Peringatan: semua yang ada dalam fanfic ini hanyalah karangan dengan tujuan menghibur.
.
.
.
Chapter 2
Melawan kekuasaan
Jam istirahat Panjang dimulai. Ino yang kini berjalan beriringan bersama teman barunya merasa sedikit risih lantaran desas desus siswa di sekelilingnya. Ya bagaimana tidak? Ketika dirinya yang berstatus siswa baru berani membuat marah sang penguasa sekolah yaitu Uchiha Sasuke. Ino bahkan tak tau dan tak mau tau tentang seberapa kuat si Uchiha tersebut berpengaruh di sekolah ini. Namun menurut Tenten memang keluarga Uchiha adalah keluarga dengan donatur paling besar di sekolahnya tetapi bukan berarti sang anak bisa seenaknya sendiri karena sekolah ini bukan milik keluarga Uchiha, masih banyak keluarga besar lainya yang turut andil dalam menjalankan bisnis besar berkedok sekolah ini.
"Ne Ino bagaimana rasanya jadi orang terpopuler hari ini. Lihatlah semuanya sendang melihatmu dan membicarakanmu. Hahahahha ya tuhan bahkan guru guru pun juga ikut bergosip!" ucap Tenten selepas mereka melewati koridor depan ruang guru.
"Tenten bunkanh mereka membicarakanku karena aku sedang berjelan bersama preman sekolah sepertimu?" senyum sinis menyertai ucapan Ino dan sang teman baru hanya terkekeh mendengarnya.
"Setidaknya bersyukurlah. Karena berjalan denganku mereka tidak akan berani menyerangmu. Yahh setidaknya tidak didepanku." Ino melihat tenten terheran.
"Siapa yang kau maksud?" Tanya Ino sedikit penasaran.
"Siapa lagi kalau bukan jongosnya Uchiha dan geng nya. Kau tau? Mereka itu pecundang kalau di dalam Sekolah." Jelas Tenten sambil menatap Ino yang kini Tengah melihat kantin sekolah mereka yang sangat besar dan rapi. Meja meja penuh dengan siswa yang menyantap makanan mereka dan tak ada tradisi rebutan di kafetaria seperti pemandangan di sekolahnya yang dulu. Sekolah anak orang kaya memang beda. Batinya.
"Masa bodoh dengan Uchiha. Aku lapar sekali." Jawab Ino enteng sambil berlalu ke area prasmanan dimana banyak makanan tersedia beserta harga harga yang sangat fantastis. Ino bahkan bisa kenyang hanya dengan menelan ludahnya sendiri.
"Apa makanan disini memang harus semahal ini?" Tanya Ino pada tenten yang sudah mengambil piring berisi banyak makanan.
"Ambil saja sesukamu." Jawab tenten ringan sambil menunjukan Black card pada Ino. Semacam kartu kredit berwarna hitam dengan tulisan silver dan ada lambang almamater Konoha Gakuen disana.
"Mentlaktir teman tidak akan membuat perusahaan Ayahku bangkrut." Terusnya pada Ino dan mengundang Tinju ringan di bahu Tenten.
Ino mengambil beberapa makanan kesukannya. Namun saat ia hendak mengambil acar, Ino heran melihat Tenten yang tertegun sambil memegangi lengan kanannya yang tadi sempat ia layangkan Tinju gurauan.
"Hei kau kenapa?" Ino menggerakan tanganya di depan wajah Tenten yang masih terdiam.
"Aku baru kali ini merasakannya. Rasanya saat tadi kau meninju lenganku. Rasanya aku bahagia sekali hehe." Ungakapan Tenten membuat hati Ino sedikit tergerak. Ino adalah teman pertama bagi Tenten. Tak heran jika gadis cepol itu bisa berucap sepolos itu.
"Dasar aneh kau ini." Jawab Ino menuju kasir dan di susul Tenten yang tersenyum girang di belakangnya.
.
Mereka mengambil tempat duduk di tengah, karena hanya di area situ terdapat tempat kosong. Saat mereka mulai menyantap makanan, tiba tiba mata biru Ino menagkap sosok yang ia temui tadi pagi. Uchiha Sasuke.
"Sombong sekali bukan? Bergerombol dengan teman temannya seakan akan sudah menjadi penguasa saja . Cih!" celetuk Tenten benci sambil melihat direksi yang sama.
"Wajar lah... kalau orang tuamu lebih kaya dari Uchiha kau bahkan bisa lebih buruk dari dia" gurau Ino membuat Tenten tidak senang.
