Smile
.
.
.
.
.
Disclaimer : Mereka semua milik Tuhan
Cast : DBSK, Super Junior, Go Ahra dll
Genre : School Life, Hurt/Comfort, Romance, Drama, Friendship
Rate : T
Alur suka - suka, membosankan dan banyak typos
.
.
.
.
.
" Tidak pulang hyung?"
" Pekerjaanku masih banyak Min"
" Jangan terlalu keras, eomma akan khawatir dan meminta hyung untuk kembali kerumah"
" Hmm..."
" Aku pulang hyung"
" Ya sampaikan salamku untuk Kyu dan Jungkook"
" Pasti"
Changmin keluar dari ruangan kakaknya, meninggalkan namja penggila kerja itu sendirian. Changmin tersenyum miris melihat bagaimana kehidupan kakaknya selama tujuh tahun ini. Walaupun sang kaka sudah menjelaskan semua padanya tetap saja Changmin tidak bisa berbuat banyak. Penyesalan memang selalu datang terlambat bukan?
Namja yang dikatakan penggila kerja oleh Changmin itu melepaskan kaca matanya kemudian memijat pelipisnya, kepalanya terasa pusing dan dia mungkin butuh istirahat sejenak sebelum melanjutkan pekerjaannya.
Namja itu kemudian membuka matanya dan mengeluarkan sebuah figura dari dalam laci mejanya. Foto seorang namja cantik yang dia sia – siakan. Namja itu tengah tersenyum didalam foto dengan tangannya menggenggam susu kotak rasa strawberry.
" Hey, belum puas menghukumku selama tujuh tahun? Kembalilah... Kembali"
.
.
.
.
.
~ Sekuel B ~
.
.
.
.
.
" Kau belum memberitahu hyungmu bahwa Jae hyung sudah kembali Min?"
Tanya Kyuhyun yang sedang menggendong seorang anak dalam dekapannya, meninabobokan anak kesayangannya. Mereka sedang berada dikamar mereka, sudah waktunya tidur hanya saja Changmin masih sibuk dengan buku yang ada ditangannya.
" Belum" Jawab Changmin
" Kenapa?" Kyuhyun menaruh anaknya kedalam sebuah tempat tidur bayi yang ada tak jauh dari tempat tidurnya dan menaruh sang anak disana
" Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin hyung menemukannya sendiri saja" Jawab Changmin
Dia menaruh bukunya dimeja nakas samping tempat tidurnya dan menatap Kyuhyun, mengulurkan tangannya dan Kyuhyun menyambutnya hingga namja berambut ikal itu ada dipangkuan Changmin sekarang. Changmin menghirup banyak – banyak wangi yang Kyuhyun keluarkan dari dalam tubuhnya, wangi bayi.
" Aku merindukanmu"
" Kau mengatakannya juga kemarin dan kau menghabisiku setiap malam Min. hari ini aku lelah, Kookie terus merengek dan manja karena sedang tidak enak badan, dia juga terus menempel padaku Min. dan sekarang appanya yang menempel padaku" Keluh Kyuhyun sembari mengusap rambut Changmin, memainkannya perlahan
" Habis..."
" Kau itu mesum sekali sih"
" Ya! Aku hanya melakukannya padamu kan baby"
" Ck... Tidurlah, kalau Kookie sudah sembuh aku akan memberikan apa yang kau mau Min"
" Janji?" Changmin menatap sebal pada Kyuhyun
" Aigoo.. Bayi besarku merajuk eoh? Ne, aku janji"
" Baiklah, sekarang kita tidur"
Changmin membuat Kyuhyun berbaring disampingnya kemudian dia memeluk erat namja terkasihnya itu. Kyuhyun menelusupkan kepalanya didada pasangannya dan memejamkan matanya.
" Maaf ya Kyu" Gumam Changmin
" Untuk?"
" Karena sudah merampas masa muda yang seharusnya kau jalani. Harusnya kau masih bisa bersenang – senang dengan teman – temanmu tapi malah mengurusku dan Jungkookie"
" Hey, kenapa jadi melankolis eoh?" Kyuhyun menjauhkan sedikit tubuhnya dan menangkup wajah Changmin " Aku tidak apa – apa, sungguh. Kau kenapa eoh?"
" Aku hanya merasa jahat saja"
" Ck... Kenapa baru merasa sekarang. Waktu kau melakukannya kau tidak ingat eoh?"
" Kyu~~~"
" Aigo... Bayi besar. Sudahlah... Aku bahagia bersamamu sekarang. Aku bahagia bisa memilikimu dan Kookie, kau juga memilikiku sekarang dan itu mutlak"
CUP
Kyuhyun mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kecupan dan senyuman sebelum akhirnya Changmin memeluk Kyuhyun dan mereka memejamkan matanya dan tertidur.
.
.
.
.
.
.
" Kau tahu Joongie ah..."
Jaejoong yang sedang menikmati udara sore di taman rumah sakit bersama eommanya langsung menoleh. Mrs. Kim terlihat masih sangat tirus namun sudah lebih baik dibanding seminggu lalu. Ya, sudah seminggu Jaejoong ada di Korea menemani sang eomma.
" Ne?"
Sang eomma menatap teduh Jaejoong, anaknya terlihat sangat dewasa sekarang dan sangat menawan. Mrs. Kim jadi makin berasa bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya selama ini. Tangannya menyenyuh pinggiran kursi roda yang dia duduki dan meremasnya pelan.
" Kenapa eomma?" Tanya Jaejoong dengan lembut
" Saat akhirnya appamu meninggalkan eomma, eomma merasa lega dan bahagia namun kebahagiaan itu menghilang. Setelah dua bulan kalian tidak ada eomma merasakan sesuai yang hilang dalam hati eomma"
" Lalu bagaimana dengan namja itu eomma?" Tanya Jaejoong
" Kami menikah, hanya saja eomma merasa hampa. Tidak seperti appamu yang walaupun sibuk tetap mengabari dan menelepotn eomma, menanyakan hal – hal kecil seperti apakah eomma sudah makan atau belum, apa yang sedang eomma lakukan. Dia berbeda... Eomma merasakan perbedaan yang sangat nyata"
" Lalu?"
" Dia baik pada eomma tapi tetap saja berbeda, sehingga walaupun kami menikah eomma tetap merasa kosong. Eomma kira dengan menikah dengannya eomma akan bahagia tapi tidak Joongie ah... Setiap hari eomma memikirkan kalian, eomma merindukan kalian"
" Eomma..."
