Another subtle fict from my notebook. Hope you like it. Disclaimer: Naruto dan seluruh karakternya adalah milik Masashi Kishimoto. Saya tidak mengambil keuntungan materil apapun dalam fanfiksi ini.

.

.

—変更

.

.

subtlepieces.

oleh LuthCi

"Sasuke-kun, sudah makan?" adalah pertanyaan yang perempuan bermata hijau itu tanyakan setiap kali mereka berpapasan. Biasanya, pertanyaan tersebut disertai dengan menu apa yang perempuan tersebut makan beberapa saat lalu atau rekomendasi menu yang enak untuk sang pemuda santap dengan cuaca yang sedang terjadi. Lantas, sang pemuda akan menjawab dengan gelengan kepala dan sang perempuan melanjutkan dengan ceramah bahwa makan itu penting untuk kesehatannya. Lalu, ia akan diajak untuk makan bersama—ditemani, tepatnya.

Sang pemuda bisa melihatnya, tatapan dari sekitar setiap sang perempuan berbicara terlalu banyak atau mulutnya menyengir terlalu lebar atau matanya yang berbinar terlalu terang—terkadang, perempuan itu melakukan ketiga hal tersebut sekaligus. Tatapan dari sekitar yang menyatakan bahwa mungkin perempuan bersurai merah jambu tersebut sedang mencari mati, bahwa perempuan itu akan mengalami patah hati untuk ke sekian kali, lagi. Karena dalam hitungan detik, pikir orang-orang yang sering kali menatap mereka berdua, sang pemuda akan mengucapkan penolakan kejam yang biasa mereka dengar: kalimat tanpa hati yang kelak akan menyebabkan setetes air mata di pipi. Seperti masa lalu—sebagaimana pemuda tersebut bersikap saat ia belum meninggalkan desa. Dengan ratusan daftar nyawa yang telah pemuda tersebut rengut, tidak mungkin akan ada beda.

Namun, alih-alih mengucapkan penolakan, bibir sang pemuda malah meliuk samar, matanya terlihat teduh bahkan untuk bola mata yang terlalu sering terlihat menyeramkan. "Boleh," jawabnya sebelum melangkah maju menuju restoran terdekat.

Perempuan berambut merah jambu itu menautkan jemarinya di balik punggung sementara sang pemuda memasukan tangannya ke dalam kantung, mereka berjalan beriringan dengan santai dan angin sepoi yang meniup lembut helaian surai mereka berdua—jarak kedua bahu mereka tidak lebih dari satu jengkal jauhnya.

"Tadi kau bilang makan apa yang enak?"

"Unagi!"

.

.

—oh, jelas mereka mengabaikan berpasang-pasang tatapan heran di balik punggung mereka saat ini.

.

CHAPTER TWO: "変更" (change)