"Tidak akan! Lagipula lihatlah mereka! Uchiha. Uzumaki. Inuzuka. Shimura. Dan Sabaku. Semua terlihat angkuh dan menjengkelkan. Kepribadian mereka juga sangat buruk. Mereka itu hanya seperti anak anak bodoh yang membuat sebuah grub bodoh dan hanya melakukan hal hal bodoh. Percayalah padaku Ino, bahkan sebentar lagi mereka akan melakukan aksi balas dendam padamu." Ino Hanya memandang Tenten yang kini terlihat sangat tidak senang terhadap geng anak laki laki yang paling menjadi sorotan di kantin.
"Kenapa kau terlihat begitu mendendam kepada mereka?" tanya Ino sambil menunjuk arah Sasuke dengan garpunya.
"Aku tinggal kelas gara-gara mereka. Tapi setidaknya dengan begini aku tidak sekelas lagi dengan bajingan bajingan itu." Jelas tenten membuat Ino mengangguk kecil.
"Memangnya mereka melakukan apa padamu?"
"Cukup sampai disini tanya jawabnya"
Tuk!
"Aw!" Ino terpekik saat Tenten memukul kepalanya dengan sumpit.
"Sial... kau harus mengurangi kekuatanmu saat mau memukulku. Sakit sekali.. shhhh" gerutu Ino malah membuat Tenten tertawa.
Sedangkan di tempat lain sepasang mata hitam memandang Ino dengan penuh dendam. Buah zakarnya masih terasa ngilu berkat insiden tadi pagi.
"Oi oi oi Sasuke tenanglah. Kau bisa membunuh siapa saja dengan pandanganmu itu." Ucap kiba sambil menepuk pundak sahabatnya.
"Rasanya ingin kurusak gadis itu." Dengus sasuke mencoba meredam emosinya lalu meminum air mineral di depannya.
"Sayang sekali. Bahkan ini akan sedikit sulit bagimu. Dia bersama Tenten dan sepertinya mereka akrab." Ucap Sai tak melepaskan pandannya dari novel yang kini tersemat di jemarinya.
"Aku tidak peduli. Jika aku ingin menghancurkannya maka akan kulakukan." jawab Sasuke gelap.
"Sasuke tapi sebaiknya kau jangan gegabah." Gaara iku mengingatkan sahabatnya. Sedangkan Naruto hanya mendengus melihat sahabatnya yang selalu temperametal tersebut. Mereka sering melakukan hal hal menyenangkan. Tapi bagi Naruto lebih asyik jika mereka melakukannya di luar sekolah. Jika di dalam area sekolah hal itu akan menjadi sedikit rumit karena harus ada campur tangan orang dewasa dimana mereka hanya memanfaatkan kenakalan murid muridnya untuk memeras wali murid.
"Sasuke bagaimana kalau pulang sekolah nanti kita beri pelajaran padanya. Setidaknya tidak ada yang bisa menyuntuhmu diluar." Naruto mengusulkan ide pada kawannya. Namun Sasuke hanya menyeringai.
"Tidak Naruto. Sebenar lagi juga akan kulakukan. Lihat saja." ke empat temanya heran dengan ucapan Sasuke dan seketika terdengar kegaduhan di kantin yang mana membuat seluruh kantin gempar.
Yamanaka Ino sepanjanga hidupnya tak pernah dilecehkan seperti ini. Semangkuk mie soba panas di tumpahkan di atas kepalanya. Menghiraukan panas yang menyengat di kulit kepalanya, ia reflek berdiri dan menoleh ke arah pelaku yang kini terjungkal di lantai dengan mata membulat ketakutan. Tubuh anak gitu tambun dengan pipi gendut yang kemerahan.
"kau..." desis Ino hendak menendang murid yang kini melihatnya seperti seorang setan.
"BRENGSEK!" teriak Tenten lalu menindihi murid gendut itu dan menghajar wajahnya tanpa ampun. Lebih dari Ino. Tenten terlihat lebih kesetanan.
"Rasakan ini!"
Buk! Buk! Buk!
Pukulan bertubi tubi dilayangkan Tenten pada wajah si gendut yang kini sudah terlihat mimisan.
Ino tak tahu jika Teten adalah perempuan yang bisa menjadi sebrutal ini jika sedang marah.
"Tenten sudah hentikan! Dia sudah terlihat parah." Ino menarik tubuh Tenten dengan kedua tanganya. Meski marah Ino tak ingin melihat Tenten membunuh orang demi dirinya. Hei mereka belum kenal genap sehari bagaimana bisa Ino melibatkan seseorang dalam masalahnya sampai sejauh ini.