" Jika mereka kira eomma sakit karena semua diambil olehnya mereka salah. Eomma bahkan tidak memikirkan itu... Eomma... Selalu memikirkan kalian sampai dimana akhirnya kami sering bertengkar dan dia mulai berbuat kasar pada eomma karena eomma mencari kalian diam – diam,
Tapi eomma tidak bisa menemukan kalian, sejak itu eomma sakit Joongie ah... Bertahun – tahun memendam ini sendirian dan pada satu hari yang eomma tahu dia mengambil semuanya, eomma tidak peduli... Eomma ingin kalian berdua, eomma..."
Mrs. Kim tidak mampu lagi berkata – kata, airmatanya mengalir. Dia menyesali semua keburukan yang dia lakukan. Jaejoong langsung mendekat dan mengusap punggung sang eomma.
" Eomma naif... ya... Appamu mengizinkan eomma bekerja karena eomma yang memaksa dengan alasan bosan. Appamu mengizinkan tapi eomma harus bisa mengutamakan keluarga diatas pekerjaan yang eomma jalankan. Tapi seiring berjalannya waktu eomma... Eomma merasa naif dan malah menelantarkan kalian berdua. Maafkan eomma Joongieh, maaf..."
" Eomma..."
Jaejoong memeluk eommanya, dia mengangguk sembari memeluk sang eomma. Dia memaafkan eommanya, bagaimana pun juga Jaejoong tidak mau hidup dalam penyesalan jadi dia memaafkan eommanya.
Tidak jauh dari mereka dua orang namja paruh baya berdiri berdampingan, yang satu menahan airmatanya agar tidak turun yang satu hanya menatap sendu keduanya. Mr. Kim ayah dari seorang Kim Heechul sudah menahan tangisnya sedangkan Mr. Han hanya bisa menatap sendu keduanya.
" Aku bahkan tidak tahu bahwa anakku mencari kalian selama ini" Lirih Mr. Kim " Maafkan aku"
" Tidak... Tidak ada yang harus dimaafkan semua hanya... Yah..." Mr. Han terdiam
" Apa yang kau ajarkan pada Jaejoong hingga dia berhati lembut seperti itu?" Tanya Mr. Kim
" Dia hanya belajar dari kehidupannya"
" Kau mengajarkan hal yang sangat mulia pada Jaejoong"
" Tidak begitu, Jaejoong bersikap dewasa karena lingkungannya. Bukan hanya karena aku"
Mr. Han tahu, dia tahu apa yang terjadi pada anaknya tujuh tahun lalu. Akhirnya Jaejoong membuka semuanya satu bulan setelah mereka ada di persembunyian mereka, reaksi Mr. Han? Dia hanya bisa memeluk anaknya dengan erat.
Tidak menyangka anaknya mengalami hal semacam itu, setelahnya dia yang membangkitkan Jaejoong. Mengajari bahwa hidup tidak hanya berkutat dengan cinta, banyak yang bisa dilakukan selain memikirkan itu. Dan dengan keminginan keras yang dimiliki Jaejoong dia mampu untuk meninggalkan luka itu, dia bangkit dari keterpurukan dan bahkan membantu appanya.
" Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"
Pertanyaan Mr. Kim membuat Mr. Han terdiam, dia harus memikirkan langkah selanjutnya bukan. Tapi apa?
.
.
.
.
" Apa appa mengganggu?"
Jaejoong menoleh saat mendengar pintu kamarnya terbuka, di depan pintu sang appa berdiri sudah menggunakan piyamanya.
" Tidak appa, ada apa?" Tanya Jaejoong
Mr. Han mengambil kursi yang ada di dekat tempat tidur Jaejoong dan menariknya ke dekat tempat tidur Jaejoong. Jaejoong sendiri sudah duduk bersila diatas tempat tidurnya.
" Ada apa?" Tanya Jaejoong sekali lagi
" Apa kau tidak keberatan jika kita tinggal lebih lama disini?"
Pertanyaan Mr. Han membuat Jaejoong mengertukan keningnya, ada apa hingga mereka harus lebih lama tinggal disini? Masalah eommanya?
" Kenapa?"
" Hmm... Appa minta pendapatmu saja... bagaimana jika appa membantu Mr. Kim untuk membangun ulang perusahaannya? Juga butik eommamu yang sahamnya sebagian besar sudah diambil oleh..." Mr. Han tidak melanjutkan ucapannya
" Apa itu yang appa inginkan?"
" Appa meminta pendapatmu Joongie ah"
" Aku yakin appa tahu jawabannya, appa orang yang baik dan akan selalu membantu orang lain walaupun orang itu menjahati appa"
" Joongie..."
" Untuk kali ini, aku serahkan semua pada appa. Jika appa ingin melakukan hal itu, lakukan saja. Aku hanya bisa mendukung appa dan memberikan bantuan jika appa mau. Aku juga ingin melakukan sesuatu pada namja yang telah membuat keluarga eomma jatuh, tidakkah aku jahat memiliki pikiran seperti itu appa?"
Mr. Han tersenyum, dia bahkan ingin menyewa pembunuh bayaran untuk memusnahkan namja yang sudah menyakiti mantan istrinya kalau dia tega. Sayang saja dia nanti berurusan dengan polisi, jadi dia memilih untuk menggunakan jalan yang lebih anggun untuk menghancurkan namja itu.
" Tidak Joongie ah... Tapi sekarang kau fokuslah untuk membantu eommamu bangkit, appa akan membantu Mr. Kim"
" Dan aku akan membantu appa masalah pekerjaan appa di desa"
" Eh?"
" Appa pasti sibuk disini dan aku tidak bisa tinggal diam, aku akan mengurus pekerjaan appa di desa. Aku harap Yihan bisa membantu juga"
" Pasti, namja itu pasti mau membantumu baby. Terima kasih, terima kasih karena bisa appa andalkan selama ini"
" Ini sudah menjadi tugasku sebagai anak appa" Ucap Jaejoong kemudian tersenyum lembut
.
.
.
" Joongiiee~~~ Lihat... Yang mana yang bagus?" Junsu menyodorkan dua buah desain pakaian pada Jaejoong
" Hmm... Kau bukannya suka warna biru ya? Ini saja"
Jaejoong menunjuk desain tuksedo untuk Junsu dengan warna biru langit, Junsu memperhatikan gambar itu.
