Gongju-nim

.

.

.

GS, Typo(s), DLDR, NO COPAST

.

.

.

enJOY

.

.

.

Chapter 4

Pagi itu, saat matahari masih mengintip dengan malu-malu dari balik persembunyiannya, Dayang Jang dan juga dayang-dayang yang lain sudah disibukkan dengan berbagai bahan dan peralatan yang baru saja diantarkan dari Pavilliun Ratu. Semua barang itu adalah milik Sungmin, yang akan dipakai esok hari pada puncak acara. Ada banyak sekali Hanbok sutera dengan kualitas terbaik, juga perhiasan serta sepatu yang khusus dibuatkan hanya untuk Sungmin.

"Dayang Jang, harus kita apakan semua barang ini? Acara baru akan dimulai besok tapi Wangbi-Mama sudah mengirimkan semuanya pagi-pagi buta begini. Hahh… Bahkan Gongju-nim juga masih terlelap." Itu adalah salah satu dayang bawahan Jang Su Mi, dayang yang paling senang mengeluhkan apapun yang ia kerjakan. Dayang Jang melayangkan tatapan tajam.

"Kau ini! Jangan hanya memberi olahraga mulutmu itu, beri olahraga juga kaki dan tanganmu agar kau tidak terlalu banyak mengeluh. Aku pusing setiap kali mendengar kau menggerutu." Dayang Jang mengibaskan tangannya, memberi perintah agar dayang itu segera pergi dan menyelesaikan pekerjaannya.

"Tapi, Dayang Jang—

"Yak! Pergi atau aku akan melaporkanmu pada Yang Mulia!" Dayang Jang melotot garang, membuat dayang bawahannya itu mengkerut takut lalu terpaksa pergi dengan mulut yang dikerucutkan hampir menyerupai mulut bebek.

"Heran sekali. Bagaimana dia bisa lolos dan bekerja di tempat ini?" Dayang Jang berdecak sebentar kemudian segera bergegas mengangkat masuk kotak perhiasan yang sempat ia anggurkan karena menanggapi ocehan tidak penting bawahannya ke dalam pavilliun Sungmin.

Setelah semuanya sudah dimasukkan dan dipastikan tidak ada yang tertinggal di luar, Dayang Jang mulai memilah-milah dan memasukan semuanya ke dalam lemari penyimpanan. Ia harus memastikan semuanya lengkap dan sempurna agar besok Tuan Putrinya tidak mengalami kesulitan, besok adalah hari yang penting untuk Sungmin, Raja dan Ratu serta seluruh rakyat kerajaan ini, tidak boleh ada kecacatan sekecil apapun, setidaknya itulah perintah yang diberikan Ratu Jungsoo padanya melalui catatan yang diberikan oleh pengawal tadi.

Butuh waktu 15 menit untuk berkutat dengan semua barang-barang itu hingga akhirnya Dayang Jang bisa bernafas lega. Ia sudah menyelesaikan semuanya dengan tangannya sendiri dan sekarang ia harus segera kembali ke kamar Sungmin untuk membangunkan gadis manja itu.

"Yang Mulia, bangunlah. Yang Mulia memiliki jadwal pukul 8 pagi ini dengan Wangbi."

"Eunghh…"

"Yang Mulia… Yang Mu—

"Astaga, Dayang Jang! Biarkan aku tidur sebentar lagi. Ini masih pukul 6, iya kan? Bangunkan aku setengah jam lagi saja." Sungmin membalik tubuhnya dan menarik selimut hingga menutupi kepala. Dayang Jang menggeleng pelan kemudian tersenyum tipis.

"Tapi, Yang Mulia… Wangbi—

"Haish! Eomma pasti akan mengerti kalau kita terlambat. Astaga! Biarkan aku tidur." Sungmin berdecak kesal. Ia masih sangat mengantuk tapi Dayang Jang tidak mau mengerti dirinya, ia menjadi kesal sendiri. Dayang Jang yang sudah disela dua kali seperti itu akhirnya menghela nafas dan mengalah.

"Baiklah, Yang Mulia."

.

.

.

DRAP! DRAP! DRAP!

"Haish! Dayang Jang, kita ini sudah sangat terlambat. Kalau eomma sampai marah padaku bagaimana?" Sungmin berjalan tergopoh-gopoh di depan rombongannya menuju pavilliun Ratu, ia sudah cukup terlambat dari perjanjiannya dengan Permaisuri karena ia yang sulit sekali dibangunkan dan sekarang ia berusaha untuk melimpahkan kekesalannya pada Dayang Jang yang berada di belakangnya hingga membuat dayang kesayangannya itu hanya bisa diam menundukkan kepala merasa serba salah.

