Chapter 8
"Tuan Yamato ingin berhenti bekerja sama dengan kita" Minho menggigit lidahnya bersiap untuk teriakan murka sang tuan besar. Satu yang tidak diketahui, Jongin juga pemilik bisnis gelap yang berkontribusi besar atas pasokan minuman keras serta narkoba untuk beberapa negara. Eksistensinya tidak main-main, ia bekerja dengan rapi, sama seperti Seungri. Itulah mengapa mereka sangat dekat, karena Seungri bukan tipe teman yang akan mengambil ladang uang temannya.
"Siapa yang ada dibalik ini ?" Minho menunduk. Menggeleng takut karena untuk kali ini ia sungguh minus mengenai informasi mengenai bendera mana yang berhasil mencuri client besar sekelas tuan Yamato.
"Seungri kah ?"
"Tidak mungkin tuan, saya tahu perangai tuan Seungri. Lagi pula beliau tidak bermain di Asia" Jongin mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Menebak siapa kiranya yang sudah berani memasuki teritorialnya sebagai penguasa Asia.
"Smith, ya tuan Smith. Beliau yang paling berambisi menggeser posisi anda sebagai pemegang Asia. Bahkan tuan Smith pernah memanggil peracik obat terbaik dari Australia. Mohon maaf sebelumnya, ini hanya perkiraan saya berdasarkan pengamatan selama ini" tukikan tajam pada alis Jongin semakin meninggi. Ia berpikir keras tentang nama baru yang selama ini diabaikan nya.
"Smith ? Minho kau tentu tahu aku bukan termasuk orang yang mudah percaya sebelum kau membawa bukti?" mengerti dengan perintah tersirat itu. Minho memilih undur diri dan melanjutkan pekerjaannya.
"Tuan-" Jongin mendongak saat mendengar suara Minho lagi.
"Selain tuan Smith, aku curiga ini ada hubungannya dengan tuan Seungri" Jongin terkekeh.
"Oh ayolah Minho, Seungri tidak mungkin menusukku dari belakang. Kelas Asia bukan apa-apa unt-" Jongin tiba-tiba menghentikan ucapannya sendiri. "Cari tahu tentang anak buah Smith yang mengundurkan diri, sekarang!"
Jongin menyandarkan punggungnya di kursi kebesaran miliknya. Tiba-tiba saja ia merasa pusing, bukan karena Yamato yang memilih pergi darinya. Tapi karena memikirkan seseorang yang cukup menguras emosinya belakangan ini.
Baekhyun sudah sangat lama tidak menyinggung masalah Yifan. Dan semalam entah ada angin apa kakaknya itu bertanya, bagaimana jika Yifan datang menanyakan keberadaan Sehun ? menilik dari betapa ringan Baekhyun menyebutkan nama Yifan, membuat Jongin yakin bahwa kakaknya itu sudah benar-benar pulih.
Ya bagaimana jika Yifan datang kemudian mencari Sehun ? Jongin mencoba mencari sedikit informasi tentang pemuda itu namun hasilnya nihil. Sehun seolah menghilang, data, serta seluruh riwayatnya dihapus, bahkan namanya seolah tak bersisa. Flat kecil milik sahabatnya juga sudah kosong sejak tiga tahun lalu. Ia ingin menanyakan kepada Seungri selaku pemilik hotel tempat Sehun bekerja sesuai dengan info yang diberikan anak buahnya, namun urung. Pikirnya, Seungri adalah orang penting dan tidak mungkin mengurusi satu per satu karyawan dari ribuan karyawan yang dimiliki.
Bagaimana kabar anak itu ? apa dia masih hidup ? ataukah berakhir gila seperti Baekhyun setelah hal buruk yang ia berikan ? tidak, Sehun itu sangat kuat. Ia tidak mungkin menyerah sekalipun takdir telah bermain curang dengannya.
-KH-
Seungri berlutut dibawah kaki Sena dengan wajah memelas. Ia sungguh tidak selingkuh. Ia berani bersumpah dan mati sekarang juga jika itu benar terjadi. Tapi semua bukti terlalu nyata untuk dikatakan sebagai kebohongan. Sena berdiri penuh amarah dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada. Air mukanya terlihat keruh dengan barang bawaan yang siap ia bawa pergi sekarang juga.
