Disclaimer: All characters belong to Rosalina Lintang aka lintankleen. But this story purely mine. I don't take any material profit from this work. It's just because I love it.

Warning: drabble, headcanon, kinda rush, miss typo(s), and other stuffs.

Note: day 1—hosea/visi

iya tau iya, ini sangat telat ;;;


i'm grateful for you;


Visi pernah jatuh cinta yang bukan pada Hosea.

Di masa-masa itu, hatinya tertutup dan Hosea yang meninggalkan kenangan kelam menyebalkan selalu menjadi pemicu alarm untuk pergi menjauh di kepalanya. Wajahnya yang selalu tersenyum memuat Visi muak, membuat Visi menjadi pemarah karena wajah Hosea muncul tanpa menyisakan penyesalan-penyesalan sedikit pun.

Di bulan-bulan berikutnya Hosea masih tersenyum, hanya, intensitasnya tidak sebanyak dulu dan senyum yang dicipta Hosea setara dengan senyum penuh rasa segan yang ditunjukkan untuk sekadar sapa "halo", "hai", "aku mengenalmu", dan lain semacamnya.

Jauh berbulan-bulan berikutnya, Hosea terlihat lebih dewasa dengan tersenyum dan menyapa seadanya, menjauh jika tak ada yang perlu dibicarakan, mendekat jika perlu sesuatu. Visi mulai merasa seluruh relasi mereka kembali seperti awal. Awal di mana Hosea hanyalah seorang senior murah senyum yang begitu baik, yang bakat menggambarnya tak bisa Visi nilai, Hosea yang dewasa khas kakak kelas.

Hingga akhirnya, Visi tak ingat waktu-waktu krusial ini; tentang kapan, bagaimana, dan apa yang membuatnya berbalik menjadi jatuh cinta pada lelaki itu.

Yang Visi ingat, bahwa Hosea membuatnya nyaman, bahwa Hosea punya senyum yang lebih hangat dari matahari. Hosea punya suara yang setenang angin, yang merendah-meninggi dengan tepat sesuai porisnya. Hosea punya pelukan yang lebih menyamankan dari sinar senja, bahu-bahu yang menjanjikan banyak hal, telapak tangan yang ikut menenangkan. Hosea punya tatapan tajam, yang mendebarkan, yang kemudian begitu saja membuatnya jatuh cinta. Yang jika direpetisi dan ditanyakan kembali dari awal pun, Visi tak akan pernah bisa menjawab apa penyebabnya

Yang jelas, untuk saat ini, Hosea adalah anugerah terindahnya. Seseorang yang akan merangkulnya di ribuan suasana, yang akan menggandeng tangannya, yang akan memainkan rambutnya. Hosea yang akan hadir di mimpi-mimpinya, di doanya yang tak pernah usai, di dalam hatinya yang kini tak lagi terkunci rapat. Yang selalu—selalu, dan selalu, membuat Visi bersyukur;

"Yut, tau nggak kenapa aku pengin jadi pilot?"

"Hm ... kenapa?"

"... supaya aku bisa bawa kamu, dan anak-anak kita terbang. Hehehehehe."

bersyukur bahwa ia memiliki Hosea di dalam hidupnya.

.

(Yaa, walau terkadang, ada masa di mana Hosea punya gombalan sereceh memenya Filan.)

[]