" Kimi no tsuyoi dakara..." gumamnya pelan pada bayangan di cermin. Erza tersenyum, tepatnya menyeringai...

.

.

.

"Sepertinya aku tahu jalan mana yang harus aku pilih..."

.

.

.

.

.

.

[warning :: Gaje, TyPo, aneh, abal,OOC,etc dst dll,...::]

Gw dah bilang dari chap 1, kalo Fairy Tail punya Hiro Mashima

.

Rated T +

Erza S x Jellal F

.

Happy Reading

.

.

.

Jellal Fernandes tak sempat berkedip, bahkan dia lupa bagaimana caranya bernafas. Lelaki berambut biru itu menatapnya tak percaya. Tak hanya dia saja, bahkan sepengisi ruangan ini pun begitu. Tak ada yang percaya, satu pun. Bahkan Natsu dan Gray yang biasanya tak bisa diam hanya bisa menganga. Karena disana, Erza Scarlet. Berdiri menghadap mereka semua, mengatakan dengan pelan namun pasti bahwa dia sudah mengambil sebuah keputusannnya.

"Aku bersedia,"

Keputusan yang sulit, tapi itulah yang dia ambil. Erza menggumamkannya pelan tapi pasti, pasti terdengar oleh semua orang di ruangan itu. Saking heningnya.

"Jellal, aku bersedia menikah denganmu."

.

Charla-sensei, mematung dengan tubuh memutih. Sweadrop.

.

.

.

.

.

.

Pagi ini, entah hari Kamis entah sudah masuk hari Jum'at, Erza masih pulas di atas singgasananya. Lain dari biasanya, dimana setiap pagi selalu terdengar suara weakker yang berisik, pagi ini kamar gadis scarlet itu sangat sunyi. Yang membangunkannya hanya cahaya mentari yang mengintip melalui jendela, gorden tipisnya bergoyang masuk ditiup angin.

Gadis itu perlahan keluar dari balik selimut baby blue tebalnya, mengutuki sejenak kilauan cahaya nakal yang membuat kedua matanya silau. Kepalanya merahnya keluar sedikit, mengidahkan pandangannya mencari sesuatu. Kemudian kedua matanya terbelalak melihat posisi hormat pada jarum jam di dinding kamarnya.

Pukul 6 : 45.

"Kuso!"

Kemarin, dia begitu lelah hingga melupakan tanggung jawab rutinnya, memperbaiki weakker strawberry cake malanng yang selalu dia lempar setiap bangun pagi. Bahkan dia sendiri lupa mengunci jendela dan menutup gorden rumah, pintu masuk pun tak yakin sudah dikunci dengan benar atau belum (kalaupun memang dia lalai, Erza tak yakin akan ada bangsat yang mampir mengingat kemampuannya soal banting-membanting sudah tersohor ke seluruh Magnolia).

Wajar saja, Erza Scarlet baru menginjakkan kaki di rumahnya kala langit sudah bertabur bintang. Ibunya, Flare Scarlet langsung pergi kembali ke luar kota-ataupun ke luar negeri, Erza sudah tidak mau ambil pusing- setelah kejadian hari itu.

Dia saja pulang diantar keluarga Fernandes, dimana Erza harus rela berdesakkan diantara si kembar Jellal dan Siegrain. Mobil luxurry mereka ternyata hanya panjang saja, nyatanya di dalam benar-benar sempit untuk satu keluarga besar. Untungnya Wendy ada dipangkuan Siegrain, membatasi ruang gerak pemuda itu agar tidak gerayangan.

Lagipula, ada pak supir berkumis seram di jok paling belakang, memegangi sepeda kesayangan calon menantu keluarga majikannya agar tidak terpental-pental sementara kepala keluarga beserta sang istri menyetir gila-gilaan di jok depan. Membuat penumpang mobil mewah itu terkocok-kocok. Mungkin naik kendaraan bak balapan liar biasa bagi mereka, tapi tidak bagi Erza. Meskipun tidak mabuk dan muntah seperti Natsu ketika naik bus, dia trauma sampai sekarang.