" Tapi, warna merahnya sangat bagus hyung" Kyuhyun yang duduk disebelah Jaejoong juga berkomentar
" Ne, aku juga suka yang merah. Bagaimana ini?" Junsu menggigit bibir bawahnya
" Ck... Ini sudah dua jam dan kau belum menentukan mana yang akan kau pakai. Sedangkan pernikahanmu tinggal dua minggu lagi Suie ah" Ucap Jaejoong
Mereka bertiga sedang berada di sebuah kafe, Junsu meminta bantuan pada Jaejoong dan Kyuhyun untuk memilihkan tuksedo yang akan dipakai oeh Junsu dihari pernikahannya itu. Tapi sampai dua jam kemudian Junsu masih tidak bisa menentukan tuksedo mana yang akan dia pakai.
Saat pintu kafe terbuka, Kyuhyun langsung menoleh karena dia mendengar suara sang anak yang tengah terkikik. Benar saja, anaknya datang bersama dengan Yoochun. Yoochun memasuki kafe bersama Jungkook yang ada didalam gendongannya.
" Eommaa~~~"
Yoochun langsung menurunkan Jungkook dan namja cilik itu berlari kearah sang eomma kemudian duduk dipangkuan sang eomma setelah Kyuhyun memeluk dan mencium anak kesayangannya itu.
" Terima kasih sudah menjemput Kookie" Ucap Kyuhyun pada Yoochun
" Tidak masalah, Kyu. Annyeong baby. Sudah ketemu?" Yoochun mengecup puncak kepala Junsu kemudian duduk disamping Junsu
" Belum" Wajah Junsu menjadi lesu kemudian dia menaruh kertas yang dipegangnya dimeja
" Wae? Masih belum bisa memutuskan?"
" Ne"
" Baby ah... Apapun yang kau kenakan kau menawan dan tidak ada yang bisa menolak pesonamu. Pernikahan bukan hanya masalah dipakaiannya, yang penting hatimu. Aku sangat bangga bisa memilikimu disisiku" Ucap Yoochun lembut kemudian mengelus puncak kepala Junsu
" Ugh... Kau makin membuatku bingung Park. Tapi terima kasih"
" Hmm... Menurutku biru muda ini sangat bagus"
" Desain yang merah juga bagus"
" Ya sudah, pakai desain yang merah hanya saja tuksedonya berwana biru muda. Otte?"
" Oh! Ne!"
Junsu memeluk Yoochun dari samping sedangkan Jaejoong dan Kyuhyun memutar bola matanya, tadi Jaejoong pun sudah menyarankannya seperti itu tapi Junsu menolak. Tapi lihat sekarang, Junsu dengan semangat menerima pendapat Yoochun. Ck... Mungkin bawaan bayi.
" Noona ciapa?"
Jaejoong yang kemejanya ditarik langsung menoleh kearah pelaku penarikan kemeja, seorang namja cilik bermata indah menatapnya.
" Oh ya, Kookie ah... Kenalkan ini teman eomma. Jaejoong ahjusshi"
" Ugh? Ahjuchi? Bukan noona?"
Jaejoong terkekeh mendengarnya, dia sudah sangat tampan diusianya yang menginjak hampir dua puluh enam tahun dan namja kecil itu memanggilnya dengan noona?
" Aku namja hmm..."
" Namanya Jungkook" Ucap Kyuhyun
" Oh, Jungkookie... Aku namja"
" Tapi cantik?"
" Memangnya eommamu tidak cantik eoh?"
" Kata appa... Eomma itu manic"
" Omo, apa saja yang Changmin ajarkan pada anakmu eoh?" Jaejoong menggelengkan kepalanya
" Biasa hyung, menggombal" Jawab Kyuhyun dan Jaejoong tertawa karenanya
" Tapi hyung cantik"
" Terima kasiih Jungkookie ah..." Ucap Jaejoong dengan suara lembut kemudian tersenyum
" Hum..." Jungkook mengerutkan keningnya, otak kecilnya mulai berpikir, dia merasa familiar dengan senyum yang ditunjukkan oleh sahabat eommanya itu
.
.
.
Setelah pertemuan itu Jaejoong memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, dia akan menjaga eommanya. Tapi langkahnya terhenti di depan kamar rawat sang eomma, dia mendengar sang eomma tengah berbicara dengan appanya.
" Hannie..."
" Maafkan aku, untuk sementara aku tidak bisa"
" Tidak Hannie ah... Mendapatkan maaf darimus aja aku sudah sangat senang"
Jaejoong mendengar suara sang eomma begitu lirih namun dia masih bisa dengan jelas mendengarnya.
" Maaf, aku kelepas bicara tadi"
" Tidak apa – apa, tidurlah sekarang"
" Ne, tapi apa yang aku ucapkan itu benar... Maafkan aku kenaifan dan kebodohanku, aku mencintaimu"
" Aku tahu, tidurlah"
Jaejoong membalikkan tubuhnya, sang eomma masih mencintai appanya? Ini kabar baik atau buruk untuknya?
Jaejoong hendak beranjak namun pintu kamar rawat dibelakangnya terbuka dan menampilak Mr. Han. Namja paruh baya itu terlihat kikuk saat berhadapan dengan Jaejoong. Dia menutup pintu kamar itu dan menggaruk tengkuknya.
" Apa kau mendengarnya tadi?"
Jaejoong hanya mengangguk dan Mr. han jadi pusing dibuatnya.
.
.
.
.
Mr. Han akhirnya membawa Jaejoong untuk minum teh bersama dikantin rumah sakit. Jaejoong juga memesankan kue untuk camilan sang appa karena Jaejoong tahu sang appa biasanya memakan camilan sore hari.
" Apa tahu? Apa masih sangat tampan walaupun berusia lima puluh tahun lebih" Ucap Jaejoong kemudian menyesap teh miliknya
" Appa sudah lima puluh tiga tahun Joongie ah"
" Tapi appa masih terlihat tampan" Ucap Jaejoong " Bahkan bibi Shu berniat menjodohkan anaknya pada appa" Lanjutnya menggoda sang appa
" Joongie ah..."
" Arasseo... Apa appa menolak mereka semua karena eomma?"
Mr. han membeku sejenak kemudian dia tersenyum pada Jaejoong, dia menatap anaknya teduh.
" Setelah semua yang eomma lakukan pada appa, apa appa tetap mencintai eomma?"
