The Girl is Mine
.
.
Genre: Romance, School-life
.
.
Cast: KyuMin and other
.
.
Disclaimers: This story is mine
.
.
Warning: GS, DLDR, Typo, No Copast, No Plagiarism, No Nyinyir
.
.
Enjoy
.
.
Sungmin berjalan terburu-buru menuju sekolahnya. Hari ini ia merasa seperti ada yang mengikuti lagi, tapi anehnya setiap dia menoleh ke belakang dia tidak menemukan siapapun di sana. Sungmin menghela nafas, ini sudah yang ketiga kalinya dia merasa seperti ini.
Sesampainya di sekolah, Sungmin tidak ingin mengulur waktu dan langsung masuk ke dalam kelas. Di sini dia aman. Tidak akan ada yang mengganggunya di sini. Sungmin lalu duduk di bangku paling pojok, mengipasi dirinya dan mengayun-ayunkan tangannya yang gemetaran.
"Sial! Anak dari sekolah mana lagi yang ingin menggangguku kali ini?"
Sungmin mendesah gelisah. Dia memang sudah terbiasa diganggu oleh berandal-berandal dari sekolah lain sejak dia pindah ke Korea, tapi yang ini sepertinya lebih berbahaya mengingat dia bukannya digoda seperti biasa, tapi diteror. Seseorang pasti dengan sengaja membuntuti dirinya untuk membuat dia merasa ketakutan.
"Bagaimana aku bisa pulang nanti?" gumamnya merasa sedikit cemas. Dia takut akan dikuntit lagi seperti tadi pagi.
Sungmin menatap lurus ke arah pintu bertepatan dengan kedatangan salah satu berandal paling ditakuti di sekolahnya dan pandangan mereka bertemu selama beberapa detik sebelum kemudian diputus oleh pemuda itu.
Sungmin mendengus lalu membuang pandangannya ke arah lain. Dia tidak pernah suka dengan anak-anak nakal yang hobinya hanya berkelahi, apalagi melihat pakaian mereka yang berantakan dan terkesan tidak terurus, itu membuatnya sakit mata.
"Yo! Kyu, kau tidak terlambat?"
Tiba-tiba beberapa namja lain datang dengan bergerombol, mendatangi meja namja berandal itu dan duduk mengelilinginya. Gaya mereka tidak jauh berbeda. Si pemilik meja hanya tersenyum menyambut kedatangan teman-temannya.
"Appamu memaksa untuk pergi bersama lagi?"
Salah satunya bertanya dan itu merupakan percakapan terakhir yang di dengar oleh Sungmin karena setelahnya dia sudah sibuk mencari earphone di dalam tas dan menyumbat telinganya dengan music bervolume tinggi agar tidak perlu mendengar obrolan mafia-mafia yang tergabung dalam satu geng itu.
Sungmin mungkin tidak mendengar terlalu banyak selama ini, tapi percayalah dia tahu salah satu dari mereka adalah anak dari pemilik Hyundai Department Store. Mereka itu sepertinya anak-anak chaebol yang kekurangan kasih sayang karena orang tuanya hanya sibuk untuk mengumpulkan pundi-pundi uang di dalam lumbung padi mereka.
.
.
.
Jam istirahat adalah yang paling membosankan menurut Sungmin. Dia lebih suka menghabiskan waktu dengan berdiam diri di dalam kelas tapi peraturan di sekolahnya ini aneh sekali, mereka dilarang berada di dalam kelas ketika sedang jam istirahat, entah untuk apa tapi Sungmin harus mengakui kalau dia benci dengan peraturan yang satu itu.
Sungmin berjalan di koridor menuju kantin, meskipun malas untuk beranjak dari duduknya tapi dia juga merasa sedikit lapar sehingga mau tidak mau dia harus pergi ke kantin juga. Sialnya ketika dia hendak berbelok, beberapa orang secara tidak sengaja menubruk tubuhnya dari belakang hingga dia terdorong menabrak dinding di sebalhnya.
"Aduh! Apa lagi sekarang?"
