Chapter 5

warning: mohon maaf jika di temukan typo dimana mana. maklum ya.. karena saya ngetiknya pakai HP alias cuman pakai jempol 2.

Ino membenamkan pikirannya dalam lamunan. Dagunya di tumpu dengan telapak tangan. Matanya kosong memandang ke luar jendela. Satu minggu berlalu sejak Ino bertemu dengan Hinata. Ia berteman dengan gadis Hyuga tanpa Tenten disisinya. Hampir larut dalam suasana. Hanya satu minggu namun Ino tahu betul bahwa Hinata memang sosok perempuan yang baik dan polos. Tiap perkataannya, tingkahnya, perasaanya, semua yang ia rasakan benar benar terasa tulus. Yah... Ino memang sedang mengejar ibunya. Memutuskan untuk membenci ibunya dan akan menghancurkan perempuan yang telah melahirkannya tersebut. Namun Hinata? Ino bahkan tak bisa membecinya. Ia sadar betul bahwa Hinata kala itu hanya bayi yang tak tahu apa-apa. Ia tak akan bisa membenci Hinata. Namun bagaimanapun juga Ino akan tetap memanfaatkan Hinata agar lebih dekat dengan tujuanya. Meski ada rasa bersalah karena harus melukai seorang seperti Hinata. Mekipun ibu mereka sama, namun darah yang mengalir di nadi mereka berbeda. Dan itu membuat Ino menepis jauh rasa hangat dalam hatinya ketika ia menghabiskan waktu bersama Hinata.

"Ino-chan selamat pagi" Ino menoleh pada sosok yang memanggilnya. Suaranya sudah tidak asing. Gagapnya pun sudah sedikit hilang. Dan disana dia seorang yang sedari tadi ada di pikirannya. Hinata sudah mulai memanggilnya dengan embel-embel Chan. mereka sudah seakrab itu.

'kita bukan kakak beradik'

Dan selalu itu yang ia tekankan dalam pikirannya.

"Pagi Hinata." Jawabnya dengan seulas senyum.

Hinata duduk di bangkunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil cantik berhiaskan manik unggu di atasnya. Dengan malu Hinata menyodorkan benda itu kepada Ino dengan kedua tanganya.

"A-aku... kemarin membuat kue kering stroberi coklat. Aku ingin Ino-chan mencicipinya-" Hinata menunduk menyembunyikan pipinya yang mulai bersemu merah. Ia sungguh takut jika Ino tak menyukainya.

"Ta-tapi kalau kau tidak suka tidak apa-apa- lagi pula ini mungkin tidak enak dan-" Hinata terperangah ketika Ino merampas kotak berisi kue di tangan Hinata dan mulai membukanya, lalu Ino mulai mengambil satu dan memakannya. Hinata pun di buat tegang. Was was lantaran takut kuenya malah merusak lidah Ino.

"Ini terlalu manis Hinata. Tapi rasanya sudah oke. Aku menyukainya. Terimakasih." Ino mengelus pucuk kepala Hinata tak luput dengan senyum manisnya.

Hinatapun mulai terperangah dengan perilaku Ino yang entah mengapa sangat membuatnya ketagihan. Sangat hangat dan membuatnya nyaman. Namun rasa itu tak bertahan lama ketika seseorang tiba tiba menampik tangan Ino yang tadinya masih bermain dengan kepala Hinata.

"Wah wah... di tinggal seminggu. Ternyata kau sudah punya yang baru saja ya" Tenten berseringai Pada Ino dan mendapat senyum lebar dari sang Yamanaka.

"Kau tambah kasar saja Ya." Sindiri Ino sebelum mereka berdua berpelukan. Memang rasanya Rindu sekali. Dalam seminggu ini mereka hanya berbicara lewat telepon. Dan Ino sangat berterimakasih karena Tenten mengenalkannya pada Nara Shikamaru. Sasuke dan kawan-kawannya tak pernah menyentuhnya sedikit pun. Atau mungkin belum? Masa bodoh bagi Ino.

"Shiranui-san se-selamat pagi" Sapa Hinata pada Tenten yang hanya di timpali serngitan oleh Tenten. Hinata pun gugup dengan sikap Tenten. ia berpikir keras apa ada yang salah dengan ucapanya barusan.

