Chapter 15

Sehun merasa semua mata kini terpusat padanya. Bagaimana mereka memandang penuh kagum, dan sebagiannya lagi menyaksikan penuh haru. Ia ingin menangis, tapi sudut bibirnya terus memaksa untuk ditarik karena keseluruhan hatinya merasa sangat bahagia sekarang. Ini kebahagiaan yang berlebihan seumur hidup yang pernah dirasakan Sehun.

Karpet merah yang membentang indah hingga ke ujung Altar itu tampak mencolok diantara warna putih sebagai tema hari ini.

Sehun berjalan perlahan mengikuti langkah si kecil yang tampak bersemangat sedari pagi. Jimin menjadi satu-satunya anak yang menyambut dengan antusias hari bahagia ini. Ketika akhirnya mama dan daddy nya menikah. Entah apa itu menikah, Jimin tidak tahu. Tapi menikah dalam pikirannya adalah berarti Sehun sudah mencintai daddy nya. Saat mereka bisa tinggal dalam satu rumah. Menghabiskan akhir pekan bersama, makan dalam satu meja, dan Jimin bisa mendapat dongeng dari dua orang sekaligus. Lebih dari itu semua, Jimin hanya tahu bahwa menikah itu berarti ada sebuah pesta dengan banyak makanan. Meskipun nanti dia akan mengeluh kepanasan karena tuxedo yang tebal dengan dasi kupu yang mencekik.

Jimin memegang erat satu buket bunga dan berjalan penuh percaya diri untuk mengantar mama nya menuju Altar. Disana sudah berdiri ayahnya yang entah kenapa terlihat begitu tampan. "Daddy ?" Jimin akhirnya tidak sabar berjalan pelan-pelan dan memilih berlari untuk memeluk Jongin yang gugup di depan Altar.

Sehun tersenyum manis melihat kelakuan buah hatinya yang menggemaskan. Jongin yang menyadari Sehun semakin dekat, akhirnya memilih menurunkan Jimin.

Kotak berisi dua cincin dengan garis perak dan satu permata kecil, dipesan langsung dari Swiss. Kata Jongin, Sehun terlalu indah untuk diberi barang sembarangan.

Cincin itu didesain sendiri oleh Jongin dengan berbagai perhitungan juga teori yang diyakini bisa dijadikan simbol cinta mereka.

Untuk ukuran seumur hidup sekali, Jongin memang mempersiapkan dengan begitu rinci. Sesekali meminta pendapat Sehun kemudian pemikiran mereka disatukan. Meskipun yang melakukan eksekusi di lapangan akhirnya adalah Jongin yang dibantu oleh Minho. Jongin tidak ingin Sehun merasa disisihkan dan merasa tidak berguna. Bagaimana pun ini awal dari kebahagiaan mereka. Dan untuk masuk ke dalam kebahagiaan sesungguhnya, Jongin harus membangun pintu gerbang yang indah untuk dikenang selamanya.

Dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu

Menjadi suami saya.

Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang,

suka dan duka, sehat dan sakit,

dengan segala kekurangan dan kelebihanmu.

Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidup saya.

Kecupan Jongin pada keningnya menjalar hangat melingkupi relung hati. Di barisan depan, Sehun bisa melihat setetes air mata Yifan. Lelaki itu, adalah ayahnya. Yang mengantarkannya ke jurang menyakitkan, juga yang mengantarkannya ke gerbang kebahagiaan bernama Kim Jongin.

"Menua lah bersama ku. Aku adalah orang yang akan menjamin hidupmu melebihi hidupku sendiri Sehun" Sehun mengangguk. Membelai pipi Jongin dengan jemarinya. Menyejajarkan dengan kilauan cincin yang berada di jari manisnya. Deritanya berakhir.

-KH-

Selagi matahari masih terbit dari timur. Disitu juga pengharapanmu masih ikut datang bersama sinarnya. Dulu Jongin adalah manusia dengan arogansi tinggi dan tidak tersentuh. Dia ibarat jelmaan medusa dengan segala kekuasaannya.

