Chapter 5
Dengan perlahan Sehun menuntun Baekhyun untuk duduk di depan meja rias. Hari ini bimbingan dosen libur, dan Sehun ingin menghabiskan sepanjang hari untuk bermain bersama Baekhyun.
"Aku tadi membuat ramuan lidah buaya, agar rambut hyung terlihat sehat" Sehun sangat sabar mengoleskan cairan kental bening agar membasahi helaian rambut tipis Baekhyun.
"Dingin kan hyung ?" Baekhyun mengangguk dan tersenyum lembut.
"Mulai hari ini dan setiap hari kedepan, sebelum mandi pagi. Hyung harus memakai ramuan ini"
Sedikit demi sedikit Baekhyun mulai mengutarakan keinginannya. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, Jongin mendengar Baekhyun tertawa karena ingin, bukan tertawa karena mengamuk seperti hari-hari kemarin.
"Cantik" Sehun memuji ketika Baekhyun sudah rapi dan harum.
"Apa hyung siap untuk kegiatan pertama kita ?"
"Iya"
"Hyung, mulai sekarang coba katakan 'iya' atau 'tidak'. Jangan hanya mengangguk dan menggeleng. Dan hyung, jika ingin sesuatu tapi hyung ragu. Katakan saja padaku. Paham ?" suara lembut Sehun mampu membuat Baekhyun menurut.
"Sehun ?" yang dipanggil hanya menoleh. Menunggu Baekhyun mengucapkan sesuatu.
"Terima kasih"
"Bukan masalah, hyung harus segera pulih. Semakin cepat sembuh, semakin cepat pula kita pergi ke pantai"
"Siapa yang akan pergi ke pantai ?" Jongin akhirnya memberanikan diri untuk bergabung, setelah lelah mengamati sejak kemarin.
"Jongin hyung-" Baekhyun bersembunyi di belakang tubuh Sehun saat Jongin memasuki kamarnya.
"Lembutkan nada bicaramu, kau menakutinya" Sehun menyeret Baekhyun agar berdiri di sampingnya. Jongin sangat bangga dengan perkembangan pesat selama semalam saja. Karena kesabaran Sehun.
"Jika kau sembuh, kita akan pergi ke pantai bertiga"
"Jongin, ke pantai ?" Jongin mengangguk. Baekhyun sudah bisa memanggil namanya. Ia terharu bukan main, dan berjanji akan meluangkan waktu nanti untuk pergi ke pantai saat Baekhyun benar-benar pulih.
"Hyung, ayo pergi ke ruang tengah. Kita harus berdoa sebelum memulai hari. Supaya Tuhan selalu melindungi kita dari marabahaya" Baekhyun memeluk lengan Sehun dengan antusias. Ia ingin berdoa, sudah lama tidak ada yang mengingatkan akan hal itu.
"Aku tidak diajak ?" senyum dan anggukan dari Sehun membuat Jongin tersipu malu. Ia merasa seperti remaja yang baru merasakan jatuh cinta.
-KH-
Dosis obat sudah dikurangi. Intensitas mengamuk yang tidak pernah terjadi membuat dokter yang menangani Baekhyun bergumam tidak percaya.
"Apa Sehun itu dokter psikologi ?" Minho bertanya pada Jongin setelah mengantar dokter ahli jiwa yang menangani Baekhyun pergi.
"Bukan"
"Anda dengar kata dokter ? Sedikit lagi Baekhyun dinyatakan sembuh hanya dalam kurun waktu satu bulan di tangan Sehun"
"Aku dengar Minho, dengan jelas" Minho tidak berhenti berbangga hati atas hasil kinerja Sehun.
Tapi tidak dengan Jongin, ia merasa khawatir sendiri dengan kesembuhan Baekhyun. Takut Sehun akan mengetahui semua. Jongin belum siap menerima kemarahan pemuda manis yang mulai mencuri hatinya itu. Ia belum siap melihat Sehun meninggalkannya karena kekejamannya ini.
"Tiba-tiba aku merasa takut, Minho" Minho melebarkan diameter matanya. Tuannya ini merasa takut ? Tidak salah ?
