"Moshi –moshi?"
Erza dan Jellal sontak menoleh mendengar suara yang langsung menghentikan kegiatan mereka. Di belakang sana, tepatnya dari pintu masuk ruang UKS, berdiri tegap Gray beserta Natsu dengan mulut menganga nista. Sepaket dengan kamera SLR entah merek apa milik klub journal mading di tangan si rambut salmon, yang pastinya baru saja digunakan untuk memotret.
Satu, dua, tiga detik...
Erza dan Jellal saling tatap satu sama lain seperti orang bego. Sedangkan Gray langsung mencoleki ketiak Natsu, memberi kode untuk segera menghilang dari sana sebelum...
"JANGAN LARI KALIAN BERDUA!"
.
.
Bayangkan saja seperti apa mereka berdua nantinya...
.
.
[warning :: Gaje, TyPo, aneh, abal,OOC,etc dst dll,...::]
{Eh, chapter ini panjang loh! Kalo nggak suka baca yang panjang-panjang mending skip aja ya, atau back aja. Ane nggak mau tanggung jawab kalo semisal data paketannya muntah-muntah :v }
Paman Hiro Mashima, pinjem Fairy Tail nya ya!
.
Rated T +
Erza S x Jellal F
.
Happy Reading
.
.
BRAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKK...
"APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN, HAH?!" teriakan terlampau kencang itu berhasil membuat sepasang manusia di depannya nyaris terkena budek dadakan. Sebenarnya, Charla-sensei dan Happy-sensei mempunyai kegiatan pribadi pagi ini tapi mau tak mau rencana mereka berdua TERPAKSA di cancel gara-gara kedua berandal bengal beda jenis kelamin di hadapannya.
Selain dibarengi dengan jadwal bulanannya, ditambah tugas sebagai guru BeKa yang semakin menumpuk, dibonusi lagi dengan kasus JerZa yang melayang ke telingannya sepuluh menit yang lalu, meledaklah amarah miss Charla. Tidak hanya kedua orang yang bersangkutan, Gray dan Natsu -yang masih bonyok digebuki JerZa kemarin- juga (dipaksa) duduk di sana sebagai saksi, orang tua Jellal ("Aku yakin, tidak hanya ayah dan ibu yang akan datang!" batin Jellal,) dan Erza ("Aku yakin, mereka takkan pernah datang!" batin Erza,) sebentar lagi akan datang kemari. Tak lupa juga dengan anak-anak keppo yang mendadak jadi cecak di jendela.
"MOUU... bisakah kalian jelaskan dengan ini?!" bentaknya lagi, kali ini sambil mengibar-ngibarkan selembar kertas 'ajaib' yang bisa membuat Erza dan Jellal bergagap-gagap ria dengan wajah memerah kayak udang bakar. Natsu dan Gray hanya tersenyum, atau lebih tepatnya menahan tawa dengan sekuat tenaga."A-aduh kepalaku. Kalian, benar-benar... aduh!"
"Tenanglah Charla-sensei, ingat tekanan darahmu!" ujar Happy-sensei sembari menepuk-nepuk sayang pundak sahabat se-profesi-nya.
Tiba-tiba pintu kantor dibuka lebar-lebar dari luar. Seorang anak yang mirip Jellal tapi memakai setelan seragam SMU elit dan seorang gadis berambut biru yang kelihatannya dua-tiga tahun lebih muda dari pria berambut biru itu. Siegrain dan Wendy, wajah si rambut biru di sebelah Erza nyaris berlipit-lipit saking kesalnya. "Maaf sensei, sepertinya adikku yang manis ini membuat masalah lagi ya?"
"Hei, kau itu yang adik! Aku lahir duluan darimu!" balas Jellal geram.
"Ck, aku lahir lima menit lebih dulu darimu, bakka touto!"
"Huh, terserah kau lah. Siegrain NEE-CHAN!"
"Kau ini..."
Dan begitulah seterusnya. Jellal dan Siegrain beradu argumen tidak jelas dan mengabaikan orang-orang yang ada di ruangan itu. Isi perdebatannya sih tidak terlalu penting, yang awalnya hanya mempermasalahkan mana yang adik dan mana yang kakak sampai hal-hal berbau dewasa (ini masih di rated T, loh!).