"Chouji! Choujii! Ya tuhan Apa yang kau lakukan!" seorang wanita berkacamata dengan rambut merah menyala menangis bersimpuh disamping tubuh murid gendut bernama Chouji tersebut.
"Haruskah kau melakukan ini Tenten? Kenapa kau sampai sejauh ini?! Dasar hewan! Kau sama sekali tidak berkemanusiaan!" Amarah perempuan itu mengundang seringai di wajah Tenten.
"Ah... jadi begitu. HAHAHAHAHHAH!" Tenten malah tertawa seperti orang gila.
"Karin. Aktingmu itu jelek sekali kau tahu? Sejak kapan kau peduli pada si gendut ini hah?! Di kelas satu kau bahkan Sering mengerjainya." Ucap Tenten sambil menginjak perut Chouji dan membuatnya merintih.
"Lepaskan kakimu!" Karin berusaha melepaskan kaki Tenten dari perut Chouji tapi malah mendapat tendangan keras dari Tenten dan membuatnya terpelanting kebelakang.
"Apa Seseorang menyuruhmu untuk melakukan akting murahan ini? Sehingga seantero Konoha Gakuen akan mengecap Aku dan Ino sebagai bajingan pembulli murid yang lemah? Ahh... apa seseorang yang kau sangat idam idamkan adalah dalang dari semua ini heh?" Tenten menjambak rambut merah Karin dan membuatnya meronta kesakitan.
"Siapa saja cepat panggil guru! Gadis gila ini sudah keterlaluan!" teriak Karin dan mendapat Tamparan hebat dari Tenten.
"Karin kau sangat menyedihkan. Berhentilah berbuat sejauh ini hanya untuk si Uchiha." Bisik Tenten di Telinga Karin sembelum menghempaskan kepala karin kelantai.
"SHIRANAUI!"
Dan teriakan seorang gurupun menggema di kantin yang sangat riuh.
"Cih!" desis Tenten tanpa melihat kearah Gurunya lalu memandang Ino.
"Dengar Ino mungkin aku akan terkena skors selama 1 minggu. Nanti temui anak kelas 3 bernama Shikamaru Nara. Bilang saja kau temanku. Dia akan melindungimu." Tenten melenggang pergi setelah menepuk pundak Ino yang sempat menegang. Ino masih terdiam kalut dalam pikirannya. Ia baru masuk Sekolah setengah hari dan ia harus mengalami hal buruk seperti ini. Yang Tak disangka lagi... ia bertemu dengan seorang teman yang rela melakukan hal gila demi melindungi dirinya. Dan tanpa sadar air mata Ino menetes. Ia mengingat masa kecilnya dimana ia selalu menjadi bahan bullian karena tidak memiliki ibu. Di cap sebagai pembohong karena berkhayal mempunyai ibu. Dan tak satupun menolongnya. Tak satupun membelanya.
Namun kini... dia punya teman pertama yang membelanya sampi sejauh ini.
"Akan kutunggu." Jawab Ino lirih yang membuat Tenten tersenyum di langkahnya yang terasa berat karena harus pergi berama guru keruangan detensi.
Karin gadis yang kini masih tertunduk dilantai melirik sang lelaki idaman sambil melayangkan senyumannya. Ya Uchiha Sasuke disana bersama kawan kawannya sedang tersenyum bangga pada pada karin.
Dan Mata Ino pun nyalak memandangnya.
.
.
.
Ino memasuki rumah barunya. Ia nyalakan lampu ruang tengah dan duduk di sofa hijau. Rasanya ia capek sekali. Memandangi HPnya dan membuka pesan dari Ayahnya yang seperti biasa akan pulang telat karena lembur. Ino hanya mendengus. Itu sudah menjadi hal biasa baginya dirumah sendiri dan menemukan Ayahnya keesokan harinya berada di dapur sedang memasak sarapan untuknya.
Ino memandang langit langit rumahnya, pikirannya melayang ke kejadian tadi siang disekolah. Rasanya tak percaya. Alih alih bertemu Hyuga ia malah bertemu dengan masalah besar yang harus melibatkanya dalam situasi yang berbahaya. Rambutnya bakan masih lepek dan berminyak karena siraman mi soba. Dan seketika ia memikirkan teman barunya Shiranui Tenten.
Gadis itu perpaduan antara gadis polos dan kurang ajar serta brutal. Namun Ino tau di balik sifatnya yang tidak stabil itu pasti dia dulunya juga sama sepertinya seorang gadis yang kesepian yang selalu disakiti oleh lingkungannya.
