THE GIRL IS MINE
.
.
Genre: Romance, School-life
.
.
Cast: KyuMin and other
.
.
Disclaimers: This story is mine
.
.
Warning: GS, DLDR, Typo, No Copast, No Plagiarism, No Nyinyir
.
.
Enjoy
.
.
Sungmin menutup mulutnya dengan telapak tangan. Dia masih syok dengan kejadian yang baru saja dilihatnya. Anak-anak dari sekolah lain berserakan di tengah jalan dan kelompok Kyuhyun masih berdiri dengan tangguh di depan sana.
"Harusnya aku tidak perlu mengikuti sampai ke sini." Bisiknya merutuki kebodohannya sendiri. Sungmin menekan perutnya saat dia merasa sedikit mual karena perkelahian yang baru saja terjadi.
"Aku harus pergi." Sungmin memperbaiki letak tasnya dan berdiri dari posisinya yang semula berjongkok di balik sebuah drum kosong tempatnya menyembunyikan diri.
DRANGG!
Baru satu langka Sungmin berjalan, drum kosong yang tadinya berdiri tegak menyembunyikan keberadaannya kini teronggok dan berguling-guling di dekat kakinya. Sungmin menoleh horror dan melihat kalau ujung roknya tersangkut di bagian drum yang rusak dan ikut tertarik hingga jatuh ketika dia berjalan.
"Siapa di sana?"
DEG!
DEG!
DEG!
Sial! Sungmin lupa kalau dia tadi menyaksikan perkelahian antar geng, dia juga lupa kalau dia sama sekali belum pergi dari sana, dan parahnya lagi sekarang dia juga lupa bagaimana caranya menggerakkan kaki.
Sial! Sial! Sial!
"Hei, kau!"
Argghhh! Sungmin memejamkan mata rapat-rapat. Dia kesal bercampur malu bercampur takut. Sekarang apa? Bagaimana dia akan meloloskan diri dari para berandalan ini sekarang sedangkan dia sudah tertangkap basah mengintipi kegiatan adu jotos mereka tadi. Bisa-bisa dia dituduh sebagai mata-mata kepala sekolah. Tidak! Tidak! Sungmin tidak mau berurusan dengan mereka.
"Ya!" Sungmin meremas rok sekolahnya sekuat tenaga, dia bingung harus menoleh atau tidak. Tapi kalau tidak, dia takut akan kena tinju juga. Tapi kalau dia menoleh, mau ditaruh dimana wajahnya ini. Dan akhirnya dia lebih memilih untuk melawan rasa malunya dan bersikap sok tegar dan tidak tahu apa-apa.
"Ne?" Sungmin menelan ludah sepelan mungkin agar tidak ada yang tahu kalau dia sedang gugup setengah mati. Dan itu adalah Siwon yang mendatanginya lengkap dengan balok kayu andalannya. Dia terlihat sangat tampan walaupun dengan tampilan ala bad boy dan beberapa lebam di wajahnya. Satu alis namja itu terangkat melihat Sungmin yang terdiam dengan mata melirik kiri-kanan.
"Apa kau melihat kami berkelahi?" Sungmin berkedip. Orang ini akan lebih senang mendengar jawaban yang mana ya? Yang jujur atau yang bohong?
"Jawab saja yang jujur." Ah-oh! Dia bisa membaca pikiran juga. Sungmin berdehem serak, seperti ada yang tersangkut di tenggorokannya.
"I-iya." Sungmin melirik wajah Siwon dan bertambah takut saat dia dipandangi dengan tajam oleh namja itu. Ya, Siwon memang menelisiknya seperti curiga.
"Apa kau mata-mata kepala sekolah?" Nah kan! Nah kan! Sungmin meremas lagi roknya. Semua tebakannya hari ini selalu benar.
"A-aku—
"Wae, hyung?"
DRAP! DRAP! DRAP!
Hahhh! Sungmin menghela nafas lega diam-diam. Dia melirik ke samping, ke belakang Siwon untuk melihat siapa yang memotong kata-katanya tadi dan dia melihat Kyuhyun beserta dua orang lainnya berjalan ke arah mereka. Tanpa sadar Sungmin meringis melihat wajah Kyuhyun yang babak belur lebih para dari Siwon ataupun kedua temannya yang lain. Namja itu juga terlihat memegangi pinggangnya, mungkin ada tulang rusuknya yang retak.
