Author :

OHMYDEER

Tittle :

No Breathing

Pairing :

Oh Se Hun – Xi Lu Han

Disclaimer :

Halo, saya kembali dengan cerita remake yang baru. Setelah saya 'puas' dengan cerita 'Switch Boy' Sekarang saya lagi buat cerita remake kembali dengan Judul No Breathing. Bisa di bilang remake, tapi bisa juga dibilang terinspirasi, oke? dan Yap, cerita ini hasil remake dari K-Movie yang di perankan oleh Lee Jongsuk dan Seo In-Guk. Pasti udah pada nonton kan? Disini ada bagian yang saya hilangkan dan bagian yang saya tambahkan. Disini juga ngga ada pemeran cewek (yang kebetulan cerita asli nya ada Kwon Yuri nya), lah wong ini cerita boyslove or yaoi. Jadi disini ngga ada yang cewek saja ya, riweuhh wkwk. Kebetulan kan yang di cerita No Berathing itu tentang berenang, nah saya bikin nya beda yaa. Sesuai keahlian Luhan dan kesukaan Sehun saja, ok?

Ini asli dari mengalirnya otak saya. Ini Cuma terdiri dari 3 Chapter saja ya. karena cerita K-Movie nya Cuma berdurasi 118 menit. jadi saya bikin sesuai cerita. ada chapter yang nyerempet (atau emang) ke rated M. tapi saya tetep mempertahanin cerita asli nya yang ngga mesyum mesyum amat. Ntahlah, ngeliat Sehun bawaan nya pengen ngetik yang mesyum mesyum meyuyu u_u

Cerita asli NoBreathing :

Sutradara: Jo Yong-Sun Penulis: Yoo Young-ah Produser: Lee Song Joon, Park Chang Hyun, Jung Dae Hoon Pemeran: Lee Jongsuk, Seo In-Guk, Kwon Yuri Studio: Yeonghwasa Studio Distributor: 9ers Entertainment Tanggal Rilis: 31 Oktober 2013 Negara: Korea Selatan Bahasa: Korea

Warning: Don't Copy-Paste Without Permission, Don't Bash Author-Pairing-or-Another-Cast. Story belongs to OHMYDEER.

Happy Reading

.

.

.

.

Korean Of Atletic School, siapa yang tidak kenal nama sekolah khusus atletik ini. KOAS adalah sekolah atletik yang terkenal di penjuru dunia per-atletik-an Korea. semua murid nya selalu mendapatkan medali emas dari tahun ke tahun apabila diadakan sebuah lomba besar-besaran. Murid nya yang mempunyai semangat juang adalah nilai plus untuk sekolah ini. semua murid di KOAS tidak pernah membuat sekolah malu, nah tapi ada yang berbeda disini. KOAS mempunyai satu anak murid yang sangat berprestasi dalam bidang persepakbolaan. Seorang anak murid yang selalu membanggakan nama sekolah, bahkan anak ini hampir masuk persepakbolaan Internasional apabila dia tidak melakukan sebuah kesalahan, sih.

"Pak, sungguh. Saya tidak sengaja mengenai kaca ruang guru"

Nama nya Luhan, si jagoan sepakbola dari KOAS. Si pemegang medali emas yang entah ada berapa banyak yang sudah anak itu dapatkan untuk sekolah. salah satu anak kesayangan semua pelatih olahraga disekolah Karena prestasi nya tidak main-main. Si 'Manly' yang menolak untuk masuk ke tim Internasional karena punya satu kenangan buruk tentang itu semua. Si anak emas yang merangkap sebagai anak nakal pembuat onar, contoh nya seperti yang satu ini.

"Lalu kau fikir siapa lagi yang ada disana selain kau? Jelas-jelas aku melihat sendiri bahwa kau yang sedang berdiri disana, tepat di dekat lapangan sepak bola", kali ini Guru Choi yang berbicara

Luhan mendengus, merasa tidak adil karena kesalahan yang satu ini bukan ulah nya, "Kalaupun saya yang menendang bola hingga mengenai kaca ruang guru, saya pasti akan meminta maaf seperti biasanya, Pak. Lagi pula ini benar-benar bukan salah saya", Luhan masih ngotot bahwa ini memang bukan kesalahan nya.

"Dalam test, Mungkin kau lah yang terbaik, latar belakang keluarga juga hanya rata-rata. Luhan, bersikaplah menjadi anak baik jika kau masih mau mendapatkan ijazah mu dari sekolah atlit ini"

"Tap—"

BRAKKK

Pintu ruang konseling terbuka lebar dengan orang yang terengah memasuki ruangan yang hanya diisi oleh Luhan dan Guru Choi.

"Hyung!", ucap Luhan setengah berteriak memanggil 'Hyung' yang kebetulan adalah pelatih tim sepak bola tetap Luhan. yap, sekolah ini mempunyai satu tim sepak bola Inti yang akan bermain jika ada pertandingan antar kota di Korea Selatan. Sisa nya yang tidak bisa masuk Tim Inti hanya akan bertanding melawan antar sekolah atletik lain nya, jika ada peningkatan permainan, maka anak yang tidak masuk Tim Inti akan bisa mempunyai kesempatan untuk masuk Tim Inti.

Kim Junmyeon—atau Suho, sang pelatih tersenyum bodoh kearah Guru Choi. Bayangkan saja, Suho berlari dari lapangan inti ke ruang konseling yang jarak nya sangat amat jauh. KOAS bukanlah sekolah yang kecil, asal kalian tahu saja.

"Halo, Ssaem", ucap Suho sambil membungkuk kearah guru Choi yang lebih tua beberapa tahun dari nya, "Apa lagi yang Luhan lakukan?"

Luhan baru saja hendak protes, namun guru Choi langsung memotong aksi protes nya.

"Seperti biasa, memecahkan jendela kaca ruang guru yang menghadap ke lapangan bola outdoor", balas guru Choi sambil melirik Luhan yang kepala nya sudah mengepul asap panas dan siap meledak kapan pun.

Suho membungkuk meminta maaf, "Maafkan Luhan, Ssaem. saya akan membicarakan ini lagi dengan Luhan, dan akan memberikan anak ini pembelajaran yang setimpal", Seho melirik Luhan denan tatapan tunggu-saja-apa-hukuman-yang-akan-aku-berikan-padamu-anak-nakal.

"Yah, tolong beritahu dia apa yang boleh ia lakukan dan apa yang tidak boleh ia lakukan", guru Choi memijat pelipis nya mendramatisir. Luhan berdecak dan bangkit dari duduk nya, keluar dari ruangan konseling meninggalkan Suho disana.

