HUNT YOU DOWN

MainCast: Chanyeol, Baekhyun,Sehun, Dll

Pairing: Chanbaek/Hunhan/Chenmin/Taoris

Rated: M

Warnings: typo, cerita abal, istilah aneh.

Yaoi, boys love, DLDR

enjoy

.

.

Chapter 2

Flashback

"kau akan kukabari lagi jika ada informasi lebih lanjut. Perhatikan terus uang tip mu Brian. Agen ku akan sering mengunjungi tempatmu bekerja." Kata Vic saat ketiga nya bersiap untuk meninggalkan apartemen reyot itu.

"baiklah. Asal lain kali, gunakan lembar uang yang nominalnya lebih besar! Kau pelit sekali."

Victoria mendengus "kupikir kau tak perduli soal uang?" katanya mengejek

"sudah lah. Aku pulang!" dan Baekhyun pun melangkahkan kakinya besar besar dari tempat itu. sementara Donghae dan Victoria dibelakangnya hanya tertawa kecil.

"ayo. Kau tau kita harus bertemu dengan seseorang lagi" kata Donghae mengingatkan saat tawa keduanya mereda. Victoria mengangguk.

.

.

Malam itu seorang wanita cantik sedang duduk di sofa apartemennya, sampai seseorang mengetuk pintunya. Wanita itu tersentak begitu melihat lubang pintu, mencari tau siapa yang mangganggunya.

"selamat malam Soojung" kata Victoria dan Donghae, serius sekali. Soojung membuka pintunya, mempersilahkan kedua orang ini masuk setelah memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka.

"silahkan duduk" kata Soojung sopan, lalu berjalan ke pantry, bersiap menyediakan minuman. "tidak usah Soojung. Kami tak lama" kata Victoria menghentikan gerakaan wanita yang lebih muda itu.

" duduklah. Ada yang ingin aku bicarakan." Soojung menghampiri mereka, mendengarkan dengan seksama. Ia yakin sekali ada sesuatu yang tak beres sampai sampai petinggi organisasinya datang secara pribadi.

Dan Donghae pun menceritakan soal kasus Hadwin pada Soojung. Gadis itu kaget luar biasa.

"benarkah? Lalu? Tapi aku bukan kelompok indigo." Katanya. Buat apa ia diberi tahu masalah ini. Victoria bilang mereka akan membentuk kelompok indigo lagi tapi kenapa ia dipanggil.

"aku tau. Sebelum Kelompok Indigo dibentuk kembali, posisi kita sangat rawan. Jadi aku mohon. Berhati hatilah Krystal. Kau ada tugas beberapa hari lagi bukan?" kata Victoria sambil menyebut code name Soojung.

"a-apakah kakaku sudah tau?" tanya Soojung. Victoria menggeleng. "dia masih melakukan tugas dijepang dan baru kembali beberapa hari lagi. namun aku sudah memanggilnya pulang, dia akan tiba di Korea besok" Soojung pun mengangguk mengerti. Pikirannya berkecamuk, ia tak bohong kalau dia juga merasakan takut. Apalagi Indigo, tim elit Black Fox belum terbentuk kembali. Tanpa Kelompok Indigo, tim elit sekaligus pelindung utama Black Fox, posisi setiap agen akan terancam bahaya.

.

.

Steve dan Matthew sedang berada di sebuah garasi yang menghadap ke halaman yang luas. Garasi itu disulap seperti ruangan modern dengan banyak peralatan Canggih. Sudah beberapa jam mereka lewati dengan menguji coba beberapa senjata. Menembakan atau melemparkannya ke halaman luas di depan

"coba yang ini. Kau harus merasakan berat senjata yang kau pegang." Kata Matthew sambil menyerahkan senapan panjang.

