Chapter 2
Hari Pertama (lagi)
Disclaimer: Siapa yang ga pengen memiliki Shinichi dan Kaito coba xD sayangnya itu hanya akan jadi mimpi..
Author's Note:
Maaf mengubah status cerita yang sudah complete jadi batal complete. Karena Author tiba-tiba memutuskan untuk mengurai kekusutan benang takdir yang terus berulang. Di sini, karena pengalaman yang terus-terusan berulang, Kaito menjadi merasakan 'deja vu' yang semakin menguat, dan mulai mempertanyakannya.
"Hei.. kau tidak apa-apa? Apakah terluka?"
Dalam kobaran api, dan tumpahan air mata, Kaito mengangkat pandangannya. Melihat seseorang menghampirinya dengan khawatir. Apa yang terjadi? Aku.. aku tidak ingat. Kenapa dia memandangku dengan begitu khawatir? Dia.. siapa? Kenapa air mataku terasa semakin deras mengalir hanya dengan melihatnya?
"Berdirilah. Apa kau bisa berdiri? Aku akan membantumu. Apa ada yang sakit?"
..dan uluran tangan, yang terasa sangat familiar.. "Ah.. aku, aku tidak terluka. Tapi, aku kehilangan seseorang.." Siapa? Siapa yang begitu berharga hingga ketiadaannya membuatku tidak bisa berhenti menangis?
"Oh, jangan khawatir. Aku akan membantumu mencarinya. Kalau tidak bisa, ayahku akan membantu kita, dia sangat hebat dalam menemukan sesuatu ataupun seseorang. Kalau masih tidak bisa juga, polisi akan membantu kita. Tapi kita harus keluar dulu dari sini, ayo.."
..dan senyum yang familiar.. serta kata-kata, yang juga familiar? Apakah aku mengenalnya? ..tapi, dia tidak mengenaliku.. Apakah dia hanya mengatakan kalimat yang pernah aku dengar? Kalimat yang jauh.. jauh di masa lalu.. Akhirnya Kaito menggapai tangannya, berdiri, mengikutinya mencari jalan keluar. Dalam kondisi ini, seharusnya penyelamatnyalah yang melindunginya. Tapi anehnya, Kaito memiliki insting untuk melindunginya, dan memilih untuk menuruti instingnya.
"Ah, omong-omong, siapa namamu? Aku Shinichi, Kudo Shinichi."
…
Shinichi?
"Wah, hei? Kenapa menangis lagi?"
Aku tidak tahu.. "Aku.. Kaito.." Tapi, Shinichi, nama itu membuat semua rasa sakit dan pedih yang tadi terasa kembali. Apakah aku memang mengenal anak ini?
"Kaito-kun yah, lihat, itu pintu keluar.." dan ternyata bukan pintu keluar, melainkan pintu menuju ke balik panggung. Kaito melihat anak itu, Shinichi, tertawa dengan malu. "Ahahah, yah, pintu ini membawa kita keluar dari kebakaran di sana, jadi ini pintu keluar!" membuat Kaito ikut tersenyum..
"Shin-chan!" Kaito melihat, ada seorang wanita cantik yang melemparkan dirinya pada Shinichi, memeluk dengan erat.. "Shin-chan, syukurlah, kamu baik-baik saja." Dengan tangisan dan senyum lega, mengeluarkan HP dan menghubungi seseorang, "Yusaku, Shinichi sudah bersamaku, cepat keluar dari sana.. iya, dia baik-baik saja."
"Kaa-san, ugh, lepaskan. Lihat, aku membawa Kaito."
"Eh?"
"Eh, maksudku, tadi aku menemukannya di dalam sana. Jadi aku mengajaknya mencari jalan keluar bersama.."
Kaito hanya bisa diam mendapati pandangan dan perhatian wanita itu, ibu Shinichi, beralih padanya, "Kaito-kun? Apa kamu di sini bersama orang lain? Dengan orangtuamu? Mungkin aku bisa membantu mencari, mereka pasti khawatir.." Shinichi juga memandangnya.
"Aku.. iya, sepertinya.." Kaito menjawab dengan bingung, membuat ibu Shinichi memandangnya dengan khawatir dan mulai memeriksanya dengan hati-hati.
"Shinichi.. anak ini terluka. Ada bekas pukulan bahkan darah di bagian belakang kepalanya.."
"Shinichi!" seruan yang membuat pandangan Shinichi dan ibu Shinichi beralih, Kaito jadi ikut melihat, seorang pria berlari ke arah mereka, menjatuhkan diri di hadapan Shinichi dan memeluknya, lalu memeriksanya, "Syukurlah, kamu baik-baik saja, kan?"
"Tou-san.. Tapi Kaito terluka.." jawab Shinichi lalu menoleh ke arah Kaito.
