Uchiha Sasuke = 18thn (Sasuke sudah lulus sekolah karena Ia mengikuti ujian akselerasi)
Haruno Sakura = 17thn (Kekasih Sasuke) *cieeciee(?)*
Uzumaki Naruto = 10bln
Tokoh akan bertambah seiring(?) berjalannya cerita.
Selamat Membaca! ^^
~.~.~
Chapter 2 .
Taman Konoha sore ini banyak dipenuhi oleh anak-anak kecil yang bermain bersama orang tua mereka. Ada yang bermain pasir,main ayunan,dan main petasan(?).
"Paph uke ..." panggil Naruto sambil memukul kecil Sasuke
"Hn, Naru-chan?" respon Sasuke,"Tu ... Tu ..." ucap Naruto,telunjuknya mengarah pada seorang anak yang kira-kira berumur 4 tahun. "Kau mau ke sana?" Naruto mengangguk. Sasuke lalu menggendong Naruto -mengajak Naruto ke tempat anak itu,
"Hai." sapa Sasuke ambigu,
"Ung?" respon anak itu tidak jelas. Bola matanya menatap bingung ke arah Sasuke yang sedang menggendong seorang bayi. "Siapa namamu?" tanya Sasuke.
"Deidara, paman .." jawab anak kecil berambut pirang yang diketahui bernama Deidara itu.
"Anakku ingin bermain bersamamu, bolehkah?" ujar Sasuke kalem, "Tentu saja paman! Ayo kita main petasan!" ajak Deidara antusias. Tangan mungilnya meraih jemari lentik Sasuke.
Sasuke terbelalak kaget, "Pe-petasan? Apa cita-citamu kelak?" tanya Sasuke tidak nyambung, jantungnya mulai berdegup kencang. "Cita-citaku kelak adalah menjadi seorang teroris! Agar aku bisa membuat bom!" jawab Deidara riang di sertai cengiran lima jari khas anak-anak.
Sasuke cengo. Lebih tepatnya dilanda syok.
Secepat kilat Sasuke membawa Naruto menjauh dari anak tersebut, "Naru-chan .. Jangan dekat-dekat atau bermain dengananak bermbut pirang itu,oke?" petuah Sasuke bijak –tak menyadari bahwa Naruto juga berambut pirang -_- . sedangkan Naruto hanya menatap pemuda berwajah tampan itu dengan tatapan bingung. .
***
"Kau kenapa Sasuke-kun? Kau terlihat panik." tanya Sakura cemas –karena kekasihnya itu pulang ke apartementnya dengan wajah panik bukan main(?). "Amankan Naru-chan!. Jangan biarkan ia bermain dengan seorang anak kecil berambut pirang." ucap Sasuke tegas. Mata onyxnya terlihat berapi-api. "Ke-kenapa? Memangnya ada apa?" tanya Sakura-lagi ikutan panik. "Anak berambut pirang itu calon teroris! Kyaaa~! Kyaaa~!" teriak Sasuke histeris.
Sakura pun ikut berteriak histeris.
Jadilah sore itu, apartement sang Uchiha penuh dengan teriakan.
~.~.~.~.
"Sasu-chan~! Where are you?!" teriak Itachi dari depan pintu apartement Sasuke,
"Sasu-chan~! Sasu~chan!" teriak Itachi lagi.
'BUAGHH!'
Sasuke langsung menendang Itachi -setelah membuka pintu-.
"Baka Aniki banci! Jangan memanggilku begitu!" teriak Sasuke marah,
"Hehe ..." Itachi hanya cengengesan tidak jelas.
'BLAMM!'
Sasuke langsung menutup pintu dengan anarkis, brutal dan membabi buta.
"Betapa malang nasibku ditinggal seorang diri ..." ratap Itachi termehek-mehek. Tiba –tiba,
Seseorang kebetulan lewat depan Apartement Sasuke -melihat itu kemudian langsung menghampiri Itachi, "Sabar ya nak. Hidup Itu Indah ..." ucap orang itu sambil menepuk pundak Itachi lalu pergi terbawa angin musim panas(?)