Bahkan tadi dia sempat memimpikan kejadian itu lagi.

"Hah, untung kemarin jalanan sepi.." gumamnya menenangkan diri sendiri. Erza mengambil handuk putih dari kastop, lalu membawanya menuju kamar mandi. Hari ini adalah hari terakhirnya melajang, jadi jangan salah kira dia hanya gosok gigi dan cuci muka saja. Walaupun terhimpit waktu, Erza mandi tau!

Iya, mandi kadal. Gosok gigi, cuci muka, basuh badan tiga gayung. Beres.

Keluar dari sana, jam sudah menunjukan pukul 7:00. Gadis itu mengerutkan kedua halisnya. Pasalnya, tadi sewaktu dia masuk kamar mandi, kamar berantakan. Namun ketika dia sudah selesai, tempat tidurnya sudah rapi sekali. Ditambah, sudah siap di atas sana semua pakaian yang diperlukannya. Seragam rok berlipit pendek hitam bermotif kotak bergaris biru-hijau, kemeja putih, rompi senada dengan warna rok, dasi lengkap dengan kaos kaki hitam panjang dan pakaian dalamnya yang- ah sudah, tak usah disebutkan secara detailnya ya-.

Turun ke bawah, gadis berhelaian scarlet itu dikejutkan lagi oleh bau-bau enak dari arah dapur. Dia sudah memakai seragam sekolahnya dan terlihat sangat manis sekarang, Erza penasaran ada apa gerangan tiba-tiba ibunya yang garang kemarin sekarang berubah menjadi malaikat.

Eh, tunggu! Kemarin jelas dia melihat Flare Scarlet pergi ke arah yang berlawanan bersama taksi jemputan. Dan sangat mustahil ibunya akan kembali dalam waktu singkat jika sudah bersama Erick. Jelas ini salah! Erza merasakan sebuah de javu pagi ini.

Dan benar saja!

Gadis itu lagi-lagi memergoki seorang laki-laki berambut biru dengan seragam sekolah menengah kejuruannya, ditambah celemek berenda milik Erza yang biasa disimpan di atas kulkas, juga bandana pink yang sangat tidak meching dengan rambutnya.

Dia sedang memasak sesuatu, terlihat sedang membalikkan masakannya dengan menggoyang-goyangkan pan, memasukan bumbu, seperti koki handal pengisi acara demo masak di salah satu televisi swasta yang Erza tongkrongi setiap hari libur. Api menyembur sesekali, saat dia mencampurkan whine dalam masakannya.

"Jellal?" tanya Erza, begitu dia selesai terpukau sejenak dengan pertunjukan barusan. "Sedang apa kau disini? Apa yang kau lakukan dengan dapurku?"

"Ohayou Erza," sapanya, sembari memindahkan tumis rattatoile karyanya ke dalam piring. "Maaf menghancurkan dapurmu, nanti aku bersihkan sepulang sekolah." Sekarang dia membereskan peralatan memasaknya ke dalam wadah pencucian.

Erza tersenyum tipis, dia memindahkan dua piring masakan laki-laki itu ke meja makan. Bohong! Menghancurkan apanya, Jellal bekerja sangat rapi di dapur sama seperti dia memperlakukan dapurnya ketika memasak. Ketika sampai di meja makan, kagetlah dia. Ternyata tuan Fernandes sudah memasak banyak makanan. Terlalu berlebihan jika hanya untuk sarapan.

"Hahaha... bagaimana, aku hebat kan?" Jellal muncul begitu saja dari belakang. Dia sudah tidak memakai bandana Erza tapi masih memakai celemeknya.

Sebuah jitakan keras mendarat di jidatnya. "Kau apakan semua bahan makananku selama sebulan, heh?"

"Ini semua bahan-bahan makananku kok, punyamu masih aman di kulkas!" Balas Jellal, sembari mengelus-elus jidatnya yang habis kena 'ciuman mesra' barusan. Dia berharap agar jangan sampai ada 'kissmark'nya juga.