"BERHENTIIIIIIII!..." dan satu teriakan keras dari Charla-sensei berhasil membungkam duo kembar biru itu. "Bisa kau jelaskan ini sekarang pada saudara kembarmu dan adikmu, tuan Fernandes?"
"Aaa..."
Baik Jellal maupun Erza, tidak ada yang berani bercerita. Kejadian kemarin itu seperti aib bagi mereka, tapi fenomenal bagi yang menyaksikannya. Tentu saja, iya kan Natsu, Gray, Readers? "Cepat ceritakan!"
Okey, bu Charla tetap mendesak. Jellal tak habis akal, dia tetap menceritakan apa yang terlintas di pikirannya. Sekalipun itu membuat Erza mengap-mengap jantungan, sekaligus mengancam sisa umurnya sampai keluar dari tempat ini (Erza akan memukulku sampai mati kalau iya begitu, batin Jellal) dia nekat cerita yang sebenarnya.
"Jadi begini..." Jellal mulai bercerita.
.
.
.
[FLASHBACK]
.
.
Di pagi yang cerah secerah harapan itu, terlihat seorang pria berambut baby blue yang sedang bergumul dengan semangkuk kare pedas. Kantin lumayan sepi saat itu. Hanya ada dia, cowok berambut hitam legam, cewek berambut indigo, dan cewek berambut strauss yang kesemuanya berkumpul di satu meja. Padahal pukul 06.30 sudah tidak termasuk pagi, tapi kantin yang biasanya penuh sesak di jam itu tiba-tiba saja sepi. Sangat tidak seperti biasanya.
"Sruuuuupp... sruuuupppp..." Jellal tampak sangat menikmati makanannya pagi itu. Kuah pedas dari kare itu seakan menghangatkan lambungnya, terlihat jelas dari uap yang mengepul dari mulut dan mangkuk kare.
"Bagaimana, kare miso buatanku enak?" tanya Mirajane sembari tersenyum, lelaki itu hanya menganggukan kepala birunya yang wajahnya terhalang mangkuk. "Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya lagi untukmu."
"Jellal, kau terlihat seperti orang yang kelaparan!" ledek Ultear, cewek berambut indigo panjang yang duduk di sebelah kanan Jellal. Mirajane sudah menghilang di balik counter-nya sedangkan Jellal menggarap kentang goreng miliknya.
"Ibuku tidak memasak hari ini, dan Siegrain adikku yang bodoh itu menghabiskan semua makanan yang tersisa di rumah. Untunglah Wendy sudah menyelinapkan bento untuknya sendiri," dengusnya disela mengambil kentang goreng. "Mungkin dia sengaja, jatahku saja dimakannya. Dasar rakus." tambahnya.
"Kau juga sama saja!" Zerref dan Ultear menimpali dengan kompak, tapi dalam hati.
"Eh Jellal, apa kau sudah mengerjakan PR dari Happy-sensei?" tanya Zerref, yang duduk diseberang si rambut biru.
"Yang disuruh menceritakan sejarah tentang ikan, kan? Astaga, aku lupa!... ah, terimakasih Mira.."
"Sama-sama, eh... ada sesuatu di wajahmu! Tunggu,"Mirajane meletakan semangkuk penuh kare berkuah pedas yang masih mengepulkan asap panas menggantikan mangkuk Jellal yang sudah kosong, lalu mengusap ujung bibir Jellal memakai sapu tangan pink miliknya. "Makan yang banyak Jellal, mangkuk kedua ini tak usah bayar!~" imbuhnya.
"Hontou? Kau memang yang terbaik Mirajane," balas Jellal dengan mata berbinar menatap kare gratisnya. Sikapnya persis seperti Natsu yang hukumannya ditunda Erza di klub juudo. Dia pun langsung mengambil sendok sambil bilang, "Ittadakimasu!..."
CEBURRR...
Bukan sendok yang masuk ke dalam mangkuk, melainkan separuh dari kepala si rambut biru. Pelakunya tak lain dari yang sedang menekan ubun-ubun Jellal masuk ke dalam mangkuk. Kare pedas panasnya yang belum termakan itu meluap mengotori meja. Perih menyiksa kedua mata dan rongga hidung Jellal seketika. "Hei, kampvret!..."