"Namanya Ellen, jangan kau pikir aku bodoh tuan Lee Seungri. Aku paham tentang kedudukan ku. Tidak akan pernah seimbang denganmu, dan kau mempermalukan ku dengan berselingkuh ?" Sena benar-benar menunjukkan wajah marah- benar benar marah yang pura pura-
"Maafkan aku, ini tidak seperti yang kau lihat sayang"
"Berhenti memanggilku seperti itu! Kita batalkan pernikahannya. Dan kau-" Sena menunjuk wajah Seungri "Jangan pernah mencariku karena ini kesepakatan kita! Tepati janjimu seperti seorang lelaki" kesepakatan sudah dibuat, dan siapapun yang berkhianat harus menerima hukumannya.
Terlalu banyak kenyataan yang ditutupi seorang Kim Sena. Pun dengan Seungri yang masih sangat buta. Ini memang rencananya. Sena tersenyum licik atas keberhasilannya sendiri. Menyingkirkan Seungri tidak sesulit bayangan kakaknya. Urusannya sudah selesai. Dan saatnya ia hanya fokus pada dirinya sendiri serta satu permainan gilanya. Menghancurkan Jongin.
Sena mendesis saat mendapati kakaknya yang terlalu sibuk mengurusi bocah lelaki berusia dua tahun itu. Ia benci diabaikan.
"Halooo aku datang, tolong sambut aku!" Seokjin mengangkat wajahnya setelah selesai membersihkan sisa makanan di sekitar mulut si bayi. Keningnya mengkerut menyaksikan Sena membawa tiga koper besar dan satu tas kecil.
"Kau mau kemana ?"
"Hyung, aku pulang!" Sena jengkel sendiri mendapat sambutan seperti itu.
Ia mendecak kesal ketika bocah yang sedang sibuk mengemil buah itu juga mengabaikannya.
"Heh bocah lihat aku!"
"Sehun, kau kasar!"
"Sena, Kim Sena. Aku masih meminjam margamu, Seokjin hyung" Seokjin semakin geram dengan kelakuan lelaki manis di depannya ini. Lihat, dulu dia berkata saat kembali pulang berarti dramanya telah usai. Tapi sekarang ia masih ingin meminjam marga dan memakai nama samaran untuk memenuhi ambisinya.
"Margaku dan marganya sama, aku ragu jika kau meminjam margaku. Lagipula nama Sena untuk urusanmu diluar sana. Saat di dalam rumah kau tetap seorang Sehun!" Seokjin mengabaikan lagi keberadaan Sehun. Bukan apa-apa, sejak kelahiran si kecil, Sehun berubah sangat menyebalkan. Ia sering membentak anak itu, bahkan tidak memperdulikan keberadaannya. Bukan salah Jimin jika ia selalu mengabaikan pula keberadaan Sehun. Bahkan Jimin selalu merapat ke pelukan Seokjin saat Sehun datang dengan teriakan-teriakannya
"Lihat aku Kim Jimin!" Sehun memegang pipi gembul Jimin dengan satu tangannya "Saat besar nanti kau harus menjadi kuat. Aku sedang mengusahakan kematian lelaki itu. Paham ?!" demi apapun, Jimin hanya bocah berusia dua tahun. Kosa katanya hanya sebatas makan, papa, dan dada. Mata bulatnya mulai berkaca-kaca. Memandang penuh permohonan kepada Seokjin berharap untuk segera diberi pertolongan.
"Kau gila Sehun! Jika kau tidak menginginkan anak ini. Aku yang akan membesarkannya. Sudah cukup kau sembunyikan dia dari dunia. Jangan pernah berkata macam-macam!" Sehun melipat kedua tangannya didepan dada. Memandang murka ke arah Jimin yang terlihat menangis dalam diam dan menegang dalam gendongan Seokjin.
"Dia lahir atas kesalahan, kau sendiri yang tidak membolehkanku untuk membunuhnya ?"
"Sehun cukup! Kau bukan Sehun yang ku kenal. Sehun yang aku ketahui adalah seorang penyayang dan sabar. Kau berubah menjadi monster bahkan untuk anakmu sendiri!"
-KH-
Seokjin mendendangkan lullaby agar anak kecil ini segera terlelap. Satu tangannya digunakan untuk membelai surai lembut si bayi, sedangkan tangan lainnya digunakan untuk menepuk-nepuk pantat gemuk Jimin.
Nafasnya terdengar sangat lelah. Memandangi Jimin yang setengah terpejam dengan mulut yang sibuk mengunyah dot. Ia merelakan hidupnya, merelakan kebahagiaannya dan semua cita-citanya demi membesarkan Jimin.
Ia bahkan menipu kedua orang tuanya dan berkata bahwa ia harus bertanggung jawab karena gadis yang dihamili telah meninggal, dan ia berkewajiban untuk membesarkan Jimin.