Jaejoong tidak lagi bisa berpura – pura tidak tahu fakta bahwa appanya masih mencintai eommanya. Bukan satu dua kali Jaejoong mencoba menjodohkan appanya dengan yeoja yang ada di desa dulu. Tapi sang appa dengan tenang menggeleng atau yah... Untuk menyenangkan Jaejoong dia mengikuti apa yang Jaejoong inginkan, berkencan dengan yeoja pilihan Jaejoong walaupun akhirnya appanya dan yeoja yang dijodohkannya itu berteman. Apa segitu sulitnya melupakan orang yang berbuat buruk padanya?
Hey Jaejoong, coba kau tengok dirimu sendiri.
Jaejoong tergelak juga dengan pemikirannya, dia juga bingung karena sampai sekrang namja yang sudah menyakitinya itu terkadang masuk dan menimbulkan rasa tidak nyaman dihatinya dan lama – lama rasa kian membesar dan membuat hatinya seakan tercubit.
" Appa boleh jujur padamu kan?" Ucap Mr. Han dan Jaejoong menganggukkan kepalanya " Walaupun terpisah selama tujuh tahun dan eommamu melakukan apa pun untuk menyakiti appa, rasa itu tetap ada Joongie ah"
Mr. Han menyesap tehnya dan menatap teduh sang anak yang tengah menatapnya dengan bingung.
" Appa tahu kau bingung tapi appa juga begitu. Ada rasa rumit dalam diri appa, rasa dimana appa tidak bisa melupakannya setelah sekian lama, tidak bisa berpaling darinya, terus mengingat kenangan bersamanya dulu. Appa tetap mencintainya setelah apa yang dia perbuat pada appa"
" Cinta?" Ingin rasanya Jaejoong melenyapkan kata itu dari muka bumi
" Ya Joongie... Cinta... Rasa itu nyata dan tidak bisa appa hilangkan. Terlebih pada eommamu"
Tuhan,
Jaejoong harus menganggap appanya itu apa? Malaikat yang mudah memaafkan orang lain atau manusia bodoh yang masih saja terperosok pada jurang yang sama, jurang percintaan.
" Appa tahu kau belum merasakan cinta yang seharusnya"
" Appa memberikanku banyak cinta dan kasih sayang, itu cukup untukku" Ucap Jaejoong dengan lirih
" Tidak Joongie, kasih sayang appa adaalah mutlak karena kau adalah anak appa. Kau hanya belum menemukan namja yang mencintaimu sepenuh hati"
" Aku harap aku bertemu dengan seorang namja seperti appa"
" Hahahahaha... Appa ragu ada namja seperti appa dimuka bumi"
Jaejoong terkekeh mendengarnya, dia meminum tehnya sampai habis dan memainkan cangkirnya.
" Lalu kenapa appa tidak bisa menerima eomma kembali?"
" Walaupun cinta, tapi appa belum ingin dia kembali. Appa ingin dia bangkit dulu untuk bisa membuktikan ucapannya. Kata cinta bukan hanya diucapkan Joongie ah.. Tapi harus ditunjukkan pula lewat perbuatan"
" Jadi... Apa sedang menarik ulur eomma?"
" Menurutmu bagaimana?" Mr. Han menyandarkan tubuhnya pada kursi dan menunjukkan senyumnya, bukan... Sebuah seringaian
Ah~
Jaejoong menarik kembali ucapannya tadi, mungkin appanya belum sesempurna malaikat. Ada sisi dimana sang appa terlihat naif dan sedikit 'bad boy'. Apa appanya tidak sadar usia eoh?
.
.
.
" Yihan.. Datanglah kemari dan kita bahas semuanya disini"
" Kenapa sih? Kita bisa bahas lewat telepon saja bukan?"
" Ck... Datang kemari dan kita bahas semua, aku dan appa menunggumu. Oke?"
" Ya! Kenapa memaksa sih?"
" Aku harus memaksamu agar kau mau"
" Baiklah, tunggu aku menyelesaikan pekerjaanku disini. Oke?"
" Kau memang paling bisa diandalkan"
" Diamlah..."
" Hahahahaha... Terima kasih"
Jaejoong mematikan sambungan teleponnya dan berbaring diatas tempat tidurnya, dia baru saja menelepon Yihan dan memintanya untuk datang ke Korea untuk membahas bisnis appanya yang ada di desa. Jaejoong ingin Yihan memegang bisnis sang appa di desa dan Yihan menolak karena itu adalah pekerjaan yang sangat besar untuknya. Yihan tidak bisa.
Tapi Jaejoong memaksanya dan Yihan tidak bisa menolaknya lagi sehingga Jaejoong bisa pastikan Yihan akan ada di Korea dalam beberapa hari.
Jaejoong menoleh kesamping, dia mendapati sebuah figura. Di dalam foto itu ada Junsu dan dirinya yang tengah tersenyum bahagia, dia ingat saat itu mereka tengah menghabiskan waktu di taman hiburan. Jaejoong sungguh merindukan masa sekolahnya.
Oh...
Tidak...
Tidak tidak begitu merindukan masa sekolahnya, itu menyakitkan baginya. Jaejoong duduk dan membuka laci meja nakas, Jaejoong meminta Song ahjumma untuk mencarikan kunci meja nakas itu kemarin dan hari ini Jaejoong bisa membuka laci meja nakas itu.
Meja nakas penuh kenangan, karena meja nakas ini dipindahkan langsung dari kediaman eommanya dan semua barang yang ada dikamar Jaejoong dulu dipindahkan ke Mansion milik keluarga Kim. Dan Song ahjumma menatanya seakan Jaejoong akan pulang ke mansion, membersihkannya dan menatanya agar tetap rapi.
Jaejoong membuka laci itu dan benda pertama yang dia lihat adalah selembar foto, foto yang dia ambil diam – diam. Foto seseorang tengah membaca buku dibawah pohon maple saat jam istirahat siang. Mata Jaejoong bahkan langsung berair padahal dia hanya melihat foto itu. Foto Yunho.
" Cinta? Apa aku termasuk orang bodoh eoh?"
.
.
.
.
CEKLEK
" Ahhhjucccchiii~~"
Seorang namja kecil langsung berlari setelah membuka sebuah pintu besar di depannya tadi. Namja kecil itu langsung berlari kearah namja yang sedang duduk dibelakang meja kerjanya. Namja bermata musang itu melepaskan kacamatanya dan membuka tangannya karena tahu kebiasaan sang keponakan.