Percaya atau tidak, Jongin pernah menjadi seorang penyayang sebelum kehidupannya diluluh lantakan oleh Yifan. Keluarganya adalah keluarga sempurna. Lahir dari dua bersaudara yang dibesarkan dengan kasih sayang.

Jongin itu belajar menjadi seorang penyayang dari kakak kandungnya Baekhyun. Jika Jongin adalah jelmaan medusa, bisa jadi Baekhyun adalah jelmaan malaikat. Jongin selalu ingin melindungi Baekhyun karena menganggap mataharinya adalah kakaknya. Selama kakaknya bahagia, disitulah harapan hidupnya ikut bersinar.

Tapi bukankah matahari harus melalui gerhana juga ? ada saatnya sinar itu menjadi gelap dan berkabut. Tapi bukan itu yang ditakutkan Jongin. Yang menjadi kekhawatirannya adalah matahari itu lupa kembali. Lupa menampakkan sinarnya karena telah dirusak oleh seseorang. Gerhana itu berlangsung selamanya.

Semua hancur dalam hitungan jari. Dan Jongin berdiri sebagai remaja tak tahu apa-apa dengan perusahaan kecil peninggalan ayahnya. Kesedihan Jongin adalah saat melihat Baekhyun berteriak penuh erangan kesakitan. Jika bisa, Jongin ingin mengganti seluruh rasa sakit itu ke dalam dirinya. Jika itu luka karena terjatuh, mungkin hanya butuh beberapa hari untuk sembuh. Tapi luka Baekhyun ada di dalam jiwanya. Tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa disembuhkan hanya sekedar menggunakan obat merah.

Jongin tumbuh menjadi kuat sejak hari itu. Bisnis keluarganya menjadi kokoh, dengan ditopang bisnisnya yang lain, bukan bisnis baik-baik. Tapi dari bisnis itu Jongin menjadi jauh tak tertandingi oleh siapapun.

Jongin pikir, menyembuhkan luka yang ideal adalah membalas dengan luka baru yang lebih menyakitkan. Tapi dia justru terjebak dalam mata indah yang memandangnya dengan penuh kilatan benci.

Jongin terperangkap dalam pesona mangsanya sendiri, dan ia benci kenyataan itu.

Tidak terpikir baginya menjadikan Sehun sebagai tebusan atas kehancuran yang sudah diciptakan Yifan.

Sehun adalah jelmaan malaikat lain yang dilihat Jongin setelah Baekhyun. Dan dari sana Jongin belajar, bahwa luka harusnya disembuhkan dengan obat. Sehun adalah obat bagi Baekhyun. Hubungan yang membingungkan. Harusnya semua menjadi mudah jika saja Jongin mau jujur sejak awal. Bahwa dia sudah kalah, terhitung saat dirinya mulai jatuh ke dalam manik bening milik Sehun.

-KH-

"Aku ikut mobil uncle" anak kecil berusia hampir 5 tahun itu sibuk memasang sepatunya yang berwarna putih tanpa menghentikan debat dengan lelaki yang dipanggilnya mama.

"Tidak, Jimin ikut mobil mama"

"Ma.."

"Jimin!" jika sudah ada nada seperti itu. Jimin bisa apa ? padahal dia hanya ingin ikut mobil Chanyeol dan membeli skuter seperti yang sudah dijanjikan.

"Maaf" sesal Sehun karena sudah membentak anaknya.

"It's oke, aku bisa ikut mobil uncle kapan kapan" Sehun mengangguk. Kembali masuk ek dalam rumah untuk mengambil koper yang berisi baju mereka bertiga.

Masih ingat dengan janji Sehun 5 tahun lalu sebelum pergi dari rumah Jongin ? Sehun berjanji jika Baekhyun mau berusaha dan sembuh. Ia akan mengajak Baekhyun pergi ke pantai untuk bermain ombak.