Ketika mereka sudah tiba di depan pavilliun Ratu, Permaisuri Jungsoo terlihat sudah menunggu di taman lengkap dengan barisan rombongannya juga dan melihat itu Sungmin hanya bisa menggerutu dalam hati, ia pasti tidak akan selamat dari amukan eommanya kali ini.

"Eomma~~" Sungmin berjalan mendekati sang eomma dan memanggil dengan suara imut andalannya, berharap wanita yang menjadi ibu dari seluruh negeri itu tidak akan marah dan mau memaklumi kelakuannya. Sungmin sudah harap-harap cemas ketika Jungsoo tidak juga berbalik, namun ketika wanita itu akhirnya tersenyum hangat, ia segera membuang jauh-jauh rasa cemasnya.

"Anak nakal! Kenapa lama sekali, huh?" Tapi ternyata tidak berlangsung lama. Jungsoo tanpa aba-aba menarik telinga kanan Sungmin untuk memberinya jeweran kasih sayang.

"A-aduhh… Eomma sakit…"

"Anak nakal! Kau tega membuat eommamu menunggu, huh?"

"E-ehhh! Mian, eommaaa! A-aku terlambat bangun karena begadang semalaman…" Sungmin berusaha mencari pembelaan atas dirinya, ia juga merasa sedikit malu dihukum di depan banyak orang begitu tapi sepertinya ia mencari alasan yang salah, terbukti dari semakin kuatnya jeweran yang diterima oleh telinganya.

"Anak perempuaaaannn! Sungminnieee, untuk apa kau begadang semalaman? Aigooo!" Jungsoo melepas jepitan jarinya pada telinga Sungmin, memindahkan untuk memijat pelan keningnya. Berpura-pura pusing melihat tingkah putrinya. Ya, berpura-pura karena tentu saja ia tidak akan pernah tega memarahi putri kecilnya itu. Ia hanya ingin melihat bagaimana ekspresi panic Sungmin karena menurutnya itu sangat menggemaskan.

"A-aku… E-eh, aduhh… E-eomma kemarin aku menolong ikan koi di kolam, dia terluka jadi aku memasukkannya ke dalam ember dan membawanya ke kamarku. A-aku bermain seharian dengannya. J-jadi aku terlambat tidur dan akhirnya terlambat bangun juga." Dengan tetap memasang wajah marahnya, Jungsoo mengamati tingkah Sungmin. Sebenarnya ia tidak tahan untuk tidak memeluk putrinya itu karena lihatlah, wajah memelas yang memerah menahan tangis itu sungguh tidak pernah gagal membuat orang lain gemas hingga ingin menggigitnya.

"Eomma…"

"Sudahlah, lupakan. Sebaiknya kita bergegas karena kita sudah sangat terlambat, Dayang Ma pasti sudah menunggu terlalu lama hanya untuk meriasmu." Jungsoo mengibaskan tangannya dan berkata dengan santai, membuat Sungmin tanpa sadar memelototkan matanya.

"E-eomma bilang apa?" Berharap telinganya salah mendengar tapi melihat Jungsoo yang hanya melirik sedikit, Sungmin menjadi ingin benar-benar menangis sekarang.

"Aku tidak mau!" serunya spontan. Jungsoo menghela nafas, Sungmin itu keras kepalanya sama seperti Youngwoon. Sekali tidak suka maka selamanya akan tetap tidak suka, tapi rencana yang satu ini tidak boleh gagal. Dengan pelan Jungsoo menggeleng, ia sudah berjanji akan menjadikan Sungmin sempurna di hari istimewanya besok, dan semua dimulai dari tahap ini.

"Besok adalah hari ulang tahunmu, ingat? Hari ulang tahunmu akan menjadi pesta rakyat juga, Min. Kau akan dikenalkan pada rakyat secara resmi besok, sebagai Putri Mahkota dari kerajaan ini, satu-satunya pewaris Silla. Pendampingmu kelak lah yang akan mengambil alih peran pada negeri ini. Akan ada banyak sekali undangan yang datang dari berbagai kerajaan yang masih beraliansi dengan kita, tapi bukan itu. Eomma hanya tidak mau kau mendapat celaan di hari besarmu sendiri, eomma hanya ingin melindungimu, sayang." Sungmin tertunduk sedih. Ternyata eommanya memikirkan ia lebih banyak dari yang pernah terpikirkan olehnya. Tingkahnya selama ini ternyata juga sudah mengambil terlalu besar proporsi di pikiran eommanya, hingga wanita itu sekarang harus berpikir keras bagaimana caranya agar ia tidak mendapat hinaan dari orang lain lagi. Sungmin menjadi sedih karenanya.

