Sehun (steve)
Status: aktif/hidup, anggota kelas bawah, spesialisasi jarak dekat.
Chanyeol (Clark)
Status: aktif/hidup Ketua The Phoenix ( tim elit Red Dragon) kemampuan: terbaik dari semuanya dan spesialisasi jarak dekat.
Jongdae (Jason)
Status: aktif/hidup. pemimpin pertempuran jarak jauh
Minseok (Matthew)
Status: aktif/hidup. Ahli strategi, kepala tim Observasi
Kai (Kenneth)
Status: Aktif/hidup: spesialisasi jarak dekat, ketua tim pertahanan
Sergio (belum bisa dikasih tau sekarang)
Status: tewas. Pemimpin persenjataan/ ahli senjata.
.
Donghae (Dylan)
Status: aktif/hidup penanggung jawab pasokan barang dan menjadi pemimpin Black Fox yang baru.
Victoria (Vic):
Status: aktif/hidup. Kepala Seluruh kelompok agen.
Baekhyun (Brian)
Status: pensiun/hidup. Kepala strategi.
D.O (David)
Status: pensiun/hidup. kepala pertempuran jarak jauh
Suho (Sam)
Status: pensiun/hidup. kepala persenjataan.
Lay (Louis)
Status: Pensiun/hidup: ketua observasi
Soojung (Krystal)
Status: aktif/hidup. ketua tim 1
Suyeon (Jessica)
Status: aktif/hidup. ketua tim 2
Soyu (Serena)
Status: pensiun/hidup. Ketua tim 3
Heechul (Hadwin)
Status: tewas. Salah satu anggota divisi Baekhyun
Alpha: penanggung jawab/ketua kelompok indigo
Kelompok Indigo memiliki peraturan khusus. Semua anggota haruslah dari Divisi khusus (jika dirasa kualitasnya memenuhi standar) tidak semua anggota divisi khusus bisa menjadi kelompok Indigo.
Indigo tidak dibawahi oleh Black Fox melainkan satu kesatuan sendiri yang saling berkaitan. Oleh sebab itu, saat seorang agen menjadi anggota Indigo, posisinya sebagai anggota atau pemimpin divisi khusus digantikan oleh orang lain. Dan orang itu tidak punya kuasa apapun lagi atas divisinya.
Indigo hanya menuruti atau mengikuti perintah dari sang ketua, Alpha. Posisi Alpha nyaris setara dengan pemimpin Black Fox. Dengan kata lain, Kelompok Indigo adalah pelindung utama organisasi yang memiliki kedudukan sendiri.
(*Divisi Khusus: Senjata, Strategi, Observasi, tim petarung jarak jauh, dan Pertahanan)
Sementara The Phoenix. Mereka bagian dari Red Dragon. Dan setiap anggota masih menjalani tugasnya sebagai pemimpin. Berbeda dengan Kelompok Indigo, The Phonix jarang sekali di tugaskan. Kelompok elit ini ditugaskan hanya untuk misi kelas 1.
Selebihnya akan dijelaskan seiring berkembangnya cerita.
.
.
HUNT YOU DOWN
MainCast: Chanyeol, Baekhyun,Sehun, Dll
Pairing: Chanbaek/Hunhan/Chenmin/Taoris
Rated: M
Warnings: typo, cerita abal, istilah aneh.
Yaoi, boys love, DLDR
enjoy
.
.
Chapter 3
Baekhyun sedang menonton TV di ruang keluarga sambil menyuap es krim Strowberry nya. Pria mungil itu mengenakan piyama lucu yang kebesaran. Baekhyun menoleh kearah jam dinding. Bibirnya melengkung keatas. "kenapa Chanyeol belum pulang?" gumamnya.
Ia mendesah. Apa Chanyeol lupa janji mereka berdua malam ini? Padahal Baekhyun sudah mandi dan memakai pakaian kesukaan Chanyeol. Pria itu akhirnya memutuskan untuk terus menunggu sambil kembali memakan es krimnya.
Bunyi kunci yang dimasukan ke lubang pintu pun menarik perhatian Baekhyun. Ia menoleh menatap pintu masuk. Itu pasti Chanyeol sedang membuka kunci.
Benar saja, tak beberapa lama kemudian, Pintu terbuka dan Chanyeol masuk dengan senyum khasnya.
"Chagi-ya~~ aku pulanggggg" . "kau pulang larut sekali." Kata Baekhyun sambil mempoutkan bibirnya. "mianhe.. banyak yang harus aku urus. Sebagai permohonan maaf. Aku belikan kau kue strowberry!" kata Chanyeol sambil menghampiri kekasihnya yang duduk di sofa tak jauh dari situ.
Baekhyun menaruh es krim nya lalu melipat tangannya di dada. "kau pikir aku bisa di sogok semudah itu?" sahutnya kesal. Chanyeol tertawa renyah begitu melihat kekasihnya merajuk. Si pria lebih tinggi menaruh kotak berisi kue diatas meja lalu duduk disamping kekasihnya.
