Batasnya benci itu cinta kan,
Yakin mereka berdua sudah berbaikan? Mari kita lihat...
.
.
[warning :: Gaje, TyPo, aneh, abal,OOC,etc dst dll,...]
Fairy tail milik mas Hiro Mashima di jepang sana
Tapi jalan cerita ini milik saya
Rated T
Erza S x Jellal F
.
Happy Reading
.
.
Jalan Fairy Tail blok D akan menjadi ramai saat malam hari, apalagi di malam minggu. Dimana setiap kepala keluarga yang menempati semua rumah di sepanjang jalan itu akan tinggal di rumah mereka bersama istri mereka. Melupakan sejenak urusan bisnis, perkantoran, pekerjaan, proyek, dll dst dsb...
Namun tidak dengan rumah keluarga Scarlet. Oh, bukan berarti kepala keluarga dan istrinya yang tinggal disitu pergi bekerja dan meninggalkan anak gadis mereka seorang diri bersama pembantu mereka, seperti yang memang biasanya terjadi. Tapi malam ini tak ada seorang pun disana. Keluarga kecil yang tidak harmonis dalam artian tidak terlalu dekat satu sama lain itu sedang melakukan acara makan malam besar, tapi tidak di rumah itu. Mereka sedang bertamu, di rumah yang baru saja dihuni oleh keluarga yang baru pindah ke situ. Keluarga Fernandez.
Baiklah, kita geser sudut pandang fic ini pada sebuah rumah minimalis bercat seteduh dedaunan di dekat perbatasan blok D. Rumah yang berdempetan dengan toko dessert itu terlihat sangat asri jika kau lihat di siang hari, tapi akan terlihat angker jika dilihat malam hari. Yah, maklum saja, rumah itu sudah lama kosong dan baru-baru ini dihuni manusia (bukan berarti selama ini dihuni hantu loh!), jadi penerangan di sana memang yang paling redup dibandingkan dengan rumah lainnya.
Tapi yang akan kita pantau bukanlah tampilan luarnya, namun bagian dalam rumah itu. Tepatnya dimana kedua keluarga yang sedang mengadakan acara dinner. Di halaman belakang, di pinggir kolam renang yang ditata se-romantis mungkin oleh sang pemilik rumah, mereka bercengkrama sepanjan malam dengan makanan mewah yang takkan habis sehari tersaji di atas meja.
Sekalipun para orang dewasa dan dua anak dibawah umur tujuh belas disana saling bertukar lelucon dan tertawa riang selama acara berlangsung, berbanding terbalik dengan dua insan beda jenis berumur tujuh belas yang duduk berhadapan di ujung meja. Kau lihat, kedua pasang mata itu saling menukar tatapan... maut, seakan ingin saling membunuh saat itu juga. Tak lupa dengan bibir tertekuk jam dua belas, berlomba menampakkan wajah terjelek yang bisa dibentuk mereka berdua.
"Ekhem..." deheman keras dari paman Scorpio, ayahanda tercinta dari anak-anak berambut biru yang ada disana, berhasil memutuskan hubungan palarel/paralel (terserah anda mau pakai yang mana, yang penting sepaham) dari dunia mereka. Si gadis berambut merah panjang dan si perjaka berambut biru mohawk itu langsung saling membuang muka. Memasukan steak daging ham yang bahkan lupa tidak dipotong terlebih dulu... lalu tersedak bersama.
Tepat saat sang tuan rumah berujar, "sepertinya memang dinner di malam minggu begini enaknya memang makan berduaan di tempat yang romantis begini tanpa kami semua. Iya kan Jellal, Erza?"
Oh, dia tidak tahu saja kalau sebenarnya hubungan Erza dan Jellal lebih parah dari yang mereka kira.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mengingat semua kejadian 'ajaib' antara kedua berandalan nge hits akhir-akhir ini, mungkin semuanya akan mengira kalau mereka sudah berbaikan. Oh tidak, kalian salah. Sekali benci tetaplah benci, itulah prinsip utama Erza Scarlet. Mata gadis itu berkilat penuh amarah, sekaligus fokus menatap penuh kosentrasi pada laki-laki berambut biru yang berdiri tegak lurus di jam dua belas. Bunyi peluit seolah terngiang di telinganya, dengan sekuat tenaga Erza melemparkan bola sakti berwarna hijau lemon di tangannya. Dan...