"mungkin kalian pikir ini tak penting. Tapi jangan sampai kau membawa senjata yang bahkan merepotkanmu" Steve meraih senapan itu, menimbang nimbang beratnya kemudian mencoba kebolehan senjata yang ia pegang

"peledak. Kau juga harus tau sebesar apa efeknya. Efeknya pun berbeda beda. Saat meledakan sesuatu kau harus tau titik aman untuk bersembunyi. Dan berapa lama. Mampu meledakan apa saja." lanjut Matthew sambil bersedekap lalu menyender di sebuah dinding.

"untuk petarung jarak dekat sepertimu, kau pasti lebih tertarik dengan pisau atau pistol jarak dekat. Tapi itu tak akan berguna dalam misi nanti."

"kau juga harus waspada. Saat kau menargetkan seseorang, jangan sampai snipper lain juga menargetkan dirimu"

Steve menoleh "dan bagaimana aku bisa tau?"

"itulah tugasnya tim yang lain, mereka akan meng-cover dirimu Steve" Steve mengangguk kecil. "tapi tetap saja kau yang memimpin operasi ini. Segala keputusan ada ditanganmu"

"apakah semudah itu memimpin? Mengingat dilihat lihat kau masih cukup muda untuk me-ngepala-i sebuah divisi, aku juga yakin Kenneth masih seumuran denganku" sahut Steve sambil mencoba beberapa senjata lain. Matthew terdiam.

"tidak. Tidak mudah." Katanya pelan, kemudian terdiam seolah sedang menerawang sesuatu.

"hal tersulit menjadi seorang pemimpin adalah saat kau mengambil keputusan sulit"

"contohnya?" Steve menoleh, menunggu jawaban dari seniornya itu.

"keputusan yang mengakibatkan anggota tim mu terbunuh." Kata Matthew serius sekali. Suasana tiba tiba hening.

"jadi, apa ini semua koleksimu Matthew?" tanya Steve membuka topik kembali. Matthew berkpribadian hangat sebenarnya. Berbeda sekali dengan lelaki yang selalu menempelinya, Jason.

Matthew menggeleng. "dulu ini semua milik Sergio. Kita punya ketertarikan yang sama. Dia bisa dibilang sahabatku yang paling dekat. Hahaha, aku ingat Jason pernah cemburu karenanya "

Steve diam, masih sibuk dengan senjata senjata di depannya. Lalu, Matthew yang masih menyender kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke Steve dengan pandangan menilai.

"agak aneh, kau sedikit mengingatkanku padanya." Kata nya Pelan. Steve tersentak namun buru buru menguasai dirinya lagi. keadaan kembali hening.

"baiklah. Aku tinggal dulu. Ada yang harus kuperiksa" kata Matthew sambil melangkah pergi. Meninggalkan Steve dengan setumpuk senjata dan kenangan yang melesak masuk ke benaknya. Kenangan yang membuatnya benci. Dengan segera ia mengambil sebuah senapan dan menembaknya tak tentu arah dengan brutal.

Flashback end.

ooo

Di belahan bumi yang lain.

Suasana Brisbane saat itu sangat cerah, orang orang menjalankan aktifitas mereka yang sibuk. Tak ubahnya dengan sebuah restoran mewah di ibukota Quensland itu. dibalik para pelanggan yang sedang menikmati makan siangnya dengan tenang, suasana di dapur sedang panas.

"astaga! Bahan mengerikan apa yang kau masukan ke dagingku! Ulang lagi atau kubakar tanganmu dan kusajikan di piring sebagai gantinya!" sembur seorang kepala Chef dengan Bahasa inggris nya yang fasih. Pria itu, Do Kyungsoo, sedang 'mendidik' staff baru yang sedang magang di restoran miliknya. Sebuah restoran yang dimiliki orang Korea, agak aneh memang, namun rasa makanannya yang luar biasa membuat para pengunjung selalu kembali ke restoran yang masih terbilang baru itu

"Hey! Perhatikan apinya!"

"bagus. piring ini bisa keluar."

"Jamie! Berapa kali aku bilang perhatikan platting-mu! Piringmu lebih mirip tempat makan anjing!"

"pan seared salmon, berapa lama lagi?!"

Dan pria itu terus terusan saja hilir mudik dengan nada pedasnya, memastikan staff nya tidak membuat kesalahan dan mengancam restoran miliknya.