Seokjin hanya merasa Jimin terlalu kecil untuk menerima nasib buruknya. Ia sendirian karena kedua orang tuanya yang sama-sama egois. Jimin-nya, terlalu rapuh untuk menerima semua kenyataan hidupnya.
"Papa"
"Hm?" lalu suaranya hilang bersamaan lelap yang menjemput menuju mimpi.
Di pagi hari tiga tahun lalu. Menu yang dimasak Seokjin hanya biasa saja. Khas mahasiswa dengan kantong pas-pasan. Sehun yang memang tidak banyak makan, menjadi sangat lahap. Tidak ada yang salah, pikir Seokjin itu wajar karena Sehun telah mengalami banyak hal berat.
Tapi itu semua adalah pertanda awal. Sehun hamil. Hamil anak Jongin tentu saja. Percobaan pengguguran kandungan dilancarkan Sehun beberapa kali karena sudah terlalu putus asa. Ia ingin lepas dari Kim Jongin. Benar-benar lepas dan memulai seluruh hidup normalnya. Tapi kenyataannya ia tengah mengandung. Ada benih monster yang hidup di dalam perutnya. Ya seperti itu Sehun menamai Jimin, monster kecil. Tidak sadar bahwa sendirinya kini berubah menjadi monster pula.
Seokjin merasa perlu bertanggung jawab karena ia yang mati-matian memohon agar Sehun menjaga bayi didalam perutnya baik-baik hingga lahir. Kesepakatan tentunya harus melalui sebuah syarat. Dan Sehun mengajukan serentetan syarat yang membuat Seokjin bimbang untuk mengangguki, tapi juga perlu untuk menyetujui agar bayi itu tetap lahir. Dia suci, tidak salah, dan berhak hidup.
Sehun ingin bayinya disembunyikan, dan dibuat seolah-olah tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Ia tidak ingin dipanggil mama, atau apapun. Cukup uncle. Dan Seokjin harus menyetujui perubahan nama Sehun menjadi Kim Sena. Sehun sudah mati, dan hanya tersisa Sena. Oke, kesepakatan sudah dibuat. Seokjin tidak tahu atas motif apa Sehun rela mengubah identitas dirinya. Dan baru diketahui satu tahun setelahnya bahwa Sehun sedang merencanakan balas dendam untuk Kim Jongin, ayah dari anaknya.
-KH-
Setelah mengetahui kehamilannya, Sehun memilih berhenti sementara dari tempatnya bekerja. Ia benar-benar menjalani kehamilannya dengan tidak ikhlas. Seokjin yang sangat protektif, meskipun harus dihadiahi dengan dengusan malas dari sahabatnya.
Mengumpat, dan memaki. Seokjin mengernyit dengan kebiasaan baru Sehun. Dulu, Sehun hanya akan bertutur lembut dan penuh senyum. Inginnya Seokjin menyadari betapa guncang Sehun saat itu. Tapi toleransinya habis hari ini. Ia rela Sehun berbicara kasar padanya, tapi tidak kepada Jimin.
"Jinnie hyung ?" Sehun membuka perlahan kamar Jimin yang terlihat temaram. Tidak dirasakan pergerakan Seokjin membuatnya melangkah mendekat.
"Kau tidur ?" lama Seokjin berdiam dan pura-pura terpejam.
"Vernon sudah mendapat markas dan usaha ku mulai resmi lusa-" Seokjin hanya diam.
"Hyung, maafkan karena tadi aku sangat kasar dengan anak itu-"
"Namanya Jimin, Kim Jimin"
"Ya, Jimin" Sehun tersenyum kecut.
"Kau berbuat kasar padanya, kenapa meminta maaf padaku ?"
"Hyung mengerti-"
"Aku mengerti, sangat. Kau tidak menginginkannya kan ? Maka cukup acuhkan dia, jangan pernah membentak seperti tadi KIM-SENA!" Seokjin menyela ucapan Sehun tanpa berniat beranjak dari posisinya yang tengah memeluk si kecil.
"Dan jika di rumah jangan panggil aku 'hyung'! Sekarang keluarlah, aku akan tidur disini bersama Jimin" Sehun meremas kuat ujung kaos yang dikenakan. Lihat, Seokjin yang selama ini selalu mengerti dirinya tiba-tiba berubah menjadi dingin. Sehun sangat sadar jika ia salah. Tapi pertahanan dirinya terus berkata jika yang ia lakukan ini benar. Memperlakukan Jimin dengan baik sama saja memperlakukan Jongin dengan baik.