"Hmmmm?!" Tenten kini menggeram sambil berkacak pinggang, membuat Hinata makin berkeringat. Hinata pun bingung harus berbuat apa.

"Shiranui-San? Kau memanggil Ino dengan 'Ino-chan' tapi memanggilku seperti itu hmm?" Jawab Tenten membuat Hinata makin gugup namun lebih banyak takut. Bagaimana tidak takut dulu mereka di SMP yang sama. dan Tenten adalah kakak kelasnya. dan juga tabiat buruk Tenten yang sudah tersohor itu membuatnya sangat gugup. namun Hinata memutuskan untuk berteman dengan Tenten karena ia ingin lebih menikmati masa SMAnya.

"Ti-tidak seperti itu Shiranui-san- Ano maksudku Tenten-chan!" Saking gugupnya hinta bahkan sampai berdiri dan membungkuk pada Hinata. membuat kedua temanya melongo lalu tertawa sangat keras di dalam kelas.

"Ya tuhan Hinata HAHAHHAH kau ini ternyata menggemaskan sekali!" Tenten pun menghampiri dan memeluk Hinata yang masih malu akan sikapnya barusan dengan sangat erat. Hinata pun merasa nyaman dengan pelukan tenten ditambah melihat tawa Yamanaka Ino. Hinata merasa baru kali ini merasakan indahnya sebuah pertemanan.

.

.

.

Naruto membasahi kepalanya dengan sebotol Air mineral. ia menunduk dan di pinggir lapangan basket dan masih mengenakan seragam olahraganya. Pikiranya akhir-akhir ini kalut dan sering Tidak fokus. bahkan di permainan basket barusan ia sering sekali membuat kesalahan dan harus menerima teriakan dari teman-temanya. Naruto pikir ia tidak bisa terus terusan memikirkan Yamanaka Ino. Ia harus mengutarakan perasaannya agar ia segera kembali menjadi Naruto yang dulu. Naruto mulai menyeka air yang sudah bercampur keringat di wajahnya dan mengusapnya ke kebelakang kepala, membuat helaian rambutnya yang berantakan menjadi sedikit rapi. kalung silver dengan liontin krystal di lehernya mengkilat membuat refleksi wajahnya menjadi bersinar karena pantulan cahaya benda mahal tersebut. Naruto pun memantabkan dirinya untuk mulai mendekati Yamanaka Ino.

"Jangan lupa hukumannya lho.." Ucap Sai yang tiba tiba berada di samping Naruto merangkul bahunya akrab. Naruto yang risih menghempaskan tangan Sai kesal karena mengingat di permainan tadi mulut tajam Sai tak henti hentinya mengoloknya.

"Andai bukan teman sudah kukuliti kau dari tadi" Ucap Naruto kesal dan hanya di timpali tawa kecil dari Sai.

Mereka berdua melenggang pergi ke ruang Ganti berdua. di tengah taman menuju gedung B Sai membuka obrolan yang tak biasa.

"Naruto, menurutmu Yamanaka itu bagaimana?" Tanya Sai pada sahabatnya yang sukses membuat Naruto menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandanganya dari Sai.

"Ba-Bagaimana apanya? aku sama sekali tidak tertarik denganya." Ucap Naruto membuat Sai makin berseringai.

"Benarkah? aku hanya heran kenpa Sasuke sangat tertarik padanya." Mereka mulai berjalan lagi dan Naruto mencerna perkataan Sai barusan. memang benar Sasuke sangat tertarik pada Yamanaka karena mungkin Yamanaka berbeda dari gadis-gadis kebanyakan. oke Tenten adalah pengecualian. dia bukan gadis menurut Naruto.

"Itu kan karena memang sudah sifat Sasuke seperti itu. bukan berarti Sasuke tertarik padanya kan?" Sai makin tersenyum mendengar jawaban Naruto.

"Tapi kalau semisal Sasuke malah menaruh hati pada Yamanaka dan dia masih belum mau mengakuinya. apa kira kira yang akan kau lakukan?" Jawaban Sai seolah olah menonjok ulu Hati Naruto. bahkan Ia belum pernah berbicara 4 mata denga Ino. namun ia sudah pada lvl cemburu ketika membayangkan gambaran Ino bersama dengan sahabtnya terlebih itu Sasuke yang adalah rival abadinya.