"Selalu saja aku yang disalahkan, memangnya anak yang bisa bermain bola hanya aku saja apa? dasar pak tua kepala botak, aku menyumpahi mu agar rambut mu benar benar habis! menyebalkan sekali!", gerutu Luhan sambil berjalan kesal kearah kelas nya kembali

"Lu!", teriakan dibelakang badan nya membuat nya mau tidak mau menoleh, tahu siapa yang akan berbicara, Luhan pun memandang orang yang beberapa centi lebih pendek dari nya dengan pandangan bosan.

"Apa?! bukan aku yang memecahkan nya Hyung! aku korban, aku sedang lewat situ dan kebetulan yang menendang bola langsung kabur sebelum guru Choi mengeluarkan kepala kearah lapangan dan menemukan ku!", ucap Luhan gusar

Suho menghela nafas, "Lu, Oke, aku mengerti. kau tidak pernah berbohong padaku kan? aku percaya pada mu Lu, tapi bisakah kau kontrol emosi mu?"

Luhan menarik nafas nya dan mengeluarkan dengan perlahan. ia melakukan nya sebanyak tiga kali. "Maaf Hyung, aku hanya kesal"

Suho menepuk pelan bahu Luhan, "Tapi tetap Lu, hukuman tetaplah hukuman. Walaupun kau anak emas sekolah ini. tapi kau harus disiplin", Luhan hendak melayangkan protes nya, "Nanti sehabis jam pelajaran selesai jangan lupa bilang ke Tim Inti sekolah bahwa hari ini ada latihan, dan aku akan memberikan hukuman mu, aku akan kembali ke lapangan sekarang, sampai jumpa", dan Suho pun berlari kearah lapangan indoor sebelum Luhan kembali protes.

Luhan menghentakkan kaki nya—kebiasaan nya jika dia benar benar sedang kesal. "Dasar Dujun kurang ajar"

Yap. Luhan tidak bohong jika bukan dia penyebab nya. jelas-jelas Luhan lihat sendiri kalau Dujun yang menendang bola kearah jendela kaca besar ruang guru. Luhan melanjutkan langkah kaki nya mengarah ke kelas nya yang terletak di lantai dua paling pojok sekolah.

.

.

.

.

Oh Sehun, sang legenda pesepak bola junior yang keluar dari tim Karena masalah kaki yang cedera 4 tahun yang lalu kini sedang mempersiapkan diri untuk kembali ke dunia atletik. Apakah Oh Sehun akan kembali bersinar lagi? atau dia akan dikalahkan oleh Xi Luhan—anak emas yang akhir akhir ini menjadi sang 'Superstar' di dunia persepakbolaan?

Sehun memandang datar sebuah surat kabar yang ada diatas meja nya, Luhan.. yah, Sehun tau nama itu. 'anak baru' di dunia persepakbolaan, Sehun bahkan sangat mengenalnya.

"Kau akan masuk ke Korean Of Atletic School mulai besok", ucap Kris sang manager pribadi yang Sehun punya. sekarang Sehun dan Kris tengah menikmati makan siang di sebuah café yang ada di dekat apartement mereka.

"Sekolah itu berkonsep asrama, jadi kau juga akan tinggal disana untuk beberapa saat, mungkin sampai nama baik mu kembali seperti dulu, setidaknya kau harus membuat dunia tahu bahwa kau telah kembali", lanjut Kris setelah meminum pesanan nya

Sehun mendengus tidak suka, dia benar-benar tidak suka dengan konsep asrama, itu membuat ruang gerak mu terasa terbatasi, "Aku tidak mau mempunyai Roommate"

Kris memandang Sehun, "Itu aturan sekolah. walaupun kau seorang legenda anak termuda yang sudah membawa nama baik Korea ke seluruh dunia karena permainan sepak bola mu yang menabjubkan, sebisa mungkin kau mengikuti aturan sekolah itu"

Sehun menghela nafas pasrah, "Omong-omong soal Luhan, dimana anak emas itu sekolah?", ucap nya dengan penekanan di kata 'anak emas'

Kris tersenyum miring, "Kalian satu sekolah", dan siang itu Sehun langsung meminta Kris untuk mempersiapkan barang barang nya yang akan dibawa di asrama baru nya nanti.

.

.

.

.

Luhan dengan malas mengangkat semua sampah di depan kamar masing-masing asrama. Sial. sungguh sial. hukuman dari Suho si pelatih mungil—dengan kata lain lebih pendek darinya—memang sangat menabjubkan. Huh, dia benar-benar mau menghukum Luhan. Bayangkan saja, Luhan di hukum harus mengangkat semua sampah di asrama anak sepak bola, basket dan voli, lalu membawa nya turun kebawah untuk di masukkan ke tempat sampah yang nanti nya akan diangkat oleh petugas sampah yang setiap hari kamis dan minggu tiba.

"Untung saja hanya asrama sepak bola, basket dan voli. Untung dia tidak menyuruhku mengangkat sampah asrama renang, taekwondo, lompat jauh, marathon dan lain-lain nya juga", gumam Luhan sambil membungkuk mengambil tempat sampah di depan kamar Taemin—anak asrama Basket.

Luhan berjalan dengan malas kearah bawah untuk meletakkan sampah-sampah yang kurang lebih ada lima kantong sampah yang ia tarik sekarang.

Luhan yang memang sekarang tengah berjalan sendiri di koridor sekolah—berhubungan sekarang sudah jam nya untuk semua anak asrama latihan di lapangan outdoor maupun indoor—yah, Luhan terpaksa tidak ikut latihan kali ini. Luhan tetap berjalan sambil dengan bersusah payah menarik kantong-kantong sampah yang bau di tangan nya itu sebelum…

"Permisi, aku mau tanya dimana kamar nomer 204 asrama sepak bola?"

Luhan berdiri tegak, memiringkan kepala nya heran, seperti mengenal suara ini. lalu ia membalikkan badan dan Ughh—benar dugaan nya.

"Sehun?"

Yang di panggil hanya menatap Luhan dengan wajah datar dan malas nya.

"Sedang apa kau disini?", tanya Luhan penasaran—serta gugup bersamaan, mengabaikan tumpukan sampah nya barusan.

Mengabaikan Luhan yang memandang nya begitu intens, Sehun pun menanyakan hal awal nya barusan, "Dimana kamar 204 asrama sepak bola?"

Luhan sedikit kesal karena pertanyaan nya di acuhkan begitu saja, "Lurus saja kesana, lalu masuk koridor sebelah kanan, diawali dengan kamar nomer 199 dan kau bisa mengikuti nya sampai ke kamar yang kau cari", tunjuk Luhan kesebuah jalan di belakang nya. jari-jarinya terlihat sedikit gemetar menahan kegugupan yang melanda nya sekarang.

Sehun mengangguk, tanpa mengucapkan terimakasih ia pun berlalu melewati Luhan.

