang sesungguhnya.

"Sayang sekali, dosa yang kau lakukan padaku harus ditanggung olehnya"

"Bajingan kau Jongin, sakit jiwa" Jongin menghentikan drama itu karena ia merasa jengah. Lebih tepatnya iri, Yifan tidak sepantasnya mendapat pengorbanan tulus dari Sehun.

"Aku akan ikut denganmu, tapi tolong jangan usik ayahku. Biarkan dia menjalani hidupnya dengan tenang" Jongin terkejut, satu lagi pengorbanan fatal yang diambil Sehun sebagai jalannya untuk membebaskan Yifan.

"Kau mengambil keputusan tepat" Jongin tersenyum jahat membayangkan Sehun yang telentang di ranjang dan ia bisa memainkan kapanpun sampai bosan.

"Tidak Sehun, kau tidak akan kemanapun. Ayah tidak peduli jika harus mati asal bersama mu"

"Ayah ku mohon" menangis dalam hati adalah hal menyakitkan. Dimana air mata yang kering menumpahi luka hatinya dan membuat Sehun hampir menyerah.

"Berhenti berjudi yah, makan dengan baik, dan jangan lupakan Tuhan kita. Aku akan baik-baik saja" pesan yang disuarakan Sehun masuk kedalam telinga Jongin tanpa terlewat. Tulus, dan bagaimana disaat seperti ini anak itu masih sempat mengingat Tuhan nya ?
Pelukan terakhir yang mengerat, Sehun menghirup aroma khas milik ayahnya dalam-dalam. Ia tidak tahu takdir apa yang sedang di jalaninya. Tapi Sehun ingin yakin bahwa, ia tidak akan aman dan selamat di tangan seorang yang kejam seperti Kim Jongin.

Yifan menggeleng memandang sendu senyum anaknya. Ini sakit sekali. Ia telah menjual malaikatnya demi membeli kebebasan yang sia-sia.

"Aku akan merindukan ayah. Kurangi rokok dan alkohol. Hiduplah dengan baik. Jika tidak ada yang memasakkan mu nanti. Ayah bisa membeli makanan di tempat yang higienis" Jongin memejamkan matanya. Tidak, ia hampir saja menggunakan hatinya.

"Urusan kita sudah selesai Yifan. Minho akan mengurus kepergianmu dan menjamin hidupmu sampai kau mati nanti. Jangan menampakkan diri atau aku akan benar-benar membunuh kalian berdua. Dan kau bocah-" Jongin mengambil nafas sebelum melepas pelukan Sehun dan Yifan secara paksa.

"Gunakan itu" Jongin melempar jas mahal yang ia kenakan untuk Sehun. Menyadari baju pemuda itu yang sudah koyak karena perbuatannya. Ia melangkah keluar dan membiarkan semua anak buahnya membenahi kekacauan yang ada.

-KH-

Sehun memeluk erat jas yang diberikan Jongin tadi. Pangkal pahanya masih sangat perih mungkin juga lecet. Memasuki rumah megah yang diperkirakan adalah kediaman Jongin dengan takut-takut. Pegangannya pada jas tidak kendur sedikitpun seolah benda itu satu-satunya pertahanan hidup baginya.

"T-tuan" Jongin menoleh mendengar ucapan lirih Sehun. Kedua tangannya dibawa tenggelam di dalam saku celana. Terus berjalan menyusuri ruang tengah karena lupa jika di belakang ada satu orang yang mengekorinya. Terbiasa selalu sendiri membuat Jongin tampak asing dengan keberadaan orang lain.

"Jangan sentuh ayahku"

"Bisakah kau berhenti memikirkan si keparat itu huh ?!" lama-lama habis sudah batas sabar Jongin. Sehun tersentak mundur mendengar bentakan tak main-main itu.

"M-maaf"

"Apa sebenarnya yang ada di otakmu ? Apa hanya Yifan ? Kau bahkan tidak memikirkan dirimu sendiri. Apa kau tidak punya malu ? Rata-rata orang akan menangis dan memohon agar terbebas dariku. Sedangkan kau ?" Sehun memejamkan mata saat tangan Jongin sudah bergantung di udara siap untuk memukulnya.

"Dia ayahku, selamanya akan begitu. Harga diriku sudah tidak ada, jadi percuma aku bertahan. Dan tuan, kenapa tidak kau bunuh saja kami ?"

Jongin menatap telapak tangannya yang baru saja digunakan untuk melukai Sehun. Pemuda itu jatuh tersungkur dibawah kaki Jongin dengan ringisan dan darah segar mengalir di sudut bibir.

"Jangan terlalu banyak bicara, Sehun. Aku bukan pendengar yang baik"

Sehun merasakan patah untuk kesekian kalinya. Ia sangat ingin pingsan, tapi tubuhnya seolah masih kuat walau menerima ratusan pukulan lagi dari Kim Jongin.

"Tuan muda, mari kuantar masuk ke kamar anda" tidak ada kata selain menuruti saat pelayan wanita itu membawanya memasuki sebuah kamar asing. Rumah Jongin sangat besar, namun dingin dan mengerikan. Nyala kehidupan disana hanya sebatas lalu lalang pelayan serta pengawal. Tuan rumahnya menciptakan suasana istana yang mirip seperti neraka. Sehun akan pasrah, mungkin disinilah tempatnya untuk meregang nyawa.


A/N : haloo, jadi gimana ? menusuk ke hati ngga ? wkwkwk. Bilang ke aku ya kalo ceritanya kering :) LOVE U GUYS