"maaf Tuan Do. Ada yang meminta bertemu dengan mu" kata Seorang pelayan menghampirinya dengan takut takut. Kyungsoo mendelik, memandang lelaki yang jauh lebih tinggi darinya itu.

"astaga, Danny. Bisakah kau lihat aku sedang sangat sibuk mengatur anak anak ini?"

"tapi Tuan Do, pelanggan ini bersih keras ingin bertemu dengan anda."

"ada apa?" Kyungsoo mengernyit heran.

"entahlah, sepertinya dia tidak senang dengan makanannya". Pria bermata belo itu mendengus, lalu melemparkan death glare kepada staff magangnya yang sedang sibuk sambil berkata "mulailah berdoa. Saat aku kembali dan menemukan siapa yang mengacau, masa magangmu akan kuhentikan bahkan sebelum kau mengedipkan mata!"

Dan Pria itu melangkah dengan gusar keluar dapur sambil merapihkan pakaian kepala Chef nya. Peter, wakilnya hanya memandang pria pendek itu lalu kembali menatap anak anak magang dengan tatapan tajam.

Tak biasanya pelanggan akan meminta bertemu dengan kepala Chef apalagi owner tempat itu karena tak puas dengan makanannya. Paling paling hanya mengembalikan piring dan itu pun tak pernah terjadi. Semua yang memanggilnya biasanya kritikus yang ingin menyampaikan pujiannya secara langsung

Dan itu membuat pria itu semakin penasaran.

Kyungsoo menghampiri meja dimana pelanggan yang dimaksud berada. Orang itu sepertinya ia kenal. Dan benar saja, pria botak berbadan besar itu benar benar ia kenal. Hatinya sedikit berdegup lebih kencang. Namun Kyungsoo mencoba menguasai dirinya.

"selamat siang Tuan, ada yang bisa kubantu?" katanya sopan

"kau Mr. Do?" pria botak itu menaikan sebelah alisnya.

"ya, saya sendiri."

"makananku mengerikan. Pastikan anak buahmu membakarnya atau gelandangan yang memungut itu ditempat sampah akan mati keracunan" pria botak itu menggeser piringnya dengan kesal.

"maafkan atas kelalaian kami tuan, segera kami ganti dengan makanan baru. Gratis sebagai permohonan maaf kami."

Dan Kyungsoo berbalik, masuk kembali ke dapurnya sambil membawa piring tadi. Anak magang yang dari tadi berdoa memandangnya takut takut, namun pria itu diam saja sambil terus melangkah keruangannya dan membanting pintunya tertutup.

Hening sepersekian detik

"hey! Kembali bekerja!" kata Peter. Saat melihat anak magang yang lain membeku. Sementara chef senior yang lain hanya tertawa geli.

Kyungsoo mengobrak abrik makanan didepannya, mencari sesuatu yang disembunyikan. Dan benar saja, disebuah tumpukan salad, terdapat sebuah kertas kecil yang digulung. Kyungsoo mengambil kertas itu dan membukanya.

"brengsek!" gumamnya. Sebuah kalimat bertuliskan jam dan tanggal yang tinggal beberapa hari lagi. tapi bukan itu, melainkan sebuah alamat yang lokasi nya berada di Korea selatan. Ia tau pasti apa yang sedang menunggunya. Kyungsoo bersiap mengganti baju Chefnya. Ia membuka pintu ruangannya sambil membawa piring tadi.

"aku akan pergi lama. Kau yang menggantikanku sementara. Jangan biarkan mereka membakar restoranku. Atau kepalamu yang akan kupenggal" kata Kyungsoo galak sambil membuang makanan itu ke api pembakaran dan melempar piringnya asal ke bak cuci sampai sedikit retak. Peter yang diamanahi seperti itu hanya bisa mengerjap ngerjapkan matanya kaget. Belum sempat merespon, Kyungsoo sudah pergi dengan tergesa. Ia harus bergerak. Seseorang memanggilnya pulang.