Ino lelah. Bahkan kejadian ini membuatnya merasa jauh dengan tujuan awalnya. Yang tadinya ia tak merasa takut dengan apapun. Namun kali ini berbeda, rasa panas dari tumpahan mie soba di kepalanya masih terasa jelas di memorinya. Ia takut jika penguasa penguasa sekolah itu akan berbuat lebih dari itu hingga menghabisinya. Ia sudah tak mau jadi bahan bullian lagi. Ino muak jadi seorang yang selalu tertindas. Tak sadar Ino mengeratkan giginya dan mengepalkan tanganya kuat kuat.
"Akan kuhabisi kau Uchiha Sasuke."
Begitu rapuhnya manusia. Begitupun juga Ino. Saat seseorang Rapuh sepertinya sudah tak ada ruang untuk memaafkan. Yang sangat gampang dilalukan hanyalah mendendam dan membenci.
.
.
.
Hinata sedang menyisir rambut adiknya. paras cantiknya tersenyum sambil mendengarkan cerita adiknya tentang teman sekelasnya.
Drtt drtttt drttrr
Ponselnya bergetar membuat gerakan menyisirnya berhenti. Ia berdiri dan mengambil ponsel di tempat tidurnya. Hinata tersenyum melihat nama siapa yang terpampang di layar poanselnya. Segera ia menggeser layarnya dan menjawab.
"Halo Sasuke-nii" jawabnya riang
"Eum.. aku sudah pulang siang tadi dari pemakaman. Sekarang aku dirumah dengan Hanabi. Kakak mau kesini?" Hinata pada dasarnya adalah seseorang yang sedikit sulit untuk berbicara dengan lawab Bicara. Namun itu tidak berlaku dengan keluarganya. Termasuk Uchiha Sasuke yang mana adalah Kakak sepupunya. Bibinya yang mana adalah Ibu dari Sasuke sering membawa Hinata dan Hanabi ke kediaman Uchiha sejak ibu mereka meninggal 8 tahun yang lalu. Dan itu membuat Hinata maupun Hanabi menjadi sangat dekat dengan sepupunya tersebut.
"Apa... yang barusan itu adalah Naruto-san?" tanya Hinata gugup saat mendengar suara pria yang diam diam ia kagumi dibalik suara Sasuke.
"A-apa kakak mau kesini be-bersama Naruto-san? Tapi kak- tapi..." Hinata menggigit bibir bawahnya.
"Baiklah kak..." dan dengan itu Hinata menutup saluran teleponnya.
"Hinata-nee apa Sasuke-nii akan kesini?" Tanya Hanabi antusia namun alih alih memandang dirinya Hanabi malah memanda kesampingnya. Ya adik Hinata terlahir buta.
"Iya sayang... Sasuke-nii akan kesini bersama temanya." Jawab hinata sambil menghampiri adiknya dan meneruskan pekerjaan menyisirnya.
"Hinata-nee apa teman Sasuke-nii tampan?" pertanyaan Hanabi membuat pipi Hinata memerah namun tentu saja adiknya tidak bisa melihat.
"Tapi aku yakin masih gantengan Sasuke-nii iya kan?" tanya Hanabi lagi membuat merah di pipi hinata sedikit memudar.
"Iya sayang masih gantengan Sasuke-nii." Jawab hinata halus sambil tersenyum. Kalau tidak begitu adiknya akan marah. Karena bagi Hanabi Sasuke adalah yang terhebat.
"Andai aku bisa melihat. Hal pertama yang ingin kulihat adalah Sasuke-nii!" Hanabi berucap riang membuat Hinata menatap sang adik haru.
"Tentu saja Hanabi-chan. Tentu saja kau bisa melihat nanti. Dan melihat wajah kak Sasuke." Namun di balik suara Hinata yang sedikit lirih Hanabi tak tahu jika sang kakak sedang menangis dalam diam. Karena Hanabi bisa melihat adalah hal yang tidak mungkin.
.
.
.
Tbc
A/n
Hmm chapter ini sedikit singkat ya...
Dan maafkan jika ada typo dimana mana. Saya malu sebenarnya. Tapi saya sudah berusaha mengedit sih kalau ada satu dua yang lolos mohon di maafkan. Karena saya juga melakukan pengetikan serta upload lewat ponsel. Jadi hanya bergantung pada dua jempol saya saja.
Terimakasih buat yang sudah fav/follow/review. Dan yang tanya masalah pairing... jawabannya saya tidak tahu. Akan berkembang sesuai alur cerita. Karena disini saya lebih mengenakan ke drama dan friendship.
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.
Elkyouya.