"Aku takut kehilangan Sehun" dan rasa terkejutnya tidak ditahan-tahan lagi. Minho yang semula berdiri kini beranjak untuk duduk memastikan.
"A-anda sudah mendapat kepulihan tuan Baekhyun"
"Apa aku egois ?"
"Iya, anda memanfaatkan anak itu. Anda melukainya terlalu dalam, jika dia tahu bahwa kesalahan ayahnya seharusnya sudah lunas sejak anda memutuskan memperkosanya di depan Yifan. Saya sungguh tidak bisa membayangkan kemarahannya" Jongin terdiam.
"Aku menyukainya, Minho"
"Saya tahu, sejak awal anda melihatnya, anda sudah menyukainya" Jongin menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan di atas meja.
"A-aku merasa buruk sekarang"
"Sudah saya katakan jangan libatkan anak itu dalam aturan balas dendam anda. Pada akhirnya anda tidak akan bisa membunuh, tidak bisa menghabisi perlahan, atau membalas bertahap. Justru anda akan terjebak, terjebak atas perasaan cinta yang akan membunuh anda sendiri"
Jongin memilih menghabiskan harinya di dalam gedung perusahaannya. Mengabaikan panggilan telepon Baekhyun yang memintanya untuk segera pulang. Ia merasa bersalah, benar kata Minho. Ia sudah terjebak dalam pesona bocah berusia sepuluh tahun lebih muda darinya. Pesona sesosok yang dewasa dan sabar setiap waktu.
-KH-
Sehun tersenyum menyaksikan tingkah menggemaskan Baekhyun. Kebenaran sudah diketahui bahwa Baekhyun adalah kakak kandung Jongin. Usahanya merawat tidak sia-sia. Baekhyun menemukan kembali sinar hidupnya. Karena kesabaran dan keuletan Sehun. Lebih daripada dokter, Baekhyun merasa berarti saat ditangani Sehun.
"Sehun kapan kita ke pantai?"
"Kita tunggu jadwal Jongin hyung ya ?" tapi sifat Baekhyun kembali seperti anak kecil. Mengekori Sehun kemanapun, dan akan menangis saat tidak dilihatnya Sehun dalam jarak dekat.
Ia sudah tidak ragu mengungkapkan isi hati serta pikirannya. Berusaha mengenali kembali sosok Jongin dengan kenangan lama yang manis. Tapi Baekhyun masih tidak siap menerima kenangan buruknya, kenangan yang membuatnya menjadi sakit jiwa selama beberapa tahun terakhir.
"Aku rindu ayahku, hyung" Sehun memandang sendu. Saat ini mereka berada di meja makan yang terhubung langsung dengan kolam renang. Dengan jendela kaca besar, mereka bisa menyaksikan langit yang berangsur-angsur menggelap.
"Ayahmu ?"
"Iya, ayahku"
"Ayo kunjungi ayahmu" Sehun hanya menggeleng. Video terakhir yang diberikan Jongin, ayahnya itu terlihat lebih gemuk dan sehat. Jongin membukakan minimarket dan memberi kiriman uang setiap minggu, memastikan Yifan tidak kekurangan. Itu sudah cukup. Sehun tidak mau berulah dan berujung dengan membangunkan monster dalam diri Jongin.
"Kenapa ?"
"Tidak apa-apa, hyung. Apa Jongin belum pulang?" Baekhyun menggeleng. Kali ini dirinya kecewa karena adiknya itu tidak mengangkat teleponnya.
"Diluar mulai mendung hyung. Tidurlah, biarkan aku yang akan menunggu Jongin"
"Sehun jangan tidur larut" Sehun mengangguk, memeluk Baekhyun sejenak sebagai ucapan selamat malam.
"Mimpi indah Baekhyun hyung, besok kita harus bangun pagi dan berenang" seperti melepas kesayangannya Baekhyun merasa berat meninggalkan Sehun seorang diri.