Entah sejak kapan Sehun merasa jiwanya sudah tidak waras. Ia gila, karena rasa sakitnya, karena ambisinya untuk menghancurkan Jongin. Rasa sakit masih terpancar jelas dikilat matanya, ia tidak benar-benar kokoh seperti yang dielu-elukan oleh Vernon. Dengan berperilaku seperti ini, Sehun semakin meyakinkan siapapun bahwa hatinya telah hancur berantakan. Tidak lagi tersisa kebaikan karena ia telah menyesal sempat menjadi baik.
Ia melirik lagi ranjang yang tengah ditempati oleh Jimin dan Seokjin. Bocah itu, sudah bisa berjalan, sudah bisa berbicara meskipun dengan kosa kata terbatas dan tidak lancar. Pipinya terlihat berisi dengan wajah kemerahan yang menggemaskan. Warna kulitnya dan sorot matanya tidak bisa membohongi bahwa Jimin adalah anak kandung Jongin. Bahkan Sehun yang membawanya kesana kemari selama sembilan bulan hanya memiliki kemiripan sebatas eye smile nya yang cantik. Seperti Jimin ingin diakui sebagai putra Jongin. Tapi Sehun justru menyembunyikan Jimin pada dunia. Membuat seolah-olah bukan anaknya dan Jongin, karena dengan begitu ikatan antara dirinya dan lelaki brengsek itu sudah terputus.
-KH-
"Brengsek! Kita dipermainkan Kim Sena ?" setelah melakukan beberapa penyelidikan tentang lepasnya Yamato. Jongin meruntut kejadian yang saling berhubungan, dan yang mengejutkan adalah keterlibatan Seungri. Bukan karena Seungri ingin memakan ladangnya. Tapi karena orang yang berhasil merusak daftar clientnya adalah tunangan Seungri, Kim Sena.
Jongin tidak membuang waktu untuk menemui Seungri dan menjelaskan semua. Dan sialnya ia terlambat, hubungan Seungri telah berakhir dan Kim Sena ikut menghilang karena dugaan perselingkuhan Seungri dengan Ellen. Wanita blasteran Eropa.
Kunci utama adalah Vornon, anak buah tuan Smith yang mengundurkan diri. Dan ternyata Vernon ini yang sekarang menjadi tangan kanan Sena. Belum diketahui apa tujuan Sena terjun ke dunia seperti ini. Dan Jongin akui, permainan Sena sangat cantik dan rapi terlebih caranya mempermainkan Seungri. Dengan membuat skenario seolah lelaki itu berselingkuh darinya dan ia bebas pergi membawa sebagian harta Seungri yang sudah disepakati.
Jongin mengurut dagunya, berpikir tentang siapa Kim Sena sebenarnya. Jelas ia bukan lelaki sembarangan meskipun kabar yang berhembus dan menurut penuturan Seungri ia terlalu manis untuk menjadi bos mafia.
"Tuan Seungri juga tidak percaya jika mantan tunangannya berbuat seperti itu" Minho menjelaskan hasil diskusinya dengan Seungri tadi pagi. Tapi lelaki itu tidak percaya dan cenderung menyangkal bahwa lelaki baik, lembut, dan manis seperti Sena akan terjun ke dunia yang kasar seperti ini.
"Dasar budak cinta!" Jongin tersenyum miring membayangkan betapa bodo Seungri setelah dikhianati sedemikian rupa tapi masih bersikeras menolak kenyataan yang ada.
"Jadi apa kita jadwalkan saja penyerangan ke markasnya ?"
"Tidak perlu, aku hanya ingin melihat seperti apa Kim Sena sialan itu!" Minho mengangguk.
"Padahal kita sudah memantau hampir 24 jam. Tapi sangat sulit untuk mendapatkan potret asli Kim Sena. Saya meminta pada tuan Seungri pun tidak diberikan karena beliau takut kita akan menyakiti Sena. Dan tuan, dilihat dari perawakannya saya seperti mengenal" Jongin mendongak dan menyimak wajah penasaran dari Minho.
"Seungri bodoh! Sudah dikhianati dengan jelas masih saja ingin melindungi. Apa cinta bisa mengubah seseorang menjadi pengecut ?"
"Saya rasa iya" Minho bertanya pelan kemudian beranjak pergi untuk melanjutkan tugasnya.
"MINHO BRENGSEK! apa baru saja dia mengataiku pengecut ?" Jongin menatap pintu yang telah tertutup dengan pandangan tajam, sementara Minho tengah menahan tawa.