"aigooo~ kekasihku sedang merajuk?" Baekhyun memalingkan wajahnya. Melihat hal itu, Chanyeol lalu memeluk Baekhyun dari belakang dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Baekhyun.
"kau harum Baek" kata Chanyeol dengan suara berat. Seperti seorang pria yang sedang menahan nafsunya.
"ka-kau mandi dulu!" titah Baekhyun sambil mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Chanyeol. "tidak mau." Chanyeol mengeratkan pelukannya.
"mandi!" dan pelukan itu terlepas dengan tatapan heran Chanyeol. "waeeeee? Aku sudah tidak tahan lagi." Kata Chanyeol tak terima sambil mempoutkan bibirnya. Baekhyun melempar pandangan "mandi atau tidak usah sekalian?!" ke pria tinggi itu.
"baiklaaah. Aku akan mandi." Kata Chanyeol mengalah. Lalu si pria tinggi itu pun bangkit.
"kau mau ikut denganku?" Tanya Chanyeol dengan smirk andalannya. Baekhyun gelagapan "aku sudah mandi!" sahutnya pura pura kesal. Dan Chanyeol pun pergi sambil terkekeh. Baekhyun tidak marah. Ia hanya suka bertingkah manja dan merajuk pada kekasihnya.
.
.
Beberapa saat berlalu, Baekhyun sedang memakan es krimnya sambil menunggu Chanyeol selesai. Tiba tiba pintu kamarnya terbuka, Baekhyun menoleh. Ia mendapati Chanyeol yang sedang berjalan kearahnya, masih mengenakan Bathrobe.
"ka-kau tidak pakai baju dulu?" Chanyeol lalu duduk disamping Baekhyun. Ia mengambil gelas es krim Baekhyun dari tangan pria mungil itu dan menaruhnya dimeja.
"untuk apa pakai baju kalau nantinya juga kulepas lagi." Kata Chanyeol, ia pun bergerak meraup bibir Baekhyun sebelum pria itu sempat berkata apa apa lagi. Awalnya Chanyeol memagut lembut bibir Baekhyun, namun lama kelamaan pagutan itu berubah menjadi sedikit menuntut.
Chanyeol menjilat bibir Baekhyun, lalu saat sang pemilik membuka mulutnya, si pria lebih tinggi melesakan lidahnya kedalam mulut Baekhyun. Bermain dengan lidah Baekhyun, mencoba mendominasi ciuman ini.
Lama sekali sampai akhirnya keduanya merasa paru paru mereka kosong. Baekhyun mendorong dada Chanyeol menjauh lalu menghirup oksigen sebanyak banyaknya. Chanyeol menatap bibir Baekhyun yang menebal dengan tatapan sayu. Pria ini selalu bisa membuatnya merasa tak pernah cukup.
Setelah nafas Baekhyun kembali teratur, Chanyeol meraih pria itu dan menggendongnya ala bridal style menuju kamar mereka. Dimana malam panjang akan mereka lewati.
.
.
Hitungan menit, tubuh Baekhyun sudah tak terbalut kain apapun. Bathrobe Chanyeol pun sudah tergeletak entah dimana. Si mungil terbaring di atas ranjang dan Chanyeol yang berlutut diatasnya. Pria itu masih menghujani Baekhyun dengan Ciuman lalu beralih ke leher putih Baekhyun. Menyesapnya dengan nafsu lalu menciumi nya sampai meninggalkan kissmark yang jelas sekali terlihat.
"eunghhh" Baekhyun menjambak Rambut Chanyeol. Mengalihkan rasa nikmat yang membuat Juniornya menegang.
"Yeol…" "hmmm?" "tolonglah." Dan Chanyeol pun turun kebawah, memasukan junior Baekhyun ke mulutnya lalu mengulum dengan kecepatan tertentu. Membuat Baekhyun mengerang penuh nikmat.
"eunghh. Arghh.. " Chanyeol semakin memaju mundurkan kepalanya, mengulum junior Baekhyun yang semakin menegang di mulutnya. Terus begitu sampai akhirnya si pria yang lebih pendek menyemburkan spermanya kedalam mulut. "arghh~"
Chanyeol menelan cairan itu tanpa sisa. Baekhyun masih terengah dengan wajah memerah. Chanyeol duduk disamping Baekhyun dengan menyenderkan badannya ke kepala ranjang, bersiap menunggu gilirannya, dan pria mungil itu bangkit dan bergerak kearah junior Chanyeol. Mengulum Junior Chanyeol yang memenuhi mulutnya.
"ahh.. terus Baek." Racau Chanyeol begitu ia merasakan juniornya masuk kedalam gua hangat Baekhyun. Baekhyun mengulum junior Chanyeol sambil menjilatinya dengan jilatan Sensual. Ia kesulitan bernafas sebenarnya, namun kenikmatan Chanyeol adalah nomor satu.