Namja kecil itu adalah Jungkook yang langsung berlari dan Yunho sang ahjusshi membuka tangannya agar bisa menarik Jungkook kedalam pangkuannya, kebiasaan sang namja kecil bermanja padanya.
" Annyeong hyung, maafkan Kookie"
" Tidak apa – apa Kyu"
Kyuhyun masuk dan duduk bersebrangan dengan Yunho, dia menatap sang anak yang berceloteh riang dengan yang pendiam akan menunjukkan ekspresinya saat bersama dengan Jungkook dan Kyuhyun menyukai hal itu. Setidaknya, hidup Yunho lebih berwarna bukan?
" Telus juchi tau? Kookie ketemu cama temen eomma, yeoppo"
" Jinjja?"
" Ne, namja yeoppo"
" Namja?" Yunho menaikkan salah satu alisnya dan menatap Kyuhyun
" Hanya teman sekolah hyung" Ucap Kyuhyun
" Oh... Lalu kau pergi kemana eoh?"
" Kookie pelgi belanja cama eomma. Kookie beli snack banyak juchi"
" Lalu untuk ahjusshi mana?"
" Eoh? Kookie lupa beli, eomma gak ingetin sih"
Kyuhyun menatap sebal anaknya, tadi disupermarket bukankah Jungkook yang memasang wajah memelas untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dasar...
" Sudah ketempat Changmin?" Tanya Yunho
" Belum, Kookie langsung berlari keruangan hyung. Aku tadi sudah mengirimkan pesan pada Minnie bahwa kami menunggunya disini"
" Oh..."
" Ini sudah larut hyung, mau makan bersama kami?"
" Tidak usah Kyu"
" Tapi kau tidak akan makan setelah pulang. Ayo makan malam bersama kami, aku rasa Kookie juga ingin banyak bercerita denganmu hyung"
Yunho menatap Jungkook yang tengah menatapnya penuh binar dan akhirnya Yunho menganggukkan kepalanya.
" Kyu?"
Changmin memasuki ruang kerja hyungnya dan melihat Kyuhyun tengah duduk manis diseberang hyungnya, sedangkan anaknya duduk dipangkuan Yunho.
" Ne Min"
" Appa!"
" Hey jagoan!"
Changmin berjalan mendekat dan mengambil alih Jungkook dari pangkuan Yunho kemudian menciumi anaknya hingga Jungkook tertawa terbahak.
" Ayo Min, sudah malam" Ucap Kyuhyun
" Ne, hyung ayo makan bersama kami" Ajak Changmin
" Aku sudah menawarinya tadi dan Yunho hyung setuju" Ucap Kyuhyun
" Jinjja?"
Yunho menganggukkan kepalanya, dia merapikan mejanya dan berdiri dari tempat duduknya.
" Yunho hyung mau ikut karena Jungkookie ingin bercerita banyak pada Yunho hyung" Ucap Kyuhyun
" Kalau begitu tunggu apa lagi, Kookie ingin bercerita banyak dengan Yunho ahjusshi eoh?"
" Hum" Jungkook mengangguk penuh antusias
" Baiklah, hyung! Kookie aku serahkan padamu"
Dengan seenak hatinya Changmin memberikan Jungkook pada Yunho, untung saja refleks Yunho masih bagus, dia bisa menerima Jungkook dalam gendongannya.
" YA! Jungkook anakmu bukan barang yang seenaknya bisa kau lempar!" Pekik Kyuhyun kemudian memukul keras lengan Changmin
" AW~"
" Rasakan!" Kyuhyun memeletkan lidahnya
Yunho menggelengkan kepalanya, walaupun sudah memiliki anak sikap Changmin dan Kyuhyun tidaklah berubah. Masih saja seperti ini. Aigo...
.
.
.
Beberapa hari kemudian Jaejoong dengan senang hati pergi ke bandara untuk menjemput temannya, Yihan. Namja itu akan segera sampai di Korea dan Jaejoong dengan senang hati menjemput namja itu. Jaejoong menunggu di pintu kedatangan, dia melihat ke kanan dan ke kiri. Mr. Kim membiayai semua akomodasi untuk Yihan dan Jaejoong dengan senang hati menerimanya.
" Jejun!"
" Oh! Yihan!"
Yihan menghampiri Jaejoong sembari menarik kopernya, dia langsung memeluk Jaejoong dan menggoyangkan tubuh Jaejoong ke kanan dan ke kiri.
" Astaga! Aku pusing Yihan!"
" Hehehehehe, habis aku merindukanmu sih!"
" Hahahahahaha, ayo... Aku akan mengajakmu makan siang"
" Baiklah"
" Tapi Jejun, aku ingin ke toilet dulu"
" Aku antar?"
" Tidak usah! Kau tunggu disini saja. Dimana toiletnya?"
" Disana, lurus saja. Aku tunggu disini oke?"
" Oke"
Yihan berjalan menuju toilet sedangkan Jaejoong menunggu ditempatnya saja bersama sebuah koper yang dibawa oleh Yihan. Sementara itu setelah Yihan keluar dari toilet dia kebingungan karena tidak menemukan tisu disana.
" Use it"
" He?"
Yihan menoleh dan melihat namja yang lebih tinggi darinya tengah mengulurkan sapu tangan padanya.
" Use it" Ucap namja tinggi itu lagi
" Xie- eh... Thank you" Ucap Yihan kemudian menerima sapu tangan itu
Namja tinggi itu hanya mengangguk dan kemudian pergi, Yihan melihat sapu tangan biru tua itu dan dia menyadari sebuah jahitan berbentuk huruf ada dipojok kanan sapu tangan itu.
" JY? Aku harus berterima kasih sekali pada orang itu, lagipula kenapa juga tisu disini habis? Uh..." Keluh Yihan
Yihan kemudian keluar dan menghampiri Jaejoong yang tengah sibuk dengan ponselnya.
" Ayo Jejun"
" Eoh? Ayo"
Yihan dengan senang hati mengobrol dan tangan kanannya merangkul pundak Jaejoong sedangkan tangan kirinya menarik kopernya. Jaejoong begitu gembira dengan kedatangan Yihan.
" Ne Yoochun, aku tahu. Aku akan datang ke pernikahanmu, tenang saja"
" ..."
" Aish, aku tahu. Ya sudah, aku tutup oke"
"..."