Karena tahun tahun lalu begitu banyak hal yang belum selesai diurusi termasuk drama balas dendam, serta musibah yang dialami Jimin. Janji itu baru terwujud sekarang. Bukan hanya bertiga, mereka pergi berlima dengan tambahan 2 anggota keluarga yaitu Jimin dan Chanyeol.

"Sudah siap ?" Jongin akhir-akhir ini sedang hobi memancing. Termasuk memancing hati Sehun. Di acara piknik kali ini tidak lupa dia membawa perlengkapan pancing miliknya, juga perlengkapan pancing mini milik Jimin.

"Daddy di laut tidak ada ikan ?"

"Eiy, siapa bilang ? tentu saja ada" Jongin menepuk tangannya sekali setelah memasukkan semua barang bawaan ke dalam bagasi belakang.

"Apa ?"

"Paus" gelak tawa Jimin membahan ketika tubuhnya diangkat tinggi-tinggi oleh sang ayah.

"Hore, kita memancing paus" pekiknya riang.

"Jangan cemari otak anakmu dengan kebohongan Jongin. Mana bisa paus ditangkap dengan pancing kalian ?"

"Aku saja bisa memancing hatimu"

"Dasar kardus" Sehun masuk terlebih dahulu ke dalam mobil dan membiarkan suami serta anaknya menyusun strategi untuk memancing nanti. Dasar ayah dan anak yang terlalu kompak.

"Jongin"

"Hm ?" mereka memilih bertemu di bandara saja, untuk langsung terbang ke Jeju. Maka dari itu Sehun tidak memperbolehkan Jimin ikut mobil Baekhyun karena akan membuat jarak tempuh Baekhyun lebih jauh dengan rumah mereka yang sudah terpisah.

"Setelah liburan, kita pergi ke China ya"

"Tapi setelah aku pergi ke San Fransisco" Sehun menghembuskan nafas berat. Jongin yang selalu sibuk dengan segala urusannya.

"Aku pergi dengan Jimin saja ya?"

"Tidak boleh! Nanti kalau kau kenapa kenapa bagaimana ?"

"Astaga aku sudah besar. Lagi pula Korea-China cukup dekat" Jongin diam dan menimbang untuk keputusannya.

"Tapi dengan Vernon. Kau, Jimin, Vernon. Aku tidak mau kalian hanya pergi berdua tanpa perlindungan"

"Aku masih Kim Sena jika kau lupa"

-KH-

"Hyuuuuung" Sehun berlari dan memeluk Baekhyun dari belakang. Jongin dan Chanyeol sengaja memilih hotel yang menghadap langsung ke laut khusus untuk Sehun dan Baekhyun. Jimin sudah tidur sejak sore karena kelelahan memancing bersama Jongin. Tentunya setelah menangis karena ternyata daddynya berbohong tentang paus yang bisa mereka tangkap.

"Kenapa hm ?" Sehun menggeleng, memejamkan mata menikmati angin sepoi-sepoi malam ini yang berhembus tenang.

"Bagaimana dengan Chanyeol ?"

"Dia baik, hidupnya terlalu banyak bercanda. Tapi bisa serius juga kadang-kadang"

"Hyung, mencintainya ?" Baekhyun mengedikkan bahu. "Entahlah, aku nyaman kita yang seperti ini karena komitmen masih membuatku trauma"

"Maafkan ayah ku ya hyung" Baekhyun mengurai pelukan Sehun. Menggeser posisi berdirinya agar mereka bersisian dan memandang laut bersama dalam gelap.

"Itu sudah berlalu Sehun. Kau berjanji untuk melupakannya"

Kemudian mereka sama-sama hening. Larut oleh suara deru ombak yang tidak seberapa riuh dan terkesan tenang.

"Maafkan aku juga karena baru menepati janji untuk mengajakmu bermain ombak hari ini." Baekhyun tersenyum. Menatap adik iparnya dalam diam.

"Terima kasih karena sudah datang ke kehidupan kami Sehun. Tanpamu mungkin aku dan Jongin tidak akan pernah bisa melihat indahnya dunia. Terima kasih juga sudah melahirkan Jimin. Hidupku terasa lengkap sampai aku sudah tidak membutuhkan apapun lagi"

"Aku juga hyung. Hidupku sudah terasa sempurna sampai aku tidak membutuhkan apapun lagi."