"argghhh" mendengar desahan Chanyeol, Baekhyun semakin bersemangat dengan hisapannya. Dan setelah beberapa kuluman, Chanyeol keluar dimulut Baekhyun, membuat si pria mungil tersedak.
"mian..Baek.." kata Chanyeol dengan tatapan sayu. Baekhyun menelan sperma itu, mencoba meredakan batuknya. Chanyeol mengocok juniornya hingga menegang kembali,
"kajja." Kata Chanyeol sambil mengulurkan tangannya pada Baekhyun, menuntun pria itu untuk duduk diatasnya. Baekhyun mendudukan dirinya perlahan begitu ia merasa penis Chanyeol sudah menyentuh holenya.
Perlahan lahan sekali dan junior Chanyeol pun masuk dengan sempurna.
"argh.. bergerak lah Baek" Baekhyun bergerak naik turun. Sudah seringkali mereka bercinta namun ia masih saja merasa sakit saat Chanyeol menembus Hole nya.
"eunghhh Yeollie~~" desah si mungil begitu ia merasakan sakit nya berangsur angsur menjadi kenikmatan.
"emhhh…" "arghh.." "nghhh"
Baekhyun mempercepat gerakannya, sampai si mungil mencapai klimaksnya dan menyemburkan cairan miliknya ke perut Chanyeol. "arghh~"
Gerakan Baekhyun melambat, tapi Chanyeol belum mencapai klimaksnya. Dengan sigap pria itu menggendong Baekhyun dan mengganti posisi mereka. Baekhyun menungging, sekarang Chanyeol lah yang bergerak, mencoba meraih kenikmatannya sendiri.
"Chanyeoliiee~~"
"tahan Baek" Chanyeol memaju mundurkan pinggulnya dengan liar. Baekhyun merasa juniornya kembali meneggang. Chanyeol terus saja menghajar prostat Baekhyun tanpa ampun. Tubuh mereka sudah penuh dengan keringat sekarang.
"eunghhhh" fap fap fap. Suara kulit dengan kulit dan desahan mewarnai kegiatan mereka. Setelah beberapa kali hentakan, Chanyeol pun mencapai klimaksnya, memenuhi lubang Baekhyun dengan cairan miliknya. begitu juga dengan Baekhyun, ia Menyemburkan spermanya ke selimut mereka.
Chanyeol melepas tautan intim itu, kedua nya berbaring diatas ranjang, tak perduli dengan bekas sperma dimana mana.
Baekhyun merebahkan kepalanya di dada Chanyeol yang bidang, sementara si pria yang lebih tinggi mengusap kening Baekhyun yang berkeringat. Tiba tiba Ia teringat sesuatu.
"Baek?"
"hmmm"
"besok aku harus pergi beberapa hari." Baekhyun mendongakan kepalanya, dahinya menyentuh dagu Chanyeol. "kemana?" Tanya nya bingung.
"aku ada urusan pekerjaan yang mendesak" bohong Chanyeol. Terbersit perasaan bersalah saat ia harus mengelabui kekasihnya sendiri. Baekhyun mengangguk samar. Ia sebenarnya khawatir. Tak biasanya Chanyeol akan pergi berhari hari. Namun akhirnya ia menyetujui juga.
"hmm.. baiklah kalau begitu. Kau harus menjaga dirimu disana" Baekhyun khawatir jika Red Dragon mengetahui tentang dirinya, dan Chanyeol akan menjadi sasaran mereka. Chanyeol tak tau apa apa, ia tak ingin orang yang ia kasihi terlibat dalam semua ini. Setidaknya itu yang Baekhyun kira. Hening diantara keduanya.
"kau juga Baek" kata Chanyeol pelan. Ia benar benar tak mau jika Baekhyun terluka. Baekhyun bagian dari hidupnya sekarang. Keselamatan pria itu adalah hal utama.
"kalau begitu.. beberapa ronde lagi bagaimana?" kata Chanyeol sambil mengecup puncak kepala Baekhyun. Baekhyun tersenyum malu malu. Dan sisa malam itu pun dilalui mereka dengan kegiatan panas yang terus berlanjut
ooo
Esok malam, Tim Phoenix sedang berada di markas utama. Sehun yang sedang mengenakan pakaian serba hitam sedang bersiap untuk memimpin misi. Tak jauh darinya, Chanyeol sedang berdiri memunggungi sambil melipat tangannya. Ia menatap langit gelap dengan tatapan dingin. Sedingin udara malam itu.
"aku tak mentolerir satu kecerobohan sekalipun. Misi harus diselesaikan tepat waktu dan sesuai rencana." Kata Chanyeol tegas. Sehun mengangguk patuh, lalu beranjak pergi. Jongdae yang sedang duduk disamping Minseok, memandang kepergian Sehun dengan senyum mengejek. Tak lama, Minseok bangkit dari duduknya.