Sungmin meringis kesakitan memegangi bahunya yang seperti baru dipukul dengan tongkat baseball. Dia menatap kesal ke arah kemana perginya yeoja-yeoja yang menabraknya tadi dan sumber masalahnya ternyata ada di lapangan basket tepat di seberang posisi Sungmin sekarang ini. Dia menyipitkan matanya hingga dia dapat dengan jelas melihat siapa yang berada di tengah-tengah kerumunan masa yang didominasi oleh perempuan itu.
Ahh… Itu geng berandalan yang tadi datang ke kelasnya.
Tidak mau ambil pusing, Sungmin mengabaikan kebisingan di sekitarnya dan kembali melanjutkan langkah menuju ke kantin. Dia sudah sangat lapar dan butuh setidaknya satu bungkus roti dan satu kotak susu instan.
"Ahjumma, tolong beri aku satu roti bakar rasa strawberry dan juga satu kotak susu rasa vanilla."
Sungmin berbicara dengan ahjumma penjaga kantin yang sekarang sedang menatapnya dengan pandangan bingung.
"Ahjumma, apa ada yang salah?"
Sungmin mengerutkan kening dan ahjumma di depannya hanya menggeleng sambil tersenyum.
"Hanya heran kenapa kau tidak ikut berlari ke lapangan seperti seluruh gadis di sekolah ini, nak. Cha! Ini roti dan susumu."
Sungmin menyambut pesanannya yang diulurkan oleh ahjumma penjaga kantin dengan penuh senyuman, Sungmin membalasnya sebentar sebelum memutuskan untuk kembali ke kelas, setidaknya dia masih bisa menunggu di samping pintu kelasnya dan duduk di bangku yang disediakan di sana.
"KYA! KYUHYUN OPPA!"
"HAE OPPAAA!"
"SIWON OPPA, SARANGHAE!"
"…"
"…"
Ah! Baiklah. Sepertinya Sungmin harus pergi memeriksakan telinganya ke dokter THT sepulangnya dari sekolah ini nanti. Telinganya terasa berdengung dan itu membuat kepalanya sedikit pusing.
Sungmin duduk di depan kelas dan memakan rotinya sedikit demi sedikit. Dia cukup terhibur dengan aktifitasnya itu saat ponselnya tiba-tiba bergetar menandakan ada pesan yang masuk ke nomornya. Sungmin membuka notifikasinya dan langsung membaca isi pesan itu.
Hai, cantik.
Kening Sungmin berkerut dalam. Di sana tidak ada nama pengirimnya dan dia tidak kenal dengan nomor yang mengiriminya pesan aneh itu. Sungmin berpikir sebentar lalu memutuskan untuk mengabaikannya saja.
Drrtt…Drrttt…
Tidak lama kemudian ponsel Sungmin kembali bergetar. Ada pesan masuk dari nomor yang sama. Sungmin berdecak kesal lalu membuka isinya dengan sedikit dongkol.
Jangan mengabaikan pesanku, sayang. Ayo kita bertemu!
Cih! Perlu diakui, Sungmin memang tidak begitu banyak digilai di sekolahnya sendiri tapi tidak dengan sekolah lain terlebih sekolah-sekolah khusus namja yang tersebar di banyak titik di Seoul. Popularitasnya bahkan mengalahkan Victoria si ratu Etern High School yang agung. Dan Sungmin yakin kalau orang yang baru saja mengiriminya pesan itu pasti salah satu dari mereka.
.
.
.
Sungmin berjalan keluar dari kelas. Sekolah sudah berakhir 5 menit yang lalu dan dia merindukan tempat tidurnya sekarang.
Saat dalam perjalanan menuju rumahnya yang tidak begitu jauh dari sekolah, Sungmin sudah beberapa kali merasakan ponselnya bergetar, tapi dia memilih untuk mengabaikannya. Isi pesan itu hanya akan membuat hatinya bertambah dongkol kalau dia tetap memaksakan untuk membacanya.