"Hentikan itu Erza! Jellal bisa kenapa-napa!"bela Mira sembari mendorong tubuh gadis scarlet itu hingga Jellal bisa mengangkat wajahnya yang penuh kari, menyebabkan Zerref dan Ultear cekikikan melihatnya. Dia dengan hebohnya menghabiskan tissu untuk membersihkan kedua matanya yang benar-benar perih untuk sementara. Tapi sepertinya Jellal takkan pergi ke toilet secepatnya deh, mengingat Erza yang memegangi kerah bajunya.
"Ho, kau pacarnya ya? tapi aku masih ada urusan dengan orang ini!"
"Dasar kau ini, lepaskan dia atau..."
"ATAU APA?" potong Erza cepat, wajahnya jadi sangat menakutkan. "Jellal, cepat ikut gue!"
Seiring dengan Jellal Fernandez yang diseret dengan tidak elit oleh Erza Scarlet, dua senyuman maklum dan satu lekungan cemberut terbit di meja yang sama. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, Mirajane menghilangkan senyuman manisnya.
"Kenapa harus Erza sih?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"MINGGIR!" sentak Erza pada anak bercepol didepannya, begitu menoleh dia langsung mencoleki teman-temannya yang lain. Dan jalan menuju mading pun terbuka seperti resleting. Menampakkan apa yang sudah terbit pada syrofoam board tertutup kaca bergembok pagi ini.
"Lihat apa yang..."
Erza menggantung ucapannya, dia melihat gelagat tak wajar dari musuh abadinya.
Ya.
Jellal Fernandes menjadi sangat menakutkan dari yang pernah dilihat Erza sepanjang hidupnya, bahkan wajah marahnya ini lebih seram menurutnya dibandingkan beberapa menit yang lalu saat dia mengerjainya di kantin. Jellal berjalan menuju mading, mengabaikan kerumunan yang di deathglare Erza Scarlet agar berhenti berbisik-bisik. Lalu memukul kaca yang melindungi konten majalah dinding itu hingga hancur berkeping-keping.
"Uh..." lirih anak-anak yang berkumpul di sana saat Jellal mencabuti foto-foto nista itu satu persatu dengan penuh semangat. Erza juga ikut serta, tapi dia tidak senafsu pria itu merobeknya. Gadis Scarlet kita menyimpan tenaganya untuk urusan yang lebih penting. Seperti mengajar si pembuat konten, misalnya.
"Kalian di sana!"
Tiba -tiba saja kicauan dari seseorang yang saat ini sangat tidak diharapkan keduanya terdengar. Kepala semua orang yang berkumpul di depan mading semuanya menoleh ke belakang secara otomatis. Mendapati pak Happy, partner dari guru BeKa yang sangat cerewet itu sudah berdiri sembari berkacak pinggang di posisi belakang.
GLUP!
Bukan masalah sih, hanya saja...
Selembar foto yang angle-nya PAS belum sempat dirobek dari tempatnya!
.
.
.
[END OF FLASHBACK]
.
.
.
.
TEEENG... TEEENG...
Bel jam Hologium sekolah berbunyi nyaring. Anak-anak keppo dari berbagai kelas yang menemplok di jendela digiring Aries-sensei dan Loki-sensei menuju kelas mereka masing-masing. Seiring dengan semakin sepinya wilayah kantor, sebuah mobil Luxurry memasuki area sekolah dan berhenti tepat di depan gedung kebesaran itu.
"Astaga, apa lagi yang dilakukan anak bodoh itu kali ini? hah, membuatku pusing saja!" kata Aquarius begitu keluar dari kursi penumpang. Disusul oleh suaminya, Scorpio Fernandes. Mobil mewah itu tentu langsung melesat dari sana setelah menurunkan majikannya. Maklum, orang kaya yang baik hati dan budiman, meskipun bekas pembalap liar, tetap saja nyewa supir berbayar. Katanya kasihan, hitung-hitung mengurangi angka pengangguran.
Begitu kedua pasangan Fernandes itu memasuki ruang kantor, mereka langsung disambut oleh kumpulan guru-guru. Layaknya sidang di pengadilan, ada tiga orang di depan sebagai hakim agung (bu Charla, pak Happy, dan kepsek Plue), dua orang saksi mata (Natsu dan Gray), dua pembela tersangka (Siegrain yang malah terlihat seperti mojokin, dan Wendy yang nyaris menangis), para guru lainnya, dan dua tersangka utama (Jellal dan Erza) yang wajahnya terlipat-lipat kesal.
