Gongju-nim

.

.

Genre: Romance, Drama

.

.

Rate: T

.

.

Disclaimer: This story is mine.

.

.

Warning: GS. Typo(s), No Plagiat!

.

.

enJOY

.

.

.

Changmin berjalan menuju ruang belajarnya. Beberapa orang sudah menempati ruangan itu dengan tenang, seolah saling menunjukkan kasta masing-masing dan Changmin yang sedang dalam mode gelisah tidak keberatan untuk mengabaikan keadaan itu. Sudah biasa, pikirnya.

Sepasang mata bambinya menatap penuh harap pada gerbang sekolah yang berada tepat di seberang ruangannya. Ia sedang menunggu seseorang. Tapi hingga saat jam pelajaran sudah akan dimulai, orang yang ia tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Hah… Apa dia tidak akan kembali ke tempat ini lagi?" Changmin menghela nafas. Sepertinya pemikirannya benar. Saat gerbang ditutup, orang terakhir yang dilihatnya masuk dengan rombongan yang sangat banyak adalah Kyuhyun. Seperti biasa, Wangseja paling terkenal sedaratan Korea itu berjalan seolah tidak ada orang lain di sekitarnya. Dan Changmin tanpa sadar tengah tersenyum sambil memperhatikan sahabatnya itu.

Saat Kyuhyun tiba di depan kelas barulah Changmin sadar dan langsung mengalihkan perhatiannya mencoba untuk menikmati materi hari itu.

Kyuhyun duduk dengan wajah muram. Entah apa yang dipikirkannya tapi ia terlihat sangat tidak fokus bahkan saat Changmin mencoba untuk melakukan kontak mata dengannya, ia berungkali menghindar dan bertingkah seolah tidak mengenal pria jangkung itu.

'Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Sangat tidak nyaman melihat Changmin saat ini.' batinnya. Ia ingin fokus saja pada penjelasan di depan tapi lagi-lagi ia kehilangan mood baiknya. Beberapa kali ia sudah mencoba untuk memejamkan mata dan menghela berharap ia bisa kembali tenang seperti biasa, tapi selalu gagal.

.

.

.

"Kyu! Kyu! Kyu!"

Changmin berjalan cepat untuk mengimbangi Kyuhyun yang berada beberapa langkah di depannya. Putra Mahkota Joseon yang angkuh itu seperti tengah menghindarinya sejak tadi. Ia bahkan tidak ingat telah melakukan sesuatu yang salah tapi Kyuhyun bersikap seolah mereka tidak saling kenal dan hei, itu menjengkelkan.

"Kyu! Kyuhyu—

"Apa Shim Changmin?!" Hardik Kyuhyun. Ia sebal setengah mati dan langsung memasang wajah tidak senang ketika melihat wajah terkejut Changmin yang aneh. Kyuhyun menghela nafas berat kemudian mencoba untuk menyentuh bahu sahabatnya dengan pelan.

"Maafkan aku. Aku sedang banyak pikiran." Katanya mencari alasan dan untunglah Changmin si Pangeran kedua Baekjae merupakan sosok yang pengertian dan sedikit mudah untuk ditipu oleh tampang poker facenya.

"Aih! Kupikir kau sengaja mengabaikanku, Kyu. Kau seperti menghindariku sejak tadi." Kyuhyun mencoba untuk tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana aku bisa mengabaikanmu kalau kau selalu saja mengikutiku kemana-mana, heh?" Changmin terkekeh. Ia menepuk-nepuk ringan punggung Kyuhyun kemudian menempatkan satu rangkulan akrab di bahu tegap sahabatnya itu.

"Kau benar juga! Hahaha! Ya sudah, kalau begitu ayo kita kembali ke kelas, Yang Mulia!"

.

.

.

"Y-yang Mulia! J-jangan turun ke bawah sana, Yang Mulia!"

Rasanya Dayang Jang ingin sekali menarik keluar rambutnya dari belitan Daenggi yang bersarang di kepalanya. Ia frustasi tapi tidak cukup berani untuk berteriak di depan Sungmin dan pengawal kerajaan lainnya. Kalau bisa terbang, ia pasti sudah akan menarik dan membawa jauh-jauh Gongju-nim Silla itu keluar dari air kolam dan membatalkan misinya untuk menyelamatkan ikan koi yang terjerat lumut panjang di dalam sana.