"Apa maksudmu Sai? aku bilang aku tidak tertarik pada Yamanakan kan" nada bicara Naruto mulai jengkel.

"Aku bertanya kau sebagai sahabat Sasuke. bukan berarti kau suka Yamanaka. atau jangan-jangan kau..." Sai berseringai di depan Naruto dan membuat Naruto lagi-lagi kelagapan dengan temannya yang misterius tersebut. yah... meski ia bersahat dengan Sai namun tak banyak yang ia ketahui dari Sai. Karena Sai baru bergabung dengan gengnya sejak SMA kelas 1. sedang ia, Sasuke dan Kiba sudah bersahabat dari bangku taman kanak kanak. dan di susul Gaara dari SMP.

"Hentikan Sai! Pertanyaanmu itu seringkali membingungkan tahu! yah tentu aku akan senang jika sahabatku si Uchiha sialan itu sudah menemukan gadis idamannya. tapi Sasuke kan ya tepap Sasuke dengan segala arogasnsinya, kalau wanita itu sudah Seperti Stir mobil baginya. dia ganti kalau sudah bosan." Naruto tak mau rahasianya makin terbongkar di depan Sai. setelah menjawab ia pun berlari menuju toilet.

"Ahh sial banyak ngobrol denganmu membuat produksi urinku meningat saja. toilet!"

Sai berheti tepat di bawah pohon mahoni di depan gedung B dimana ia melihat Naruto berlalu sangat kencang. Sai berjalan menuju gundukan di bawah Pohon dan beristirahat disana. anginya tidak kencang ia jadi ingin menggambar. ia membuka buku notenya yang senantiasa ia bawa kemanapun ia pergi. disana ia melihat coretan terakhirnya. dimana ia mengambar wajah Naruto dengan mata yang penuh rasa cinta saat memandang Yamanaka di kantin. Sai tersenyum. ia sangat bersyukur karena harus pindah ke tokyo dan bersekolah di Konoha Gakuen. ia bisa bertemu dengan banyak orang dengan berbagai ekspresi dan drama kehidupan. sangat warna warni. tidak seperti hidupnya yang selalu abu-abu dan monoton.

Sai mulai mengambar coretan coretan kecil di Notenya mengambar bunga liar yang ada di depannya. namun kegiatannya harus berakhir ketika seorang menginjak bunga di depannya. Sai melihat kaki jenjang yang mulus itu menelurusi dari bawah hingga ke atas, dan disana ada Karin dengan seringainya. Sai menutup notebooknya dan mengadah memandang Karin di depanya.

"Celana dalammu kelihatan lho" Ucap Sai membuat Karin mundur tinga langkah dari Cucu mantan perdana menteri tersebut.

"Dasar mesum!" Ucap karin kesal karena sai mengintip celana dalamnya yang hanya ingin ia pertontonkan pada Sasuke.

"Bukan aku yang mesum, mungkin kau saja yang jalang." balas Sai membuat Karin geram dan tidak mau berlama lama mengobrol dengan Sai.

"Aku akan membuat ini singkat saja. aku ingin meminta bantuanmu. tidak aku tidak hanya meminta bantuan tapi aku akan memberimu imbalan" ucap karin bahkan tidak mau mensejajarkan posisinya dengan Sai. dia tetap berdiri sambil berkacak pingang di hadapan Sai bak ratu sejagat. dalam Hati Sai tertawa dengan tawaran karin. namun Sai tetap menanggapinya karena manusia sangat menarik baginya.

"Lanjutkan" Sai kini mulai menyandarkan punggungnya di pohon dan menyilangkan kedua lengannya di dada mencoba serileks mungkin agar tidak tertawa.

"Tapi kau harus janji akan melakukannya sampai Akhir." belum apa apa sudah ragu.

"Itu semua tergantung dari situasi dan kondisi. aku bahkan tidak tahu apa permintaanmu" Sai tersenyum tipis mencoba agar tidak tertawa seabaik mungkin.

"Baikalh... " Karin mulai berjongkok di depan Sai dan berbisik pelan.

"Aku mau kau mendekati Yamanaka dan membuatnya jatuh cinta padamu. agar dia tidak mencuri perhatian Sasuke." mendengar itu Sai tak tahan menahan tawanya, dan tawanyapun keluar meski tak sekeras tawa naruto dan Kiba. namun cukup membuat Karin panik. Bagi Karin tak biasanya seorang Sai bisa tertawa.