-KH-
Beberapa hari ini Jongin memang menghindarinya. Tidak pernah lagi menelusup masuk ke dalam kamarnya. Lelaki dewasa itu akan berangkat pagi dan pulang sangat larut. Sehun selalu menunggu setiap malam dikamar dinginnya. Tapi selalu berujung dengan ia yang tertidur. Sekarang Sehun bertekad untuk menunggu Jongin di sofa ruang tamu.
"Kenapa belum tidur?" Sehun bangkit dari duduknya setelah menunggu hampir empat jam.
"Aku menunggumu" hati Jongin tersentuh. Ini terlalu jauh dalam permainannya. Perasaannya terbalas karena Sehun juga menyukai nya. Harusnya ini sangat mudah. Tapi fakta yang disembunyikan Jongin, membuatnya menjadi takut, takut kehilangan.
"Jangan menungguku!" ucapnya keras untuk menutupi resah hatinya.
"Baekhyun mana ?"
"Dia sudah tidur"
"Aku akan ke kamar-" Sehun menggenggam lengan kokoh Jongin saat lelaki itu hendak pergi, menghindarinya lagi.
"Kau kenapa ? Ada yang salah dengan ku ?" Jongin melepas perlahan pegangan tangan Sehun.
"Tidak, aku hanya tidak ingin"
"Bohong, kau sendiri yang berkata selalu menginginkan ku. Kau menghindariku, kemudian aku berpikir. Benarkah aku ini hanya barang yang kau beli ? Lantas apa itu saat kau berkata menyukaiku ?"
"Berhenti menyebut dirimu barang belian"
"Budak seksmu ?"
"Sehun tutup mulutmu" Jongin mulai geram.
"Pelacur ? Jalang mu ?"
"Sehun kubilang diam!" peringatnya keras.
"Ah, sampah?" ini tidak disengaja, emosi Jongin tidak bisa dikendalikan mendengar Sehun mengucapkan hal buruk untuk dirinya sendiri. Satu tamparan yang dilayangkan Jongin pada pipi Sehun, membuatnya sangat menyesal.
"Inikah Jongin yang asli ? Monster yang kutunggu-tunggu. Kenapa kau harus bersikap manis jika hanya pura-pura?" hati Jongin tiba-tiba terasa sakit saat perhatian tulusnya dianggap sebagai gurauan.
"Kapan hutang ayahku lunas ? Apa yang tidak ku ketahui disini ? Kenapa aku merasa sangat bodoh Jongin ?!" Sehun sudah tersulut emosi menyaksikan Jongin hanya diam tanpa pergerakan.
"Hutang ayahmu, lunas" Jongin berbalik hendak melangkah.
"Apa kau mengusirku ?"
"Kau boleh tinggal sampai kapanpun kau mau"
"Jongin, aku merasa benar-benar seperti sampah sekarang" suara Sehun bergetar. Selama mengenal Jongin dengan segala sikapnya. Ia tidak pernah merasa sehancur ini. Ini lebih sakit daripada saat Jongin menghabisinya di depan ayahnya. Lukanya lebih dalam daripada tamparan dan kekerasan yang pernah diberikan Jongin. Ia merasa tercampakkan. Seharusnya ia senang, bukankah ini yang ditunggu ? Hutang ayahnya lunas dan ia bisa pergi. Kembali pada kebebasan yang dirindukan. Tapi mengapa ia lebih menyukai seluruh penjara ini ?
"A-aku akan pergi"
-KH-
Di ruang tamu gelap dengan penerangan minim ini. Jongin bisa melihat kehancuran Sehun. Lebih hancur daripada saat pertama kali ia bertemu pemuda itu. Dan yang lebih parah, selalu dirinya yang berkontribusi atas kesakitan pemuda yang mulai disayanginya itu.
Jongin ingin memeluk, memberi kecupan seperti biasa, mereka tertawa bersama kemudian tertidur dan saling memeluk. Tapi jika ia melakukan itu, Jongin semakin ketergantungan. Ia takut akan lebih sulit melepas Sehun nantinya.
Menghindari Sehun membuatnya terluka. Jongin hanya takut kebencian Sehun nanti, membuat ia patah hati.