Luhan menatap Sehun nanar, Oh Sehun—Luhan menggumamkan nama Sehun di hati nya.

Luhan mulai melanjutkan kegiatan ayo-kita-seret-kantong-sampah-ini-ke-tempat-sampah-bawah. Tapi.. dia seperti baru mengingat sesuatu. "Eh? 204 kan kamar ku?"

.

.

.

.

Kris berjalan mengamati seisi sekolah ini. sambil menunggu Sehun yang harus mengganti baju di kamar nya terlebih dahulu sebelum turun ke lapangan untuk mengikuti latihan pertama nya dengan anak sekolah KOAS ini.

Kris sekarang telah sampai di lapangan indoor sekolah. ia melihat bagaimana antusias nya anak sekolah ini selama latihan. pantas saja mereka selalu memenangkan medali emas di setiap lomba, saat latihan saja sudah semangat, apalagi saat turun ke lapangan pertandingan langsung.

"Oh? Suho Ssaem?", panggil Kris kearah seseorang yang tengah berdiri sambil menulis sesuatu di papan yang ia pegang sedari tadi. yang di panggil pun menoleh kearah si pemanggil.

Terlihat wajah nya yang sedikit kaget dan heran bersamaan, "Kris? apa benar?"

Kris tersenyum dan menghampiri Suho. "Benar sekali. apa kabar Ssaem?"

"Sangat baik. bagaimana dengan mu? dan, kenapa kau bisa ada si sini?"

"Aku juga baik, dan aku kemari karena mau mengantarkan anak didik baru untuk mu", Kris terkekeh

Suho memicing, "Apakah Oh Sehun akan masuk kemari dan langsung dimasukkan di Tim Inti?"

Kris tersenyum sambil mengangguk.

"Sudah ku tebak, kepala sekolah ini memang sangat mengidolakan Oh Sehun hahaha", lanjut Suho, "Ahh.. aku benar benar merindukan permainan nya, tidak ku sangka, setelah bertahun tahun dia memilih ikut Tim Internasional dan mengalami Kecelakaan lapangan, aku akan menjadi pelatih nya lagi"

"Ssaem, aku benar-benar percaya dengan didikan mu. semoga Sehun bisa membanggakan mu lagi dan ku harap kau bisa lebih sabar menghadapi Sehun yang sekarang semakin lama semakin dingin seperti es di kutub", canda Kris pada Suho

Suho mengangguk, "Tentu. Tapi aku tidak akan terlalu memaksa nya, dia baru saja mengalami masa sulit nya jadi kita lakukan secara bertahap, oke?", Kris pun tersenyum.

"Pelatihhhhh!", teriakan dari arah belakang Suho dan Kris membuat kedua laki-laki tampan itu menoleh bersamaan kearah si pemanggil. Oh, si Rusa nakal itu ternyata.

Luhan sedikit merunduk memegangi lutut nya akibat berlari dan dia sedikit menarik nafas selagi merunduk. Lalu setelahnya dia mengangkat kepala dan menunjukkan kedua jempol nya,

"Sip! Tugas ku selesai, Ssaem!", ujar nya semangat, yap, kalau di luar lapangan Luhan boleh memanggil Suho dengan sebutah Hyung, namun jika sudah di lapangan Luhan akan professional dan memanggil Suho dengan sebutan pelatih atau Ssaem. dia belum sadar kalau Suho sedang bersama seseorang. Orang itu terus memperhatikan Luhan dengan senyuman.

"Bukan tugas, tapi hukuman, Lu", ralat Suho

Luhan berpout imut, "Mari kita ucapkan dengan lebih lembut, oke?"

Suho tersenyum dan mengusak surai madu Luhan, "Jangan melakukan kesalahan lagi, oke? aku sudah lelah memberikan mu Hukuman terus"

Luhan mengangguk dan baru sadar kalau dia terus di perhatikan oleh..

"Manager Wu?", tanya Luhan sambil menunjuk kearah Kris

Kris tersenyum, "Kau baru menyadari keberadaan ku eoh?"

Luhan menggaruk tengkuknya, "Maafkan aku, aku baru sadar hehe"

"Bagaimana kabar mu, wah kau semakin cantik saja", ujar Kris

Luhan memasang wajah kesal yang terkesan imut itu, "Aku manly Manager, dan aku baik-baik saja"

"Panggil saja aku Kris, dan oh, apakah kau sudah bertemu Sehun?"

"Iya, dan dia semakin Dingin"

"Mungkin dia masih teringat masa lalu. kau harus memahami nya"

"Kau benar Hyung", Ucap Luhan sambil menatap nanar wajah Kris, "Padahal itu sudah berlalu beberapa tahun", gumam Luhan kemudian.

Kris mengusap surai Luhan dengan lembut, "Baiklah, kita lupakan obrolan ini"

Suho tersenyum, "Kita harus berjalan ke depan, oke? masa lalu hanya untuk pelajaran saja, dan Lu, sekarang kau harus menemani Tim mu latihan disana"

"Apakah Luhan Kapten Tim ini?", tanya Kris kemudian

"Sayang nya iya, dan kuharap Sehun tidak marah untuk ini", ucap Luhan sambil sedikit membayangkan Sehun yang akan mendiami nya terus

Suho tersenyum seakan bisa melihat apa yang Luhan bayangkan, "Ayo Lu. Kris, aku dan Luhan akan latihan lagi, oke?"

Kris mengangguk kearah Suho. Suho pun berjalan mendahului Luhan. sebelum pergi meninggalkan Kris, Luhan ingin menanyakan satu hal lagi.

"Kris Hyung. apakah kamar Sehun benar di kamar 204?", Kris mengangguk saat mengingat nya, "Oh astaga"

Kris menggernyit, "Kenapa?"

"Itu kamar ku", Luhan menjawab dengan ragu dan langsung berlari kearah dimana Suho dan yang lain nya sedang melakukan sit-up.

Kris tersenyum sambil menggeleng, "Dunia memang sempit"

.

.

.

.

Latihan sudah selesai sejak sepuluh menit yang lalu. sekarang Luhan dan beberapa teman satu Tim nya sedang duduk disisi lapangan indoor ini. kenapa tidak langsung pulang ke asrama? Yap, Suho bilang dia akan memberitahukan sebuah pengumuman penting mengenai 'masa depan' Tim mereka. jadi, mau tidak mau, mereka harus menunggu sang pelatih datang kembali ke lapangan.

"Ku dengar akan ada anggota baru tim kita yang akan menggantikan Minhwan menjadi Penyerang", ujar Yoseob setelah meminum air mineral nya dan menatap semua anggota lain.