"Tidak. Tapi gadis ini sepertinya mata-mata kepala sekolah." Sungmin kembali lagi kea lam sadarnya begitu mendengar perkataan Siwon yang secara blak-blakan menuduhnya jadi mata-mata kepala sekolah mereka, dia refleks mendengus, membuat keempat namja itu langsung menoleh padanya.
Ups! Salah lagi!
"Apa kau baru saja mendengus?" Sungmin mengerutkan dahi memandang Kyuhyun seolah dia adalah alien. Kenapa hal seperti itu masih saja dipertanyakan? Jangan-jangan Kyuhyun sama sekali tidak kenal padanya padahal mereka ada di kelas yang sama. Sungmin menghela nafas.
"Aku hanya kebetulan lewat dari sini dan tidak sengaja melihat perkelahian kalian. Jadi daripada aku harus memutar jalan untuk pulang, lebih baik aku menunggu di sini dan melihat kalian ya saling pukul memukul. Bukan salahku kan? Kalian yang berkelahi di tengah jalan begini. Jadi, begitulah bagaimana aku bisa ada di sini sekarang. Puas? Biarkan aku pergi kalau begitu." Anak pintar! Sungmin mengelus kepalanya sendiri dalam imajinasinya. Dia seperti mendapat anugrah Cuma-Cuma hingga dapat memberi alasan bohong begitu, padahal kan memang dia yang nekad mengikuti mereka dan bersembunyi untuk menonton.
"Benarkah?" Tapi yah… Tidak semua orang juga bisa ditipu dengan alasan klise seperti itu. Sungmin menarik beberapa helai rambutnya yang jatuh di sekitar pelipis untuk menyalurkan rasa frustasinya. Dia membalas tatapan Kyuhyun yang terlihat meremehkannya.
"Ya. Itu benar." Sungmin mengatupkan bibirnya rapat-rapat untuk menghindarkan dirinya dari kemungkinan melayangkan makian pada namja teman sekelasnya itu. Tapi bukannya berhasil membuat namja itu berhenti memojokkannya, Kyuhyun malah menatap bibirnya dengan pandangan yang errr… Sialan! Dia dilecehkan! Sungmin memalingkan wajahnya yang memerah cepat-cepat dan dia bisa mendengar dengan jelas bagaimana namja itu terkekeh karena responnya.
"Ya sudah. Kau boleh pergi."
.
.
.
Keesokan harinya Sungmin kembali ke sekolah seperti biasa. Dia berjalan seolah-olah hanya ada dia di dunia ini, menunduk dan memandangi ikatan tali sepatunya yang cantik. Dia berbakat soal membuat simpul. Tapi ketika hendak berbelok menuju kelasnya, Sungmin berpapasan dengan Kyuhyun beserta ketiga temannya yang berjalan di koridor yang sama. Sungmin berhenti melangkah, dia sedang berpikir untuk mundur atau terus berjalan seperti yang kemarin itu tidak pernah terjadi.
Sungmin menghela nafas. Dia akui dia masih malu. Tapi ya sudahlah, anggap saja itu tidak pernah terjadi. Akhirnya, dia memilih untuk terus berjalan, merapat pada tembok agar dia tidak perlu bersenggolan dengan mereka dan agar dia juga tidak dianggap menghalangi jalan.
Satu!
Sungmin menunduk menggigit bagian dalam mulutnya dan berhitung untuk langkahnya, dia berharap semoga mereka sudah lupa padanya.
Dua!
Sungmin melirik ke depan dan melihat jarak mereka semakin dekat. Sedikit lagi dan dia bisa melewati mereka dengan aman.
Tiga!
Bagus! Sungmin menghela nafas lega diam-diam. Mereka sudah lewat dan dia bisa pergi ke kelas dengan tenang. Sungmin tersenyum tipis.
"Hei, kau!"
TAP!
Senyum Sungmin langsung luntur begitu mendengar suara salah satu dari mereka. Langkahnya juga dengan otomatis berhenti, telinganya mendengar bisik-bisik murid lain yang berada di sekitarnya dan dia juga bisa merasakan kalau seseorang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
Sungmin memejamkan mata rapat-rapat sebelum berbalik dengan memasang tampang datar andalannya. Dan kali ini dia bisa melihat Donghae yang datang menghampirinya dengan senyum kekanakan yang membuat histeris murid-murid perempuan yang tadi sibuk berbisik-bisik. Sungmin setia dengan ekspresi dinginnya.