Sekali lagi Sehun tidak bosan mengakui jika Jongin adalah malam terbaik untuknya. Malam yang datang dengan satu paket bulan dan bintang. Dan Jongin, datang satu paket dengan kesedihan juga kebahagiaan.

"Hyung, aku mencintai Jongin"

"Aku tahu. Kalian, berbahagialah. Jongin sudah bekerja keras selama ini. Kau dan Jimin adalah tempatnya beristirahat dan pulang."

"Aku akan menjadi rumah ternyaman untuknya. Aku dan Jimin akan menjadi selimut yang hangat saat Jongin kedinginan"

Ya, Sehun akan menjadi rumah yang nyaman setelah lelah Jongin menghadapi dunia tanpa keramahan. Sehun akan menjadi selimut paling hangat sampai Jongin tidak memerlukan tungku untuk menghadapi dinginnya takdir.

-KH-

Waktu akan berlalu begitu cepat seperti cahaya saat kita melalui dengan senang hati bersama mereka yang kita sayangi. Satu per satu yang kita kasihi akan pergi. Dan yang kita rawat akan tumbuh besar. Kita akan menua. Semua berubah kecuali satu, tangan yang tidak pernah lepas menggenggam sampai saatnya dipisahkan oleh ajal.

Album foto juga segala hal yang bisa dijadikan memori akan menjadi abadi jika kita merawatnya baik-baik.

Kenangan pahit, juga kenangan manis dibingkai indah dalam ingatan. Diputar sesekali saat rindu. Ditemani tangis dan tawa. Juga berbagai macam pelengkap rasa seperti cinta, benci, dan kasih yang masih setia mengisi hati.

"Ma…"

"Hm ?" pemuda dengan surai kecoklatan itu duduk berdampingan dengan lelaki yang mulai menua. Diintipnya sebentar buku apa yang kiranya dipegang oleh lelaki yang dipanggil mama itu.

"Mama sudah makan ?"

"Sudah"

"Sudah minum vitamin ?" mamanya hanya mengangguk.

35 tahunnya berlalu dengan sekedipan mata. Sehun terlena dengan segala hal indah yang diberikan Jongin. Kenyamanan yang dibuktikan bukan sekedar janji saja. Sampai ia lupa jika kapan saja Jongin dan segala cintanya bisa pergi berlalu meninggalkannya sendiri dalam dingin. Dulu Sehun menjanjikan dirinya sebagai selimut saat Jongin kedinginan menghadapi takdir. Tapi hari ini dia merasakan sesuatu, jika nyatanya mereka sama-sama saling menghangatkan.

"Dia lelaki yang tangguh kan Jim ?" Jimin merangkul ibunya yang terguncang karena kepergian ayahnya. Sesungguhnya ia juga merasa sangat kehilangan. Tidak ada lagi lelaki konyol yang membohonginya dengan begitu meyakinkan. Mengajari banyak hal tanpa menggurui. Memperkenalkan dunia tanpa menghakimi. Ayahnya adalah Kim Jongin.

"Ma, daddy sudah bekerja keras" Sehun mengangguk. Buku yang dilihat Jimin tadi, ternyata adalah album kenangan.

Mengabadikan setiap momen liburan mereka, atau sekedar pesta barbeque di halaman belakang. Kadang juga potret tidak sengaja. Lebih banyak dari semua foto di sana adalah milik Jimin dan Sehun. Karena Jongin selalu memilih menjadi tukang fotonya.

"Ini waktu Jimin menang lomba menari kan ma ?" Jimin menunjuk salah satu foto. Di sana terlihat dia yang sedang tos dengan ibunya penuh tawa. Sehun mengangguk lagi. Gerakannya mengangguk berhasil meloloskan satu air matanya yang dengan cepat diusap oleh sang putra.