"Hiks! Appo…"
Sungmin refleks menoleh ketika dia mendengar suara isak tangis seseorang yang sepertinya tengah kesakitan. Sungmin mengedarkan pandangannya dan menemukan seorang bocah laki-laki terduduk di sebelah sepedanya di sebuah gang yang tidak jauh dari posisinya saat ini. Sepertinya dia baru saja jatuh dari sana. Sungmin memutuskan untuk menghampiri anak itu dengan sedikit berlari dan berjongkok di depannya.
"Gwenchanna?" Tanyanya prihatin. Bocah itu mendongak lalu spontan menunjuk ke arah lututnya yang terluka dan berdarah. Sungmin menatapnya iba, dia lantas menepuk pelan pucuk kepala anak itu dan tersenyum denga sangat manis.
"Noona akan mengobati lukamu. Jadi jangan menangis lagi, arraseo?"
"Ne!"
Sungmin meraih selembar tisu basah dari dalam tasnya dan membersihkan luka anak itu dengan sangat hati-hati, tidak lupa untuk mengoleskan salep pereda nyeri yang selalu ada di dalam tasnya dan menutup lukanya dengan plester lucu bermotif pokemon.
"Cha! Sekarang sudah tidak akan sakit lagi." Bocah itu mengangguk dan tersenyum lebar.
"Gomawo, noona!"
"Ne… Lain kali bermainlah dengan hati-hati, okay?" Anak itu mengangguk sekali lagi lalu memberikan sebuah kecupan singkat di pipi Sungmin dan segera pergi dengan sepedanya menginggalkan Sungmin yang masih terpana.
Sungmin menyentuh pelan pipinya yang dikecup oleh anak itu dan tersenyum sampai terkekeh-kekeh. Aih! Bocah itu lucu sekali, tapi sayangnya dia lupa menanyakan siapa namanya.
Sungmin kembali berdiri dan berniat untuk melanjutkan kembali perjalanannya yang tertunda ketika dengan tidak sengaja dia melihat gerombolan anak-anak berandal sekolahnya lewat dari depan gang tempatnya berdiri.
Dia bisa melihat Cho Kyuhyun, teman sekelasnya membawa sebuah pemukul baseball yang diletakkan di bahu dan berjalan di barisan paling depan diikuti Choi Siwon si pewaris Hyundai yang juga membawa balok kayu di tangan kanannya, di belakang ada Lee Donghae dan Kim Yesung, masing-masing dari mereka membawa double stick dan juga stick golf.
Sungmin mengerutkan dahi dengan sangat dalam. Mau kemana mereka berempat dengan berpenampilan seperti itu? Oh-Oh jangan bilang kalau mereka akan tawuran dengan anak dari sekolah lain seperti yang biasa mereka lakukan selama ini!
Sungmin mengetuk-ngetukkan sepatunya di tanah, dia bingung harus bereaksi bagaimana. Dia tidak mau ikut campur dan tidak mau terlibat, tapi sialnya dia juga cukup penasaran seperti apakah lawan mereka kali ini dan tanpa pikir panjang di sinilah Sungmin sekarang! Mengikuti empat sekawan itu diam-diam dari belakang dan bersembunyi sejauh mungkin tapi tetap bisa melihat mereka semua dengan jelas.
.
.
.
Kyuhyun memasukkan satu tangannya ke dalam saku seragam sekolahnya. Dia berdiri dalam diam di tengah jalan, memandang lurus ke depan. Di belakangnya ada Siwon, Donghae dan Yesung yang sedang mengetuk-ngetukkan stick golfnya ke tanah sambil mengunyah permen karet.
Mereka terus dengan posisi seperti itu sampai segerombolan anak dengan seragam sekolah yang berbeda datang dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dengan mereka. Hmm… Mari kita lihat! Ada tongkat baseball, ada balok kayu, ada rantai, ada kapak, double stick juga ohh Donghae akan punya teman bermainnya di sini, dan ada yang membawa samurai. Kyuhyun berdecih.
"Apa itu salah satu koleksi appamu, Roy?" Kyuhyun mengacungkan tongkat baseballnya dan menunjuk ke arah anak yang membawa samurai. Dia menyeringai ketika anak itu menggeram marah padanya.