.
.
.
Siang itu, sinar matahari cukup menyengat kulit.
Sasuke menambah kayuhan sepedanya karena ingin cepat-cepat sampai apartementnya –berendam air hangat lalu beranjak tidur. Pemuda berwajah tampan itu sangat berterimakasih sekali pada bos tempatnya bekerja karena di beri waktu pulang lebih awal.
Sasuke memang pemuda yang tergolong mandiri. Tak dipungkiri, banyak orang dari keluarganya sangat bangga padanya –terlebih lagi di umurnya yang baru menginjak 18 tahun ia sudah bekerja, meskipun itu hanya sebagai seorang pelayan.
"Tadaima ..."
"Oh! Sasuke-kun, kau sudah pulang?"
Sakura berjalan dari arah bersama Naruto di gendongannya –kemudian menghampiri Sasuke yang sedang melepas sepatunya. Gadis cantik itu tersenyum tipis, "Aku sudah memasak makan sinag untukmu juga menyiapkan air hangat. Cepatlah mandi, aku tunggu di meja makan bersama Naruto."
Sasuke tersenyum sumringah mendengar ucapan penuh nada perhatian dari sakura. Ia merasa seperti suami saat ini. Dengan perasaan yang gembira, Ia mengecup pipi gadis berambut sewarna bungan khas negara Jepang itu –kemudian berlari-lari kecil menuju kamarnya yang terletak dilantai dua.
Sakura diam terpaku saat merasa bibir Sasuke menyentuh pipinya. Rona merah muda samar perlahan merebak dipipi putihya. Seulas senyum manis terukir dibibir tipisnya. Sakura memeluk erat Naruto untuk melampiaskan rasa senangnya –dengan langkah riang Ia berjalan menuju dapur bersama Naruto untuk menunggu Sasuke selesai mandi.
.
.
"Sup tomatnya enak. Aku suka."
Sakura tersenyum manis seraya memandang Sasuke yang sedang makan sup tomat buatannya dengan lahap. Pipinya lagi-lagi dihiasi rona merah muda samar. Ia kemudian melanjutkan kegiatannya untuk menyuapi Naruto.
Ah, mereka benar-benar terlihat seperti keluarga sungguhan.
.
.
.
.
Keadaan Taman Konoha sore ini masih sama seperti kemarin, ramai dengan anak-anak kecil maupun orang dewasa. Seperti biasa, Sasuke selalu mengajak Naruto ke sini –tak lupa Sakura juga ikut serta.
"Naru-chan, mau main bersa-"
"Hai paman! Mau bermain petasan denganku?"
DEG!
Mata Sasuke melotot. Dadanya bergemuruh hebat. Backsound : petir menyambar disertai angin kencang dan longsor(?)
T-tidak mungkin!
Jangan bilang kalau anak kecil yang memanggilku ini adalah anak kecil calon teroris kemarin?!
Sasuke membatin heboh. Ia tak berani melirik kesamping kiri tubuhnya karena takut matanya akan terkontaminasi(?) dengan petasan. Dengan gerakan patah-patah disertai tubuh yang bergetar hebat, Sasuke menoleh ke arah samping kanan –dimana Sakura berada.
"Sa-sakura. Ayo kita pulang."
Sakura yang sedang melihat-lihat sekitar taman itu, menolehkan kepalanya ke arah Sasuke dan mendapati pemuda tampan itu tengah gemetar dengan raut wajah lagi nahan boker(?) eh? Salah. Maksudnya dengan raut wajah panik dan ketakutan.
"Kau kenapa Sasuke-kun?!"
"Sa-sakura. Ayo kita pulang saja. Lebih baik ajak Naru-chan bermain di apart-"
"Hei paman! Mau bermain petasan denganku atau tidak?"