.

.

Suho sedang duduk di ruangan khususnya di sebuah sekolah elit yang ia pimpin di Singapur. Sampai tiba tiba sebuah ketukan halus dipintu mengganggu kesibukannya.

"masuk". Kata Suho tanpa mengalihkan pandangan dari berkas berkas miliknya.

"permisi tuan Kim. Ada seorang wanita ingin bertemu" kata seorang staff laki laki sambil membungkuk hormat

"bertemu?" Suho memandang pria itu dengan kernyitan didahinya. Sepertinya ia tidak ada janji dengan siapa siapa hari ini.

"benar tuan, dia ingin melakukan kerja sama dengan sekolah anda" Suho melepaskan kacamata bacanya. Ia tidak memiliki masalah penglihatan sebenarnya. Hanya saja, kacamata membuatnya lebih nyaman dalam kehidupan baru sebagai kepala sekolah ini.

"baiklah, suruh ia masuk." Katanya kemudian. Tak lama, seorang wanita berpakaian rapih masuk.

"selamat pagi, tuan Kim" kata wanita itu dingin. Suho mendongak, memperhatikan wanita itu seksama. "silahkan duduk. Nona….?" Katanya dengan senyuman terbaiknya. Mencoba menutupi sebuah perasaan tak enak yang ia rasakan dari wanita ini.

"Cassie. Aku membawa sebuah brosur dan proposal penawaran untuk kau baca" sahutnya santai lalu duduk di depan Suho dan memberikan sebuah map. Kepala sekolah itu makin merasa ada sesuatu yang tidak beres. diam diam Suho membuka lemari kecil di mejanya dan mencoba mengambil sesuatu.

"atau kah harus kupanggil dirimu, Mr Sam?" Mendengar nama itu, secepat kilat, Suho mengambil pistol di lemarinya dan mengarahkannya ke wanita itu. si wanita asing yang sebelumnya sudah membaca gerak gerik Suho tak kalah cepat mengambil pistol miliknya dibalek blazer yang ia kenakan.

Keduanya saling menodongkan pistol dlaam keheningan

"tenang dulu. Vic yang mengutusku." Mendengar nama orang yang ia kenal, Suho langsung menurunkan kembali pistolnya. Wanita itu memasukan kembali pistol miliknya ke dalam Blazer.

"Jangan sampai terlambat." Kata Cassie sambil memberikan pandangan ke sebuah map yang ia beri, lalu segera beranjak pergi.

Suho memperhatikan map yang diberikan wanita tadi, ia mengernyitkan dahinya. Begitu membuka map itu, sebuah brosur dengan tulisan warna warni terpampang di depannya. Sadar ada sesuatu hal yang tersembunyi, Suho merangkai huruf bercetak warna hitam. Dan ia baru sadar pesan dari brosur itu

Ia meraih brosur itu dengan gusar, lalu meremasnya sampai tak berbentuk dan membuangnya ke tempat sampah. Sesuatu sedang terjadi di Korea Selatan. Dan ini pasti tidak baik baik saja.

.

.

Lay sedang berjalan di koridor kampusnya di Jerman. Ia mengambil magister di salah satu universitas terbaik di Berlin. Sedang asik asiknya berjalan di koridor dengan earphone terpasang ditelinganya, seseorang yang sedang berlari dari arah berlawanan menabraknya sampai buku bukunya terjatuh.

"Hey!" teriaknya, namun orang itu masih saja berlari sampai menghilang dibelokan koridor. Lay geleng geleng kepala, jengkel. Lalu memutuskan memungut buku bukunya, sampai sebuah kertas kecil diantara tumpukan bukunya terjatuh. Sepertinya itu tadi milik lelaki yang menabraknya.

Ia memungut kertas itu. beberapa soal matematika rumit yang dengan mudah ia pecahkan. Ia mengernyit. Urutan angka dari jawabannya membentuk rentetan sebuah informasi. Ia membalik kertas itu, menemukan soal logika lain yang dengan mudah ia pecahkan. Lay mengernyit.