Luhan mengangguk, "Memang iya"

"Kau sudah tahu orang nya? siapa, siapa?", Gikwang mulai dengan pertanyaan nya

"Tentu saja aku tahu, dia satu kamar dengan ku", balas Luhan sambil menikmati pijitan dari Dujun—yah, ini Hukuman dari Luhan untuk Dujun yang membuatnya harus membereskan banyak sampah—Luhan mengedarkan pandangan nya ke seluruh sisi lapangan, "Oh? Itu Pelatih", ujar nya membuat teman teman nya menoleh kearah tunjuk Luhan.

Semua berdiri dan berbaris dengan rapih. disana Suho sudah berjalan bersama dengan Sehun dan Kris yang berjalan di belakang Sehun. Luhan menatap Sehun tanpa ekspresi, dia juga bingung mau bagaimana mengekspresikan nya. apakah harus senang? senang karena Sehun si pemain bola terkenal masuk ke Tim nya. sedih? Kenapa juga harus sedih?, apakah dia harus berlagak sok dingin? Tapi Untuk apa? jadi lebih baik Luhan memutuskan untuk tidak menggunakan ekspresi apa-apa.

"Perhatian semua nya", Suho memulai setelah berdiri di depan 10 pemain. "Aku akan memperkenalkan anggota baru Tim Inti sekolah kita, kalian pasti sudah sangat mengenal nya. dia adalah Oh Sehun, Sehun, ayo perkenalkan diri mu", Suruh Suho

Sehun sedikit membungkuk dan tidak mengatakan apa-apa.

"Sudah?", Suho sedikit heran, benar kata Kris, anak ini semakin dingin saja. Sehun mengangguk.

"Baiklah, begini. Kalian tahu sendiri kalau Minhwan mengundurkan diri dari kegiatan persepakbolaan setelah dirinya tahu kalau ia memiliki penyakit asma keturunan. Jadi, hari ini kita akan merekrut Oh Sehun untuk menggantikan Minhwan menjadi Penyerang, apakah ada yang keberatan?"

Semua diam, Sehun memperhatikan satu persatu anggota yang akan menjadi partner baru nya, dan sialnya ada Luhan juga yang tengah berdiri sambil menatap datar dirinya. Sehun lah orang pertama yang mengalihkan pandangan mereka yang sempat bertemu.

"Baiklah, kalau begitu kita bisa mulai latihan dengan Sehun esok hari, barisan di buba—"

"Pelatih", potong Sehun, Suho memandang Sehun penasaran, "Boleh aku tahu siapa Kapten Tim nya?"

Suho mengangguk, "Kapten Tim silahkan maju"

Luhan menggerutu dalam hati, sial, Suho benar-benar mengerjainya, sudah tau dia tidak ingin Sehun tau kalau dia adalah Kapten tim nya, Suho malah mengiyakan!

Luhan maju berdiri lebih depan ketimbang anggota lain. Sehun memandangnya dari atas ke bawah.

"Dia Luhan, kau sangat mengenalnya bukan?", tanya Suho kearah Sehun, Kris yang ada di dekat mereka hanya tersenyum melihat Luhan yang sedang menutupi kegugupan nya

"Baiklah, barisan di bubarkan. Selamat beristirahat", barisan pun bubar, semua memilih kembali ke asrama masing masing untuk membersihkan diri mereka seusai latihan. kecuali tiga orang yang masih bertahan di lapangan.

Sehun, Luhan dan Kris.

"Sudah ku duga", ucap Sehun lalu meninggalkan Luhan dan Kris di belakang.

"Aku tidak akan tahan dengan nya yang dingin. Apakah aku benar benar akan sekamar dengan nya?", gumam Luhan

Kris menepuk bahu Luhan pelan, "Kau pasti bisa mencairkan hatinya, semangat!", dan Kris pun berlalu. Luhan masih berdiri ditempat sambil menghela nafas pasrah.

.

.

.

.

"Kau serius Lu? kau sekamar dengan Sehun?", teriak Chanyeol—si Kapten tim Basket sekolah—, Luhan sekarang tengah bermain ke asrama samping.

"Tidak disangka, apa dia masih mengenal kita tidak ya?", kali ini Baekhyun—sang anak asrama Hapkido yang berbicara

Luhan melahap kimbap nya dengan rakus, "Mungkin iya, aku tidak tahu"

"Kau sudah lepas kangen dengan nya belum?", goda Chanyeol

Luhan menggernyit, "Apa maksud mu dengan lepas kangen? Bahkan melihat ku pun dia sangat enggan"

Baekhyun menerawang, "Apa dia masih kesal dengan kejadian beberapa tahun lalu? diakan sangat kesal saat kau selalu mengalahkan nya di setiap pertandingan, bahkan saat umur 14, kau sudah mencetak gol sebanyak 15 kali saat pertandingan Nasional selama setahun untuk anak seusia mu, sedangkan Sehun yang waktu itu masih 13, baru berhasil mencetak 6 gol"

Bukan, sepertinya bukan itu alaasan Sehun menjauhi ku—geram Luhan dalam hati, "Aku tidak tahu, aku benar benar tidak tahu harus bereaksi apa terhadap Sehun", Luhan pasrah kembali

Chanyeol beranjak dari duduk nya menghampiri belakang lemari, lalu kembali dengan sebuah kotak tidak asing ditangan nya, "Daripada stress, lebih baik kita minum saja"

"Soju? Kau menyembunyikan soju di kamar mu? gila, kau bisa di keluarkan jika ketahuan sekolah!", Luhan memasang wajah kaget, Baekhyun yang memang sering main ke kamar Chanyeol pun tersenyum melihat tingkah Luhan

"Makanya, kita jangan sampai ketahuan. Ayo minum, lagi pula kandungan alkohol nya tidak terlalu tinggi", Baekhyun membuka kotak yang dibawa Chanyeol tadi

"Kenapa kau santai santai saja?", tanya Luhan pada Baekhyun

Baekhyun terkekeh, "Sebenarnya ini punya ku, aku tidak menyimpan nya dikamar karena Minwoo sangat takut kalau ketahuan, karena Chanyeol tidak mempunyai Roommate, makanya aku titip disini"

Luhan menggeleng tidak mengerti pikiran bandel kedua sahabat nya, namun itu ide bagus, terkadang, alkohol memang sangat di butuhkan di saat tertentu. Walaupun nyata nya, sebagai atlit mereka dilarang untuk menyentuh minuman beralkohol itu.

.

.

.

.

Sehun sekarang tengah duduk di kasur nya sediri sambil melihat sebuah video permainan bola yang sangat hebat dari idola nya. Xi Ziang-Han. Sang pemain sepak bola terkenal dari Cina. Dia sangat ingin bisa bermain seperti sang idola, memiliki banyak penghargaan seperti sang idola. dia sudah bertemu dengan sang idola yang kebetulan memang teman dari sahabat nya. namun beberapa bulan setelah sang idola melakukan pertandingan yang sangat tidak di sangka, sang idola memutuskan untuk bunuh diri dan pergi dengan banyak nya komentar buruk yang di tinggalkan.