"Kami semua membawa benda tumpul, tapi kalian malah membawa senjata tajam. Apa itu termasuk salah satu ciri dari seorang pencundang, Yesung hyung?" Kyuhyun mengulurkan tangannya ke belakang tanpa menoleh, Yesung mengerti dan segera meletakkan sebungkus permen karet di telapak tangannya.
"Ya." Kyuhyun terkekeh. Jika Yesung menjawab ya, maka itu artinya mereka berempat sudah siap untuk bertarung melawan berandalan dari sekolah lain yang jumlahnya mencapai dua puluh orang itu.
"Ah, ya! Beritahu aku apalagi yang menjadi ciri-ciri dari pecundang Siwon hyung?" Siwon tersenyum lebar hingga dimplenya terlihat dengan sempurna.
"Keroyokan."
"Hahaha!" Tawa Kyuhyun seketika meledak. Dia melemparkan pandangan remeh pada Roy dan teman-teman segengnya. Dia suka sekali saat melihat musuhnya terpancing emosi dan langsung datang padanya untuk melayangkan serangan.
"Kau! Kau akan berakhir di tanganku hari ini!"
CTANG!
Roy melempar samurainya dan merampas balok kayu yang dipegang oleh temannya. Dia berlari dengan berapi-api ke arah Kyuhyun seraya mengayunkan baloknya.
Kyuhyun dengan gesit menghindari serangan itu. Dia berdiri di belakang Roy dan menyikut punggungnya hingga namja itu terdorong ke depan nyaris tersungkur. Roy berbalik menatap marah pada Kyuhyun yang menyerigai, dia lantas memberikan instruksi agar anak buahnya ikut menyerang teman-teman Kyuhyun yang lain dan terjadilah perkelahian itu.
BUGH!
DUAGH!
BRAK!
SRET! SRET! SRET!
Donghae memainkan double sticknya saat anak buah Roy yang memiliki benda yang sama datang padanya, anak itu terlihat menyeramkan karena matanya tertutupi oleh rambutnya yang panjang. Donghae menjilat bibirnya, merasa sangat bersemangat karena sepertinya dia sudah menemukan lawan bermain double stick yang seimbang.
"Ayo maju, kawan!"
SRET! SRET! SRET!
DUAGH!
Donghae mengedipkan matanya saat kepalanya terasa pening. Dia menyentuh sudut bibirnya yang sakit dan robek. Ahh… dia baru saja menerima bogem pertamanya. Donghae tersenyum tampan lalu menggerakkan jari telunjuknya untuk memprovokasi lawannya.
SRET! SRET! SRET!
"Jangan sentuh wajah tampanku!"
BESHT!
DUAGH!
"Itu peraturan pertama." Donghae mengayun-ayunkan double sticknya lalu melemparkannya pada anak itu, saat dia lengah Donghae langsung menghadiahinya tinjuan tepat di tempat dimana anak itu memukulnya.
"Jangan buat wajahku terluka!"
DUAGH!
DUAGH!
BRUK!
"Itu peraturan kedua."
BUGH! BUGH! BUGH!
Donghae menendang tubuh musuhnya yang jatuh tersungkur dengan marah. Dia tidak suka ada yang membuat tanda tangan di wajahnya, apalagi kalau itu sampai berdarah.
"Kau tidak tahu ya kalau aku ini seorang model? Hah! Akan kupukul kau sampai wajahmu menjadi sangat jelek!"
BUGH! BUGH!
DUAGH! DUAGH!
BUGH! BUGH!
Donghae tersenyum puas saat lawannya tidak lagi bisa bergerak, dia kemudian mengedarkan pandangannya dan melihat teman-temannya masih sibuk dengan lawan masing-masing dan dia terkekeh begitu melihat bagaimana Yesung memperlakukan musuhnya dengan sangat sadis. Dia tidak menyangka kalau stick golf yang tadi sempat diambilnya dari ruang kepala sekolah itu akan menjadi sangat berguna di tangannya.
"Ya! Yesung hyung, lawan mereka semua! Ya!" Donghae berteriak heboh sampai Yesung mendongak menatap malas ke arahnya.