"Apa aku sungguh sangat memalukan, eomma?" Jungsoo tahu pikiran putrinya, karena itu akhirnya ia menempatkan satu pelukan hangat pada anak gadisnya itu dan tersenyum menenangkan.

"Tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang akan eomma biarkan hidup dengan tenang jika ia berani mengucapkan kata-kata itu untukmu." Jungsoo mengusap wajah Sungmin dengan penuh kelembutan dan kehati-hatian, ia tidak akan membiarkan kuku jarinya sekalipun melukai kerapuhan putri tercintanya. Sungmin adalah permata yang ia jaga dengan segenap jiwanya.

"Kau tahu betapa kau sangat berharga bagi kami, Minnie-ah? Kerajaan ini sekalipun tidak akan ada artinya jika tanpa kehadiranmu. Eomma dan aboeji sanggup melepaskan apapun selama itu untuk kebahagiaanmu. Kami akan menjadi gila jika kau tersakiti sedikit saja. Eomma bahkan sanggup mengangkat pedang jika ada satu jari yang berniat untuk merusakmu." Sungmin menitikkan air matanya. Terharu dengan sangat dalam pada perkataan sang eomma.

"Karena itu, biarkan eomma melakukan semua ini. Setelah semuanya selesai, eomma janji eomma tidak akan memaksakan apapun padamu lagi. Jadi, ayo buat semua rakyatmu terpana untuk pertama kalinya!" Jungsoo tersenyum dan menghapus air mata Sungmin kemudian menarik tangan putrinya itu berjalan keluar pavilliun menuju pemandian air panas khusus anggota kerajaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Sungmin jarang ke tempat itu karena ia memang tidak suka dengan segala sesuatu yang berbau wanita. Ia bahkan bisa dibilang benci dengan segala jenis perawatan dan juga kosmetik. Ia hanya akan memakai perona pipi dan bibir jika ada yang mendesak dan sekarang ia tidak punya kesempatan lagi untuk mengelak.

Dan ia pada akhirnya harus berakhir di tempat yang ia kutuk ini. Menanggalkan satu persatu helai kain yang membalut tubuhnya, dan pasrah berada di bawah genangan air hangat yang sudah disiapkan khusus hanya untuknya.

"Yang Mulia, silahkan pakai garam mandi ini. Ini akan membuat kulit Yang Mulia terlihat lebih bersinar dan halus." Seorang dayang menyodorkan sebatang garam mandi berbentuk bunga pada Sungmin dan dengan berat hati ia menerima dan menggunakannya.

"Yang Mulia, hamba akan membilas rambut yang mulia." Mengangguk sekali dan membiarkan dayang yang lain menyentuh rambutnya dan menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Sudah bersih. Silahkan naik agar hamba bisa memoleskan pasta bengkoang ini pada anda, Yang Mulia." Sungmin memutar bola matanya malas mendengar dayang yang satu dan dayang yang lain bergantian melapor padanya.

"Ya, ya, ya. Lakukan saja sesuka kalian."

.

.

.

Sudah hampir dua jam Sungmin berada di dalam ruangan yang dipenuhi uap hangat ini, untung tidak terlalu panas jadi ia masih bisa bernafas dengan normal sampai sekarang. Sungmin melirik ke samping, ia sedang dalam posisi telungkup karena para dayang sedang membalurkan minyak yang entah apa itu ke tubuhnya sambil memijat-mijatnya lembut.

Sungmin disuruh berbalik dan ia merasa canggung sehingga ia hanya menatap langit-langit dengan pikiran penuh akan pesta rakyat besok.

Bagaimana caranya agar ia tidak mengecewakan eommanya yang sudah bekerja keras mempersiapkan semua untuknya? Ia takut membuat kesalahan besok. Semua orang juga tahu ia terkenal urakan dan ceroboh, bagaimana kalau besok ia membuat kekacauan dan berakhir dengan membuat malu keluarganya?

Sungmin ingin berpikir lagi, tapi sebuah tangan yang bergerak menyentuh wajahnya membuat ia tidak bisa untuk tidak berusaha menyingkirkan tangan itu dari wajahnya.

"Jangan pegang!"

Sungmin melotot. Niatnya ingin terlihat seram malah membuat dayang yang dimarahinya itu menjadi gemas hingga terkekeh.

"Yang Mulia, ini bagus agar kulit wajah anda kencang dan kulit mati juga akan terangkat nantinya." Sungmin mendengus. Ia tahu sekarang kalau tidak akan ada lagi dayang yang takut padanya. Eommanya tadi sudah menjewernya di depan mereka semua.