Sehun sangat sedih karena idola nya memilih mengakhiri hidup nya dengan bunuh diri, dia juga tidak tega dengan keadaan sahabat nya yang sangat menjadi pendiam saat kejadian itu. tapi Sehun mengusahakan dirinya agar tetap tidak perduli dengan sahabat nya.

Sehun mempunyai beberapa masalah dengan sahabat nya—

Brukkk

Suara pintu terbuka membuat Sehun terlonjak kaget. Siapa juga yang tidak kaget kalau saat kau sedang melamun tiba-tiba ada suara gebrakan pintu terbuka.

Sehun berdiri mendekati pintu, astaga, ternyata benar apa kata Kris. dia memang sekamar dengan Luhan, buktinya Luhan tahu apa password yang di khusus kan untuk kamar ini. fyi, KOAS memiliki masing-masing password untuk setiap kamar.

Sehun merunduk mendekati Luhan yang tengah berbaring di depan pintu,

"Ugh—bau alkohol", Sehun langsung mengangkat Luhan dan menutup pintu, setelahnya, ia menidurkan Luhan di ranjang Luhan sendiri, ranjang yang berhadapan dengan milik Sehun. Sehun langsung membanting Luhan ke ranjang nya—Sehun tidak benar benar membanting, lagipula dia masih punya rasa perikemanusiaan untuk tidak menyakiti orang yang tengah mabuk.

Baru saja Sehun hendak melepaskan rangkulan nya di bahu Luhan—karena Sehun terpaksa harus memapah Luhan barusan—Tapi tidak jadi, karena Luhan malah menarik nya kembali. Sehun dengan bertumpu pada siku nya dikarenakan Luhan yang memeluk lehernya sekarang hendak marah dan ingin membuat Luhan segera sadar dan mengomeli nya. namun itu semua tidak Sehun lakukan disaat kedua mata sayu Luhan terbuka.

"Hunie", ucap Luhan parau

Suara itu. Sehun berdehem. Sehun sedikit menjauhkan wajah mereka yang memang sangat dekat, Luhan sangat bau alkohol dan Sehun tidak menyukai nya. perlahan tapi pasti, Sehun melepaskan pelukan Luhan di lehernya, setelah lepas, Sehun langsung berdiri dari posisi setengah duduk nya barusan.

Sehun menghela nafas, "Padahal kau bukan orang yang kuat dengan hal semacam alkohol, Lu", Lalu ia beranjak ke ranjang nya untuk mengistirahatkan diri.

.

.

.

.

Hari ini, seperti biasa. Sebelum melaksanakan pelajaran biasa, semua anak dari asrama sepakbola, basket dan hapkido selalu melaksanakan lari pagi bersama mengelilingi lapangan lebar yang berada di belakang sekolah. karena sekolah ini memang di khususkan untuk atletik, mereka mempunyai sekolah yang luas dan juga lapangan yang sangat banyak, indoor dan outdoor. Tepat pukul lima lewat dua puluh tujuh menit mereka menyelesaikan acara 'lari pagi' mereka. lebih baik di bilang 'lari pagi di waktu dini hari', mereka memang melakukan lari pagi bersama sejak pukul setengah lima dini hari.

Sementara anak basket dan hapkido kembali ke asrama masing masing untuk membersihkan diri, Chanyeol dan Baekhyun malah memilih menemani Luhan yang masih harus dibariskan oleh pelatih Suho.

"Sebenarnya apa yang akan Suho Hyung katakan?", tanya Baekhyun berbisik kearah Chanyeol dan Luhan

Luhan menggerakkan bahu keatas—tanda tidak tahu, "Tunggu sebentar ya, aku akan masuk barisan"

Chanyeol dan Baekhyun pun mengiyakan, mereka duduk di rumput dekat dengan barisan anak sepak bola. Tepat nya dekat dengan Luhan.

"Apa kalian tahu kenapa aku membariskan kalian setelah latihan selesai?", ucap Suho dengan tegas, terlihat sedang menahan marah, dia sesekali menggerang dan mengumpat. Semua saling tatap, mereka juga tidak tahu kenapa mereka di bariskan. Terdengar suara helaan nafas Suho, mungkin Suho sedang merilekskan dirinya sesaat.

"Ku dengar dari seorang anak, semalam ada anak dari asrama sepak bola yang mabuk", semua tersentak, termasuk tiga orang yang wajah nya sudah mulai panik, kecuali satu orang yang masih memasang wajah datar nya, "Kabar itu langsung menyebar ke seluruh asrama, dan kalian tahu sendiri, asrama sepakbola lah yang paling mempunyai catatan buruk tentang sikap dan prilaku, pasti kalian tahu siapa anak itu", semua—termasuk Suho—langsung menatap kearah Luhan. Luhan yang di perhatikan seperti itu tentu saja merasa tersinggung. Suho langsung kembali menatap semua anak didik nya.

"Jadi, kita selesaikan ini secara cepat, untuk anak yang merasa kalau semalam ia bermabuk-mabukan, cepatlah menghadap dan berdiri di hadapan ku", ucapnya lantang.

Luhan menundukkan kepala nya—menatap Chanyeol dan Baekhyun yang duduk di dekat nya yang berdiri—Chanyeol dan Baekhyun sudah menggeleng kecil, menandakan untuk Luhan tidak usah mengaku. Mereka tahu Luhan, Luhan adalah orang yang sangat amat baik polos dan juga bertanggung jawab. Sudah bisa mereka pastikan kalau Luhan akan—

"Sudah ku duga", ucap Suho sambil memijat pelipis nya.

—Kalau Luhan akan maju kedepan dan mengakui nya. Chanyeol dan Baekhyun menatap panik sahabat manly mereka.

Luhan berdiri di depan Suho dengan kepala tertunduk. "Maaf, Ssaem"

Suho memandang Luhan tajam, "Kau selalu seperti ini. baiklah, karena dari awal ku bilang ini akan berakhir dengan cepat. hukuman nya adalah, setelah jam latihan sehabis pulang sekolah nanti, kalian harus mengelilingi lapangan ini sebanyak 5 kali untuk satu orang, mudah bukan?"

Jeongmin yang berdiri paling pinggir mengajukan keluhan nya, "Ssaem, ini kan salah nya saja, kami tidak ikut campur, kenapa kami juga kena hukuman?!"

Kwangmin mengiyakan, "Bayangkan saja, pulang sekolah langsung latihan lalu harus berlari mengelilingi lapangan selebar hampir se-stadium sepak bola ini sebanyak lima kali, kaki kami bisa sakit keesokan nya!", keluh nya.

