Chapter 4
Pandangannya sayu dengan lingkaran hitam mengelilingi. Badannya sangat kurus, dan rambut kusut. Ringkih, serta terlihat hancur. Sehun merasa malu, di saat ia sibuk meratapi nasibnya. Di sana, diranjang luas itu masih ada satu manusia lagi yang lebih hancur. Sehun masih tidak menemui jawaban tentang siapa Baekhyun sebenarnya. Tapi melihat wajah frustasi Jongin, Sehun menebak bahwa orang itu pasti sangat penting. Penting bagi Jongin. Tiba-tiba Sehun membandingkan dengan dirinya sendiri yang seumpama sampah. Miris.
"Takut" ucap sosok itu lirih. Sehun yang masih berdiri diambang pintu bisa menyaksikan kehancuran yang sama pada Jongin. Tangannya membelai lembut punggung sempit itu dan berbisik penuh kesabaran, sikap yang tidak pernah ditunjukkan pada Sehun. Ia seharusnya tahu diri, sampai kapanpun posisinya tidak pernah sama dengan Baekhyun. Dirinya layak diperlakukan seperti sampah karena dosa ayahnya yang tak termaafkan, meskipun sampai hari ini ia belum tahu dosa macam apa itu.
"Tidak apa-apa, aku disini" Baekhyun tampak mengangguk setelah memperoleh ungkapan penenang itu.
"Tidak ingin obat, tidak!" biasanya Jongin tidak suka negosiasi, tapi saat Baekhyun yang menego, semua menjadi mulus. Jongin mengangguk dengan senyum tampan. Hati Sehun terasa diremas, ia memegang dadanya yang bergemuruh.
"Tuan muda" Sehun terkesiap ketika Soojung yang juga berada disana menyadari kehadirannya. Sehun menegakkan posisi berdirinya tanpa melepas pegangan dari pintu.
"Sehun?" nada Jongin kembali dingin, ini adalah sosok Jongin yang ditunjukkan pada Sehun. Tidak ada kelembutan atau kesabaran seperti sikapnya pada Baekhyun.
"Maaf" Sehun membungkuk, menutup pintu perlahan dan berlari ke kamarnya sendiri.
Seperti biasa, tidak ada air mata yang menggenang. Hanya tangisan kering yang membasahi hati. Ini lebih sakit daripada kemarin.
-KH-
Jam masuk kantor sudah berlalu beberapa jam. Sudah bisa ditebak bahwa membawa Sehun kemari adalah pilihan yang salah. Jongin merasa sangat bodoh dengan perasaan bersalah. Seingatnya, ia itu selalu benar. Tapi melihat Sehun berdiri dengan gemetar di depan kamar Baekhyun membuatnya merasa sangat buruk sebagai seorang lelaki.
Fokusnya terpecah belah. Seharusnya ia mendengarkan nasihat Minho bahwa menjadikan Sehun sebagai bayaran atas kesalahan Yifan tidak akan membawa keuntungan.
"Makanlah" Jongin membawa nampan berisi makanan untuk sarapan pemuda itu. Ia menggantikan tugas Soojung sebagai basa-basi untuk menemui Sehun di dalam kamarnya. Sekali lagi, ia seolah tak mengenali dirinya. Ia tidak pandai basa-basi. Dan lagi ini rumahnya, kenapa ia harus mencari alasan untuk masuk ke kamar Sehun ?
Sehun hanya menggeleng. Menarik selimut tinggi-tinggi untuk menghindari adu pandang dengan Jongin.
"Dari semalam kau belum makan" Sehun bertambah sebal mendengar perhatian pura-pura yang dilancarkan Jongin.
"Apa pedulimu ?!" Jongin memejamkan mata untuk meredam emosinya.
"Terserah kalau kau ingin mati"
"Itu lebih baik!" sela Sehun cepat.
"Kau ini kenapa huh ? Aku sudah bersabar, tapi kau selalu saja menguji kesabaranku. Apa kau senang kusiksa terus ?" Jongin masih memelankan nadanya.
"Pergilah tuan, aku ingin sendiri" Sehun mengakhiri perlakuan anehnya. Mengubur semakin dalam memasuki selimut tebalnya. Laparnya lenyap seketika.
Suasana menjadi hening, mungkin Jongin sudah pergi dari sana. Hanya terdengar nafasnya sendiri dalam sepi. Sehun jadi merindukan Seokjin, sahabatnya. Merindukan suasana kampus, dan tentu saja ayahnya. Hidupnya menjadi tidak normal, kebebasannya terenggut untuk membeli kebebasan ayahnya. Kebahagiaannya terampas demi menyelamatkan nyawa ayahnya dari monster seram seperti Kim Jongin.