"Chanyeol. aku minta izin untuk ikut misi ini" kata Minseok santai. Jongdae menautkan alisnya bingung, sementara Kai hanya memandang hyungnya heran dengan sebungkus keripik di tangannya
"Minseok. Mau apa kau? Biarkan Si anak baru melakukan tugasnya!" tanya Jongdae kesal. Ia sebenarnya merasa risih, melihat Minseok semakin dekat dengan Sehun. "Jongdae benar, Hyung. Biarkan Sehun sendiri"
"kalian berlebihan. Aku hanya ingin memantau. Meskipun aku bergabung dengan misi ini, Semua keputusan nanti tetap ditangannya. Sehunlah yang tetap memimpin misi ini." Sahut Minseok santai.
Chanyeol membalikan badannya sedikit. "baiklah. Kau ku izinkan. " lalu sang ketua kembali mengalihkan pandangannya. Minseok mengangguk patuh lalu segera beranjak. Meninggalkan Jongdae yang menekuk wajahnya. Jika Chanyeol sudah menyetujui, tak ada yang bisa membantah.
"kau harus menerima bahwa Sehun adalah bagian dari kita Jongdae." Kata Chanyeol menasehati. Jongdae tertunduk, ia jarang sekali ditegur sang ketua. Terlebih karena Sehun. Apa semua orang sekarang menjadi sebegitu dekat oleh si anak baru?
.
.
Sehun sudah bersiap di dalam mobil. Baru saja ia akan menancap gas dan segera pergi sampai tiba tiba seseorang masuk begitu saja ke kursi penumpang. Sehun menoleh, ia mengernyit heran begitu mendapati MInseok sedang duduk disampingnya lengkap dengan pakaian misi. "sedang apa kau disini?"
Yang paling tua menoleh kearah yang lebih muda,"begitukah cara kau berterima kasih padaku?" kata Minseok sambil terkekeh. Sehun diam. Masih heran kenapa anggota tertua the Phoenix ada disini.
"aku kemari untuk memastikan kau tak mengacau"
Sehun mendengus, lalu kembali menatap jalanan di depannya. "kau meremehkanku?"
"tidak." Sahut Minseok santai sambil menyenderkan kepalanya dan melipat kedua tangannya di depan dada. "kau tidak perlu khawatir. Dalam misi ini. Aku adalah bawahanmu." Katanya tanpa melihat Sehun.
"terserah kau saja" lalu Sehun pun menginjak gas mobilnya, melaju menuju titik penyerangan dimana anak buahnya sudah bersiap disana.
.
.
"cepat. Kita tak bisa terlambat sedetikpun!" titah Soojung sambil menggedor badan truk yang berisi muatan barang barang selundupan. Ia harus mengirimkan ini keluar kota. Semenjak tahta Black Fox runtuh, si rubah hitam masih beroperasi, alih alih menjual senjata, narkotika dan prostitusi, Black fox memilih mencari keuntungan dari bisnis barang selundupan, dan menjadi pembunuh bayaran untuk politikus politikus licik dari segala manca negara.
Dan disinilah Soojung, melakukan tugasnya sebagai kepala divisi 1. Pemimpin operasi kali ini. Penyerangan Soyu dan kematian Heechul membuat dirinya khawatir. Wanita yang berbalut pakaian hitam hitam ini merapatkan jaket kulitnya. Menghangatkan tubuh dari udara dingin dan perasaan gugup yang melanda tiba tiba. Setelah anak buahnya sudah siap, Soojung dengan sigap menuju ke belakang Truk yang sudah disulap menjadi Truk pengangkut buku. Ia membuka pintunya dan segera masuk ke dalam. Bersembunyi di tumpukan buku buku bersama beberapa anak buahnya.
Untuk pertama kalinya, ia merasa perasaannya tak enak selama menjalani misi.
.
.
Didalam mobil, Sehun yang sedang menyetir tampak fokus dengan jalan di depannya. Sementara Minseok terlihat sangat santai, seolah mereka sedang pergi bertamasya, bukannya membunuh orang. Tim lain sudah berada di posisi masing masing lebih awal. Sehun memandangi jalan Seoul yang sepi malam itu, tatapannya datar.
"aku turun disini.". Sehun menoleh singkat, lalu memelankan sedikit laju mobilnya.
"Semoga beruntung, pimpinan". Kata Minseok santai dengan senyum khasnya. Ia pun segera memakai penutup wajahnya, membuka pintu dan berguling keluar dari mobil yang masih melaju. Setelah berguling beberapa kali, dengan sigap, Minseok buru buru bangkit lalu bersiap ke posisinya.
Dan Sehun kembali melaju Sampai akhirnya ia tiba di belokan yang sepi. Sehun memarkirkan mobil lalu masuk ke dalam sebuah gedung tak terurus di dekat situ.