Dia menghela nafas lega, Erza tak memperpanjang urusan. Gadis itu menarik kursi di seberangnya dan membalikan piring, bersiap makan jika gadis itu tidak menyadari bahwa koki-tidak- diminta-tidak-diundang-datang-dan-pergi-sesuka-hati itu masih berdiri di tempatnya. "Sedang apa kau? Ayo cepat makan, kita sudah sangat terlambat!"

Readers, bangunkan Jellal jika dia merasa sedang bermimpi!

.

.

.

.

.

.

.

.

"Goall!..."

Sepeda Erza masuk lebih dulu dari sepeda ontel BMX Jellal. Rambut scarletnya berkibar ditiup angin sepanjang perjalanan menuju parkiran. Dia tertawa riang merayakan kemenangannya. Mereka berdua memarkir sepeda dibawah pohon kersen, lalu berlomba lari sampai ruangan kelas. Namun kali ini Jellal lebih unggul setengah meter, Erza tak mau kalah. Suasana hatinya sangat baik hari ini, entah mengapa Jellal juga ikut-ikutan mesam-mesem.

Gray Fullbuster dan Natsu Dragneel yang sudah mesam-mesem-mesum, berjejer rapih di jendela sebagai cecak jejadian. Menikmati pemandangan di gerbang barusan, mereka bergosip yang nggak-nggak bersama kawan-kawan. Beruntung Loke-sensei sedang pergi kencan, meninggalkan hadiah sepuluh lembar soal latihan yang enggan dikerjakan. Kalau tidak, seluruh area toilet campuran, serta labolatorium kimia yang bau kutukan, menanti untuk segera dibersihkan.

Semua orang tahu, jika guru bk a.k.a bu Charla kayak macan, pak Loke ketika marah itu macam setan. Tapi tetaaaap saja ada yang doyang buat pelanggaran. Emang dasar anak-anak berandalan.

"Wooooow..." koor para cecak jejadian, begitu dua berandalan legendaris yang dari tadi sedang dibicarakan itu melintas balapan. Melewati koridor luar perpustakaan.

"Cih! Si Erza itu, munafik banget dia," kata Mirajane, pengurus kantin yang cantik itu juga siswi sekolah menengah kejuruan. Jadi ketika jam pelajaran, dia berada di kelas, sisanya di kantin. "Pura-pura benci, padahal dia seperti itu dengan Jellal-kun. Mou.." lanjutnya.

"Kun?" ulang anak-anak yang ada di situ, mengulang heran suffix tidak biasa yang dipakai Mira.

"heee, kau cemburu Mira-san?"

.

Keduanya merasa ada yang janggal ketika memasuki kelas. Harusnya ada seorang guru dengan rambut orange berkacamata dan memakai jell, serta seluruh teman-teman sekelas mereka yang sedang mengikuti pelajaran. Tapi yang ditemukannya hanya ada Lucy, Canna, dan Levi yang sedang asik facebookan.

"Ohayou Erza-chan, Jellal-san!" sapa Lucy, dia sudah selesai online rupanya. Dua gadis lainnya juga menyapa setelahnya.

"Ohayou..."

Erza Scarlet meletakkan tasnya di atas bangku miliknya, lalu bergabung dengan kumpulan itu. Merasa jadi satu-satunya anak bercelana panjang, Jellal memutuskan untuk keluar kelas. Mencari keberadaan kaum sejenisnya.

Setelah memastikan lelaki berambut azure itu benar-benar menghilang di balik pintu, Lucy Heartfilia langsung merapat pada Erza. "Nee, Erza-chan, kudengar kalian berdua akan segera menikah. Apa benar?"

"Hontou?" Levi mulai keppo, "bagaimana bisa, kau dan dia kan masih sekolah?"

"Ceritakan dong, cerita!" desak Canna.

Sudah menjadi rahasia umum, seluruh isi sekolah juga tahu kalau Erza dan Jellal tak pernah akur. Sepanjang sejarah mereka bersekolah di sini, nama keduanya merupakan suatu pantrangan untuk satu sama lain. Semua tahu itu.