"Kau yang kemarin itu kan?"
Bagus! Sekarang mereka sudah mengingatnya. Sungmin melempar tatapan kesal pada Donghae dari balik tampang minim ekspresinya. Namja itu masih tersenyum sambil sesekali membenarkan letak blazer yang melorot di bahunya karena hanya dicangklongkan.
"Iya, benar. Itu dia!" Seseorang menjawab pertanyaan Donghae. Sungmin meliriknya dan itu adalah Yesung yang katanya punya suara seindah dawai gitar. Sungmin menjadi bingung harus menanggapi bagaimana, dia sudah berusaha menutupi rasa malunya dan sekarang semua orang sedang menatapnya seperti akan menerkamnya. Tolong jangan lupa kalau para berandal ini punya banyak sekali penggemar.
Sungmin sudah mulai tidak nyaman terlebih ketika dia melihat Kyuhyun dan Siwon datang mendekati mereka. Sungmin tentu masih ingat ketika namja itu melecehkannya kemarin.
"Aku sudah minta maaf. Jadi, kupikir aku sudah tidak punya urusan lagi dengan kalian." Sungmin menggigit bagian dalam mulutnya, berharap kata-katanya tidak membuat mereka tersinggung. Tapi Donghae malah tersenyum semakin lebar.
"Woahh! Dia dingin sekali!" Decaknya kagum. Sungmin diam, menurutnya namja itu sangat aneh dan dia melemparkan tatapan seolah Donghae adalah ikan yang terdampar di daratan tapi masih bisa hidup dengan nyaman.
"Kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, aku akan pergi ke kelas." Sungmin sama sekali tidak tersenyum dan dia langsung pergi meninggalkan mereka begitu saja. Semua orang masih menatapnya dan dia menjadi sangat risih, meski begitu dia tidak perlu takut akan menjadi korban bully karena primadona sekolah ini pun tidak berani padanya.
"Hei, Kyu! Bagaimana kalau dia jadi bagian dari kita saja?"
"Kau bercanda?"
"Tidak. Hanya merasa menemukan satu lagi perempuan keren."
Sayup-sayup Sungmin masih bisa mendengar percakapan Donghae dengan teman-temannya. Tapi Sungmin memutuskan untuk menghiraukannya.
.
.
.
Kyuhyun sibuk meremas-remas kertas di tangannya dan sama sekali tidak mendengarkan ocehan guru di depan kelas. Dia bosan, dia ingin bermain PSP tapi PSPnya baru saja disita oleh guru itu. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dikerjakannya sampai jam istirahat. Kyuhyun menghela nafas.
PLUK!
Tiba-tiba ada secarik kertas yang sudah diremas-remas sedemikian rupa mendarat di atas mejanya. Dia mengambil kertas itu dan membuka untuk melihat isinya.
'Oppa! Berkencanlah denganku!'
Kyuhyun mengerutkan dahi. Dia menoleh ke sekeliling kelas untuk mencari siapa pelempar kertas itu dan dia menemukan seorang gadis yang dia tidak tahu siapa namanya, duduk dua baris di seberangnya sambil menganyun-ayunkan tangan dan tersenyum nakal.
Kyuhyun mendengus. Sudah dibilang dia bukan playboy. Dan karena merasa terganggu akhirnya dia hanya buang muka, tidak peduli meski gadis itu merengut karena ajakannya diabaikan.
PLUK!
Satu kertas lagi mendarat di tempat yang sama. Kyuhyun menghela nafas jengah, dia kesal tapi tetap mengambil kertas itu dan membacanya. Kali ini dia membulatkan mata kaget.
'Kau menyakiti hati perempuan.'
Dia mengedarkan pandangan mencari gadis yang tadi tapi dia sudah tidak melihat padanya dan sibuk menenggelamkan kepala di lipatan tangan di atas meja. Bukan dia. Lalu Kyuhyun mencari-cari lagi dan menemukan gadis yang kemarin dan yang pagi tadi berpapasan dengan mereka. Kyuhyun kembali membaca tulisan itu, memastikan kalau bukan dia yang melemparnya. Tapi Kyuhyun menjadi terlalu yakin karena gadis itu sekarang sedang memasang tampang mencibir ke arahnya.