-KH-
Sehun bukannya tidak tahu tentang beberapa anak buah Jongin yang disebar di berbagai titik guna menyelidiki dirinya. Tapi ia sengaja tidak peduli karena masih banyak hal penting yang lebih membutuhkan konsentrasi tinggi.
"Sehun" yang dipanggil hanya mengangkat kepalanya dan meninggalkan sejenak laptop menyala di atas meja.
"Sena, hyung. Sudah berapa kali ku katakan?"
"Hentikan ini semua sebelum anak buah Jongin membahayakan Jimin!" Sehun berdiri dan meneliti wajah suram Seokjin. Tidak biasanya Seokjin datang ke markasnya tanpa tujuan. Karena selain Seokjin adalah orang lurus, ia juga penentang utama bagi Sehun saat memutuskan terjun ke dunia kejam ini.
"Restoran ku dirusak!" dan demi Tuhan, sekian tahun hidup bersama. Sehun tidak pernah melihat Seokjin sehancur ini.
"Restoran ku… Dirusak" lirih perkataan Seokjin membuat Sehun diliputi rasa bersalah. Jongin sudah mengendus dan berani menyentuh orang terdekatnya. Ini tidak bisa dibiarkan. Seolah bendera perang sudah berkibar-kibar dan tinggal menunggu hari untuk saling menghabisi.
"Katakan pada Jongin jika Jimin adalah anaknya. Jika kalian ingin saling membunuh, silahkan! Tapi jika karena ini, Jimin jadi terluka. Aku yang akan membunuh kalian dengan tanganku sendiri" Seokjin mengusap sekali air matanya, kemudian berlalu pergi dan menghilang dari pandangan Sehun. Menyisakan hampa di ruangan mewah yang dipenuhi aura mencekam itu.
"Vernon, cari tahu siapa yang menghancurkan restoran milik Seokjin. Dan bawa ke hadapanku. SEKARANG!" Sehun membanting ponsel mahalnya dengan segenap emosi yang memuncak. Perasaannya kacau antara rasa bersalahnya pada Seokjin, dan takut jika Jongin akan melewati batas. Menyakiti Jimin. Ah astaga kenapa wajah Jimin selalu berputar-putar setelah ucapan Seokjin tadi.
Kenapa Seokjin rela menukar jiwanya demi Jimin, sedangkan dia dan Jongin yang justru menciptakan bahaya ?
Sehun membuka agenda harian yang tadi pagi diserahkan Vernon. 13 oktober, dua hari lagi. Usia Jimin genap 2 tahun. Sehun tidak pernah memperhatikan pertumbuhan bayi itu secara benar layaknya orang tua lain. Ia cenderung tidak peduli, ia tidak dekat dengan Jimin, dan hanya saling menatap jika bertemu. Jimin seperti orang lain untuk Sehun, begitupun sebaliknya. Jimin hanya bergantung pada Seokjin, sebagai papa pengganti. Yang selalu ada disampingnya dari mulai membuka mata hingga terlelap kala malam.
Ketakutan menyergap seluruh perasaan Sehun. Bagaimana jika ucapkan Seokjin benar-benar terjadi ? Tapi itu tidak mungkin karena Sehun sudah berusaha menyembunyikan Jimin dengan rapi.
Sehun memanggil tiga pengawal dan satu sopir untuk mengantarnya ke suatu tempat, inginnya ia pergi sendiri, tetapi perasaannya sedang tidak baik. Ia khawatir akan menimbulkan masalah baru dan membuat Seokjin semakin membencinya. Karena Sehun hanya memiliki lelaki itu sebagai satu-satunya keluarga terdekat, sebagai satu-satunya seseorang yang selalu ada disampingnya dalam keadaan apapun.
A/N : ini clue yg aku maksud di chap 6, Sehun tuh sbenernya hamil. Kenapa jimin ? krna aku gemes liat interaksi jongin sama jimin di stage, kek bapak anak. Dan aku baca ada 1 review yg bikin jengkel, jadi gini. Klo ngga suka sama ceritanya yaudah sih enyah aja, tanpa kmu baca pun ngga ngefek juga, ff ini ttp lanjut smpe TAMAT! Kamu penasaran atau engga juga terserah. Tipikal org indonesia tuh gini, udah di REMIND dari awal, DLDR = DONT LIKE, DONT READ! Daripada bikin org sakit ati, aku bikin ff juga ngga dibayar kok. Aku ttp makasih bgt buat yg masih setia baca. Aku ngga minta apa2, cukup saling menghargai.