Cahaya bulan adalah satu satunya pencahayaan di bangunan berdebu itu. Sang pimpinan misi memakai penutup wajahnya sambil menatap tajam kedepan dari balik jendela yang pecah. Menunggu mangsanya datang.
Sunyi beberapa menit, namun Sehun tidak mengalihkan pandanganya sedetikpun.
.
.
"Steve, mereka mendekat" suara Minseok terdengar di earphone Sehun.
"mulai" sahut Sehun datar.
Dan penyerangan pun dimulai...
.
.
Begitu mendengar izin dari Sehun, Minseok meraih senapannya, menargetkan sasaran yang sedang bergerak. Sebuah truk pengangkut besar dengan beberapa mobil di depan dan belakang Truk itu.
Minseok menyipitkan matanya, berkonsentrasi pada titik yang akan dia tembak. Ia memang bukan Snipper utama di organisasi. Tidak seperti Jongdae dan Sergio. Namun, kemampuan Minseok juga tidak usah diragukan lagi.
Dan peluru itupun ditembakan ke arah mobil yang berada dibelakang truk. Membuat bagian belakang mobil meledak dan terbakar. Mobil itu bahkan terangkat beberapa meter dari tanah lalu menghantam mobil di depannya.
"BRAKKK" "BRAKK!" "DARRR!"
Tidak sempat menghindar, mobil di depan mobil yang terbakar tadi pun terhantam dan membuatnya menabrak mobil di depannya. Menyebabkan tabrakan beruntun antar 3 mobil tepat di belakang truk.
.
Soojung duduk di dalam Truknya. Si wanita cantik itu terlihat sedang termenung. Memikirkan sesuatu. "apakah aku akan diserang? Tapi untuk apa…. Aku bukan anggota penting" batinnya.
Sampai tiba tiba bunyi berisik memekakan telinga terdengar tak jauh dibelakang truk. Soojung tersentak. Beberapa anak buah lain yang sedang bersamanya menoleh.
"apa itu?!" matanya terbelalak kaget.
"Sepertinya kita diserang!" kata salah satu anak buahnya sambil bangkit.
.
"tembak" titah Sehun. Dan grup penembak tak jauh dari tempat Sehun bersembunyi menembak mobil yang ada di depan truk, membuatnya meledak dengan nasib yang sama sperti mobil sebelumnya. Truk Soojung yang berada di tengah tengah, segera menginjak Rem sebelum ia menggilas mobil didepan dan beberapa agen mereka yang masih terjebak di dalam.
Namun, kecepatan tinggi dan muatan membuat truk itu tidak bisa berhenti dengan mudah. Anggota tim yang mengendarai truk harus berhati hati agar tidak membuat mereka berguling. Dan akhirnya truk itu pun menabrak mobil mobil di depan, mendorong mereka beberapa meter jauhnya. Gilbert, anggota tim yang sedang mengemudi mencoba sebisa mungkin untuk menghentikan laju truk.
.
"a-" belum sempat berkata apa apa, Truk yang ditumpangi Soojung tiba tiba seperti menabrak sesuatu. Soojung yang tak siap pun oleng dan terhempas ke tumpukan buku di dekatnya. Truk yang ia tumpangi mencoba untuk berhenti, membuat bunyi decitan yang memilukan. Soojung dan anak buahnya segera bangkit dan mempersiapkan diri. Goncangan di dalam Truk masih bisa ia rasakan.
.
"serang" Sehun dan tim yang terdekat pun langsung menembaki truk malang itu dengan brutal. Menghujani si benda besar dengan tembakan peluru bertubi tubi.
.
Setelah Truk mulai berhenti perlahan, tembakan peluru menghujani Truk, seolah ingin melubangi lapisannya. Soojung dan anak buahnya yang lain menunduk.
"sial!" desis wanita itu. Mereka jelas mengincar Truk ini. "menunggu perintah darimu, Krystal!" teriak salah satu anggota timnya, Frank. Mencoba mengalahkan bunyi berisik dari tembakan gila itu. Soojung membelalakan matanya. Ketakutannya menjadi nyata. Sementara Frank dan kedua anggota nya yang lain, Marco dan Ben menunggu sang ketua tim memberi perintah.
.
"cukup. Misi kita bukan untuk membunuhnya" titah Sehun singkat. Dan seketika serangan tembakan itu pun berhenti.
.
Peluru gila yang menyerang mereka berhenti. Mengakibatkan suasana hening mencekam. Soojung buru buru bangkit, diikuti Frank, Marco dan Ben. "kita hadapi mereka" kata Soojung sambil membongkar tumpukan buku tertentu lalu membuka sebuah kotak besi, mengambil sesuatu yang tersimpan aman di dalamnya. Sebuah senapan.
Soojung melemparkan Senapan itu pada Ben. Marco dan Frank dengan sigap mengambil beberapa senjata Lain yang tersisa. Sementara Soojung bersiap dengan pistol yang ia simpan di sakunya.