Dan semua jawabannya pun menjadi masuk akal saat melihat tulisan 'LOUIS' dan VIC' yang memudar, seperti ditulis dengan pensil dan dihapus oleh penghapus murahan. Lay mendesah. Ia tau apa informasi dibalik jawabannya. Pria itu melangkah terburu ke dormnya, bersiap siap. Meskipun hati nya berharap ia salah.

ooo

KOREA

Baekhyun sedang mencuci piring bekas sarapan mereka saat itu sambil bersenandung mengikuti alunan lagu Arctic Monkeys yang berjudul Snap out of it. Chanyeol sangat menyukai lagu itu. Chanyeol yang duduk di meja makan sambil ikutan menyanyi dengan suara bassnya, memperhatikan kekasih mungilnya yang menggemaskan. Pria itu berhenti bernyanyi kemudian beranjak dari kursinya,memeluk Baekhyun dari belakang. Chanyeol Menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Baekhyun dan menghirup aroma sabun yang menguar dari badannya.

"chagi.. kau membuatku geli" kata Baekhyun sambil mengelak malu. Leher merupakan titik sensitifnya. Namun Chanyeol tak perduli, ia malah semakin memeluk Baekhyun erat. "bagaimana… kalau sedikit sex sebelum berangkat kerja?"

"lagi?" Tanya Baekhyun kaget.

"ayolah." Belum sempat Baekhyun merespon, ponsel Chanyeol berdering. Dengan segera, pria tinggi itu merogoh sakunya dan mengambil benda pipih itu, melangkah menjauhi Baekhyun yang memperhatikannya

"yeoboseyo. Ada apa Jongdae?"

"…"

"benarkah?."

"….."

"baiklah kalau begitu. Aku kesana sekarang" dan panggilan itu dimatikan.

"itu salah satu temanku untuk project berikutnya" kata Chanyeol pada Baekhyun yang menatapnya. Baekhyun mengangguk dengan senyuman manisnya. Ia selalu mempercayai kekasihnya itu.

"baiklah kalau begitu Baekkie ku sayang. Kurasa acara kita harus ditunda dulu." Chanyeol pun mengecup bibir Baekhyun lamaaa sekali.

"siapkan dirimu nanti malam" kata Chanyeol dengan senyuman jahilnya lalu melangkah pergi ke luar apartemennya. Meninggalkan Baekhyun yang tersenyum yang perlahan memudar.

ooo

"kau sudah menghubunginya?" kata Kenneth yang baru saja masuk ke markas. Disitu baru ada Jason dan Matthew serta Steve yang duduk agak jauh dari keduanya, masih dengan tatapan datar.

"tentu saja. aku baru saja menghubunginya."

"kenapa tidak semalam saja? kenapa harus pagi ini" kata Kenneth lalu duduk di dekat Steve sambil menyapa rekan sebayanya itu sok akur. Steve tak merespon. Sialan juga anak baru itu. sudah berbulan bulan bersama apa dia tidak mau mengakrabkan diri?

"kau kira aku mau digantung olehnya? Kau tau sendiri dia paling anti jika diganggu malam malam." Semprot Jason kesal. Kenneth mengangguk angguk sambil terkekeh.

"jadi Bagaimana latihan mu dengan Matthew kemarin Steve?" tanya Kenneth membuka topik. Steve yang tak mengira akan diajak berbicara sedikit tersentak. Jason mengerutkan dahinya. "apa maksudmu?" Mulut Kenneth terbuka sedikit. menyadari ucapan yang baru saja dia lontarkan. Kemudian pria berkulit tan itu terkekeh. Astaga ia lupa Jason tak tau si anak baru sedang berduaan dengan kekasihnya diruang senjata.

"YAK! JAWAB AKU!" "aku hanya mengajari nya beberapa senjata Jason. Kau tau sendiri kan dia bukan spesialisasi jarak jauh" sahut Matthew santai. Jason mendengus tidak percaya sementara Kenneth makin tertawa. Astaga, Steve seperti anak mereka. Saat si anak nakal, maka sang ayah akan memarahinya dan kemudian si ibu membela. Kenneth benar benar menyukai tim nya ini.