DUAKKK...
Bola itu sukses mengenai jidat si rambut biru dengan nistanya. Semua murid sekolah menengah kejuruan berbaju olah raga yang berbaris di lapang hanya bisa bersweadrop ria melihat Erza berjingkrak-jingkrak penuh kemenangan dan Jellal yang meringis menutupi jidatnya yang dihiasi benjolan segede bakpao.
"KEPARAT LO, TUNGGU PEMBALASAN GUE!"
"SIAPA TAKUT?!" gadis itu menjelurkan lidahnya sambil menepuk-nepuk sebelah pinggulnya, mengejek. Jellal membalas mengacungkan jari tengahnya dan mengambil ancang-ancang.
Perang dunia dimulai!
Syuutt, benda mirip lemon yang disebut bola kasti itu melayang dengan indahnya ke arah gadis bername tag Erza Scarlet itu. Akhem, lihat dengan gaya slow motion! Erza langsung menghindarinya dengan melentingkan tubuhnya ke belakang seperti pemain sirkus yang tengah beratraksi. Bola itu dengan sangat dramatisnya melayang, meluncur seperti terbang membawa angin menuju sebuah dinding tipis bening. Dan...
PRANGGG!...
Oh tidak! Itu bukan dinding, itu kaca jendela! Tepatnya jendela kantor yang menghubungkan ruang kepsek dengan lapang out door.
Dan sialnya lagi, mereka memecahkannya.
Kini terpampang jelas wajah Happy sensei dan Charla sensei yang melongo bergantian pada bola kasti, pot bunga tulip ungu yang pecah berserakan bersama pecahan kaca di lantai, dan lapangan out door. Tampangnya mulai sangar menatap Erza dan Jellal yang sama-sama menelan ludah.
"Ampun sensei!~"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan disinilah mereka berdua berada, dalam ruangan luas berbau menyengat bersama sapu, lap pel, ember, dan pekakas bersih-bersih lainnya. Penat rasanya setelah dimaki, dimarahi, diceramahi habis-habisan oleh Charla sensei, masih diseret pula ke tempat ini. Heh, kalian pasti mengira kedua orang itu dihukum membersihkan toilet kan? Oh tidak, double no! Ruangan ini lebih asbrud baunya dari tempat bernama wese itu.
Labolatorium kimia, yupp! Tempat terbau se-sekolahan. Banyak yang ogah-ogahan berlama-lama di tempat ini, bahkan seumur sekolah disini Erza baru beberapa kali memasuki ruangan yang membuat hidung terasa bengkak itu (hanya saat-saat ujian praktek saja, Erza hanya mengikuti kelas teori kimia dan biasanya bolos saat praktek) . Kesampingkan Jellal, yang kerjanya bolak-balik ruang BeKa (ingat, ruang BeKa masih di dalam lab kimia, hanya disekat lemari dan papan kayu). Sekalipun bisa dibilang sudah terbiasa, dia sudah lima kali muntah keluar jendela.
Menurut informasi dari Levi, tadi pagi lagi-lagi Natsu membuat kesalahan dengan cairan-cairan menjijikan. Tentu saja hari ini baunya luar biasa.
"Hoekkkk..." Jellal dan Erza berlomba memuntahkan isi perutnya. Pekerjaan bersih-bersih mereka sudah selesai, tapi mereka masih mual mencium –entah bau apa- yang masih menguar di ruangan laknat itu. Muntahan ini terhitung yang ke enam untuk Jellal, dan yang ketiga bagi Erza karena ketularan mual. Dari sekian banyak jendela yang ada di laboratorium kimia ini, sialnya hanya satu jendela saja yang bisa dibuka. Jadilah mereka berdua berdempetan di sana mengeluarkan isi lambung mereka.
So kenapa tidak keluar lewat pintu biar lebih lega? Memangnya mau kemana lagi, ruangan itu langsung berhadapan dengan lorong panjang dan gudang. Bisa dibilang, satu-satunya ruangan terpencil yang kedap udara. Makannya baunya tahan lama (=_='').