"Demi Tuhan, Yang Mulia! Hamba mohon naiklah, atau hamba akan meminta pada Wangbi-Mama untuk memenggal kepala hamba saja karena tidak bisa menjaga Yang Mulia dengan baik!" Dayang Jang mulai mengeluarkan air mata buayanya dan bertingkah seperti seseorang yang tengah merana untuk menarik perhatian Sungmin. Cukup lama hingga akhirnya Sungmin mau menoleh dari posisinya yang sedang menungging-ria, gadis itu mencebikkan mulutnya dan melempar tatapan tajam yang menggemaskan.

"Silahkan saja. Aku bisa meminta dayang baru pada aboeji. Dia takkan menolakku." Mendengus kemudian kembali sibuk dengan ikan koinya, Sungmin meninggalkan Dayang Jang yang kali ini sepertinya akan benar-benar menangis.

"Yang Mulia sudah tidak sayang padaku lagi." Dayang Jang mengeluh dengan suara yang sedikit dibesarkan agar terdengar hingga ke telinga Sungmin. Ia berharap perkataannya akan membuat Sungmin tertegun lalu berbalik dan berlari untuk memeluknya, sama seperti ketika gadis itu masih kanak-kanak. Ya, biasanya cara ini akan berhasil.

"Itu sudah sangat basi, Dayang Jang!" Tapi sepertinya sekarang sudah tidak. Dayang Jang mengendurkan bahunya yang tegang. Ia gagal total untuk membujuk gadis keras kepala yang bahkan baru pulih dari sakitnya beberapa jam yang lalu itu. Dengan sedikit merengut, Dayang Jang menundukkan kepalanya.

"Baiklah. Terserah Yang Mulia saja." Bisiknya pasrah.

.

.

.

Malam itu, Kyuhyun sedang bersantai di kamarnya ketika Changmin tiba-tiba datang bertamu ke Joseon bersama dengan rombongannya dan memaksa untuk menghabiskan malam bersama tanpa tidur. Pemuda jangkung itu memaksa Kyuhyun untuk mendengarkan ceritanya yang sudah ia persiapkan sebelum berangkat dari Baekjae.

"Astaga, Kyuhyun! Aku rindu sekali padanya!" Kyuhyun memutar bola mata malas. Ia sudah sangat lelah dan mengantuk, tapi Changmin yang menurutnya tidak tahu diri itu benar-benar seorang pemaksa akut.

"Kalau begitu kenapa tidak kau temui saja dia? Mengapa kau harus datang ke sini dan memaksaku untuk mendengarkan ocehanmu itu, hah? Aku ini lelah, Shim Changmin. Kau benar-benar…" Sayangnya Kyuhyun tidak dibentuk untuk menjadi orang yang ringan tangan. Pemuda tampan itu lebih memilih untuk memejamkan sebentar matanya kemudian membiarkan Changmin untuk melanjutkan kembali ceritanya.

"Aku tahu kau tidak akan mungkin mengabaikanku. Iya kan, Kyu? Hahaha! Sahabatku yang terbaik, aku cinta padamu." Changmin si tidak tahu malu yang kembali membuat Kyuhyun harus menghela nafas karena memeluknya sembarangan.

"Nah, dengarkan ceritaku lagi, arraseo?"

"Terserahmu sajalah." Changmin tersenyum sumringah.

"Aku berencana untuk pergi ke Silla lagi bersama aboeji. Kudengar lusa adalah perayaan hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Pestanya akan dilangsungkan bersamaan dengan pesta rakyat untuk memperkenalkan dia secara resmi. Beruntung petinggi kerajaan yang beraliansi dengan Silla juga diundang sehingga aku punya alasan untuk pergi dengan aboeji." Kyuhyun terdiam. Tapi Changmin tidak mempehatikannya dan semakin bersemangat untuk bercerita.

"Bisa kau bayangkan, Kyu? Akan secantik apa Lee Sungmin itu nantinya? Astaga! Tanpa riasan apapun saja dia sudah sangat cantik bak bidadari, apalagi dengan sedikit tambahan perona pipi! Ahhhh! Neomu Yeppeo!" Changmin menatap langit-langit kamar Kyuhyun dengan pandangan menerawang, mengabaikan dengusan Kyuhyun yang mendadak kesal.

"Selain itu, Kyu—

"Geumanhae! Berhenti sampai di sana. Kau harus kembali ke Baekjae sekarang juga!" Kyuhyun memasang wajah datar andalannya, membuang muka dan tidak mau melihat wajah Changmin yang terkejut karena ia membentak tiba-tiba. Pangeran kedua Baekjae itu tampak tidak terima.