Suho memandang mereka dengan wajah malas nya, "Ini hukuman dan kalian harus menjalankan nya!", baru saja Suho hendak pergi, Luhan pun memanggil nya.

"Ssaem, benar kata Jeongmin, aku saja yang akan melakukan nya karena ini salah ku", Chanyeol dan Baekhyun menganga di tempat

Suho menimbang nimbang, dan yeah, hukuman ini mungkin akan membuat Luhan jera dengan sikap nya yang suka-suka itu.

"Baiklah. Keseluruhan satu tim sepakbola ada sebelas orang, jadi kau hanya perlu berlari sebanyak lima puluh lima kali putaran di lapangan ini setelah selesai latihan hari ini", ucap final Suho. Luhan menatap Suho dan mengiyakan saja, setelah nya, barisan di bubar kan.

"Lu, kau yakin?", tanya Chanyeol memastikan tindakan konyol Luhan, benar kata Kwangmin, kaki nya bisa sakit jika harus berlari mengelilingi lapangan besar ini, dan kalian pasti tau kalau kekuatan utama seorang pemain sepak bola adalah kaki nya.

Luhan tersenyum ragu, "Hmm, yeah—mau bagaimana lagi? sudah kejadian 'kan?"

"Kau rusa gila yang baru ku temui", ledek Baekhyun dan mereka pun tertawa bersama.

Tanpa sadar kalau mereka sedari tadi sedang di perhatikan oleh seseorang, "Kalian masih sama"

.

.

.

.

Luhan sudah mulai dengan hukuman nya sejak sepuluh menit berlalu, dan dia baru mendapatkan dua kali putaran lapangan. Suho sedang duduk di salah satu bangku yang ada di pinggir lapangan memperhatikan Luhan yang masih belum terlalu lelah. chanyeol dan Baekhyun berdiri di sisi lapangan yang sesekali akan Luhan lewati setelah nya, mereka berdua menyoraki Luhan—berniat seperti cheerleaders yang sedang menyemangati idola nya. anak anak lain sudah kembali ke asrama masing masing setelah latihan hari ini selesai. Luhan berlari dengan santai, tidak terlalu menggunakan kekuatan—karena dia yakin, jika dia menggunakan kekuatan nya, dia akan cepat lelah setelah nya.

Putaran ke dua puluh lima bisa Luhan dapatkan ketika sudah satu jam lebih berputar, sesekali Luhan akan berhenti dan menarik nafas, lalu melanjutkan nya kembali dengan nafas tersendat. Chanyeol yang baru saja kembali dari kantin langsung mengejar Luhan yang lari nya sudah tersendat,

"Lu, minumlah", ucap Chanyeol tanpa berhenti berlari, Luhan pun meminum air mineral dari Chanyeol tanpa berhenti pula, dan dia melanjutkan nya secara cepat.

Gerimis mulai turun satu per satu. Cuaca sangat tidak menentu akhir akhir ini. Luhan meruntuk dalam hati,Tenang Lu, lima belas putaran lagi—gumamnya menyemangati diri sendiri.

Baekhyun masih setia menyemangati Luhan di sisi lapangan.

Hujan langsung deras di putaran ke lima puluh Luhan, sudah hampir tiga jam lebih Luhan berputar, menarik nafas, berlari lagi, tarik lagi, bernafas lagi. huh—kalau terus menerus seperti ini, Luhan yakin kalau nafas nya akan habis dan ia tak bisa bernafas kemudian.

Suho sudah berdiri di sisi lebih dekat dengan lapangan setelah sadar kalau Luhan tidak akan kuat lagi, sebandel-bandel nya seorang anak bernama Luhan, Luhan bukan lah anak yang cukup kuat. Dia itu lebih terkesan sok kuat sebenarnya.

"Lu, berhentilah", teriak Suho saat Luhan berlari melewati nya.

Luhan mengangkat tangan kanan nya, menunjukkan jari nya yang hanya tiga jari terangkat. Suho mengartikan bahwa Luhan seperti berkata: tinggal tiga lagi, hyung

Selesai. Luhan langsung terjatuh tiduran didepan kaki Suho. Di bawah guyuran hujan. Suho langsung mempayungi Luhan yang sedang mengambil udara dengan rakus. Chanyeol dan Baekhyun berlari menghampiri Luhan.

Suho ternganga, hebat, Luhan menyelesaikan hukuman nya.

"Ap—Tin—Up—?", Luhan terengah

Suho menggerenyit, "Dia bilang apa?", tanya nya pada Baekhyun. Baekhyun mendekatkan diri kearah wajah Luhan. menempatkan telinga nya didepan bibir Luhan yang sedang bergumam. Baekhyun mendongak kearah Suho.

"Dia bilang: Apa kantin sudah tutup?", ucapnya polos

Suho semakin menganga, masih saja anak ini memikirkan makanan disaat nafas nya sudah mulai hilang. "Bawa dia kembali ke kamar nya, bersihkan tubuh nya yang basah kuyub, aku akan memesankan makanan hangat untuk nya"

Chanyeol dan Baekhyun pun mengikuti perintah Suho.

.

.

.

.

Tok tok tok

Sehun membuka pintu kamar nya setelah mendengar suara ketukan yang terkesan buru-buru itu. setelah membukanya, ia sedikit tersentak, namun Sehun masih bisa mengendalikan ekspresi terkejutnya.

Dia melihat Luhan yang sudah di gendong di belakang oleh Chanyeol, dan juga Baekhyun yang membawa payung yang sudah di tutup itu.

"Jangan hanya berdiri dengan wajah datar itu, Luhan harus dihangatkan!", ucap Chanyeol setengah kesal karena Sehun bukan nya menyuruh mereka masuk malah menatap mereka dengan wajah datar nya.

Baekhyun mengambil langkah duluan untuk masuk ke kamar Sehun dan Luhan, Chanyeol pun melakukan hal yang sama. Baekhyun langsung menyalakan penghangat ruangan menjadi semakin hangat. Chanyeol meletakkan Luhan diatas ranjang nya.

"Kau ganti baju nya, aku akan buat kan minuman hangat terlebih dahulu", perintah Chanyeol dan Baekhyun mengiyakan

Baekhyun memulai dengan melepas pakaian Luhan dengan handuk, menyelimutinya dan mencari pakaian yang mudah digunakan. Dengan serampangan, karena menemukan sebuah kemeja panjang putih yang tergantung di dekat lemari, Baekhyun mengambilnya dan memakaikan nya ke Luhan, dan Baekhyun memakaikan celana yang juga masih tergantung di dekat baju kemeja barusan. Baekhyun tidak ragu untuk mengganti pakaian Luhan, Toh, mereka juga sering mandi bersama.