"Ya, baiklah." Pasrahnya.

.

.

.

Ritual kecantikan itu baru selesai ketika menjelang sore. Sungmin yang lelah dipersilahkan tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya agar besok dapat kembali fit. Dayang Jang setia mengekor di belakang Tuan Putrinya ketika mereka berjalan untuk kembali ke pavilliun putri mahkota.

"Dayang Jang, aku akan tidur sampai besok. Jadi jangan biarkan ada yang menggangguku, arraseo?" Dayang Jang sempat ingin protes karena Sungmin harus makan malam tapi ia langsung ingat kalau Dayang Ma tadi memberitahunya bahwa Sungmin malam ini harus puasa karena siang tadi ia sudah diberi sebuah ramuan demi kelancaran acara besok.

"Ne, Yang Mulia."

Dayang Jang masih mengiringi langkah Sungmin sampai mereka tiba di pavilliun. Seperti perintah Putri Mahkota itu, Dayang Jang segera membereskan perlengkapan tidurnya dan menutup pintu rapat-rapat begitu Sungmin merebahkan diri. Ia akan berjaga sepanjang malam di depan pintu bersama dayang yang lain demi menjaga tidur berkualitas Sungmin.

.

.

.

Hari berlalu dengan sangat cepat. Dan hari ini seluruh bagian istana disibukkan dengan persiapan terakhir untuk menyambut pesta ulang tahun Putri Silla yang juga akan menjadi pesta rakyat dimana ia akan diperkenalkan secara resmi kepada seluruh rakyat Silla.

Di pavilliun Putri Mahkota, tepatnya di dalam kamar sang Putri, beberapa dayang berdiri dengan siaga sambil berbaris. Ada yang bertugas memegang hiasan kepala Sungmin, ada yang khusus memegang sabuknya yang cantik, ada yang memegang sepatu kulitnya dan ada yang khusus berdiri di sisinya untuk memakaikan hanbok di tubuhnya.

Sungmin berdiri menghadap cermin panjang dengan kedua tangan direntangkan. Dua dayang lalu bergegas memasangkan hanbok melewati kedua tangannya. Baju itu sangat cantik dengan bahan yang khusus dibeli hanya untuk acara ini.

Satu orang lagi sibuk menata rambutnya yang panjang dan halus, lalu digulung dan diberikan hiasan agar penampilannya semakin menawan.

Tidak lupa untuk membubuhkan bedak, perona pipi dan gincu agar ia tidak tampil terlalu polos meski semua orang sudah mengakui kecantikannya yang alami.

Sungmin menatap pantulan dirinya di cermin. Dia sudah siap dan ini adalah hasil kerja keras eommanya yang memilih untuk menyiapkan sendiri segala keperluannya untuk pesta rakyat ini. Sungmin tersenyum tipis, dia cantik, sangat cantik. Tapi dia merasa kalau yang terlihat di cermin itu bukan dirinya.

"Yang Mulia, sepatu anda."

Sungmin menunduk melihat seorang dayang sedang berlutut di bawahnya untuk memakaikannya sepatu kulit yang bagus dan mahal. Seluruh Silla ini miliknya termasuk apapun yang ada di dalamnya, itulah yang coba eommanya buktikan dengan memberikan sepatu dari kulit rusa bertanduk pedang yang sudah langka itu.

Sungmin mengangangkat satu persatu kakinya dan berhasil memakai sepatunya dengan sempurnya. Ini adalah yang terbaik. Dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya, semua yang disiapkan Leeteuk untuknya adalah yang terbaik.

"Terima kasih."

Sungmin menegakkan kepala ketika ia dituntun untuk keluar dari kamar menuju pavilliun utama untuk pergi ke istana utama. Rakyatnya sudah menunggu lengkap dengan para tamu undangan dari berbagai kerajaan di semenanjung Korea ini.

Sungmin sampai di depan pavilliun dan melihat sebuah tandu yang ditarik oleh dua ekor kuda jantan sudah menunggunya, lengkap dengan para pengawal dan seorang jendral.

"Silahkan masuk, Yang Mulia." Dayang Jang membantu Sungmin untuk naik ke dalam tandu dan mengiringi setiap langkahnya menuju istana utama.

.

.

.

TBC

.

.

.

Heuhh... Ini cerita udah setahun ga dilanjut hehehe maaf yaaaaaa...

Semoga masih ingat, tapi kalau ga ingat baca lagi aja dari awal:))

Oh iya, follow akun wattpad aku ya pullbiejoys137ada cerita baru kyumin juga di sana!

Jangan lupa review ini juga!