Jongin adalah perokok aktif. Dan peminum kelas berat pada masanya. Dia akrab dengan hal semacam itu karena pekerjaannya yang tidak jauh dari dunia malam. Meski itu hanya masa lalu. Tapi penyakit tidak bisa menunggu pemahaman tentang masa manusia. Mereka datang karena kita tidak bisa menjaga diri sejak dini. Jongin terkena kanker paru dan liver, semacam komplikasi karena usia yang memang sudah lanjut.

Sehun tidak menyesali kepergian Jongin. Karena keabadian hanya milik sang pencipta. Semua akan menua. Semua akan menghilang. Dan semua akan pergi pada waktunya. Waktunya kini sudah habis bersama Jongin. Sehun bersyukur ia melalui sisa hidupnya bersama lelaki gagahnya itu. Selamanya Sehun adalah milik Jongin karena hatinya sudah dibawa pergi. Pergi bersama damai.

.

.

.

"Aku bisa menjanjikan diriku selalu bersamamu" Sehun hanya tersenyum. Jongin sedang dalam suasana hati yang baik rupanya.

"Bahkan jika saatnya aku mati ?"

"Tidak Sehun, aku pasti mati terlebih dahulu." Sehun mulai tidak suka dengan topik seperti ini.

"Jangan terlalu yakin!"

"Tentu saja aku yakin. Aku ingin melihat seberapa kau merasa kehilangan. Seberapa kau mencintaiku. Lagipula jika kau pergi terlebih dahulu, aku tidak tahu apa yang harus ku perbuat di dunia sendirian." Sehun menjewer telinga jongin dengan gemas.

"Lalu bagaimana dengan aku huh ?!" Jongin mengecup permukaan tangan suaminya.

"Kau akan baik-baik saja. Aktualnya kau jauh lebih tangguh daripada aku untuk urusan kehilangan"

"Jangan berbicara seperti ini Jongin. Kau membuatku takut" Sehun mulai berkaca-kaca. Bertambah sendu ketika Jongin menyeretnya ke dalam pelukan.

"Hey, tidak ada yang abadi bukan ?"

"Tapi kau berjanji untuk menua denganku."

"Aku akan menua denganmu. Tapi tidak dengan selamanya bersama mu. Selamanya hanya sebuah kebohongan Sehun. Seperti aku yang membohongi Jimin tentang memancing paus di laut. Aku bisa menjanjikan diriku untukmu tapi tidak dengan waktu ku, waktu ku milik penciptaku" satu kecupan lagi untuk kening Sehun. "Teruslah jadi rumah ku. Teruslah menyelimutiku. Jadilah pembaringan terakhirku nanti."

.

.

"Aku sudah melaksanakan tugasku tuan Kim, tidurlah dengan damai. Aku akan menangisimu sesekali dan mengingatmu selamanya"

Karena 'selamanya' hanya kebohongan. Sebuah janji dibuat untuk menyatakan kesanggupan. Bukan mengumbar kemustahilan. Tugasmu selesai Sehun, kau telah membawa aku ke dalam hidupmu, menyelamatkan aku yang tersesat. Setidaknya kau sudah mewujudkan mimpiku tentang sebuah keluarga. Selamanya rumahku adalah kamu dan anak kita - Kim Jongin


END


a/n : huhhh, tarik nafas. FINALLY sudah tamat. Mohon maaf jika ada salah dalam karya saya. Karena kesempurnaan hanya milik Allah. Terima kasih banyak untuk kalian yang setia baca atau hanya sider saja. Aku tahu resiko sejak awal aku rilis ff ini akan begini. Maaf juga kalo tidak sesuai ekspektasi, karena alur sdh matang sejak awal dibuat. Kritik dan saran mohon disertakan.

Btw, setelah ini end dan up 2 chapter IDY. aku bakal hiatus sangat lama :) LOVE YOU KAIHUN SHIPPER, EXOL TERUTAMA, KELUARGA SEPERFANGIRLAN. SEE U ON TOP. :*

btw, untuk sekedar sharing aku masih sangat terbuka. Kontak aja di DM, LINE, atau WA.