Orang-Orang di sekolah ini benar-benar menarik

Batin Sai setelah berhenti tertawa.

"Lalu imbalan apa yang akan kau berikan eh?" ucap Sai membuat Karin menimbang-nimbang.

"Aku akan memberikan apapun yang kau mau" Ucap Karin lirih membuat Sai tak habis pikir dengan tingkah manusia manusia disekolahnya itu. amarah. nafsu. ambisi. ia tidak punya semua itu. hidupnya putih seperti kanvas. tapi Sai bisa merasakan itu dari hidup orang lain. seperti sekarang. ibarat kanvas, warna Karin adalah merah dan kuning dan hitam. penuh nafsu ambisi kejahatan dan sedang ia jatuh cinta.

"Bagaimana kalau aku meminta nyawamu?" Sai berucap dengan nada serius matanya yang biasanya tak terlihat karena terlalu sering tersenyum palsu kini menatap karin dengan tajam. dan membuat Karin ketakutan hingga terjungkal kebelakang.

"Dasar sakit jiwa!" teriak karin namun tersakut di tenggorokan.

Sai berdiri dam tersenyum. kini bergantian Sai yang memandang Karin yang masih terduduk di tanah dengan begitu rendahnya.

"Kau tahukan resiko permintaanmu itu sangat besarkan. aku akan di benci teman-temanku. apa yang bisa kau jual untuk membeli harga pertemananku dengan mereka? tubuhmu?" Sai berjongkok lagi dan menyibak rok karin kecil, membuat Karin kesal dan menutup pahanya rapat meskipun itu tak berguna sama sekali karena jelas masih bisa melihat celana dalam karin yang mencetak tengah selangkanganya. Sai sangat menikmati ekspresi karin dengan segala kehormatamnya. kini sedang terpojok di hadapannya. Sai tahu jelas sedikit banyak Karin tengah menggodanya. dan akan memanfaatkannya agar bisa dekat dengan Sasuke.

"Tapi sayang... kau bukan tipeku" Ucap Sai lagi. membuat mata karin terbelalak marah. ia tak pernah direndahkan seperti itu. bahkan Sasuke tak pernah berkata seperti itu padanya. ia adalah tipe Gadis idaman semua pria di Konoha gakuen.

"Tapi... kau sudah biasakan memakai tubuhmu ini utuk mendapatkan sesuatu yang kau mau?"

"jaga mulutmu brengsek!" Karin hendak berdiri. namun Sai memegang betisnya dan karin terduduk lagi di tanah.

"Biar ku beri tahu satu kenyataan Karin. meski aku bisa membuat Yamanaka jatuh cinta denganku atau dengan siapapun, hal itu tak akan bisa membuatmu mendapatkan Sasuke. kau pikir Saingan cintamu adalah gadis lain? kau salah besar. Saingan terbesar mu adalah... ini." Sai menempelkan telujuknya di dahi Karin. mata Karin masih nyalak marah pada Sai.

"Ini adalah musuh terbesarmu. Yaitu otakmu. Otakmu yang terlalu dangkal itu." Sai pun berdiri dan melihat Karin yang sedikit gemetar.

"Tapi karena kau ternayata menarik. akan ku bantu kau untuk mendapatkan Sasuke jika kau mau." Sai meletakan kedua tanganya di saku.

"Benarkah?" Karin menjadi bersemangat ketika mendengar kaliamat terakhir Sai.

"Asalkan kau mau jadi budakku." dan Sai berseringai.

.

.

.

Tenten baru keluar dari kamar kecil dan sudah tidak beruntung ia harus berpas-pasan dengan Sasuke,Gaara dan Kiba. tapi masa bodoh Tenten tetap melangkah maju dan ingin segera kembali ke kelasnya. sedikit bersyukur ia tida bersama Ino tadi. Jika tidak entah apa yang akan di perbuat Sasuke pada sahabatnya itu.

kurang tiga langkah dan yah dia tidak akan tersiksa untuk melihat wajah wajah yang selalu sukses membuat Tenten geram. dan ketika Tenten sudah akan melewati bahu Gaara tiba tiba seseorang membuat telinganya gatal.