"Ah sial, kenapa masih bau juga sih? Padahal sudah dua kali di pel ulang," gerutu Jellal sembari memijat pelipisnya. "Mana udah habis sebotol lagi, gezzz..."
"Cairan apa sih yang dikacaukan si baka Natsu hari ini?!" kata Erza dengan suara pelan sembari menumpuk pekakas, beda dengan Jellal yang menggerutu dengan suara keras sambil sesekali sempoyongan dan berakhir nungging di jendela. Muntah untuk yang ke tujuh kalinya.
"Oy, cepatlah Jelly! Bawa semua pekakas ini ke gudang, ini udah sore tahu!" perintah Erza dengan nada tajamnya sembari melemparkan sikat, lap pel, sebotol sokelin, dan sebagainya kedalam ember. Tak ada sahutan dari belakang, Erza mengerutkan alisnya lalu berbalik.
Jellal masih menungging, menggantungkan perutnya yang serasa dililit pada satu-satunya jendela labolatorium kimia yang bisa dibuka. Dibawah sana, ada pot bunga dandelion lima warna hasil eksperimen para senior seangkatan Loki senpai, yang terlihat sangat menjijikan dipenuhi dengan muntahan mereka berdua dan...
Darah...
Erza membelalakan kedua kelopak matanya melihat cairan semerah rambutnya itu bercampur dengan cairan 'output' disana, terlebih lagi jumlahnya semakin banyak. Tepat dan lebih tepatnya lagi darah itu menetes dari hidung pria yang paling dibencinya.
Dalam benak seorang Jellal Fernandez, Erza akan menertawakannya sembari berjingkrak-jingkrak layaknya anak kecil, lalu melayangkan rencana-rencana nista yang ada di otak gadis itu (yang sedang dipikirkan Jellal saat ini) untuk menyempurnakan kesialannya. Kemudian memotret dirinya yang sekarat lima watt itu dan memajang gambar 'menyedihkan' dengan berbagai kalimat sadis di mading sekolah besok. Perfectly, poor Jellal.
Pluk...
Tapi kenyataan tidak selalu seburuk bayangan sob!
Nyatanya, Erza sama sekali tidak melakukan apapun yang saat ini masih ada di otak Jellal. Dia hanya menempelkan saputangan putih miliknya untuk menahan darah si rambut biru. Tidak kurang apalagi lebih, tapi perlakuan kecil itu sukses membuat wajah Jellal memerah sampai ke telinga!
"E-Erza..."Panggil Jellal dengan suara yang hampir tidak terdengar, untungnya gadis scarlet kita ini cepat tanggap menangkap si rambut biru mohawk yang terhuyung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Senja bermain dengan cakrawala. Sudah sangat terlambat untuk pulang. Sekali lagi, gara-gara seorang Jellal Fernandez membuat Erza harus berakhir di UKS. Menunggui lelaki yang paling dibencinya sepanjang sejarah yang sekarang malah terbaring diatas ranjang. Lagi, batinnya menggerutu tentang betapa lemahnya daya tahan tubuh pria itu dan kenapa harus berakhir bersamanya. Huh...
Erza tidak sadar saja, kalau selama itu dia memandangi pria yang telah dibencinya itu dengan pipi dipenuhi semburat merah tipis dan bibir yang melengkungkan senyuman. Dia tidak sadar ketika perlahan tempat duduknya bergeser semakin mendekati Jellal. Bahkan dia tidak sadar ketika kedua tangannya merayap hendak membelai wajah lelaki itu.
"Eh?"
Dia tersentak, tiba-tiba saja Jellal memegang kedua lengan lentik Erza yang sedikit lagi mampir di pipi bertatonya. Segores senyuman tipis tergores di wajah tampan itu bersamaan dengan terbukanya onyx kehijauannya. Raut wajah gadis itu yang sempat berbinar –tanpa sepengetahuannya, tentu saja- langsung berubah 180 derajat.
"Gomen, sepertinya kejadian minggu lalu harus terulang." kata Jellal tanpa penyesalan, jelas sekali dari cara bicaranya kalau dia menikmatinya. Erza langsung geram. Dia hendak menjitak pelipis lelaki yang menurutnya menyebalkan tingkat setan dihadapannya. Sayangnya lengan Jellal yang satunya lagi langsung membantu menahannya.