Sehun tersentak saat sebuah tangan melingkari pinggangnya. Ia masih memendam diri dalam selimutnya, entah itu tangan milik siapa. Ia memejamkan mata, membaca kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Tidak mungkin itu Jongin, jelas-jelas pria itu sudah beranjak dari sana.
"Kau akan kepanasan jika terus mengurung diri di dalam sana" belum selesai dari keterkejutannya, selimut berwarna putih itu ditarik paksa. Udara segar menyapa membuat Sehun bergeming pura-pura tidur, masih takut bertukar pandang dengan tuannya.
"K-kenapa masih disini ?"
"Apa seperti itu bersikap sopan ? berbicara dengan mata terpejam ? buka matamu dan lihat aku. Tuan mu sedang berbicara Sehun" dan setelahnya Sehun menyesal membuka mata karena Jongin tengah menatap lekat-lekat ke netra indahnya. Semua makian yang sudah dirangkai menguap begitu saja. Ia bungkam seribu bahasa, dan keduanya terlihat tengah sibuk menyelami wajah satu sama lain.
"A-aku akan makan, sekarang pergilah!" Sehun buru-buru bangkit dan mengambil nampan di atas nakas. "Namanya Baekhyun" Sehun berhenti mengunyah saat Jongin membuka suara.
"Dia terkena gangguan jiwa berat, dan hanya aku yang dimiliki"
"Kenapa memberitahuku ?" Jongin menggeleng, benar juga. Apa gunanya memberitahu anak ini ?
"Aku hanya ingin memberitahumu saja" Jongin mengusak rambut lembut Sehun sebelum beranjak pergi "Makan yang banyak, minggu depan homeschooling mu akan segera dimulai" pipi Sehun terasa panas mendengar ucapan lembut Jongin. Oh, permainan macam apa yang tengah diperankan oleh monster itu ? apakah dirinya akan dibuat berakhir seperti Baekhyun ? Sehun menjadi takut bahwa asal mula keadaan Baekhyun sekarang berawal seperti dirinya saat ini. Tapi mengapa Jongin terlihat begitu menyayangi sosok mungil itu ?
"ARRGGHHH! Sial!" Sehun memukul-mukul dadanya saat tersedak oleh makanan yang baru saja ditelannya.
-KH-
Ini sudah hampir dua bulan berlalu setelah hari terakhir ia diajak paksa oleh Jongin. Setiap hari pula ia mendengar teriakan Baekhyun. Kadang Baekhyun tertawa tanpa sebab, atau menangis tanpa alasan. Masih sama, Jongin memeluknya dengan manis kemudian Sehun hanya berani mengintip di ambang pintu kamar Baekhyun.
Jongin tidak main-main tentang mendatangkan dosen ke dalam rumahnya. Pertemuan tiga kali seminggu, membuat Sehun mampu mengejar pelajaran dengan baik. Tapi suasananya berbeda, ia seperti dipenjara. Ia rindu udara luar, rindu teman-temannya, terutama sahabatnya Kim Seokjin. Terakhir kali ia mendengar pembicaraan Jongin dan asistennya bahwa Yifan sudah dipulangkan ke kampung halaman. Jongin benar-benar berniat menjauhkan Sehun dengan ayahnya. Tapi setidaknya Sehun lega, bahwa disana ayahnya hidup dengan baik.
Tidurnya tidak pernah tenang, karena Jongin tidak pernah membiarkan Sehun menikmati waktunya. Tiba-tiba lelaki itu masuk ke dalam kamar, dan melucuti baju Sehun untuk kemudian menidurinya. Mirip seperti pelacur bukan ? kadang Sehun bertanya, sebenarnya ia ini apa ? tawanan kah ? atau jalang ? mungkin memang barang. Tapi perhatian Jongin yang tersirat itu membuat Sehun berpikir ia seperti seorang kekasih untuk Jongin. Cara Jongin memeluknya, cara Jongin menciumnya, dan cara Jongin meminta Sehun untuk tak kemanapun tanpa seizinnya membuat Sehun malu-malu lalu meragu.
"Bagaimana bimbinganmu ?" Jongin tiba-tiba masuk dan memeluk erat pinggang Sehun. Menenggelamkan wajahnya pada perempatan jenjang leher yang lebih muda.
"L-lancar"
Bibirnya terbuka, namun ditutup lagi. Sehun berkali-kali ingin menanyakan siapa gerangan Baekhyun bagi Jongin. Tapi ia takut Jongin akan murka, dan kembali menyiksanya. Sudah lama monster dalam diri Jongin tidak terbangun, dan itu menguntungkan bagi Sehun juga ayahnya.
"Jongin hyung.." Jongin terakhir kali terlihat marah karena Sehun bersikap terlalu formal dan memanggilnya tuan. Lelaki itu merasa Sehun seperti budaknya dengan panggilan semacam itu.