"Sudah kami bilang, itu foto rekayasa!" Jellal dan Erza masih berusaha keras mempertahankan kebohongan mereka.
"Mou, dengan kelakuan kalian berdua seperti ini seharusnya aku mengeluarkan kalian dari dulu. Lihat daftar pelanggaran kalian selama sepekan?" Sebuah buku catatan setebal dosa itu berdebam keras karena dilempar ke atas meja di hadapan mereka berdua. "Kalian memang anak-anak nakal!"
"Jangan bu, kami mohon jangan lakukan itu pada adikku.." bela Siegrain, Jellal dan Erza menatapnya penuh harap. Tapi tidak untuk kelanjutan kalimatnya yang mengatakan "kasusnya yang paling segar kan ciuman di UKS, bagaimana kalau di skors saja atau apalah. Itu terserah kalian, menikahkan mereka berdua juga tidak masalah yang penting jangan dikeluarkan."
"Tapi..."
"Menikahkan Jellal dan Erza? tentu kami setuju!" potong kedua orang tua Jellal dari mulut kantor. "Maaf menyela, tapi saya sebagai ibunya benar-benar setuju untuk mengangkat Erza jadi menantu," sambung Aquarius dengan bersemangat. Mereka duduk disebelah Wendy.
"Tapi Jellal dan Erza masih sekolah, bagaimana kalau sampai berita ini tersebar keluar?" Happy-sensei menguarkan pendapatnya, "aku sendiri lebih setuju kalau mengeluarkan mereka dulu lalu terserah mereka mau menikah atau apapun itu."
"Sensei, kesalahan si Jellal kan hanya berciuman dan tidur berdua kan?"
"APA? KAU BILANG ITU HANYA?!..."
Perdebatan menjadi semakin memanas. Jellal berdo'a dengan sungguh-sungguh agar tidak di drop-out dari sekolah menengah kejuruan ini, sedangkan Erza sebaliknya. Dia memohon agar apapun yang terjadi dia tidak menikah dengan pria di sampingnya ini.
"Are?"
Tiba-tiba seluruh atensi manusia garang di sana teralihkan pada gadis smp berambut biru panjang yang memainkan smartphone miliknya. "Lihat, Jellal-nii dan Erza-nee ada di Instagram!"
Smartphone itu langsung berestafet mengelilingi ruangan. Terkecuali mereka berdua.
Isi postingannya memang standar , seperti kebanyakan orang mengunggah foto di media. Pengunggahnya pun bukan dari kalangan terkenal. Taurus si penjaga sekolah dengan akun miliknya, Taurus Lovenicebody saykoouu. Hanya saja jenis foto dan topik bahasannya yang sensasional. Jumlah likers dan followers nya pun tidak sembarangan!
"Ano, sumimasen..." tiba-tiba Aries-sensei mengacungkan tangannya dari belakang, "sebenarnya ini sudah tersebar ke semua siswa, ada foto-foto Jellal-san dan Erza-san jadi trending topic di twitter dan facebook. Sumimasen!"
Erza dan Jellal sukses menganga. Kalau ini manga, di sekitar tubuh mereka sudah dikelilingi petir-petir dan hujan. Beda dengan Aquarius dan Scorpio yang mulai mengkhayalkan masa depan, kepala bu Charla sudah berkedut-kedut menahan amarah.
"INI KEPUTUSAN FINAL!"
.
.
.
.
.
.
.
"TAK SUDI, TAK SUDI, AKU TAK SUDIIIIIIIIII!..." jerit Jellal frustasi. Erza menyenderkan tubuhnya pada tembok, menatap ujung sepatunya. Wajah mereka menunjukkan ekspresi kekesalan yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata.
Di saat anak-anak yang lain belajar di kelas, kini mereka berdua diberi kesempatan tiga jam untuk berfikir di tempat yang tenang. Dan Jellal memilih atap. Dimana dia bisa berteriak sesukanya seperti sekarang. Erza menghela nafas.