"Bisa kita hentikan ini, Erza?" jauh dari dugaannya, Erza langsung terpaku begitu mendengar pertanyaan yang baru saja keluar dari mulutnya. Lekungan bibir seksi berwarna merah muda yang tak pernah tersentuh lipstik ataupun lipglos itu langsung berubah datar. Meskipun begitu, mata sangarnya masih terlihat sama.
"Apa maksudmu?"
Jellal hanya menghela nafas, dia balas menatap tatapan membunuh gadis berambut merah panjang yang terkenal tomboy, berandal, sadis, dan lain sebagainya itu dengan tatapan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Dia dan gadis itu, mereka berdua sudah saling membenci sejak pertama kali bertemu di sekolah menengah kejuruan. Saling ejek, saling hina, saling menjahili, sampai berkelahi sengit hingga keduanya babak belur.
Tapi sekarang, suasananya sangat akhward. Tiba-tiba saja Jellal merasa tubuhnya bergerak sendiri menghampiri Erza. Kedua mata mereka saling bertumbukan. Ini bukan pertama kalinya mereka saling tatap mata, tapi bedanya, yang biasanya saling memancarkan laser nuklir saat ini lebih mirip seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu.
Jantung Jellal berdetak lebih cepat dari batas normal, Erza tahu itu dari debaran yang dia rasakan di kedua tangannya yang entah sejak kapan berada di dada lelaki berambut biru itu. Bukan hanya miliknya saja, sebenarnya jantung Erza pun sama cepatnya saat ini hingga dia sendiri bisa mendengarnya. Keduanya semakin merapat. Mengeliminasi jarak satu-sama lain sampai nafas mereka berbenturan.
Perlahan, keduanya saling memejamkan mata. Jarak Erza dan Jellal semakin tidak terlihat. Lelaki itu memajukan kepalanya, sama dengan yang si gadis lakukan. Sedikit lagi, percayalah hanya sedikiiiiiitttttttttt lagi untuk keduanya berciu-
SREEEEETT...
Yah, dengan satu gerakan serempak itu Erza terbelalak dengan mata yang membulat sempurna. Dengan wajah yang masih memerah dan nafas memburu, dia melihat lelaki bernama Jellal ini memegangi kedua pundaknya sembari membuang muka. Terlihat jelas –sangat jelas malah- dari balik helaian birunya jika wajah lelaki itu memerah dua kali lipat darinya. "Gomen..."
"A-AAAAAAAAAAAAA!..."pekik Erza salah tingkah, dia langsung mundur sampai di sudut ranjang. "A-aku sama sekali t-tidak bermaksud,"
"A-aku juga," potong Jellal. Masih dengan posisi menunduk, dia menambahkan "entahlah, maksudku, aku lelah dengan semua 'rutinitas' kekanakan ini."
Dalam bayangannya, Erza marah besar lalu menampar pipinya. Kenyataannya, gadis itu terkekeh kecil sembari mendaratkan kedua tangannya di pipi Jellal. Bukan untuk menampar, tapi mencubitnya gemas dengan kekuatan supermennya.
"Oh, jadi karena itu kau mempermainkanku,eh? Anak nakal~" Jellal kewalahan dengan jawel-jawelan Erza di pipinya. Akan semakin terlihat chubby nantinya jika pipinya merah. Parahnya, Siegrain dan Wendy pasti mengejeknya selama seminggu jika dia pulang dengan wajah 'imut' begitu. Agrr, dibayangkan saja sudah mengerikan! Batin Jellal frustasi.
"Aduh-aduh, sakit Erza! hei, hen... umphhhhh..."
Sekali lagi, Jellal kewalahan. Dari jarak yang lebih dari dekat ini dia bisa melihat kelopak mata Erza terpejam. Meresapi atau mungkin menikmati hal pertama kali yang saat ini sedang dilakukannya.
Membeku beberapa detik, menikmati bibirnya yang sedang dihisap-kulum lembut langsung oleh Erza. Gadis yang selama ini menjadi rivalnya, sekarang ini, disini, dia menciumnya!