"Apa kau yang mencoba membuat Nara-senpai ikut campur dalam urusanku" Sasuke menoleh pada Tenten yang belum berbalik. dan Tenten menghela nafas panjang sebelum ia berbalik dan memandang Sasuke dengan penuh kebencian.

"Memangnya kenapa? apa kau ketakutan? apa kau mulai menyadari jika kau BUKAN PENGUASA SEKOLAH INI HAH?!" Tenten sedikit membentak membuat Sasuke menyerkit merasa gendang telinganya sedikit sakit akibat teriakan Tenten.

"Sadarlah Sasuke. kau itu SAMPAH. SAMPAH YANG SEBENARNYA!" Tenten makin menjadi jadi tak ingat bahwa ia baru saja lepas dari masa hukuman.

"Jaga mulutmu sialan." Sasuke menangkap rahang Tenten. namun tanganya di pegang oleh Gaara. Sasuke yang tadinya memandang Tenten marah kini beralih ke sahabatnya. membuat Sasuke terkekeh tak percaya. Sasuke melepas genggamannya pada rahang Tenten. dan beralih ke Garaa.

"Apa-apaan ini? kupikir kau sudah tidak peduli dengan jalang ini? "Gaara diam mendengar ucapan Sasuke. Sasuke memang orang yang Baik bagi Gaara seburuk apapun tabiatnya Sasuke akan tetap membela teman temannya apapun yang terjadi. Namun tidak kali ini. Gaara tidak bisa lagi pura pura buta. dia tak bisa lagi membiarkan Tenten di aniyaya di hadapannya.

"Apa kau lupa apa yang sudah di perbuatnya padamu dulu? aku tidak peduli jika dia teman masa kecilmu Gaara. persetan dengan itu semua. aku muak denganmu yang sama sekali tidak bisa menghargai dirimu sendiri ketika bersama Jalang ini." Sasuke kembali menatap Tenten Yang masih heran dengan tindakan Gaara yang sudah tidak pernah ia harapkan lagi.

"Er...bel sudah berbunyi, ayo kita kembali ke kelas saja ok. sudah ayo ayo" Kiba merangkul kedua Sahabatnya dan menyuruh Tenten segera enyah lewat bisikan tajam.

"Brengsek Memang apa yang sudah kuperbuat dulu. kaulah yang sialan. dan sudah berbuat buruk padaku. kuharap kau mati tertabrak ufo!" desis tenten kesal dengan ucapan Sasuke ketika trio itu sudah menjauh darinya

.

.

.

"Kau kenapa?" tanya Ino saat Tenten sudah kembali kekelas.

"Aku betemu kakak sepupunya Hinata yang brengsek itu saat mau kembali kesini" Tenten medengus tak memikir perasaan Hinata yang menunduk karena memang kelakuan kakak sepupunya sangatlah buruk.

"Maaf-"

"kenapa kau yang meminta maaf. jangan membuatku kesal hinata. Sasuke memang sepupumu bukan berati kau harus minta maaf atas setiap perbuatanya!" Tenten menjadi sangat kesal karena sifat baik dan polos Hinata.

"Kenapa lagi dia? baru kali ini aku melihat manusia yang hidupnya tidak bisa tenang seperti dia." Ino membuat Tenten tertawa.

"Itu memang tujuanku sih Hahahhaha" balas Tenten sambil tertawa.

"Akun tidak akan pernah membuat Hidupnya tenang. Dan Kau Hinata kau harus membuat hidupnya tidak tenang Juga, cobalah untuk melawanya. hidupmu itu milikmu bukan miliknya" Hinata mengangguk mendengar ucapan Tenten. Memang benar, sejak Taman kanak kanak Hinata sudah bersama Sasuke. Hinata bahkan tidak punya teman yang benar-benar ingin berteman denganya. Karena semua temanya hanya ingin di kenalkan pada Sasuke. dan mereka Hanya baik di depannya. namun selalu membicarakannya di belakang. tidak seperti Ino dan Tenten. mereka adalah teman pertama Hinata yang tidak memanfaatkannya. tak sadar Hinata membuat seulas senyum yang disadari oleh Ino dan entah kenapa Ino reflek mengelus kepala Hinata, dan Hinata di buat tertegun dengan Tingkah Ino. Ino pun menurunkan tanganya dan berpaling ke luar jendela. Ino heran kenapa bisa melakukan itu. apa mungkin Ino sudah mulai menganggab Hinata sebagai Adiknya?. Ino menepis jauh jauh rasa itu.