Biasanya, Erza akan marah dan menyeramkan saat seseorang menyebutkan nama Jellal. Jadi tadi Levi McGarden sengaja tidak menyebutkan nama. Tapi untuk hari ini, tiba-tiba saja mereka merasa ada yang salah dengan sahabat scarletnya. Pipinya memerah, gugup.

"E-etoo..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jam pelajaran pertama, kedua, dan ketiga berlalu begitu saja. Entah apa yang terjadi, Erza dan teman-temannya mengira ada acara mogok massal. Yippie! Canna Alberona, Jett dan Droy sudah merencanakan beberapa pesta kecil dan permainan-permainan seru untuk menghabiskan waktu. Bancakan, gapleh, ular tangga, atau main monopoli dengan taruhan teh botol misalnya.

Tapi mereka semua harus menghela nafas dan menelan semua bayangan kebebasan sesaat itu dalam-dalam. Karena sungguh, berharap Happy-sensei yang mendapat gelar guru teladan lima kali berturut-turut itu ikut-ikutan seperti yang lainnya itu...

mustahil!

"Minna-san, seperti yang kita semua ketahui, kelezatan seekor ikan dilihat dari ukuran, bobot, usia dan..."

blaa.. blaa.. blaa..

Lucy Heartfilia menguap lebar di bangkunya, kedua paling belakang. Tepat di sebelah Gray Fullbuster yang selalu melihat kearahnya dengan penuh gairah, seperti biasanya. Anak gadis bang Jude Heartfillia si juragan jengkol blok C itu memang paling anti sama pelajaran Happy-sensei. Belajar biologi, tapi yang dibahas tentang "sejarah ikan," atau "bagaimana cara membuat ikan sedap," dan atau "macam-macam ikan yang sedap dibuat sashimi.", yare.

Sebenarnya bukan hanya gadis blonde itu saja yang bosan, seluruh kelas juga. Aku yakin, readers pun jenuh jika dihadapkan dengan kelas anti maenstream seperti itu. Mau protes, namun protes itu tindakan yang sangat berpengaruh pada nilai di rapormu nanti. Begitu-begitu juga, Happy-sensei sangat 'sesuatu' jika berurusan dengan nilai.

Jika kau lihat di bangku ke tiga dari samping kanan dekat jendela, bangku paling depan. Erza duduk melamun menatap ke depan. Dia tidak peduli meski di sebelahnya Mirajane terus mencuri-curi pandang, pada Jellal yang duduk terhalang gadis scarlet itu. Sudah biasa, namun biasanya dia akan menoleh ke kiri dan memberinya deathglare yang seolah bilang 'diam, atau kucokel matamu!'.

"Kau beruntung nee, Erza. Jellal itu orang yang sangat menghormati perempuan, bahkan dia lebih memilih membawakan aku bento daripada menciumku saat kencan. Beda dengan Natsu, dia sih sebaliknya.. hahaha.."

Perkataan Lucy kembali terngiang dan menari memenuhi kepalanya. Tadi saat jam pertama dan kedua, teman-teman perempuannya yang pernah dipacari Jellal mendatanginya di kelas. Dia kira, mereka semua akan mengamuk, menangis, atau apalah yang selalu dilakukan cewek ketika menemukan pacar calon istri dari mantan kekasihnya. Seperti di film-film.

Namun nyatanya, mereka duduk membuat sebuah majelis lalu menceritakan pengalaman-pengalamannya ketika menjalin hubungan dengan Jellal. Awalnya Erza jengah, ingin keluar kelas dan melakukan apapun –asal tidak disana- jika Levi McGarden tidak mencegahnya dengan mengatakan "kau kan membencinya tapi kau akan menikahinya, Erza-san. Setidaknya, kami ingin membantu."

Yang artinya ; diam, dan dengarkan.

Mereka semua tahu, Erza sangat membenci pemuda azure itu. Pasti sangat berat untuk menerima orang yang sangat kau benci menjadi suamimu, bisa damai saja sudah untung. Karena itu, begitu mereka mendengar kabar JerZa akan menikah, mereka semua ingin membantu. Yah, meskipun tidak membuat keduanya saling jatuh cinta, mungkin bisa membuatnya lebih mudah. Thinking that better.