Sudah hampir seperempat jam, anak dari tuan dan nyonya fernandes itu berkoar nista. Bahkan mereka belum memulai diskusi tentang keputusan apa yang akan diambil. Ini adalah usul Happy-sensei, untuk konsekuensi semua kesalahan yang diperbuat oleh mereka. Menikah, atau angkat kaki secara tidak hormat dari sekolah.
Berfikir untuk dikeluarkan, mungkin itu jalan terbaik yang bisa diambil... err, atau tidak!
Mereka sudah kelas dua sekolah menengah kejuruan, semester dua. Rasanya mustahil ada sekolah lain yang akan menampung mereka di kelas dua semester ini. Kecuali jika mereka harus mengulang kembali dari kelas satu. Dimana para kouhai akan lulus terlebih dulu dan mencemooh, 'gue benci panitia mos, eh ternyata gue lulus lebih dulu dari panit tergalak seantero sekolah' atau 'he, ternyata gue lebih pinter dari Erza-senpai yang ngulang lagi dari semester satu...'
Njiiiirrr...
Ngebayanginnya aja Erza langsung merinding disko.
Kalau kasusnya kayak gitu sih, menikah emang pilihan terbaik untuk sekarang. Cuma masalahnya, Erza Scarlet, dan seluruh leluhur keluarga Scarlet dan keturunannya memegang teguh prinsip menikah sekali untuk seumur hidup. Satu pasangan, untuk selamanya.
Erza mendongkak, melihat Jellal yang kini menendangi kaleng bekas soda yang ada di sekitar. Dia pria berambut biru, berkulit putih sawo, dengan postur tinggi porposional dan bagian depan kazu-kazu (Erza pernah melihat lelaki itu topless saat eskul renang gabungan di Ryuuzetsu Land, dan menurutnya tubuh Jellal tidak bisa disebut tidak seksi untuk ukuran anak sekolah menengah kejuruan sederajat) dan mungkin itulah yang membuat anak-anak gadis kebanyakan mengincarnya.
Sayangnya, Jellal itu terlalu baik. Atau malah brengsek. Karena setiap perempuan yang menyatakan cinta padanya saat dia single selalu diterimanya tanpa banyak berfikir. Terakhir Mirajane, Lissana, Lucy, Cana, lalu... ah sudahlah!
Cari sisi positifnya, Erza!
Dia... beriman, oke itu bisa dihitung satu poin. Erza sering melihatnya di tempat ibadah, nilai-nilai agamanya juga selalu bagus walau kerjaannya bolos. Tapi dia pernah mencium perempuan, termasuk dirinya. Oh ya, dia juga pernah tidur ber... ah, Coret!
Jellal juga bisa diandalkan dalam banyak hal, seperti memasak atau membereskan rumah. Dia pernah memasakkan makanan di rumah Erza sekali waktu ibu dan ayah tirinya mendadak kencan, bahkan gadis Scarlet itu heran bagaimana Jellal mendapatkan kunci rumahnya. Dan dia juga bisa sangat diandalkan untuk... yah, membuat onar. Coret!
"Hei, sampai kapan kau melihatku seperti itu? awas nanti jatuh cinta loh!"
Erza langsung membuang muka, menatap lapangan volley outdoor yang sepi. "Najis!"
"Haaah... lihat, apa mereka tidak salah akan menikahkan diriku yang kece badai ini dengan cablak sepertimu?"
Sebuah beban seberat seratus ton jatuh menimpa kepala Erza.
"Kalau begitu, kau memilih drop-out dan kembali mengulang dari kelas satu. Maaf tuan, tapi sepertinya nona ini tidak sudi untuk melihat kouhai-kouhai yang pernah dia mos lulus lebih dulu!"
Gantian beban seberat dua ratus ton jatuh ke kepala Jellal.
"Lalu apa maumu?!" teriak keduanya. Lalu membuang muka berbarengan.
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Angin semilir membelai helaian biru dan merah, juga membuat rok mini Erza berkibar sekilas. Jellal sempat memerah, tapi dia langsung bisa mengendalikan raut wajahnya. "Jellal..."
"Hm?"
"Kau mau terjun dari atas tempat ini sendiri lebih dulu, atau aku yang akan mendorongmu?"
Jellal melotot kaget,"kau gila?"
"Kalau kau mati, setidaknya aku tidak akan dikeluarkan atau apapun itu..." Erza berkacak pinggang. Mode pms nya kembali bangkit, sekali lagi aku ingatkan, Jellal sudah kebal dengannya. "Kau tidak mau, biar aku saja!"