"Hm ?" matanya masih terpejam, entah mengapa aroma tubuh Sehun selalu membawa damai bagi dirinya. Setelah lelah menjalani padatnya aktivitas perusahaan dan mengurusi Baekhyun. Sehun selalu berhasil membuat Jongin kembali pulih dan baik-baik saja.
"Bolehkah aku menjenguk Baekhyun ?" tidak ada jawaban. Rangkulan Jongin terlepas dan kini Sehun tengah mendapat tatapan menusuk dari Jongin.
"M-maksudku, aku sudah 2 bulan tinggal disini dan…"
"Tapi berjanjilah untuk tidak menanyakan apapun mengenai masa lalunya. Karena itu bisa memicu emosinya" Sehun mengangguk antusias. Senyumnya cerah, dan menularkan senyum yang sama untuk monster tampannya.
"Aku sebenarnya masih penasaran, siapa Baekhyun untukmu ?" Sehun bertanya dengan nada sedih. Dua telunjuknya dijalin karena ia takut Jongin akan marah, tapi diluar itu, ia lebih takut mendengar jawaban yang tidak diharapkan. Sebenarnya apa yang diharapkan pemuda itu dari orang kejam seperti Jongin ? cintakah ?
"Dia orang yang sangat penting untukku, aku sangat menyayanginya"
"Oh" dugaannya benar, dan hatinya kini terasa patah. Dari cara Jongin memeluk serta menenangkan Baekhyun sangat kentara jika lelaki itu begitu menyayangi dengan sepenuh hati. Sehun harusnya tahu batas bahwa ia hanya barang belian bagi Jongin.
-KH-
Lelaki mungil itu seperti biasa sedang sibuk berbaring diranjang yang seolah menjadi saudara kembar baginya. Sehun mendekat pelan, dan duduk ditepi ranjang. Semua pelayan dan pengawal tidak mau melewati batas dengan menceritakan siapa sebenarnya Baekhyun untuk Jongin. Dan Sehun menghargai itu.
Ia sangat cantik untuk ukuran laki-laki, terlalu mungil juga untuk lelaki seusianya. Setahu Sehun, Baekhyun itu lebih tua tujuh tahun dari Jongin. Tapi meskipun keadaannya seperti ini, ia masih terlihat muda.
Matanya bergerak gelisah saat menyadari kehadiran Sehun. Tubuhnya dibawa beringsut menjauh karena takut ada orang asing yang datang mengunjunginya.
"Hai-" Sehun tersenyum sangat manis. Tapi respon Baekhyun membuatnya merasa sedih karena lelaki mungil itu membuat gerakan ketakutan.
"Aku Sehun" Baekhyun hanya mengangguk. Tidak membalas jabatan tangan Sehun sebagai tanda perkenalan.
"Tak apa hyung, aku tidak akan menyakitimu" Sehun mengambil tangan kurus itu untuk membelainya perlahan. Memberi gerakan meyakinkan bahwa dia tidak akan menyakiti.
"S-s.."
"Sehun" yang lebih muda tersenyum lagi, membantu Baekhyun untuk bangkit dari posisi berbaringnya.
"Sehun" lirihnya terdengar ragu-ragu. Tapi Sehun bersyukur karena Baekhyun bisa menerimanya dengan mudah.
Melihat Baekhyun dari dekat seperti ini. Sehun jadi merasa bersalah, sempat iri karena sikap Jongin yang begitu menyayanginya. Lelaki rapuh ini memang pantas disayangi. Hati baik Sehun seolah terketuk, dan bertekad untuk ikut merawat Baekhyun agar kondisinya bisa pulih seperti semula. Meskipun ia tidak boleh tahu tentang hal berat apa yang menyebabkan Baekhyun menjadi sedemikian hancur.
"Sudah makan hyung ?" Baekhyun menggeleng, masih sedikit kaku ketika Sehun terus berusaha mengajaknya berkomunikasi.
"Kenapa tidak makan ?" diam, lagi-lagi Sehun harus memahami karena Baekhyun memang tidak dalam keadaan normal.
"Suapi.. Sehun.." katanya patah-patah, namun maksudnya mampu ditangkap dengan baik oleh Sehun. Tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, Sehun kemudian tersenyum dan mengangguk.
"Hyung ingin ayam atau daging ?" Baekhyun menggeleng.
"Ah, bagaimana jika ramen ? hyung mau ?" akhirnya Baekhyun mengangguk, sudah sangat lama ia tidak mendengar dan menyantap ramen.
"Baiklah, tunggu sebentar disini. Aku akan memasak sendiri ramen spesial untuk mu, hyung." senyum yang sudah lama hilang itu kembali diperlihatkan Baekhyun. Jongin yang menjadi pengamat di ambang pintu hampir tidak percaya jika Baekhyun baru saja tersenyum. Tersenyum karena akan dibuatkan ramen spesial oleh pemuda yang baru dikenalnya hari ini.