Soojung menendang pintu itu sampai terbuka. Marco, Frank dan Ben turun pertama lalu diikuti Soojung. Gilbert dan Max turun dari bangku kemudi Truk. Penampilan mereka berantakan.
"dimana yang lain?" Tanya Soojung begitu Gilbert dan Max berlari menghampiri mereka dengan sikap waspada. "tidak berhasil. Mobil di depan dan belakang di ledakan" sahut Gilbert sambil terengah. Ia masih shock, ditambah kejadian ia mencoba menghentikan truk barusan. Si pengemudi itu mau tak mau harus melihat rekan nya terlindas.
.
Sehun memandangi orang orang yang sedang berkumpul tak jauh di depannya. Mereka siaga dengan senjata dan pandangan mengedar ke segala arah. Sehun mengarahkan tembakannya ke si pria disamping wanita itu.
"DAR!" tembakan itu tepat mengenai ulu hati si pemuda botak. Membuatnya merasakan kematian perlahan.
.
"Krystal, siapa yang menyerang kita?!" tanya Max masih dengan sikap waspada dengan senjata ditangannya. Belum sempat Soojung menjawab sebuah tembakan mengenai Ben.
"BEN!" Soojung terpekik. Diikuti anggota lain yang semakin bersiap waspada. Namun si pria malang itu tak mau mati tanpa perlawanan, ia menembakan peluru terakhirnya ke arah datangnya tembakan tadi.
DAR! Diikuti bunyi kaca yang pecah. Tak lama, Ben pun tewas. Soojung mengikuti arah tembakan Ben dan menembak kearah sana.
Lalu sebuah tembakan dari arah lain kembali menyerang mereka. Soojung, Max, Gilbert, Frank dan Marco pun berpencar lalu berlindung sambil terus menembak.
Diam diam Soojung merogoh sakunya, mengambil ponsel lalu menembak ponsel itu hingga hancur. Jika ponsel ini sampai jatuh ke tangan lawan dan anggota tim nya menelfon. Habis lah sudah.
.
Sehun yang saat itu masih bersembunyi, mengawasi targetnya yang baru saja ia tembak. Sampai Tiba tiba kaca jendela tak jauh darinya pecah. Sehun menundukan badannya dan pergi dengan cepat. Posisi Sehun adalah yang terdekat dari semua anak buah yang lain. Ia belum mampu untuk menembak dari jarak sejauh mereka. Dan itulah yang membuat dirinya semakin mudah diincar.
"lindungi aku."
"dimengerti"
Sehun segera melangkah keluar dari gedung, merapatkan tubuhnya ke dinding. Ini yang membuatnya lebih suka pertarungan jarak dekat. Tak harus direpotkan oleh bersembunyi, bersembunyi dan bersembunyi. "aku benci ini" desahnya singkat lalu mencoba menembak sasarannya,.
.
.
Soojung masih menembakan pelurunya.
"bergerak!" titah Soojung. Sudah pasti mereka akan mati jika terus diam ditempat dan menjadi sasaran tembak dari lawan yang terlalu tangguh untuk mereka. Soojung memang pernah diserang dan berhadapan langsung dengan musuhnya tim nya dapat mengatasi itu dengan mudah, namun, lawan mereka sekarang tidak sepadan. Kemampuan mereka jauh diatas tim Soojung. Bagaikan kucing melawan singa.
Tim Soojung bergerak, baru saja beberapa langkah seseorang mengenai bahu kiri nya. Soojung tersentak. Bahu wanita itu basah dengan darah.
"KRYSTAL!" raung Frank, ia teralihkan beberapa detik. Yang akhirnya membuat pria itu juga terkena tembakan. Namun masih bisa bertahan.
Soojung menoleh kearah tembakan itu, ia bisa melihat sepintas seorang pemuda dengan masker merah sebagai penutup wajahnya. Merah. Symbol dari Red Dragon.
Soojung menembakan peluru nya ke arah si pria, beberapa kali. Namun tak ada satupun yang mengenai pria itu. Soojung dan anggota tim yang tersisa terus bergerak, mencari tempat yang lebih baik untuk menyerang dan bertahan.
Tetapi, kondisi Frank yang semakin kekurangan darah dan lawan yang tak sebanding membuat anggota Soojung mudah diserang meskipun mereka sudah berpindah mencari tempat persembunyian yang jauh lebih baik.
Dan saat itulah, saat dimana mereka mencoba bergerak lagi, satu persatu anggota nya tewas tertembak. Soojung berlari, menghindar dari hujan peluru ini.
.
"Jalang itu milikku" Kata Sehun.
"apapun untuk pimpinan" kata Minseok santai.
Sehun melempar asal senapannya dan berlari mengikuti Soojung. Pria itu mengejar, memutar rutenya, mencoba memotong jalan si target. Soojung berlari secepat mungkin sambil sesekali menoleh ke belakang. Ia harus pergi.