"T-tapi, Kyu—

"Kembali sekarang, Chwang! Aku ingin tidur."

Kyuhyun tanpa berniat untuk menatap Changmin lagi segera merebahkan tubuhnya dan menarik selimut, bersikap seolah ia benar-benar akan tidur. Dan Changmin yang sudah tidak mempunyai pilihan lain lagi akhirnya mengalah dan melangkah keluar dari pavilliun Kyuhyun meninggalkan Joseon untuk kembali ke Baekjae.

Sepeninggal Changmin, tak seorang pun tahu bahwa Putra Mahkota Joseon itu tidak benar-benar terlelap, bahkan kedua obsidiannya masih terbuka lebar dan cerah menatap tajam ke arah jendela yang tertutup rapat. Tampak mulai memikirkan segala perkataan Changmin yang ternyata dengan diam-diam ia serap. Sebuah seringai liar pun perlahan mulai muncul dengan tipis di satu sudut bibirnya.

.

.

.

"Ratuku, Kenapa kau terlihat begitu gelisah?" Youngwoon menghampiri Jungsoo yang duduk di seberangnya. Mengusap lembut bahu istrinya yang terlihat begitu gelisah itu dan sesekali meremas tangannya yang ia genggam.

"Jungsoo-ah, ada apa? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini." Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu memaksakan senyumnya kemudian menggeleng pelan.

"Aku hanya sedikit gugup. Lusa adalah hari ulang tahun sekaligus hari dimana kita akan memperkenalkan Sungminnie secara resmi kepada rakyat. Kau tahu sendiri kan Youngwoon-ah, ada begitu banyak rumor tentang putri kita yang beredar bahkan sampai ke kerajaan tetangga. Aku… Aku hanya takut, rakyat tidak bisa menerimanya. Tapi aku lebih takut jika penolakan itu nantinya akan berdampak pada kesehatan Sungminnie. Dia sangat rapuh. Putriku sangat rapuh. Youngwoon-ah, tolong lakukan sesuatu…" Jungsoo membalas genggaman tangan Youngwoon dengan sangat erat, ia tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Tapi setelah melihat suaminya tersenyum dengan sangat tampan, ia merasa menjadi sedikit lebih tenang.

"Kau percaya padaku, kan?" Jungsoo mengangguk. Youngwoon tersenyum lagi.

"Kau harus percaya padaku. Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada putri kita. Kita sudah membesarkannya dengan kasih sayang selama ini, bahkan tidak pernah tega untuk memarahinya, bagaimana mungkin aku bisa membiarkan putriku menerima kebencian dari rakyatnya sendiri? Aku akan lebih baik turun takhta jika hal itu sampai terjadi. Karena itu, kumohon tenanglah, Jungsoo-ah dan biarkan Rajamu ini yang mengurus semuanya." Youngwoon menarik Jungsoo ke dalam pelukannya dan membiarkan wanita itu bersandar sepenuhnya padanya.

"Terima kasih. Akhirnya aku tahu mengapa selama ini uri Sungminnie selalu pergi padamu terlebih dahulu setiap kali dia membuat masalah." Jungsoo tertawa hingga membuat Youngwoon merengut lucu.

"Tapi dia selalu memanggilmu saat sakit dan saat senang." Katanya dengan cemburu. Jungsoo semakin mengencangkan tawanya, membuat para pengawal serta dayang ratu di luar ruangan juga ikut tersenyum dengan kemesraan mereka. Sungguh beruntung negeri ini memiliki penguasa yang bijaksana dan harmonis seperti mereka. Hanya dengan berbekalkan Raja yang bijaksana dan tegas namun berhati lembut, serta Ratu yang ramah serta murah senyum dan juga dewasa sudah cukup untuk membuat kerajaan Silla tidak berkekurangan.

"Baiklah. Sekarang biarkan aku memikirkan bagaimana cara agar Sungmin bisa memukau rakyat Silla. Aku akan mengubahnya menjadi seorang putri yang sesungguhnya." Dan percayalah, saat Yang Mulia Ratu berkata seperti itu, maka itulah yang akan terjadi selanjutnya.

.

.

.

TBC

.

.

.

Yuhuuuu! Next Chap is up! Apa kabar kalian semuaa? Pasti udah pada lupa deh sama ff buluk yang satu ini. Iyakaann? Hehehe..

Gapapa deh, kalau lupa baca lagi aja dari awal hahahaha...

Sipp! Review yaaa...

Makasihh ^.~