"Yah, pakaian nya kebesaran", keluh Baekhyun, "Biarsaja lah, nanti saat ia tidur akan aku selimuti yang banyak agar tidak kedinginan"

Sehun yang memang Baekhyun larang untuk masuk kedekat ranjang akhirnya masuk setelah Baekhyun mengizinkan nya.

"Hai Hyung", sapa Sehun duluan

Baekhyun menoleh dan tersenyum, "Hai, Hunie"

Chanyeol dan Suho datang bersamaan dengan membawa makanan dan minuman hangat nya.

"Karena disini sudah ada Roommate nya, kita bisa meninggalkan mereka, Sehun, kau bantu kami menjaga Luhan ya", ucap Suho

Sehun mengangguk, Suho menyuruh Chanyeol dan Baekhyun untuk kembali ke asrama mereka.

"Jaga dia seperti saat ia demam dulu", ucap Chanyeol, terdengar seperti sedang menggoda Sehun.

"Yeol, jangan menggoda nya!", ucap Baekhyun diiringi dengan senyuman kearah Sehun.

.

.

.

.

Sehun menggerakkan tubuh Luhan yang sudah terlihat seperti sebuah kepompong, Baekhyun benar dengan perkataan nya, dia membungkus Luhan dengan hangat.

"Engghh", lengguh Luhan saat ia merasakan tidur nya terusik

"Bangunlah, Kau belum makan sejak siang", ucap Sehun—datar.

Luhan menduduki dirinya di ranjang, sontak Sehun heran dengan pakaian yang di kenakan Luhan, dan Sehun menggeleng pasrah, Baekhyun malah memakaikan pakaian nya ke tubuh Luhan. Sehun meletakkan bubur hangat dan juga susu coklat hangat diatas meja kecil yang ada di depan Luhan. baru saja hendak kembali ke ranjang nya, Luhan memanggil Sehun.

"Suapi aku", rengek nya

Sehun memandang Luhan malas, "Kau bisa sendiri"

"Setidaknya kau bertanggungjawab. Kau yang mengadukan ku ke Suho Ssaem. aku sangat lelah dan lemas sekali. tangan ku gemetar, aku susah mengambil makanan ku"

Mau tidak mau, Sehun duduk di depan Luhan, berhadapan di atas ranjang dengan meja kecil makanan yang menjadi pemisah mereka. karena memang iya, Sehun yang melaporkan Luhan. hukuman memang di peruntukkan untuk anak yang suka melanggar peraturan.

Mereka mulai dengan acara suap menyuapi nya. sesekali Luhan akan bercerita tentang kegiatan nya. Luhan terlihat lebih baik dari saat awal Chanyeol dan Baekhyun membawa nya—dengan keadaan basah kuyub dan tertidur di gendongan Chanyeol.

Sehun tidak menampilkan ekspresi apapun. Hanya tinggal beberapa suapan lagi setelah itu Sehun akan kembali ke ranjang dan tertidur.

Luhan menghentikan kegiatan suap menyuapi itu, "Hunie"

"Jangan panggil aku begitu", ucap Sehun tanpa mau memandang Luhan dan malah memandang susu coklat Luhan

Luhan masih memandang Sehun, dia tersenyum, "Dulu kita sahabat—"

Sehun beranjak dari duduk nya di ranjang Luhan, berniat pergi meninggalkan Luhan sebelum Luhan memeluk pinggang nya dari samping, Sehun membatu di tempat, kaki nya sangat sulit untuk di geser bahkan untuk seinchi. Sehun menarik nafas dalam dan menghembuskan nya pelan.

"—Maaf"

Satu kata yang sukses membuat Sehun bergetar.

.

.

.

.

.

.

.

.

FLASHBACK BEBERAPA TAHUN SEBELUM NYA

"Ini eskrim mu Hyung", seorang anak berumur sepuluh tahun memberikan satu cup eskrim pada anak yang lebih tua setahun darinya.

"Terimakasih Hunie", ucap anak yang berumur sebelas tahun itu dengan riang.

"Sama sama Lulu Hyung", mereka kemudian duduk di bangku lapangan kecil di dekat kompleks perumahan mereka.

"Kau mau melanjutkan kemana setelah ini Hyung? bukankah sebentar lagi kau mau lulus?", tanya Hunie—atau Sehun pada Lulu—Luhan.

"Aku akan melanjutkan sekolah menengah pertamaku di China, Hunie"

"China? tidakkah terlalu jauh?"

"Aku akan kembali jika sudah menginjak umur lima belas ku"

Sehun sedikit cemberut, kakak kelas sekaligus orang yang paling dekat dengan nya ini—sekaligus orang yang sangat ia cintai—akan pergi sebentar lagi, meninggalkan nya sendirian di korea.

"Jangan sedih, aku akan kembali sebagai pesepakbola terkenal nantinya", lanjut Luhan sambil tersenyum riang, lalu memakan kembali eskrim di sendok es nya

Sehun menatap Luhan, "Kau benar-benar akan sekolah di sekolah sepakbola di China yang aku tunjukkan pada mu?"

"Tentu saja! dan setelah ini aku akan menjadi seorang idola, seperti ayah ku"

Sehun yang masih polos pun menatap senang wajah orang di samping nya, "Wah, hebat, semoga kau sukses Hyung. kau harus menghubungi ku terus ya", dan Luhan mengangguk, "Dan setelah nya, kau harus menjadi kekasih ku!", lanjut Sehun riang

Luhan terkekeh, mengusak rambut lembut Sehun yang bergerak di telapak tangan nya. "Kau ini masih kecil, masih sepuluh tahun, sudah memikirkan berpacaran saja"

"Hehe, tidak apa, asalkan itu dengan mu"

Sehun menaikkan jari kelingkingnya di hadapan Luhan, "Berjanji ya, kau tidak akan melupakan ku dan akan menjadi kekasihku jika kau kembali ke korea"

Luhan terkekeh dan mengaitkan jari mereka, "Iya, Hyung janji"

"Heyy kalian bermain adu kelingking tanpa kami", ucap heboh seorang anak dengan telinga peri nya—Chanyeol,

"Waaah, Baekkie juga ikutan", satu anak lagi dengan wajah bulat nya, mereka tertawa bersama. "Kyungcoo ayo main adu kelingking sama Thehun, Lulu, Yeolie dan Baekkie", teriak Baekhyun kearah anak bermata bulat, anak bermata bulat itu langsung menghampiri empat anak lain nya dan mulai 'adu kelingking' seperti apa yang Chanyeol katakan awalnya.

Namun, perjanjian kelingking ala anak kecil itu pun tidak bisa benar-benar mereka jalani. Luhan yang setelah lulus dari sekolah biasanya langsung pergi ke China setelah menerima hasil kelulusan nya. tanpa berpamitan pada Sehun dikarenakan Sehun yang saat itu sedang sibuk dengan urusan sekolah nya. Sehun menangis dengan sedih nya di hadapan sang ibu setelah tahu kalau Luhan sudah berangkat ke China sejak siang tadi.