"Kau tahu, Jellal itu pintar memasak dan melakukan pekerjaan rumah."kata Levi. Dulu dia pernah menginap di rumah pria azure itu karena Wendi, adik Jellal adalah sahabat penanya.

'Iya aku tahu, dia bahkan sering memakai dapurku seenaknya,' Batin Erza.

"Aku ingat, dia itu sangat kuat. Jellal pernah menolongku dari para penjahat ketika aku pulang dari supermarket."

'itu aku baru tahu..'

"Ah iya, aku pernah dengar dari Gray kalau punya Jellal itu lumayan besar dan panj**g. Kau harus memastikannya!.."

Erza menggeleng-geleng kepalanya yang memerah. 'cukup sudah! Jangan buat aku mengingat perkataan nista Canna yang satu itu.'

"Ada apa Erza Scarlet?" tanya Happy-sensei, tak terasa papan tulis sudah penuh dengan teori tentang ikan sejak terakhir dia fokus. Tambahan, ada soal essay juga. "Cepat kerjakan soal nomer pertama di papan tulis!"

Shit!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Waktu berlalu cepat, secepat Natsu mencampurkan cairan-cairan aneh dan menambah polusi aroma kutukan di lab kimia. Atau secepat miss Charla memarahi Gray yang ketahuan telanjang pantat di koridor sekolah. Cepat manapun, yang paling cepat dari yang tercepat itu perkiraan waktu yang dimiliki Erza Scarlet dan Jellal Fernandes.

Saat bel pulang berbunyi, gadis scarlet itu diseret Sagitarius-sensei dari ruang klub juudo. Begitupun pria azure yang dibegal Taurus si penjaga sekolah di pintu gerbang. Tanpa peringatan, atau pemberitahuan terlebih dahulu mereka digusur ke ruang guru.

Sekarang disinilah mereka berdua. Jellal Fernandes yang menggerutu pelan tentang rencana-rencana bersantainya sepulang sekolah dan Erza Scarlet yang punya rencana membanting Natsu dan Gray di klub. Rencana-rencana mereka terpaksa dibatalkan.

Mereka kini duduk berhadapan. Dibatasi dengan meja yang diatasnya ada camilan, teh panas, dan dokumen pernikahan.

Tunggu..

Dokumen pernikahan? Kenapa cepat sekali?

"Bukankah sensei bilang kami menikah seminggu lagi?"

"Oh dear," dengus Loke-sensei, mengedip genit ke arah Erza. Sepertinya beliau kembali ke sekolah setelah kencan. Jellal mendeathglare melalui punggung guru genit itu, lalu memasang senyuman psycopath saat beliau berbalik ke arahnya "kemarin aku bilang secepatnya. Kalian harus siap."

"Yo, Er-chan!" seorang kakek botak berkumis datang memasuki ruangan itu. Melambai penuh percaya diri sembari memasuki ruangan itu, lalu duduk di kursi kosong di sebelah Erza. "Hai Jellal, jadi ini yang akan kau nikahi?"

"Kakek, apa maksudmu? Apa kalian saling kenal?" tanya Erza yang kebingungan dengan reaksi adik dari kakek lelakinya, begitu beliau melihat laki-laki di depannya.

"Yah, kami bertemu di mushola. Aku sedikit bercerita padanya, kakek ini banyak membantuku." Jawab Jellal dengan senyuman yang ditunjukkan untuk Makarov Dreyar, "arigato."

"Jujur aku sendiri tidak menyangka kalau gadis yang akan kau nikahi adalah cucuku sendiri," gurau Makarov sembari tertawa. Jellal menggaruk telinganya yang tak gatal, sedangkan Erza sudah memberikan tatapan membunuh ke arahnya. Seolah berteriak, brengsek lu udah curhat sembarangan! Untung aja nih kakek gue. "Astaga... dunia begitu sempit!"