Suara anak kecil berambut pirang bernama Deidara si calon teroris itu terdengar lagi. Kali ini, Sakura menolehkan kepalanya ke arah Deidara. "Kau siapa?" tanya Sakura lirih. Mata emeraldnya menyipit penuh selidik melihat tangan Deidara yang banyak dipenuhi berbagai macam petasan –mulai dari yang kecil hingga yang besar, bahkan tak tanggung-tanggung dipunggungnya terdapat empat dynamit siap diledakkan.
'Astaga! Anak ini mau bermain atau mau berperang sih?'
Batin Sakura. Ia menatap ngeri pada empat benda berwarna merah yang terletak di punggung Deidara.
Deidara tertunduk sedih saat Sasuke maupun Sakura tak merespon ajakannya. Dengan bibir yang bergetar menahan tangis, ia berbicara pada Sasuke dan Sakura, "Pa-paman, b-bibi apakah kalian tidak mau bermain bersamaku? Lihatlah, anak kalian sudah berani mencuri petasan milikku .."
APA?!
Dengan kecepatan yang tidak bisa terdeteksi oleh mata, Sasuke dan Sakura menolehkan kepala mereka ke arah Naruto, dimana bayi mungil itu tengah tertawa tidak jelas dengan sebuah petasan berukuran besar ditangan mungilnya.
Sasuke dan Sakura tiba-tiba melotot kaget.
"Na-naru-chan, kemarikan petasannya .." Sasuke mencoba untuk mengambil petasan nista tersebut.
"Hahaha! Jangan mau Naru-chan! Ayo kita bermain petasan saja!"
Deidara tertawa nista. Anak kecil berumur empat tahun itu menunjuk-nunjuk Naruto menggunakan petasan yang ujungnya sudah dibakar –entah dimana Ia mendapatkan sebuah korek api.
"TIDAAAAAKKKK!"
Sasuke tba-tiba berteriak dengan mendramatisir(?). Dengan cepat Ia membawa Naruto dan Sakura dari tempat kejadian perkara(?).
.
.
Sasuke memijit pangkal hidungnya seraya menatap frustasi ke arah Naruto yang kini tengah tertawa bahagia sendirian. Ditangan mungilnya masih terdapat petasan yang kini ujungnya sudah tidak dibakar lagi. Sedari tadi ia mencoba mengambil –merebut paksa-petasan tersebut dari tangan Naruto, namun bayi mungil berambut pirang itu tak mau memberikannya, malahan kini Naruto tengah mengemut-emut ujung petasan tersebut-_-"
"Astaga! Naru-chan! Petasannya jangan diemut! Aissh ..."
Sasuke mengerang frustasi. Sungguh Ia sangat menyayangkan Sakura yang tiba-tiba mendadak di suruh pulang oleh ibunya –karena sang Ayah sedang jatuh sakit. Terpaksa, Sasuke menjaga Naruto sendirian.
Ugh. Menjaga Naruto tanpa ditemani Sakura, itu seperti sayur tanpa air. Batin Sasuke ngawur.
"Ppa.. Ppa.."
BRUGH!(?)
Sasuke terdiam mematung. Wajah tampan khas keturunan Uchiha Madara itu baru saja dilempar menggunakan petasan yang dipenuhi air liur Naruto.
Bayi mungil itu tertawa nista seraya bertepuk tangan saat melihat wajah Sasuke yang dipenuhi oleh air liurnya. "Hihihihi ..." Sasuke menatap Naruto dengan wajah nelangsa. Tangannya tergerak menuju wajahnya untuk membersihkan air liur Naruto.
"Naru-chan.. kau tega pada papa, nak.."
.
.
.
Tepuk BokongItaChi(?)
NoteGajeAuthor :v
Chapter 2nya update! ^^ maaf ya, klo ceritanya rada2 gaje dan wordnya sedikit-,- sebelumnya, saya sangat berterimakasih sekali sudah mereview, memfollow dan memfavorite~ FF ini Arigato Gozaimasu!
See you, next chap yaa~
Review, please..