.

.

.

###

'tak'

Suara bola billiard menabrak satu sama lain mendominasi ruangan yang di klaim Naruto sebagai markas mereka. yang tak lain adalah ruang bawah tanah di sebuah cafe yang dijalankan oleh keluarga Kiba.

"Hei kalian dengarkan aku" Kiba mulai mengangkat pembicaraan. tidak biasanya suasanya sehening ini.

"Apa kita sudah mulai melanggar peraturan yang kita buat sendiri? kalian dulu pernah menggebu-gebu bilang tidak akan ada yang ditutup tutupi diantara kita. kenapa sekarang kalian diam semua?"

"Apa kau ingin aku banyak bicara kiba?" Sai membalas dan Kiba mengakat telapaknya pada Sai.

"Stop Sai. pengecualian untukmu. aku lebih suka kau diam saja." Ucap kiba terlampau jujur. apa boleh buat, Sai memang pendiam. namun ketika berbicara hanya sarkasme dan kata kata menjengkelkan yang keluar dari mulutnya.

"Oke. Gaara apa maksudmu tadi siang? apa pernyataanmu 7 bulan yang lalu hanya kebohongan belaka?" Kini Sasuke yang memulai pembicaraan.

"Aku tidak bohong. apa kau pernah melihat sedikitpun aku peduli padanya?" Gaara menjawab. dan Sasuke mulai duduk di meja billiard sambil menegak bir.

"Dia yang mencipatakan trauma dalam hidupmu. dan aku, kita semua membantumu agar kau lepas dari jeratan setan jalang it-"

"Bisakah memanggil namanya saja?" Gaara memotong ucapan Sasuke. dan Sasuke hanya tertawa geli.

"Baiklah. Noana Shiranui Tenten Maksudku. apa kau puas sekarang?" ledek Sasuke dan Gaara hanya menghela napas.

"Sekarang aku tanya padamu. siapa yang menyebabkamu memiliki trauma pada wanita. siapa yang menyebabkanmu menjadi anti sosial brengsek yang bahkan tak tahu cara berkomukasi dengan orang lain selain si jalang itu? yang kau tahu hanya Tenten. hanya Tenten si sialan itu yang bahkan hampir membunuhmu secara perlahan! " Sasuke emosi mengingat apa yang terjadi pada temannya itu. dan yang lain hanya terdiam. tak bisa menyalahkan Sasuke.

"Kau bisa menyalahkanku kalau aku salah. sekarang aku bertanya padamu lagi. apa jadinya jika dulu kita tidak bertemu denganmu saat SMP apa jadinya jika kita tidak menemukanmu sedang sekarat di kamar mandi setahun yang lalu?! apa jadinya jika kau mati saat itu hah?! jawab aku Gaara. apa jadinya jika kau masih bersama si Jalang itu. apa kau tidak bisa menghargai hidupmu barang sedikit saja?." Gaara memegang kepalanya. ia mulai sedikit pusing. memang benar apa yang di katakan Sasuke. Gaara tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika ia tidak bertemu dengan Sasuke dan Yang lainya. mungkin ia akan tetap bersama tenten. dan bermain dengan permainan tenten yang sudah tidak wajar lagi.

"Gaara yang di katakan Sasuke benar. aku pikir kau sudah membaik dari pada beberapa tahun lalu. kau sudah mulai banyak bicara. kau sudah bisa mengontrol traumamu pada wanita. dan kau sudah tidak kecanduan narkoba lagi. aku pikir jalan satunya agar kau lepas dari narkoba memang harus meninggalkan Tenten. daya tahan tubuhmu dan tenten berdeda. Tenten sudah mengkonsumsi narkoba dari kecil mau bagaimana lagi ayahnya yang bejad memang bos pasar gelap. ayahku saja kesulitan mau menciduk Shiranui Yabu." Naruto angkat bicara dengan wajah serius. Ayahnya yang seorang ketua kepolisian pusat membuat Naruto Tahu siapa indentitas ayah dari tenten.