PIK
Namja tinggi itu mematikan sambungan teleponnya dan kembali menarik koper yang dibawanya. Dia, Yunho yang harus pergi ke Jeju selama empat – tujuh hari untuk mengurusi bisnis keluarganya disana. Yunho memang bertanggung jawab untuk mengurusi perusahaan appanya yang ada di Korea bersama Changmin yang tidak bisa jauh dari keluarganya sekarang.
" Eh?"
Yunho memperhatikan seorang namja yang tadi dia tolong ditoilet, namja dengan bahasa yang tidak dia pahami karena menggunakan bahasa mandarin. Yang menarik, Yunho melihat namja yang ditolong nya itu tengah merangkul seseorang, seseorang berambut hitam pekat dengan tubuh tidak begitu tinggi dan dia bisa melihat putih kulit namja itu karena namja itu menggunakan kaos lengan pendek.
Warna rambut dan kulit namja itu mengingatkan Yunho pada seseorang, seseorang yang pergi entah kemana, namja yang sudah membuat hati dan kehidupannya kacau. Yunho menghentikan langkahnya, kenapa dia jadi mengingatnya lagi? Hatinya sudah cukup kacau karena memikirkan namja itu kenapa juga dia mengingatnya hari ini?
" Jaejoong..." Lirihnya dengan nada penuh penyesalan
.
.
.
.
Yihan bisa beradaptasi dengan baik di mansion Kim walaupun Jaejoong harus ada disekitarnya untuk menterjemahkan ucapan Yihan pada Mr. Kim dan Song ahjumma. Tapi Yihan namja yang sangat baik, pagi – pagi dia sudah membantu Song ahjumma untuk membersihkan halaman belakang dan menyiram tumbuhan.
Siangnya dia menemani Jaejoong ke rumah sakit untuk menjaga eommanya, dia juga bertemu dengan eomma Jaejoong yang bisa berbicara bahasa mandarin walaupun sudah banyak kosa kata yang dia lupakan. Ingat, Mrs. Kim dulu pernah menjadi siswa pertukaran pelajar dulu dan bertemu dengan Mr. Han disana.
Sore menjelang malam Jaejoong akan mengajak Yihan berkeliling dan mengajaknya untuk makan malam bersama, merasakan cita rasa masakan yang baru untuk lidah Yihan dan namja itu menyukainya.
" Aku harap lain kali aku bisa mengajak Yifan kemari untuk merasakan semua ini Jaejoong" Ucap Yihan di dalam mobil, ini adalah hari ke lima Yihan berada di Korea dan mereka sedang menuju sebuah restoran
" Ya, aku harap kita bertiga bisa berkumpul disini. Pasti menyenangkan"
Yihan tersenyum, dia senang bisa melalui banyak hal dengan Jaejoong dan akhirnya namja cantik itu menceritakan semua pada Yihan,. Masa lalunya yang kelam, termasuk masa sekolahnya dimana dia mencintai namja yang menurut Yihan sangat brengsek.
Malam ini Jaejoong mengajak Yihan untuk makan malam bersama Kyuhyun, Changmin, Jungkook dan Junsu. Sedangkan Yoochun sedang sibuk dengan pekerjaannya. Tanpa Jaejoong tahu, mereka sepakat merahasiakan kepulangan Jaejoong ke Korea pada Yunho dengan alasan yang sama, biarlah Yunho yang menemukan Jaejoong sendiri.
Jaejoong mengajak Yihan turun dan namja itu terpaku melihat restoran bintang lima yang ada dihadapannya. Seumur hidupnya dia baru pertama kali pergi ketempat semewah ini lagi pula di desa memang tidak ada tempat seperti ini dan Yihan tahu bahwa perbedaan status dirinya dan Jaejoong sangatlah jauh,
Jaejoong tidak pernah menunjukkan kekayaannya di desa, dia bersikap sederhana dan tidak sombong. Dia kira Jaejoong hanyalah orang biasa sepertinya tapi saat datang ke mansion keluarga Kim dia mulai tahu status Jaejoong dan itu benar – benar sangatlah jauh.
" Ayo, kenapa kau malah melamun?"Tanya Jaejoong
" A-ah maaf"
" Ayo masuk"
" Yakin?"
" Apa maksudmu?"
" Kau yakin mengajakku ketempat seperti ini?"
" Apa? Kenapa kau merendah sih? Kau ini temanku dan aku malah tersinggung jika kau seperti ini. Ayo masuk" Jaejoong menarik lengan Yihan hingga namja itu akhirnya menurut pada Jaejoong
Jaejoong bertemu dengan teman – temannya didalam, mereka semua berpakaian santai karena memang ini bukanlah acara formal. Dia memperkenalkan Yihan pada teman – temannya begitupun sebaliknya, cukup canggung tapi Yihan lama – lama bisa santai karena teman – teman Jaejoong memang sangat ramah.
" Jadi... Kenapa kau tidak berpacaran dengannya saja?" Tanya Junsu
" Apa sih... Dia temanku dan akan membantuku disini" Jawab Jaejoong
" Dan lihat, Kookie mudah akrab dengannya walaupun bahasa mereka terbatas"
Ucapan Kyuhyun membuat mereka menoleh, Jungkook yang masih berusia empat tahun dan duduk dipangkuan CHangmin itu menggunakan bahasa inggris yang sering diajarkan oleh pamannya untuk berbicara dengan Yihan. Yihan mengerti walaupun bahasa inggrisnya masihlah kacau. Mereka terdengar lucu, Jungkook yang masih cadel sedangkan Yihan kikuk karena tidak begitu mengerti apa yang diucapkan Jungkook.
.
.
.
.
Jaejoong sudah memakai setelan jas yang sangat rapi pagi ini, Junsu meminta Jaejoong untuk menemaninya sejak pagi karena gugup. Ya, hari ini adalah hari pernikahan Junsu dan Yoochun. Junsu yang gugup meminta Jaejoong sang sahabat untuk menemaninya dari pagi dan tentu saja Jaejoong tidak bisa menolak permintaan sang sahabat.
Jaejoong keluar dari kamarnya dan dia melihat Yihan sudah duduk di ruang makan bersama Song ahjumma, Song ahjumma tengah menyiapkan roti isi untuk Yihan. Jaejoong datang dan mereka memakan sarapan mereka bersama.
Mr. Kim masih tidur dan dia akan menghadiri acara resepsi yang diadakan oleh Junsu nanti malam bersama Mr. Han dan eomma Jaejoong. Eomma Jaejoong? Ya... Mrs. Kim itu akan datang meski menggunakan kursi roda. Ini sebuah kemajuan bukan? Dan Jaejoong sangat bersyukur atas hal itu.