"Kaito?" membuat ayah Shinichi juga menoleh ke arah Kaito, dan menghampiri Kaito. "Hei, nak. Siapa namamu?"
"… Kaito.."
"… nama keluargamu?"
Membuka mulut, tapi tidak tahu mau menjawab apa. Kaito terdiam, dan menjawab, "…tidak tahu." Membuat Shinichi dan kedua orang tuanya tertegun.
"Dimana tempat tinggalmu?"
"…tidak tahu.."
"Apa.." memperhatikan baju Kaito, ayah Shinichi bertanya, "apa yang sedang kau lakukan di sini, dan bersama siapa?"
"…tidak…ingat.."
"Yusaku," dengan hati-hati, ibu Shinichi mengambil kedua tangan Kaito, memeluknya, dan memandang ayah Shinichi. "Kepalanya terluka, mungkin karena itu ingatannya terganggu?" tanyanya dengan khawatir.
Berpikir sejenak, Yusaku memutuskan sambil menarik Shinichi lebih mendekat, "Jaga mereka, aku akan mencari bantuan," menerima anggukan dari istrinya, ayah Shinichi bangkit dan pergi menjauh.
Kini perhatian Shinichi dan ibunya tercurah pada Kaito, sambil masih memeluk Kaito, berharap bisa membuatnya merasa nyaman. "Shinichi, apa yang bisa kamu deduksikan tentang Kaito dari semua ini?"
"Umm.." Shinichi, mencoba sekeras yang dia bisa, untuk membantu Kaito, tapi dia belum punya cukup banyak pengalaman dan pengetahuan.. "Bajunya, cukup unik.. mungkin dia juga salah satu anggota pertunjukkan ini?"
"Baju.." benar, baju Kaito berbeda. Sangat berbeda. Dengan sepatu boots hitam, kaus kaki hingga lutut, celana pendek yang hanya mencapai setengah pahanya dan berwana ungu, seperti rompinya yang juga ungu dengan lengan panjang, kemeja hitam yang berkerah putih dengan rantai-rantai kecil emas sebagai penghias kancing, dua sarung tangan hitam, syal hitam, dan hiasan metal berwarna hampir emas meliuk di atas telinga di sisi kiri kepalanya menghiasi rambutnya yang acak-acakan. Tentu, Kaito bukan penonton biasa. Dia bahkan lebih mencolok dari para pemain sulap. "Aku kenal dengan salah satu pemain, tapi, aku tidak yakin apakah dia selamat, karena saat itu dia sedang di atas panggung.. Aku kenal dengan istrinya, tapi sekarang dia pasti sedang syok dan.. aku tidak yakin ini waktu yang tepat untuk mencari dan bertanya padanya.."
"Aku menduga.. desain bajunya terinspirasi dari baju bangsawan eropa abad pertengahan.. yang dimodifikasi." Shinichi masih terus berpikir. "Uuh, tapi aku tidak tahu kesimpulan apa yang bisa ditarik dari situ. Lalu, warna matanya, tidak biasa.." Warna violet yang memabukkan.. tapi lebih dekat ke warna biru meski sinarnya memiliki warna ungu.. warna indigo? "Mungkin, orang asing? Tapi dia punya bahasa jepang yang sempurna, meski masih anak-anak, jadi dia pasti besar di Jepang.."
"Maaf, nak." Merasakan ada yang mengetuk bahunya, Shinichi menoleh, "apa dia terluka? Tadi ada seseorang yang memintaku kemari karena ada anak yang terluka." Ahh, petugas kesehatan sudah datang.
"Oh, benar," ibu Shinichi yang menjawab, sambil melepaskan pelukannya, "kepalanya terluka.."
Sementara Kaito tetap diam dan memperhatikan, petugas itu memeriksa dan mengobati kepalanya, memperhatikan bahwa petugas itu memandangnya dengan takjub. "Sungguh beruntung sekali kamu, nak. Dengan luka separah ini, tapi bisa selamat.."
"Parah?" Shinichi mempertanyakannya. "Tapi setelah aku menemukannya, dia bisa berdiri dan berjalan bersamaku hingga kesini.."
"Tapi menurutku, dengan luka seperti ini dia masih hidup saja sudah ajaib. Meski selamat, seharusnya dia pingsan.."
Eh?, membuat Shinichi jadi berpikir, Kaito.. siapa kau sebenarnya?
Lalu ayah Shinichi datang, bersama petugas kepolisian serta Kuroba Chikage, teman ibu Shinichi. Rupanya, suaminya tidak bisa terselamatkan dari peristiwa naas ini. Dan Kaito berakhir di bawah pengasuhan Chikage sebagai anak angkatnya. Meski secara aneh, Kaito tidak mengerti, tapi Kaito sebenarnya ingin bersama Shinichi.. Padahal Shinichi yang memungutku..