Apa-apaan?!
Kyuhyun menggeram tanpa sadar, membuat orang yang duduk di depannya merinding disko. Ngomong-ngomong Kyuhyun memang duduk sendirian karena dia tidak membiarkan siapapun mendekati mejanya meski hanya sejengkal.
.
.
.
Jam istirahat Sungmin pergi ke kantin seperti biasa. Membeli roti dan susu lalu kembali ke depan kelas. Sebenarnya dia bisa saja pergi ke taman belakang atau perpustakaan kalau bosan, tapi dia hanya terlalu malas untuk berjalan jauh. Sekolahnya ini luas luar biasa.
Sungmin menikmati rotinya sambil memainkan ponsel. Ada banyak notifikasi email yang masuk dan kebanyakan adalah namja-namja dari sekolah lain yang mengajaknya berkencan. Sungmin memang tidak suka, tapi terkadang dia merasa terhibur juga ketika membaca email-email atau pesan yang masuk itu.
Oh, ya! Tiba-tiba Sungmin teringat sms terror yang diterimanya kemarin, dia tidak mendapatkannya lagi hari ini. Seharusnya Sungmin merasa tenang karena orang itu mungkin sudah berhenti, tapi dia sama sekali tidak. Dia justru takut kalau orang itu akan melakukan hal yang lain lagi untuk mengganggunya.
Sungmin sedang sibuk berpikir ketika seseorang mendadak berhenti di depannya. Sungmin mendongak untuk melihat siapa dan dia terkejut ketika matanya bertemu dengan Kyuhyun. Seketika Sungmin tersadar mengingat ulahnya saat di kelas tadi, dia sudah mengejek namja itu dan pastilah sekarang dia ingin balas dendam.
"A-ada perlu apa?" Sungmin melirik ke belakang tubuh Kyuhyun untuk melihat apa dia membawa juga teman-temannya tapi dia tidak melihat siapapun di sana. Mungkin namja itu memang datang ke sini seorang diri. Sungmin meremas ponselnya, tidak kuat karena takut rusak tapi cukup untuk membuat rasa takutnya sedikit berkurang.
Kyuhyun berdecak. Bohong kalau dia tidak melihat gadis itu mengeratkan genggaman ponselnya, air mukanya yang berubah sudah menggambarkan kalau dia sebenarnya takut, tapi masih berusaha sok dingin terhadapnya.
"Tidak ada." Kyuhyun menjawab santai, dia melirik susu kotak di sebelah gadis itu dan langsung merampasnya. Sedikit agak ringan, sepertinya sudah diminum sedikit. Kyuhyun tersenyum miring, hampir tidak terlihat dan langsung menyeruput habis isi kotak kecil itu. Sungmin menganga tidak percaya.
"Y-ya!"
Slurrrppp
PLUK!
Kyuhyun melempar asal kotak susunya dan hebatnya berhasil masuk ke tong sampah. Dia masih berdiri sambil memasukkan tangan ke dalam kantung celana, memandang gadis itu dengan tidak kalah datar. Sungmin yang ditatap seperti itu langsung melempar pandangan kemana saja asal tidak melihat wajah namja di depannya.
"Jadi namamu Sungmin? Lee Sungmin?" Sungmin melirik pelan-pelan ketika namanya disebut. Dia berpikir sebentar dari mana namja itu tahu namanya, lalu dia merilik ke bawah untuk melihat name tagnya. Ah, ya… pasti dia melihat itu.
"Hmm! Seperti pernah dengar…" Suara Kyuhyun berat dan seksi. Sungmin sampai merinding mendengarnya bicara dengan jarak dekat seperti ini. Tapi dia berusaha untuk mengabaikannya dan tetap memasang ekspresi datar andalannya. Dia tidak mau berpikir di mana namja itu mendengar namanya. Tapi lain Sungmin lain lagi Kyuhyun, dia benar-benar memikirkan dimana dia pernah mendengar nama itu dan ketika dia melihat wajah Sungmin untuk mengingat-ingat barulah dia sadar kalau nama itulah yang sering dibicarakan orang-orang kebanyakan namja dari sekolah lain ketika dia dan gengnya pergi ke club malam.
'Jadi ini orangnya?'
Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya. Ya, dia akui gadis itu memang cantik, sangat malah tapi kenapa bisa begitu terkenal di sekolah lain sedangkan di sekolahnya sendiri tidak? Kyuhyun bahkan tahu Victoria, karena dia adalah yang paling cantik di sekolah ini katanya. Tapi kenapa…
"Aku baru tahu kalau yang sering diperebutkan oleh namja-namja itu ternyata adalah teman sekelasku sendiri. Keh! Lucu sekali." Kyuhyun masih tidak percaya. Dia menggeleng lalu melenggang pergi meninggalkan Sungmin yang mulai bisa bernafas dengan benar.
.
.
.
Sekolah sudah sepi ketika Sungmin baru keluar dari kelas. Dia terlambat pulang karena dia harus piket, teman-temannya yang lain sudah pulang beberapa menit yang lalu. Dengan lesu karena lelah, Sungmin berjalan menuju gerbang sekolah. Ketika melewati parkiran dia melihat geng Kyuhyun masih ada di sana duduk di atas motor masing-masing dan sibuk bercengkrama yang entah apa, Sungmin tidak peduli. Dia lelah dan butuh tempat tidur untuk mengistirahatkan badannya.
Sungmin terus berjalan dan tidak tahu kalau Kyuhyun sempat melihatnya dan memandangnya sampai dia hilang di balik gerbang sekolah yang tinggi dan besar. Sungmin menyebrang jalan dengan hati-hati, walaupun lumayan lengang karena jalanan di depan sekolah mereka bukanlah jalan raya besar.
Sungmin berhenti sebentar di bawah pohon ketika ponsel di kantung roknya bergetar. Ada panggilan masuk. Dia mengambilnya dan melihat siapa yang menelpon. Nomor tidak dikenal. Sungmin mengerutkan dahi, dia memang tidak tahu itu siapa tapi dia ingat dua digit terakhir dan itu sama seperti yang kemarin mengiriminya sms aneh.
Sungmin melihat ke sekeliling dan sepi. Dia mulai khawatir kalau kalau penguntit itu kembali datang. Sungmin merasa yang satu ini sedikit keterlaluan karena dia mulai merasa takut. Dia tidak masalah kalau mereka hanya mengganggunya sebatas email atau pun pesan singkat yang biasa, tapi yang satu ini sepertinya tidak menyerah meski sudah diabaikan sedemikian rupa.
Ponselnya berhenti bergetar. Sungmin cepat-cepat menon-aktifkan ponselnya lalu menyimpan di dalam tas. Dia harus bergegas pulang.
Sungmin berjalan cepat hampir setengah berlari, dia berkali-kali menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya dan dia mulai merasa aman ketika memang tidak ada penguntit yang kemarin. Tapi rasa amannya langsung menguap begitu sampai di persimpangan yang cukup sepi dan di depan ada sekumpulan namja dari sekolah lain yang Sungmin tahu adalah salah satu sekolah yang cukup elit juga di Seoul.
Sungmin meremas roknya. Mencoba untuk berpositif thinking kalau mereka ada di sana untuk menunggu geng Kyuhyun. mereka akan berkelahi seperti kemarin. Tapi Sungmin jadi tidak yakin ketika mereka semua menoleh padanya dan salah satu dari mereka menyeringai. Oh, tidak! Mereka menunggunya!
Alarm peringatan di kepala Sungmin berdering kencang. Dia harus pergi untuk menghindari mereka. Dia tahu dia tidak akan aman kalau memaksa lewat karena Sungmin bisa melihat dengan jelas meski hanya dari wajahnya, mereka semua adalah orang jahat.
"Hohoho! Lihat siapa yang datang!" Salah satu dari mereka yang dasinya masih terpasang meski dibuat selonggar mungkin berdiri dari duduknya di atas motor. Komplotannya ikut tersenyum aneh, memandang Sungmin dengan lapar.
"Setelah mengabaikan pesanku, telponku dan ajakanku. Aku menunggu dengan sabar, lalu kau ada di sini sekarang. Tepat di depanku. Hahaha!" Sungmin mendengus jijik mendengar suara tawa namja itu. Memang wajahnya lumayan tampan, tapi jangan berharap Sungmin akan luluh lalu mau dengannya. Tidak!
"Apa maumu?" Orang itu kembali tertawa.