Ia berlari sekuat tenaga, namun efek darah yang terus mengucur, kelelahan dan pikiran yang tak jernih membuat langkahnya semakin lambat. Soojung terengah engah. Langkahnya terhenti, ia menyentuh lututnya, kelelahan. Wanita itu mengatur nafasnya yang tersengal sengal. Dan saat Soojung kembali menegapkan bandannya, saat itu juga, ia melihat seorang pria dengan penutup wajah berwarna merah sedang berdiri beberapa ratus meter di depan. Persis menghadapnya.
Sehun membuka maskernya. Ia menatap wanita itu dengan tatapan datar.
"sudah puas dengan acara kejar kejarannya?" Tanya Sehun dingin. Soojung masih terpaku. Pria berkulit putih di depannya itu berjalan mendekat. Reflek, Soojung menembak lawannya namun Sehun bisa menghindar dengan mudah.
Sehun membalas serangan Soojung dengan menembak bahu kanan wanita itu dengan pistol yang ia ambil dari sakunya. Soojung mengaduh. Pistolnya terlepas begitu saja. Ia menelan ludahnya. Tak mungkin ia berhasil.
"memalukan bagiku untuk berkelahi dengan wanita menggunakan senjata. Terlebih kondisimu sangat menyedihkan" sekarang Sehun sudah berdiri tepat di depan Soojung. Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Soojung mencoba melayangkan tinju kepada Sehun namun dengan mudah ditahan oleh pria itu.
Soojung tak mau kalah, ia terus saja mencoba menghajar Sehun namun sia sia. Pria itu bahkan tampak santai melawannya. Dan dengan sekali pukulan di leher Soojung, gadis itu pun jatuh tak sadarkan diri. "maaf eonnie. Aku tak bisa memenuhi janjimu untuk pulang" Batin Soojung dan pandangannya pun berubah menjadi gelap.
"aku mendapatkannya" kata Sehun santai sambil memandang wanita yang tergeletak di depannya.
"kami menuju titik mu Steve." Sahut Minseok
ooo
Esok hari
Suyeon melangkahkan kakinya dengan terburu buru, beberapa orang yang berlalu lalang dan berpapasan dengannya, membungkuk hormat, namun ia acuhkan. Sebuah map kertas yang sedari tadi ia pegang terlihat lusuh begitu sang wanita mengeratkan cengkramannya.
Rasa marah sedih, takut, tak berdaya, panik dan lainya berkecamuk di benak wanita cantik itu. Ia harus bertemu dengan seseorang.
"kau! Kau harus melakukan sesuatu!" teriak Suyeon sambil mendobrak masuk kedalam ruangannya. Seorang wanita yang sedang berbicara dengan seorang laki laki menoleh kearah sumber suara dengan tatapan kaget.
Si wanita itu, Victoria, mengedikan kepalanya, memberik kode agar si pria keluar dari ruangan dan meninggalkan mereka berdua. Pria itu membungkuk hormat lalu pergi.
"Suyeon. Tenang lah. Ada apa?" kata Victoria begitu pintu tertutup. Suyeon menghampirinya dengan langkah besar besar. Ia melemparkan begitu saja map yang ia bawa sedari tadi, ke meja Victoria. Tak perduli dengan kenyataan bahwa Victoria adalah bosnya. Tidak seharusnya Suyeon bersikap seperti itu.
"Soojung diserang. Dia tak bisa dihubungi" Victoria membuka map itu dan menemukan foto foto mobil yang terbakar dengan truk yang ia kenal dalam kondisi mengenaskan.
"darimana kau mendapatkan ini?"
"itu tidak penting" tandasnya.
"aku sudah menghubungi client nya. Namun tak ada pengiriman untuk semalam. Ia bahkan tidak melakukan janji untuk pengiriman Vic! Dia dijebak!" Suyeon semakin tak terkendali. Mata Victoria terbelalak. Bagaimana bisa Soojung diserang semudah itu? Bukankah ia sudah diingatkan?
"apa dia tidak meminta perlindungan selama pengiriman?" Tanya Victoria kemudian.
"kurasa tidak. Aku sudah cek semua tim dan hanya tim Soojung yang berangkat malam itu!"
"mengapa dia sebodoh itu!" Victoria mendesis. Ia tak menyangka penyerangan dari Red Dragon akan secepat ini. Wanita itu terdiam, otaknya penuh dengan segala pikiran.
"Victoria… kau harus menyelamatkan adikku!" pinta Suyeon. Matanya berkaca kaca. Victoria memandang agennya dengan tatapan iba. Suyeon adalah agen yang tangguh. Ia jarang sekali melihat wanita itu sedih seperti ini. Victoria menghela nafasnya
"perintahkan tim untuk menyelidiki kasus itu." Titahnya kemudian. Suyeon menghapus air matanya. Mencoba menguasai dirinya lagi. Wanita itu pun membungkuk dan beranjak pergi. Baru beberapa langkah, suara Victoria kembali terdengar.