Oh, dan kau menikmatinya. Kau menyukainya, eh Jellal Fernandez?
.
.
.
Aku sama sekali tidak menyangkal itu kok!
.
.
.
Ya, perkataan inner Jellal terbukti kok. Tak perlu waktu lama untuknya segera menutup mata dan mengimbangi ciumannya. Tak tanggung-tanggung, dia langsung melumat bibir gadis itu dengan lembut. Menyesap rasa manis-basah yang terasa asing kanannya dia pakai untuk memeluk pinggang Erza dan tangan kirinya untuk menekan kepala gadis itu agar tidak terjatuh ke belakang.
Kecupan demi kecupan menjalar menjadi lumatan dan hisapan, mereka berdua saling mendominasi. Tidak ada yang mau mengalah. Tetesan-tetesan saliva mengalir dari sudut bibir mereka berdua. Erza dan Jellal, atau Jellal dan Erza sama-sama menikmatinya. Bukan hanya nafsu atau dorongan keinginan menjahili semata, ada perasaan yang ingin mereka sampaikan satu sama lain melalui ciuman panjang itu.
Merasa kehabisan nafas, keduanya berpisah sebentar. Berebut mengambil udara banyak-banyak dari atmosfer. Wajah mereka tidak jauh beda merahnya satu sama lain.
"Kau mau membunuhku, heh?" sindir Jellal dengan nada sakrartis, seperti biasa. Tapi dia sama sekali tidak melepaskan lengan kekarnya dari tubuh Erza. Dan gadis itu pun juga sama sekali tidak melepaskan tangannya dari pundak Jellal.
"Kau juga menikmatinya, tuan Fernandez! Lihat, bahkan air liurmu sampai keluar!"
"Hoo, aku pencium yang hebat kan? Kau mengakuinya!"
"Aku tidak... umphhhhh...mphhh... mphhhh..."
Pada akhirnya Erza tidak pernah menyelesaikan penyangkalannya. Bibirnya langsung dilumat Jellal tanpa ampun. Serangannya kelewat 'sadis' daripada yang pertama. Kalau tadi hanya kulum-kecup-lumat, sekarang sudah main jilat-menjilat. Erza benar-benar tidak bisa mengimbangi Jellal kali ini. Salah siapa harus french kiss?! Heh, mungkin si Jellal sudah mulai berpengalaman.
Oh tidak, tidak mungkin lah seorang playboy seperti dia pertama kali berciuman. Ya, Erza sudah bisa menebaknya secara instan. Karena dirasanya saat ini, dia menikmati setiap ciuman yang diberikan Jellal. Lelaki itu benar-benar pencium profesional, dia harus akui itu.
Sayangnya lagi, bagi Erza ini adalah yang pertama kalinya.
.
.
.
.
Hoo, seharusnya kau bertanya dulu pada orang yang sedang menciumu itu, Erza. Kau tidak tahu kalau sebenarnya dia juga baru pertama kali melakukannya.
.
.
.
.
.
.
Dan sebaiknya kalian harus menengok ke arah pintu sekarang juga, karena disana Natsu dan Gray berdiri mematung dari tadi. Mereka berdua hendak mengganti lampu dan memasang CCTV di ruangan itu, tapi karena kalian berdua yang tidak segera berhenti, mereka tidak bisa masuk untuk mengganggu 'acara' kalian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[So, omake apa owari neeh?]
.
.
.
Berbagi =
Khu, ini chap yang waktu pengetikannya paling lama. Habisnya banyak yang harus dikerjakan sih di duta, ditambah lagi ketika hendak melanjutkan fic ini tiba-tiba saja selaluuu Okaa-san nyuruh yang aneh-aneh. Kena write block selama sepekan, ditambah beredar gosip dan scandal author yang imut ini *ditabokin* pacaran sama anak tetangga sebelahnya author (sebatas suka, padahal beneran nggak jadian!). Uaaa, menyedihkan banget diriku ini... =_="
Yah, terpaksa deh fic ini harus di cicil per palagraf. Gomen ya, nggak bisa se-ngebut seperti biasanya. ^_^
So, sekarang ayo kita kumpulkan Reviewnya!
CN Scarlet