"Aku tahu mungkin berat untukmu. namun hanya akan sia sia untukmu jika kau terus saja bersama Tenten. hidupmu tidak akan panjang. dan aku Yakin jauh dilubuk Hatimu kau ingin menolong tenten. namun apa artinya jika kau mati muda. kau tidak akan jadi apa-apa. dulu berkomukasi dengan manusia saja kau susah. Dengan dirimu yang sekarang kami berharap kedepannya kau bisa menjadi seseorang yang lebih baik" Balas Kiba. yang ikut meyakinkan sahabatnya bahwa tidak dekat-dekat dengan Tenten adalah hal yang paling baik untuknya.

"Gaara... aku tidak marah akan sikapmu yang mungkin ingin menhentikanku ketika aku sudah di luar kendali. namun aku tidak bisa tidak marah ketika kau kembali peduli padanya lagi. jangan pernah menujukan kepedulian padanya. suatu saat jika tenten membutuhkan bantuanmu kau akan terus menerus menuruti permintaanya dan lagi lagi kau akan kembali ke dirimu yang dulu." Sasuke membuat Gaara mengingat kejadian yang sering kali terjadi dulu. Tenten akan menelponnya dengan alasan sakit dan ketika sudah tiba dirumahnya Tenten yang setenngah mabuk sudah siap dengan berbagai macam narkoba jenis baru yang siap dicicipi oleh keduanya. dan gaara tidak bisa menolak selalu seperti itu. dan selalu seperti itu. hingga suatu saat ketika Tenten sedang marah karena Gaara lebih banyak menghabiskan waktu bersama Sasuke ketimbang dirinya. tenten sengaja tidak memberika satu butir narkoba jenis apapun pada Gaara sehingga Gaara harus menahan rasa sakitnya di toilet hingga senja dan di temukan oleh Naruto dan Sasuke ketika mereka baru saja menyelesaikan ekskul basket.

jika saja terlambat sedikit saja.. mungkin Gaara sudah memutus urat nadinya.

"Gaara. kau tidak perlu khawatir dengan Tenten. dia sudah punya teman baru kan. dia sudah tidak sendirian. sudah ada Yamanaka kan?" Ucap Sai dengan seulas senyum membuat Sasuke geram dan membanting botol yang di peganggnya.

"Aku anggab sekarang selesai. aku cabut dulu." pamit Sasuke dan tak luput memberikan tatapan membunuh pada Sai dan hanya mengundang tawa kecil dari Sai.

"Sudah kubilang kau itu diam saja kan...ya tuhan..." desis Kiba pada Sai yang tidak merasa bersalah sama sekali.

Dan di balik kata-kata Sai. Ada Gaara yang awalnya memang sedikit lebih tenang karena Tenten mempunyai teman lagi setelah sekian lama. dan juga tidak tenang karena teman barunya tersebut adalah sasaran bully bagi Sahabatnya. dan juga Naruto yang mulai takut jika wanita yang di sukainya dalam diam menjadi seperti Gaara jika terus berteman dengan Shiranui Tenten.

Dan panggung Sandiwara ini menjadi sangat menarik bagi Sai Shimura. Diapun penasaran apa yang akan ia perankan Nantinya.

tidak ada yang tahu.

.

.

.

TBC.

a/n

hallo semua yang sudah menunggu ff ini untuk di lanjut. maaf sudah lama sekali saya tidak update. dan saya hampir lupa plot cerita ini seperti apa.#DOR hahaha tapi tenang saya gak semudah itu lupa dengan sesuatu. dan masalah pairing atu romance. jujur saya gak tahu akan jadi seperti apa. karena pada dasarnya genre utamanya disini Friendsiship & drama. jadi romancenya random bgt permisahhh... bisa saja Ino dengan Sasuke. bisa dengan naruto bisa dengan sai bisa dengan kiba bahkan bisa dengan karakter yang bakal muncul dadakan alian pangeran berkuda lol. begitu pun dengan pemeran pembantu. seperti tenten dan hinata. tenten tidak pasti dengan Gaara. dan Hinata juga masih belum jelas ataukah Kiba ataukah naruto. bahkan Sasuke yang notabenya adalah kakak sepupunya pun bisa berakhir dengan Hinata. jadi selamat menikmati dan kesampingkan saja masalah pairing xd. karena saya sendiri jujur juga tidak tahu ahhahaha

terimakasih ya. di tunggu reviewnya! love!