Mereka masih berhubungan lewat telfon, namun di minggu ke tiga, Sehun harus menelan kekecewaan karena pesan dari Luhan: 'Aku tidak berjanji akan bisa menghubungi mu lagi, aku masuk menjadi tim inti sekolah, aku akan sibuk karena aku memang masuk ke sekolah atletik yang artinya aku akan selalu latihan dan sangat jarang memegang ponsel, ku harap kau maklum, Sehunie'

Dan benar saja, setahun telah berlalu, bahkan di hari kelulusan Sehun, ia sama sekali tidak mendapatkan pesan yang mengucapkan selamat untuk nya dari Luhan.

Sehun memilih masuk ke dunia persepakbolaan saat ia lulus dan disuruh memilih sekolah mana yang akan ia pilih untuk melanjutkan sekolah nya.

Ibu dan ayah nya menyetujui.

Sehun juga akhirnya masuk ke tim inti saat itu. Sehun menjadi anak yang di banggakan diumur nya yang menginjak tiga belas tahun dengan banyak nya medali yang ia dapatkan. Tanpa disangka, di sebuah pertandingan, ia bertemu dengan Luhan.

Luhan menjadi salah satu perwakilan asal China yang dipilih oleh sebuah club sepak bola korea. dan saat itu Sehun mencoba mencurahkan semua rasa rindunya pada Luhan, namun Luhan bereaksi lain.

"Hyung, Luhan Hyung!", Sehun berdiri tepat dihadapan Luhan yang sekarang malah lebih pendek beberapa senti dari nya.

"Ya?", ucap Luhan bingung

Sehun diam di tempat, "Hyung—ini aku Hyung!"

"Siapa?—"

"Luhan! bersiaplah, pertandingan sebentar lagi di mulai"

"Baik Suho Hyung!", Luhan memandang seseorang dihadapan nya ini, "Aku kebelakang dulu, oke"

Dan Sehun hanya mampu menelah pahit kekecewaan nya saat mengetahui bahwa Luhan sudah melupakan nya. Sehun tersenyum miris, tanpa sadar ia mendekati dinding dan menyandarkan bahu sebelah kanan nya disana. menangkis apapun yang akan keluar lewat mata nya.

Pertandingan dilakukan dengan sangat menegangkan, Sehun akan selalu merebut bola itu ketika Luhan yang membawa nya menuju gawang tim Sehun. Luhan langsung merebut nya setelah itu, dan Sehun yakin kalau Luhan memang benar benar melupakan nya. hanya karena Luhan yang sibuk dan mereka yang tidak berkomunikasi hampir tiga tahun lama nya. lagi lagi senyum miris itu terukir di bibir tipis Sehun.

Pertandingan dimenangkan oleh tim lawan. Luhan menang, Sehun tersenyum saat Luhan dan tim nya bersorak penuh kemenangan. Yang Sehun bisa lakukan hanyalah diam dan akan meratapi semua nya. meratapi rasa sia-sia nya selama ini. menunggu yang tak pasti.

Disisi lain, Luhan yang telah memenangkan pertandingan itu akhirnya akan kembali pulang ke China untuk mengurus semua ke pindahan nya setelah lulus di satu tahun selanjutnya. Luhan yang berumur empat belas tahun kala itu sudah di pilih oleh sebuah sekolah terkenal khusus atletik di korea untuk melanjutkan sekolah selanjutnya dengan pembelajaran yang lebih memadai.

"Kau mengenal Sehun?", tanya Suho—pelatih nya sejak masuk ke sekolah di China, mereka tengah berada di pesawat menuju China sekarang.

Luhan menggernyit, Sehun yang dia kenal hanya satu. Teman saat kecil nya yang saat ini sedang Luhan rindukan. Bukan saat ini saja, bahkan tiap saat. Bodohnya saat itu Luhan tidak sengaja menghilangkan ponsel nya, dan Luhan sama sekali tidak hafal semua nomer telfon teman teman nya di korea. akhirnya Luhan pasrah dan menunggu hingga waktunya tiba untuk kembali ke korea.

Saat tadi ia kembali ke korea ia sangat berharap bisa bertemu dengan Sehun, si anak yang lebih mungil darinya, si pipi gembul dan mata sipit yang hampir menghilang itu. namun pahit, ia hanya beberapa jam berada di korea. itu pun hanya untuk melakukan pertandingan.

"Sehun mana?", tanya Luhan ambigu

Suho terkekeh, "Makanya, sesekali bacalah majalah atau tontonlah televisi"

Luhan berpout kesal, "Aku tidak sempat, aku kan latihan terus"

"Sehun itu yang mengobrol dengan mu sebelum pertandingan, mengobrol di koridor menuju ruang ganti pakaian pemain kita, sebelum aku memanggil mu itu, lho"

Luhan diam sejenak, tiba-tiba ada hentakan keras di dada bagian kirinya. Wajahnya sudah mulai panik.

"S—sehun?"

Suho mengangguk, "Iya, Oh Sehun, pemain andalan korea saat ini, walaupun masih menjadi tim Nasional, ku dengar dia sudah di tawari ikut Tim Internasional", balas Suho dengan antusias, "Dia sangat hebat, walaupun rekor mencetak gol masih di pegang oleh mu. tiga bulan lagi ia akan melakukan tes untuk audisi masuk tim Internasional"

Oh Sehun?

OH? SE? HUN?

Luhan menjatuhkan punggung nya di sandaran tempat duduk pesawat. Pria itu adalah Oh Sehun? anak yang lebih tinggi darinya, dengan bibir tipis dan wajah dengan rahang tegas, tanpa pipi bakpao nya, dengan wajah yang semakin menawan. Astaga.

"hiks—", satu isakan lolos dari bibir Luhan.

Suho menoleh menatap Luhan, "Kau menangis Lu? astaga, ada apa?"

Luhan menutup bibirnya rapat-rapat. Astaga, pasti Sehun akan mengira bahwa Luhan melupakan nya. Luhan tidak melupakan nya, ia hanya tidak sadar bahwa itu Sehun. Sehun yang telah berubah setelah hampir tiga tahun lamanya. Astaga, pasti Sehun akan salah faham. pasti Sehun memikirkan hal yang macam-macam.

Dan malam itu, di dalam pesawat, Luhan menangis dengan isakan tertahan tangan nya sendiri di pelukan Suho.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To be Continued…

Ps: Xi Ziang-Han hanya nama OC semata.

Pss: jika banyak respon baik, akan saya lanjutkan

Psss: TERIMAKASIH SANGAT BANYAK UNTUK YANG SUDAH MEMBACA DAN MEMBERI RESPON PESITIF.