"S-sehun"
"Ya ?" Sehun menjatuhkan matanya pada genggaman erat yang diberikan Baekhyun di pergelangan tangannya. Lelaki itu menggeleng, dan hampir menangis. Takut ditinggal sendiri.
"Aku hanya membuat ramen, hyung. Hanya 10 menit."
"10 menit?" Sehun mengangguk yakin, dengan perlahan melepas genggaman tangan Baekhyun.
"Tidak usah takut" sebelum benar-benar meninggalkan Baekhyun. Sehun menyempatkan mengusap air mata lelaki itu yang sempat menetes.
-KH-
"Setelah itu minum obatmu, hyung" Baekhyun mengangguk sekali. Sebelah tangannya terus memegangi tangan Sehun. Kemanapun Sehun bergerak, secara otomatis Baekhyun ikut bergerak juga. Pemuda itu tidak merasa risih. Malah senang karena sekarang ia memiliki kegiatan lain selain menunggu dosen dan melayani Jongin.
"Hyung harus segera sembuh dan aku akan membawamu berjalan-jalan ke pantai"
"Pantai ?"
"Um.. pantai, disana kita akan melihat matahari tenggelam dan bermain ombak sampai lelah. Tapi hyung harus berjanji untuk meminum obat teratur dan makan dengan baik" Sehun membelai kepala Baekhyun. Rambutnya terasa kusut dan tipis. Mungkin lain hari ia harus menyiapkan ramuan agar rambut Baekhyun kembali sehat.
"Janji, obat, makan?"
"Iya minum obat teratur dan makan dengan baik" pengulangan jawaban seperti ini secara tak langsung mengajari komunikasi, agar Baekhyun terbiasa.
"Sekarang hyung harus tidur, karena besok pagi kita harus bangun dan menyalakan lilin untuk berdoa" kegiatan pertama yang akan dilakukan Sehun bersama Baekhyun. Ia pernah membaca sedikit buku pengetahuan tentang psikologi. Melibatkan mereka yang sakit dalam banyak kegiatan, akan membantu memulihkan kembali semangat hidupnya. Memulai aktivitas pagi dengan berdoa, Baekhyun terlihat antusias dan mulai memejamkan mata.
"Sehun tidur sini?"
"Tidak hyung, aku harus tidur dikamarku. Tapi aku akan pergi setelah hyung tidur dengan lelap." seperti bayi yang bersiap menjemput mimpi, Baekhyun mengusakkan kepalanya pada tangan Sehun. Memastikan pemuda itu tidak kemana-mana sampai dirinya terlelap.
"Mau kemana ?" Sehun hampir terjungkal di tempat, ketika suara berat Jongin mengganggu kegiatannya menutup pintu kamar Baekhyun.
"Tidak bisakah kau menyapa dengan benar ? kau hampir membuatku mati karena terkejut" tidak ada jawaban karena Jongin langsung menggendong tubuhnya. Ciuman hangat menjadi pengiring perjalanan mereka yang cukup panjang. Karena jarak antara kamar Baekhyun dan Sehun yang bisa dikatakan sangat jauh diantara rumah luas ini.
Secara alami dan mulai terbiasa, Sehun bisa membalas rangsangan yang diberikan Jongin. Meskipun masih amatir, ia berusaha mengimbangi. Entah ini hanya perasaannya saja atau bagaimana, semakin hari cara Jongin berinteraksi dengannya bertambah manis dan mesra. Bahkan lelaki itu tidak pernah tidur dikamarnya sendiri. Katanya, menggunakan Sehun sebagai guling membuatnya tidur nyenyak dan bangun dengan bugar.
"Baekhyun terlihat dekat denganmu" Jongin membaringkan perlahan tubuh Sehun kemudian ikut berguling di sampingnya.
"Iya, tadi dia makan banyak dan minum obat tanpa rewel"
"Kau tidak risih ?" Jongin mulai menguji seberapa tulus Sehun merawat Baekhyun. Karena berpikir untuk serius dengan sebuah hubungan baginya terlalu banyak pertimbangan. Ditambah ia tidak sendiri, ada Baekhyun. Jadi pasangannya kelak, harus menerima Baekhyun juga dengan segala keadaannya.
"Tidak, aku senang. Aku sedikit menyesal tidak meminta izinmu untuk mendekati Baekhyun sejak awal"
"Apa akan terdengar lucu jika aku mulai menyukaimu ?" Sehun menoleh. Melihat Jongin memandangnya dengan tajam. Seperti pandangan pertama kali mereka bertemu. Di hari yang sial itu.
A/N : Baekhyun siapa ? dia kenapa ? gue sendiri juga ga tau. Wkwkw. Weits Jongin mulai luluh sama jiwa malaikat Sehun. Perasaan nya Jongin terbalas kok. Apakah ditamatkan saja ? HAHAHA