"Kau ambil sebagian, bodoh!" Balasnya dengan berteriak. Donghae terkekeh lalu mengangguk, dia berjalan mendekat ke arah Yesung lalu menarik kerah baju salah satu lawannya.
"Kau! Lawan aku, bocah!"
Lalu mereka mulai berkelahi lagi hingga yang tersisa hanya Kyuhyun dan Roy yang saling melempar tatapan tajam satu sama lain.
Rambut Kyuhyun yang memang berantakan semakin terlihat acak-acakan, tidak jauh berbeda dengan wajahnya yang terdapat lebam di beberapa bagian. Dasi yang menggangtung di lehernya pun yang tidak berbentuk dan bajunya pun kotor karena sempat terjatuh ke tanah. Tapi itu bukan apa-apa dibandingkan keadaan Roy yang lebih mengenaskan, bibirnya pecah dan pelipisnya berdarah, matanya membengkak dan membiru dan dia bahkan sudah tidak bisa berdiri dengan tegak lagi.
"Kau lebih suka masuk rumah sakit daripada berdamai ternyata."
DUKH!
Kyuhyun memukulkan ujung tongkatnya ke tanah hingga terdengar bunyi debuman halus. Dia sengaja melakukannya agar dia punya penopang yang bisa menahannya berdiri dengan tegak karena sejujurnya kakinya tulang rusuknya terasa sangat sakit.
"Aku akan beri kau satu kesempatan, jadi pergilah sekarang juga sebelum aku kembali menghajarmu dan membuatmu berakhir di rumah sakit sampai berbulan-bulan lamanya." Kyuhyun masih melempar tatapan tajamnya pada Roy yang semakin melemah, dia sengaja berkata begitu karena kasihan pada musuhnya yang bahkan untuk berdiri dengan lututnya itupun sudah sangat kesusahan.
Siwon yang berdiri di sebelah Donghae menatap Kyuhyun dari belakang dengan heran, temannya itu hari ini berbicara sangat banyak. Tidak seperti biasanya.
"Hae, apa kau merasa kalau Kyuhyun sangat cerewet hari ini?" Donghae dan Yesung sama-sama menoleh ke arah Siwon lalu melirik Kyuhyun yang masih berdiri menunggu Roy untuk menyerah. Donghae menggumam lalu mengangguk mengiyakan.
"Ehm… Kurasa begitu. Dia juga jadi sedikit pemaaf hari ini." Ya, benar. Biasanya Kyuhyun tidak akan bersuara ketika mereka sedang bertarung, dia bahkan tidak akan segan-segan untuk mematahkan minimal satu tulang dari lawannya. Kyuhyun bukan tipe orang yang akan peduli bahkan jika lawannya sekarat di rumah sakit atau koma sekalipun. Dia hanya senang berkelahi dan menyalurkan emosi negatifnya dengan cara seperti itu.
"Biarkan saja dia." Siwon menghela nafas.
"Baiklah."
.
.
.
Sungmin menutup mulutnya dengan telapak tangan. Dia masih syok dengan kejadian yang baru saja dilihatnya. Anak-anak dari sekolah lain berserakan di tengah jalan dan kelompok Kyuhyun masih berdiri dengan tangguh di depan sana.
"Harusnya aku tidak perlu mengikuti sampai ke sini." Bisiknya merutuki kebodohannya sendiri. Sungmin menekan perutnya saat dia merasa sedikit mual karena perkelahian yang baru saja terjadi.
"Aku harus pergi." Sungmin memperbaiki letak tasnya dan berdiri dari posisinya yang semula berjongkok di balik sebuah drum kosong tempatnya menyembunyikan diri. Dia sudah siap melangkah dan tidak menyadari kalau ujung roknya tersangkut di bagian drum yang rusak karena keropos sehingga ketika dia berjalan, drumnya teertarik dan jatuh hingga menimbulkan suara yang cukup berisik.
DRANGG!
DEG!
"Siapa di sana!"
.
.
.
TBC/END
.
.
.
Newbieeeee! Review juseyo!
Dan tolong sarannya ya chingudeul...
Gomawo~~