"Ya sudah, mati sana! Biar aku tidak repot."
Jellal mengatakan itu karena dia kira Erza tidak seberani itu untuk terjun dari atap sekolah lima lantai ini, tapi dia salah. Gadis itu ternyata sudah terlalu kalap sekarang, dan apapun mungkin terjadi untuk orang frustasi sepertinya. Helaian merah scarletnya berkibar ditiup angin saat berjalan melewati laki-laki itu menuju pinggiran atap. Yang dibawahnya adalah gerbang sekolah yang runcing atasnya, dan jalan raya yang sangat ramai.
Tak perlu jenius untuk memprediksi siapa yang pertama kali disalahkan jika itu sampai terjadi. Hanya ada dia, dirinya, Jellal Fernandes. Setidaknya dia akan menjadi satu-satunya orang yang akan dikandangi tanpa perlu diintrogasi kalau sampai Erza melompat. Jadi sebelum itu terjadi, dia berlari secepat yang dia bisa menuju gadis itu.
Jellal menarik tubuh Erza, hingga mereka berguling dengan posisi lelaki itu memeluknya dari belakang. Berakhir dengan posisi yang, err...
Sialnya, diseberang sana Natsu dan Gray muncul begitu saja dari pintu sambil bilang...
"Gyahahaha, lihat itu kepala es! Mereka ternyata melakukan 'itu' di sini selama tiga jam ini. Oh, aku lupa membawa SLR!"
"Ya ampun... posisinya itu loh Flamehead!"
Jellal langsung melepaskan pelukannya sebelum sempat Erza mendorongnya. Gadis itu sendiri langsung membetulkan posisinya, juga roknya. Segera keduanya mulai bangkit dan mengejar Gray dan Natsu yang langsung ngacir sambil berteriak.
"MATI SAJA KALIAN!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekolah sudah bubar. Termasuk segala eskul yang terjadwal hari ini. Langit pun sudah berubah jingga, tapi keluarga Fernandes dan guru-guru masih bertahan di sana. Keluarga Scarlet juga datang, walaupun terlambat lama. Hanya ibunya Erza, Flare Scarlet. Dan dia sedang membicarakan sesuatu saat ini dengan putri semata wayangnya.
Sementara di ruangan kantor para guru sedang memperbincangkan sesuatu dengan keluarga Fernandes, entah itu tentang prestasi ataupun kebengalan-kebengalan yang diperbuat Jellal. Ataupun basa-basi mengenai hal lain, dia tidak peduli. Jellal menengok sesekali ke pintu ruang kepala sekolah.
Entah mengapa, dia merasa mempunyai firasat buruk tentang hal ini.
Dan sepertinya firasat itu bukan hanya sekedar firasat.
Karena, di dalam sana...
.
.
.
PLAAAKKK...
Erza menunduk ke samping kanan. Pipi kirinya merah lembab, tertutup rambut scarlet indahnya. "Anak bodoh!" teriak Flare, Erza sudah kebal dengan hal semacam ini dari kecil. Jadi dia hanya melamun kosong. Tidak ada air mata yang keluar darinya, meski hatinya benar-benar terluka.
"Aku tidak mau tahu jika selama ini kau menjadi berandal, atau apapun itu! aku tidak peduli,"kata wanita berambut merah scarlet itu, dan menambahkan "dan seingatku, aku tidak pernah mengajarkan padamu untuk melacur, Erza! aku benar-benar malu dan kecewa mempunyai anak sepertimu!"
Erza tersenyum sinis, "seperti kau tidak lebih parah dariku saja! Aku pun tidak sudi terlahir darimu!" balasnya dalam hati, bagaimanapun juga orang yang ada di hadapannya adalah ibunya. Orang yang mengandung dan melahirkannya, sekalipun dia bukan orang yang membesarkannya.
Sejak usia lima tahun, ibu dan ayahnya sudah bercerai. Erza tumbuh dan besar bersama dengan nenek dari ayahnya, Obaababasama. Dan perlu kalian ketahui, dia mendapatkan marga itu dari sang ayah. Kedua orang tua kandungnya juga saudara jauh, mungkin karena dijodohkan. Dia sendiri tidak mengerti kenapa mereka bercerai dan Flare tahu-tahu menikahi bajingan. Setahun satu, sampai hari ini bajingan bernama Erick itu yang paling lama dinikahi ibunya.