Sedangkan appanya menemani sang eomma tadi malam karena sang eomma tidak mau ditinggalkan. Dan akhirnya Mr. Han menemaninya malam tadi.
" Terima kasih sudah mengajakku Jae" Ucap Yihan saat mereka dalam perjalanan
" Ya, aku senang kau ada disini sehingga kau bisa menemaniku"
" Dan kau terlihat sangat menawan dengan pakaian mahal seperti itu"
" Kau itu memuji atau menyinggungku?"
" Apa terlihat?" Yihan tertawa diakhir kalimatnya
" Sudahlah tidak usah bahas pakaian, bukankah pakaianmu juga sama? Mr. Kim yang membelikannya bukan?"
" Iya sih... Pakaian ini benar – benar bagus"
" Ya... Aku tahu"
Jaejoong masuk ke gereja dan langsung menemukan orangtua Junsu di depan sebuah pintu. Kedua orangtua Junsu itu langsung memeluk Jaejoong, menyalurkan rasa rindu karena sudah lama tidak bertemu.
Setelahnya Jaejoong mengajak Yihan untuk masuk kedalam ruangan tempat Junsu berada. Saat membuka pintu Jaejoong melihat Junsu tengah berjalan mondar – mandir.
" Aigo... Suie ah"
" Joongie!"
Dengan cepat Junsu menghampiri Jaejoong dan memeluknya, Jaejoong mengelus punggung Junsu dan melepaskan pelukannya.
" Aku disini Suie ah... Tidak usah khawatir" Ucap Jaejoong lembut
" Ne, tapi aku takut" Junsu menyandarkan kepalanya pada dada Jaejoong
" Tenanglah"
Mata Jaejoong beralih pada namja yang ada dibelakangnya, dia menyuruh Yihan untuk duduk selagi dia menenangkan sahabatnya yang manja.
" Kau kenapa hum? Seperti bukan kau saja?" Tanya Jaejoong
" Aku gugup"
" Tenanglah, aku disini. Mungkin kalau Kyunie ada disini kau bisa bertanya padanya bagaimana cara dia mengatasi kegugupannya sesaat akan menikah"
" Ne, tapi saat aku memelukmu aku merasa nyaman dan aku suka itu"
Jaejoong menepuk kepala Junsu kemudian mengelusnya perlahan, dia memberikan kenyamanan yang dibutuhkan oleh Junsu. Saat Kyuhyun datang barulah Junsu melepaskan pelukannya terhadap Jaejoong namun dia memeluk lengan Jaejoong, manja. Mungkin bawaan bayinya...
" Kyunie ah, aku ingin bertanya" Ucap Junsu
" Apa?" Tanya Kyuhyun kemudian dia menurunkan Jungkook dari gendongannya karena Jungkook ingin menghampiri Yihan
" Bagaimana caramu menghadapi rasa gugup saat hari pernikahan?" Tanya Junsu
" Hmm? Aku hanya berpikir bahwa yang aku nikahi adalah namja yang tepat. Lagipula... Changmin namja yang aku temui setiap hari jadi tidak ada alasan bagiku untuk gugup"
" Begitu ya?"
" Kau kan sudah lama kenal dengan Yoochun hyung, tenang saja hyung. Yakinlah dia pilihan yang tepat. Oke?"
" Hum" Junsu mengangguk pelan
Setangah jam kemudian Junsu sudah siap dan dijemput oleh sang appa. Mereka harus segera berada dipintu gereja. Jaejoong, Yihan dan Kyuhyun yang menggandeng Jungkook pun pamit karena mereka akan pergi ke dalam gereja.
Tiba – tiba jantung Jaejoong bergemuruh, dia baru menyadari satu hal. Jika Junsu menikah dengan Yoochun bukankah ada kemungkinan dia akan bertemu dengan Yunho? Kenapa Jaejoong baru menyadari hal ini?
" Ayo hyung, kita duduk disamping Changmin" Ajak Kyuhyun
" Ya"
Jaejoong berjalan menghampiri Changmin yang duduk dikursi deret kedua, disampingnya terlihat sepasang namja dan yeoja paruh baya yang kemungkinan adalah orangtua Changmin. Jaejoong membungkukkan tubuhnya memberikan salam pada kedua orang tua itu diikuti oleh Yihan. Setelahnya mereka duduk berdampingan menunggu acara dimulai dan Jaejoong sempat terkekeh melihat kondisi Yoochun yang sedikit mengenaskan, mungkin dia juga gugup sampai terlihat keringat mengalir pada pelipisnya.
Jaejoong memperharikan sekitar, dia melihat beberapa teman sekolahnya hadir disini dan melambaikan tangannya pada Jaejoong. Jaejoong senang mereka masih mengingat Jaejoong. Kemudian dia kembali mengedarkan pandangannya kebelakang, dia tidak melihat tanda – tanda kehadiran Yunho di dalam gereja, mungkin Yunho tidak datang? Sementara itu yeoja yang duduk disamping Changmin memperhatikan wajah Jaejoong sampai akhirnya dia menyadari sesuatu dan berbisik pada anak bungsunya.
" Min, apa namja itu... Jaejoong?"
Changmin menoleh dan menatap eommanya penuh arti kemudian dia mengangguk.
" Ne eomma, dia Jaejoong. Kim Jaejoong" Jawab Changmin
Yeoja yang ternyata eomma dari Changmin itu melebarkan matanya, tidak menyangka bahwa hari ini datang juga. Hari dimana Jaejoong kembali ke Korea.
" Kau sudah tahu sejak kapan?" Tanya Mrs. Jung masih dengan berbisik
" Sudah hampir dua minggu eomma"
" Dan kau pasti belum memberitahu hyungmu?"
" Belum, aku, Suie hyung, Yoochun hyung juga Kyunie sepakat bahwa hyung harus menemukan Jaejoong hyung sendiri"
" Tapi Min..."
" Eomma tenang saja eoh?"
" Eomma sungguh khawatir dengan keadaaan hyungmu Min"
" Tenanglah eomma... Tenang ya"
Akhirnya Mrs. Jung mengangguk dan fokus menatap ke depan. Namun pikirannya masih pada namja bernama Kim Jaejoong. Mrs. Jung bahkan belum melihat anaknya hari ini, jika sampai Yunho tidak datang, bisa dipastikan Yoochun akan sangat marah padanya.