"Baiklah, karena wali Erza sudah hadir, mari kita percepat proses pernikahannya." kata Happy-sensei, yang duduk di sebelah Jellal. Sensei laki-laki juga mengisi tempat di sekitar Jellal sedangkan sensei perempuan mengisi tempat di sekitar Erza. "Kalian siap?"

Jellal dan Erza hanya mengangguk pelan.

"Kalian yang diluar, cepat masuk!" tambah Happy-sensei sebelum benar-benar memulai upacara sakral seadanya itu. Gray, Natsu, Lucy, Levi dan Ultear memasuki ruangan itu dan menempati tempat sedekat mungkin dengan kedua mempelai.

Pernikahan itu berlangsung dengan khidmat. Dimulai dengan sambutan singkat, akad, dan diakhiri dengan syahadat. Jellal dan Erza resmi menjadi suami istri yang sah. Mereka menandatangani surat-surat nikah agar tercatat dalam dokumen negara. Happy, Charla, Loke, dan Aries menandatangani lembar saksi sebagai perwakilan guru dan Gray, Natsu, dan Lucy menandatanganinya juga sebagai perwakilan murid. Terakhir dan yang paling penting, Jellal memberikan sebuah mas kawin berupa cincin platina turun temurun keluarga Fernandes yang selalu tersemat di jari kelingkingnya. Dan itu pas sekali di jari manis Erza, semua orang bertepuk tangan memberi selamat.

Mereka pun bubar setelahnya, menyisakan Taurus si penjaga sekolah dan kedua mempelai.

Diantara dokumen-dokumen itu, ada selembar catatan peraturan yang dibawa pulang. Isinya sederetan rules sederhana yang dibuat oleh sekolah, dimana mereka berdua melanggarnya akan langsung dikeluarkan secara tidak hormat dari sana. Jellal menandatanganiya dengan cepat, sedangkan Erza membacanya terlebih dahulu.

Dahinya berkerut, bibirnya cemberut, tanda isi peraturannya mungkin saja membuat orang sakit perut. Matahari masih di pertengahan langit, belum senja dan mereka duduk-duduk saja di pinggiran trotoar jalan Blue Pegasus. Depan sekolah yang gerbangnya sudah digembok pak Taurus.

"Erza, memangnya apa sih isi peraturannya?" tanya Jellal penasaran, "apakah sesulit itu sampai lu susah tanda tanganinnya?"

Erza menjitak jidat suaminya itu sebelum menjawab, "makannya, lo baca dulu sebelum tanda-tangan!" lalu membacakan isinya ;

Pertama, pernikahan ini berlangsung tanpa batasan waktu.

(Jellal menanggapinya dengan mengangguk.)

Kedua, dilarang keras melakukan hubungan biologis selama masa bersekolah.

"Sudah pasti, tidak akan!" imbuh keduanya.

Ketiga, rahasiakan hubungan suami-istri di luar sekolah jika mengaku murid sekolah menengah kejuruan ini. Diluar itu, terserah saja.

"Yup, itu mudah!" sahut Jellal.

Keempat, tidak boleh tidur bersama karena hal itu akan mengacu pada poin kedua.

Kelima, semoga bahagia!

Jellal mengerutkan kening heran setelah mendengarkan isi kertas itu. "Itu kan peraturan mudah, cepat tanda tangan gih!"

"Hei," gadis itu memberi jeda, lalu melanjutkan...

"Pinjem pulpen dong!"

GUBRAK!...

Jellal jomplang ke selokan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Omake

.

.

.

.

.

.

.

Berbagi =

Haii semuanya, makasih ya yang udah baca dan ngikutin fic ini dari awal sampai akhir. Maaf banget sempat hiatus lama. Karena lusa aku udah back to school, minta do'a restu saja dari semuanya supaya saya bisa memperbaiki nilai raporku yang bobrok. Hai! Watashi no gambarimasuuu...

Ingatkan saya untuk segera melanjutkan fic ini yaa

.

.

.

Arigato buat yang udah review, bersedia baca dan review lagi?

.

.

Endang CN Scarlet

(follow twitter at; euis_ecn / like fanspage fb : CN Scarlet)