"Mau ku adalah… Cepat seret dia kemari!" Namja itu berteriak memerintah anak buahnya untuk menagkap Sungmin. Sungmin membulatkan matanya dan memberontak ketika tangannya di cekal sekuat tenaga. Dia bertahan dan terus mencoba untuk melepaskan diri dan berhasil.
Sungmin langsung berlari begitu dia terlepas. Dia tidak punya waktu untuk menoleh ke belakang untuk melihat apakah mereka mengejarnya tau tidak karena dia bisa mendengar langkah kaki dengan jelas di belakangnya.
DRAP! DRAP! DRAP!
Sungmin terus berlari. Dalam hatinya dia berdoa semoga ada yang menolongnya.
"Mau lari kemana kau, Sungmin!"
BRUMM!
Sial! Sungmin lupa kalau namja itu punya motor. Sungmin bernafas dengan tersenggal-senggal, kakinya seperti akan putus. Ini salahnya karena tidak pernah pergi berolahraga jogging setiap pagi.
'Tuhan! Tolong aku!'
Sungmin kembali berdoa dalam hatinya. Ini panas terik, badannya sudah lelah seharian ini dan sekarang dia dipaksa berlari dan dia juga bermasalah dengan anemianya. Dia tidak sanggup. Dia sudah tidak sanggup.
BRUK!
Sungmin jatuh tersandung jalan yang berlubang. Sedikit meringis sakit karena lututnya terluka dan berdarah. Nafasnya tersenggal-senggal dan rasanya kan segera pingsan sebentar lagi.
BRUMM!
BRUMMMM!
Sungmin hanya bisa mendengar deru mesin motor yang muali ramai di sekitarnya tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas karena matanya berkunang-kunang. Oh, tidak! Dia mungkin akan pingsan sekarang.
BRUMM!
Sebuah motor melintang di depannya, menghalangi pandangannya dari gerombolan namja yang tadi mengejar-ngejarnya.
"Hae! Bawa Sungmin pergi dari sini!"
"Baik."
GREP!
Tiba-tiba Sungmin merasa tubuhnya terangkat dan dia didudukkan di sebuah tempat, menyandar lemah pada sesuatu. Perlahan penglihatan Sungmin kembali dan samar-samar dia bisa melihat Kyuhyun dan Yesung ada di sana, duduk di atas motor masing-masing tepat di depannya dan dia langsung tersadar kalau dia sekarang ada di atas motor besar Donghae, bersandar padanya dengan Siwon yang membantunya naik.
"Pegangan yang erat, Sungmin."
BRUUUMMM!
Lalu sekarang motor yang dia naiki ini melaju dengan kecepatan tinggi. Sungmin mengeratkan pegangannya pada baju Donghae. Kepalanya masih pusing dan dia tidak mau jatuh dari mesin berkecepatan tinggi ini.
"Sungmin, dimana rumahmu?" Sungmin mendengar Donghae bertanya dari balik helmnya, dia tahu dia harus menjawab. Jadi dia mengatakannya.
"Guilshandong, blok B11 nomor 1."
BRUMMMM!
Sungmin memejamkan matanya yang mulai terasa berat. Hanya sebentar karena dia langsung menyadari kalau laju motor Donghae mulai melambat sebelum akhirnya benar-benar berhenti. Dia mendongak.
CKITT!
"Cha! Sudah sampai. Pergi masuk dan istirahatlah. Kau terlihat tidak sehat."
"Terima kasih." Sungming mengucapkannya dengan pelan tapi Donghae masih bisa mendengarnya. Dia membantu Sungmin turun dari motornya dan gadis itu menatapnya sayu. Dia pucat dan terlihat layu. Donghae mengacak-acak rambutnya gemas.
"Tidak masalah. Ya, sudah. Sampai jumpa!"
BRUMM!
BRUUUMMM!
Sungmin masih berdiri di sana, di depan rumahnya memandang kepergian Donghae. Kyuhyun dan teman-temannya sudah menolong dia kali ini. Seulas senyum terbit di sudut bibir Sungmin. Terlihat tulus dan manis.
"Gomawo."
.
.
.
TBC
.
.
.
Ternyata ada yang mau dilanjut :)
Makasih yang udah review, kalian penyemangatku!
Dan aku tetap Joyers dan akan selalu seperti itu. Cerita ini bakal dilanjut sampai selesai asal ada yang mau review dan tidak siders. Hehehe
Gomawo :* :*