Sedangkan ayah kandungnya, tidak menikah lagi. Setidaknya itu yang dia dengar dari neneknya sebelum beliau meninggal tahun lalu. Berbeda dengan yang dia dengar dari Flare, dimana ayah kandung Erza yang berselingkuh dan meninggalkan mereka. Dulu mungkin Erza kecil yang polos percaya dan membenci ayahnya, tapi tidak dengan Erza sekarang. Dia sama sekali tidak mempercayai ibunya.
"Agh..." pekik Erza.
Dia merasakan panas dan sakit secara bersamaan pada kepalanya. Erza setengah tidak percaya kalau ibu kandungnya itu kini menjambak rambutnya. Layaknya adegan-adegan ibu tiri kejam dalam sinetron yang pernah Erza tonton saat berkunjung ke rumah Lucy Heartfillia.
"Kau dengar tidak apa yang aku bilang? Dasar murahan!"
Erza menutup kedua matanya, bersiap untuk apapun setelahnya. Meneriaki kata sabar dalam hatinya. Bagaimanapun juga, apapun yang terjadi, Flare adalah ibunya.
Tokk...tokk... tokk...
Suara ketukan di pintu menghentikan acara ibu dan anak tadi. Flare menghempaskan dengan kasar rambut merah scarlet yang tadi di jambaknya. Sontak Erza terhuyung ke samping, untungnya dia bisa menyeimbangkan diri.
"Cepat rapihkan dandananmu!" bentak Flare,"ingat anak bodoh, apapun pilihanmu setelah ini, aku takkan pernah memaafkan kesalahanmu hari ini!" tambahnya, lalu meninggalkan Erza lebih dulu.
Erza menghela nafas. Menelan kembali rasa pahit dan air mata yang nyaris tumpah lalu membuangnya keluar bersama gas CO2 dan uap air. Dia mematut diri di cermin, merapihkan kerah bajunya yang sempat ditarik-tarik tadi. Dua kancing atasnya copot, gadis itu menahannya dengan dasi.
" Kimi no tsuyoi dakara..." gumamnya pelan pada bayangan di cermin. Erza tersenyum, tepatnya menyeringai...
.
.
.
"Sepertinya aku tahu jalan mana yang harus aku pilih..."
.
.
.
.
.
.
.
\/
.
.
::
Omake
::
Author's Note ;
*Melotot* ASDEFJKL!... kayaknya fic ini nggak bakalan pendek deh, so ide tiba-tiba menyembul kayak jamur kuping di kepala gue :3
Gomeeeeeeennn...
Kayaknya ngaretnya gw kali ini kebangetan banget yaks?! Ampyuuuun dehhh... *nangis-nangis*
Oh ya, semangat hari ibu yaaa..
Niat awal fic ini mau diupdet tanggal 12 desember 2015, namun apa daya waktu dan quote kokoro ini tak sempat. Maaf banget yaks, dan makasih banget buat para senpai yang udah membantu aku untuk memperbaiki cara penulisan fic-ficku yang awalnya amburadul teu pararuguh, menjadi tambah amburasutt beuki teu pararuguh (kuakui cara belajarku yang kurang serius, karena ini hobby yang jadi kerjaan di waktu senggang. Ini 100% salahku, bukan salahnya senpai-senpai kok!)
Makasih udah baca (kalo ada yang baca), fav dan follow nya juga arigato!...
Kokoro ini selalu doki-doki suru kalau setiap updet ada yg review, jadinya tambah semangat updet (^_^)9
.
.
Hontouni arigato for..
Haze26, Nagisa Yuuki, Hanna Yoopies, Melz Moccha Leonarista, Erza Scarlet...
Dan para silent readers ku tercinta, serta persatuan JerZa lovers seluruh dunia :D
Oh ya, juga Okaa-san sama Otou-san, teman-teman duta dan dumay, tak lupa my lil' dear sweetheart anak tetanggaku yg amaii itu... I Love You :*
.
.
.
[22-12-2015, at my bed rooms]
Oaaeummm...
Oyasumi ni yume mitte, minna-san!
.
.
CN Scarlet