"A-aku akan pergi" untuk pertama kali, Jongin melihat setetes air mata membasahi pipi Sehun. Mengapa Sehun nya yang kuat sekarang terlihat begitu rusak ? Hatinya ikut nyeri. Air mata yang dulu menjadi obsesinya kini menjadi pantangan untuknya. Ia sudah tidak menginginkan Sehun yang memohon dengan buraian air mata di bawah kakinya. Ia hanya ingin air mata itu tidak pernah membasahi mata indah kesukaannya.
"Sehun" Sehun masih diam. Ia sibuk menghela air matanya yang selama ini ditahan. Seolah bendungan yang sudah dibangunnya menjadi hancur dan menumpahkan seluruh cairan bening, air mata.
"Sehun ku mohon jangan menangis. Kau membuatku semakin kacau" Sehun membekap mulutnya. Menahan isakan yang tidak mampu disembunyikan lagi.
"Jangan menangis ku mohon, jangan. Kau akan kecewa padaku jika tahu yang sesungguhnya. Kau terlalu baik untuk ku. Kau benar, aku ini monster" Sehun semakin tidak mengerti dengan situasi menyebalkan ini. Tidak bisa menjawab apapun perkataan Jongin selain terus menangis seperti orang bodoh.
"APA YANG TIDAK KU KETAHUI ?!" Jongin mendekap tubuh ramping Sehun semakin erat. Membiarkan Sehun berteriak sesuka hatinya.
"Apa yang kalian sembunyikan dariku ?"
"Jawab aku Jongin, jawab!" Sehun terus memukuli dada Jongin. Menunggu lelaki itu membuka mulutnya tentang fakta yang disembunyikan selama ini.
"Hutang ayahmu.. Sudah lunas, seharusnya-" Jongin melepaskan dekapannya. Pandangan datar Sehun dengan air mata yang tidak berhenti mengalir membuatnya ingin membunuh dirinya sendiri.
"Dia adalah penanggung jawab atas keadaan Baekhyun sekarang. Yifan, ayahmu adalah orang yang sudah memperkosa Baekhyun" Sehun terjatuh di lantai. Kakinya gemetar dan pikirannya tidak benar-benar bekerja.
"A-ayahku ?"
"Kau boleh membunuhku Sehun, sekarang!" Sehun mengguncang tubuh Jongin seolah ingin meruntuhkan semua organ tubuh lelaki itu.
"Kenapa kau melakukan ini padaku ? Kenapa Jongin ? Baekhyun hanya sakit jiwa, tapi balasanmu pada kami sudah berlebihan. Tidak cukupkah kau membuat keluarga ku hancur dan jatuh miskin ? Kau memperkosa ku di depan ayahku. Membawa aku kesini dan menjauhkan kami ? Ayahku memang salah, dia memang keparat. Tapi kau lebih keparat!" Sehun tersengal, ia menjeda ucapannya sejenak.
"Baekhyun sakit jiwa dan orang tuaku meninggal karena keadaannya yang tak kunjung membaik. Aku sendirian atas kehancuran yang diperbuat Yifan. Aku hanya ingin Yifan merasakan kehancuranku juga. Menyeretmu dalam masalah ini tidak ada dalam aturan balas dendam ku sebelumnya"
"Yifan sudah hancur dan menyesal sejak awal. Kau monster Jongin, mengerikan! Kau merusakku, apa aku harus gila seperti Baekhyun agar kau peduli dengan perasaanku ?" Jongin mencoba merengkuh tubuh Sehun, namun ditepis kasar. Ya, ini wajar.
Karena Sehun hanya manusia biasa sekalipun hatinya seperti seorang malaikat. Ia pasti marah, lebih tepatnya kecewa. Ini adalah akhir yang sudah diprediksi Jongin sejak awal. Bahwa apapun permulaan yang diawali dengan niat buruk, akan berakhir dengan buruk pula.
A/N : HWHWHW, terharuuu pinter2 bgt kelyan nebaknya :D gue klo jadi sehun mungkin udah gila kali ya, bunuh diri maybe. Real konfliknya bakal datang menjemput, tp bakal slow update krna aku sibuk. Tetep stay ya nyimak sinetron hidayah ini. SARANGHAE :*