Jaejoong mengikuti acara itu dengan penuh khidmat bahkan dia menangis setelah juga mengatakan kesediaannya untuk menjadi pasangan Yoochun dan kemudian menangis. Jaejoong bahagia bisa menyaksikan ini semua, menyaksikan bahagianya sang sahabat dihari pernnikahannya.
Setelah acara itu Yoochun mengutuk sahabatnya yang sampai detik ini belum datang juga, padahal sekarang sudah waktunya Junsu melempar bunga.
" Akan aku mutilasi dia kalau sampai detik terakhir dia tidak datang juga" Gumam Yoochun
Junsu tersenyum mendengar gumaman Yoochun, dia tahu siapa yang sedang dibicarakan oleh Yoochun. Siapalagi kalau bukan Yunho yang sampai detik ini belum datang juga. Dia juga ingin memutilasi Yunho saat dulu menyakiti hati Jaejoong!
.
.
" Astaga! Bisa – bisa Yoochun membunuhku kalau aku tidak datang barang sedetik pun"
Seorang namja tampan menuruni mobilnya kemudian berlari sembari membenarkan dasi yang dipakainya. Bisnis sialan itu membuatnya terperangkap lebih dari seminggu dan bisa dipastikan dia terlambat untuk datang dihari pemberkatan Yoochun. Dia saja baru tiba di Seoul satu jam yang lalu dan langsung menuju gereja.
Namja itu mengambil nafas dengan rakus saat tiba di aula gereja, dia melihat Yoochun tengah merangkul Junsu dari jauh, Yunho melambaikan tangannya dan Yoochun melihatnya, dia memberikan tatapan mematikan sedangkan Junsu bersikap cuek pada Yunho. Ngomong – ngomong tentang Junsu, Yunho tidak akrab dengan namja itu apalagi sejak Jaejoong pergi dari kehidupannya. Ya... Yunho memang dijauhi oleh Junsu secara terang – terangan.
Yang Yunho heran akhirnya Junsu mau menikahi Yoochun sebab Junsu tidak akan mau menikahi Yoochun jika dia belum menemukan sang sahabat, Jaejoong. Itulah yang Yunho dengar, tapi mengetahui Junsu hamil membuat Yunho berpikir ulang. Mungkin Junsu mau menikah dengan Yoochun karena dia sudah hamil terlebih dahulu.
" Whooaaa!"
Yunho langsung melihat apa yang terjadi ditengah aula, tidak bukan ditengah aula karena semua mata tertuju pada pojok ruangan.
" Whoooaa! Selamat ya!"
" Selamat Jaejoong ah!"
" Joongie kau mendapatkan bunganya!"
" Wah Joongie sangat beruntung"
DEG!
Yunho menajamkan indera pendengarannya, tidak... Dia tidak salah dengar. Junsu bahkan memanggil nama itu barusan. Joongie? Jaejoong?
Yunho langsung menolehkan kepalanya kenanan dan ke kiri hingga matanya terfokus pada satu sosok. Sosok yang tengah tertawa dengan punggung tangan kanannya menutupi mulutnya sedangkan tangan kirinya memegang sebuket bunga. Yunho tidak salah mengenalinya. Walaupun sudah tujuh tahun tapi Yunho bisa tahu bahwa namja yang sedang tertawa itu.
Walaupun cukup jauh darinya Yunho bisa suara tawa Jaejoong dan dia bisa melihat wajah merona Jaejoong, rambut hitam pekat, kulit yang sangat putih dan jangan lupa Jaejoong masih seramping dulu. Yunho menghembuskan nafasnya.
Perasaan lega-lah yang pertama kali menghampiri dirinya, dia bisa melihat Jaejoong dalam jarak seperti ini saja merupakan sebuah anugerah untuknya. Perasaannya menghangat, dia tidak tahu kenapa. Tapi dengan adanya Jaejoong disekitarnya perasaan itu muncul lagi, perasaan hangat dalam dirinya.
Padahal dia tidak tahu apa yang akan Jaejoong lakukan kalau namja cantik itu melihat dirinya, marahkah, kesalkah? Atau menganggapnya tidak ada?
Itu tidak penting, yang sekarang dia rasakanlah yang penting. Dia merasa senang dan bahagia bisa melihat namja cantik itu hingga tanpa sadar sebuah senyuman muncul di wajahnya. Senyuman yang orang lain jarang melihatnya atau bahkan tidak pernah melihatnya. Sebuah senyuman penuh ketulusan.
" Juchi?"
" Eh?" Changmin yang tengah menggendong Jungkook menoleh kearah pandang sang anak, di depan pintu gereja hyungnya berdiri dengan sebuah senyuman yang lama tidak pernah ditampakkannya
" Yunie..." Lirih eommanya
" Eomma, jangan menangis" Ucap Changmin sedikit berbisik
" Eomma bahagia melihat senyumnya itu Min"
" Aku juga begitu eomma"
" JUUUCCHHII!"
Pekikan Jungkook membuat semua orang meonoleh padanya begitu juga Jaejoong. Jaejoong melihat namja cilik itu turun dari gendongan appanya dan berlari ke satu titik. Satu titik yang bisa membuat Jaejoong terdiam menatap namja yang sudah tujuh tahun tidak bertemu dengannya.
Yunho langsung mengangkat Jungkook kedalam gendongannya namun matanya menatap lekat ke arah Jaejoong yang sepertinya masih kaget dengan kedatangannya. Mata itu saling beradu dan tidak melepaskan dan tidak bisa berpaling.
Yang Yunho pikirkan, apa yang ada dipikir Jaejoong saat melihatnya. Bagaimana Jaejoong menanggapi kehadirannya sekarang?
.
.
.
~ TBC ~
.
.
.
Annyeong~~~
Cho kembali membawa sekuel dari smile...
Gimana? Mengecewakan? Maaf ya hahahahahaha
Terus, Cho ucapin banyak makasih yang udah kasih ripiu di chap kemaren. Maaf banget Cho ga bisa sebutin satu" dichap ini karen Cho lagi ada di kereta. Mudik euyyyy... hahahahahaha
.
So, makasih buat yang udh ripiu, follow, fav, para SiDer.
Cho bakal sebutin kalian satu" yang ripiu di chap depan, oke? So... gimme idea or some comment?
Jujur aja, Co blm an tau mau gimana ff ini berakhir hehehehe
.
.
.
Selasa, 5 Juli 2016