Tak lama, Chanyeol masuk dengan angkuh. Perlahan tawa Kenneth mereda.

"Ada apa memanggilku buru buru kemari Jason. Apakah kau tau kau menganggu waktu bersenang senangku" kata Chanyeol dingin sambil duduk. Ya, Jongdae alias Jason sudah merusak waktu bercintanya dengan sang kekasih.

Jongdae terdiam, ia bingung. Malam malam tidak boleh, pagi juga tidak boleh. Sebenarnya ketua nya ini mau apa?. Jongdae berdehem.

"begini Clark. Matthew mengabarikku bahwa target kita mengganti tanggal keberangkatan mereka." Chanyeol tersentak kaget. "benarkah begitu?"

"betul Clark. Aku meminta Jason menghubungimu sementara aku menyusun ulang strategi kita" jelas Matthew santai.

"lalu?"

"berdasarkan informasi dari mata mataku, target kita akan mempercepat keberangkatannya."

"menjadi besok malam" lanjut Matthew saat memastikan semuanya sedang mendengarkan dirinya seksama. Chanyeol masih diam dengan raut wajah dingin. Kalau dipikir pikir, kebiasaannya hampir mirip dengan Steve. Namun si pria albino itu lebih irit ekspresi.

"kalau begitu. Semoga berhasil besok malam, Steve. Aku sendiri yang akan mengawasi mu dari sini" kata Chanyeol sambil menoleh ke Steve. Jason mendengus remeh. Ia tak sabar melihat Steve mengacaukan semuanya.

ooo

Suyeon yang baru saja pulang dari Jepang sedang mondar mandir dengan ekspresi panik di depan adiknya, Soojung. Ia baru saja kembali ke markas dan mendapat berita dari Victoria. Dan disinilah dia, di apartemen adiknya yang sebentar lagi akan melaksanakan tugas.

"lalu, bagaimana keputusanmu?"

"aku akan mempercepat rencanaku eonnie. Aku akan berangkat besok malam. Aku sudah mengatur semuanya" Suyeon menghentikan langkah nya lalu menatap adiknya lekat lekat. "kau yakin?" Soojung mengangguk mencoba meyakinkan dirinya.

"jagalah dirimu Soojung-ah. Aku mohon kembalilah dengan selamat." Kata Suyeon sambil memeluk adiknya.

"tenang saja eonnie. Aku akan kembali." Sahutnya. Meskipun ia sendiri tak yakin dengan jawabannya.

.

.

TBC

A/N:

HALLO! Aku tau ceritanya makin bikin pusing. Oke aku disini mau jelasin beberapa hal. Kenapa Suho ga ngenalin agen dari Vic sementara Kyungsoo tau. Ya anggep aja emang kayak gitu. Ga semua agen mereka hafal kan? (alasan macam apa ini)

Dan kenapa Jessica ga dipanggil dengan cara misterius? (nanti di next chap dijelasin)

Kenapa red dragon organisasi asal China ada orang koreanya? (entar dijelasin)

Dan kenapa kadang mereka pake nama asli dan pake code name? kalo pake nama asli itu kalo misalnya mereka lagi diluar dan menjalani kehidupan normal. Kaya tadi Jongdae nelfon Chanyeol. Victoria yang manggil Soojung.

Tapi ketika diruangan membicarakan misi atau sedang ada misi diluar, mereka pake Code name. kenapa diruangan sendiri harus pake kode nama? (yaaaa pengen aja) #alasan bodoh no 2

Tapi pelan pelan code namenya bakal bekurang seiring berjalannya cerita saat satu satu anggota disebutin. Matthew, Kenneth dan Steve kalian udah tau kan pasti siapaaaa? Huehe.

Untuk yang minta action action dan NC. Tenang! Besok sudah mulai. Jadi review terus ya kaka. Maaf kalo kurang sempurna.

Gomawo:*