"Soyeon. Tenang lah. Kita pasti akan menemukannya" katanya bersungguh sungguh. Suyeon hanya mengangguk samar lalu kembali melangkah. Meninggalkan Victoria yang sedang berfikir keras
ooo
"bagaimana?" Tanya Minsoek pada Jongdae yang baru saja memasuki markas. Wajahnya terlihat memerah menahan emosi. Kai memandangi hyungnya, Steve menenggak minumnya tidak perduli. Sementara Chanyeol sedang bermain billiard sendiri.
"masih bungkam. aku hampir kehilangan kesabaran dan meledakan kepalanya." Kata Jongdae gusar sambil duduk disamping Minseok.
"baiklah, sekarang giliranku mencoba." Sahut Kai lalu menaruh snack yang dari tadi ia makan. Si pemuda berkuli tan itu pun bangkit dan berjalan keluar markas.
"Hey Jongdae, jika Kai berhasil. Kemampuanmu lebih payah dari dongsaengmu sendiri" Kata Steve mengejek. Minseok terkekeh, Chanyeol yang mendengar itu tersenyum kecil. Sementara Jongdae mendengus kesal.
"apa apaan kau! Hanya karena berhasil dalam misi kemarin, kau sudah berani menghina ku!" sembur Jongdae. "Sehun benar Jongdae. Kalau Kai berhasil sedangkan kau tidak. Secara teknis kau baru saja kalah dari dongsaengmu" kata Chanyeol tanpa mengalihkan pandangannya dari bola. Jongdae semakin kesal. Sementara Minseok semakin tertawa.
"awas saja dia!" batin Jongdae tak terima.
.
.
Kai berjalan keluar dari markas, ia menuju sebuah ruangan yang cukup jauh dari markas utama. Begitu sang penjaga yang berdiri di depan pintu ruangan melihat Kai, mereka pun membungkuk hormat.
"aku ada perlu" Sahut Kai santai. Dan sang penjaga membiarkan pemimpin mereka masuk kedalam.
Ruangan itu gelap, hanya sebuah lampu remang yang menerangi. Tak jauh dari situ, terlihat seorang wanita yang meringkuk di sudut ruangan. Wanita itu, Soojung terlihat sangat lemah dengan Tangan dan kakinya yang diikat, membuat dirinya susah untuk bergerak. Rambutnya berantakan dan tampak beberapa luka memar disana sini.
"hallo nona Cantik." Sahut Kai santai lalu duduk di sebuah kursi tak jauh dari situ. "bagaimana keadaanmu?" Tanya Kai sambil melihat Bahu Soojung yang sudah di perban. Mereka tak bisa membiarkan wanita ini mati kehabisan darah.
"lebih buruk dari mati" jawab Soojung dengan nada berani. Kai terkekeh.
"kau seharusnya beruntung masih dibiarkan dalam keadaan hidup. Kami bisa saja membunuh mu dengan mudah, kau tau."
"kalau begitu bunuh saja aku!" Kai bangkit. Lalu pria itu menghampiri Soojung sambil menyeret kursinya.
"sayang sekali, aku belum bisa membunuhmu." Desis Kai, lalu melempar kursi kayu itu hingga hancur ke dinding, nyaris mengenai Soojung. Kai berjongkok di depan wanita itu.
"baiklah. Kita mulai dari awal. Siapa Kelompok Indigo yang kau kenal?" Soojung masih diam. Kai menghela nafasnya. Ini akan menjadi hari yang panjang.
"kau yakin tak mau mengatakan padaku, nona Soojung?" lanjut pria itu kemudian. Mata Soojung terbelalak saat si pria mengetahui nama aslinya. Melihat respon itu, Kai tersenyum licik.
Dan sesi introgasi panjang yang menyeramkan itu pun dimulai.
.
.
TBC
A/N
Waaaa apaan ini abal bangetttt. Wkwkwk
Maaf kalo actionnya kurang dapet dan NC nya sebentar. Tapi next chap makin makin kok (?)
Disini aku mau jelasin, kenapa Kai manggil Hyung ke minseok doang? Iya dia Cuma manggil Hyung ke anggota tertua doang wkwkkw. Sementara Sehun mah emang ga ada sopan sopannya.
Kenapa Krystal ngeledakin ponselnya. Ia sebenernya udah sedikit ngerasa kalo dia bakal kalah. Takut ponsel itu diambil sama lawan dan kakanya nanti nelfon, jadi dia ancurin. Daripada entar urusannya rembet kemana mana. Yaaa. Gitulah intinya wkwkw.
Makasih untuk yang review dan support. Aku bener bener butuh karena untuk nulis genre kaya gini susahnya ampun ampunan. Harus muter otak. T^T
Yasudah kalau begitu. Sekali lagi maaf kalau ga memuaskan. Dan jangan lupa reviewnya.
Gomawo!
-Moza :*
