Naruto © Masashi Kishimoto
Many Kisses © Nabila Sasusaku
Genre: Romance and Drama
Rated: T+ (maybe)
Warning: IDEA'S IS MINE, Typoo's, gaje, EYD gak jelas, DLDR, OOC.
Apabila ada kesamaan alur cerita itu tidak disengaja, cerita ini murni hasil pemikiran Author. Dan hanya untuk menuangkan hobi saja.
.
Enjoy reading!
.
.
Pemuda tampan berambut raven itu menutup dan mengunci pintu apartemen barunya kemudian ia melangkah di koridor apartemen. Sudah seminggu ia berada di negara asalnya, ini semua terjadi karena perjanjian konyol yang dibuat kakaknya, ia meruntuk dalam hati mengapa ia menerima dengan mudah perjanjian itu. Salahkan dirinya yang terlalu percaya diri menganggap semua perempuan akan takluk padanya.
Meskipun Sasuke kembali ke Jepang tetapi ia tidak ingin tinggal di mansion Uchiha, ia masih terbiasa hidup bebas tanpa Ayah dan kakaknya. Awalnya keputusan Sasuke untuk tinggal di apartemen tidak diterima oleh sang kakak, tetapi Sasuke yang keras kepala mengancam akan kembali ke Australia jika keinginannya ini tidak dituruti. Oleh sebab itu, Itachi akhirnya memperbolehkan adiknya tinggal di apartemen.
"Tapi dengan syarat, kau harus pulang ke rumah setiap tiga hari dalam seminggu. Tidak ada bantahan." Ucap Itachi saat itu.
Sasuke yang tak ingin memperpanjang masalah, menyetujuinya. "Baiklah." Jeda sejenak, "Tapi tanpa si Senyum Aneh itu!" sahut Sasuke cepat saat Itachi ingin membuka suara, ia sudah tahu jika kakaknya akan meminta Sai tinggal bersamanya untuk mengawasi dirinya. Sudah cukup saat di Australia Itachi mengetahui semua kegiatannya tapi sekarang tidak lagi.
"Aku juga tidak ingin tinggal bersama seseorang yang kejam sepertimu." Balas Sai dengan senyum mengejek.
Begitulah percakapan mereka beberapa hari lalu.
Sasuke melangkah menuju tempat parkir mobil hitamnya, saat ini ia akan menuju tempat tujuannya. Ia menjalankan mobil keluar kawasan apartemennya, onyx itu sekilas menatap sebuah bangunan apartemen tua yang menurutnya sudah tidak layak huni di seberang apartemennya, bangunan itu hanya terdiri dari dua lantai. Cat dinding berwarna krim sudah banyak terkelupas, bahkan asbes di lantai dua banyak berlubang. Sasuke perkirakan harga apartemen itu sangat murah, dan tidak banyak orang yang tinggal disana.
"Cih, merusak pemandangan saja!"
Sasuke memacu mobilnya di jalan, ia melirik arloji di tangan kirinya, pukul 10. Hanya 15 menit, Sasuke sudah sampai ditempat tujuannya, di gerbang besar itu terpajang tulisan 'University of Japan', semakin ia memasuki kawasan itu maka semakin banyak pula bangunan-bangunan megah dihadapannya.
Sasuke memarkirkan mobilnya saat sampai ditujuannya. 'FAKULTAS MANAJEMEN DAN BISNIS' tulisan itu terpampang di depan gedung besar itu.
Inilah keputusan Ayahnya, Sasuke akan melanjutkan pendidikan bisnisnya. Mengingat setelah lulus sekolah dulu ia tidak menyambung kuliah. Kerjanya saat itu hanya memberontak dan bermain-main, lalu saat berumur 22 tahun ia kabur ke Australia. Seharusnya kau bersyukur Sasuke, setelah semua kenakalan yang kau lakukan ayahmu tetap melakukan yang terbaik untukmu.
Meskipun saat ini ia sudah berumur 25 tahun dan kembali kuliah dari semester awal baginya itu bukanlah masalah, karena ia yakin dengan otak jeniusnya tidak sampai tiga tahun ia sudah akan lulus, pikirnya sombong.
Sasuke berjalan di koridor, ia mengabaikan tatapan memuja para gadis disana. Tidak seperti perempuan di luar negeri yang menatapnya dengan tatapan vulgar, disini para gadis hanya menatapnya diam-diam malu, mencuri-curi pandang padanya.
Masih ada waktu satu jam sebelum ia menghadiri kelas Manajemen, Sasuke terlebih dahulu akan mengisi perutnya mengingat sejak pagi belum ada sesuatu yang ia makan. Ia menatap tulisan kantin tidak jauh dari tempatnya berdiri, dengan langkah cuek namun terlihat keren dimata para gadis ia berjalan kearah kantin yang terlihat ramai oleh mahasiswa. Baru saja memasuki kantin, ponsel di saku celananya bergetar, segera ia mengambil dan menerima panggilan.
"Halo, Sasuke. Kau dimana?"
Sasuke menghela nafas bosan, baru sehari ia pindah ke apartemen tetapi Itachi sudah menghubunginya. "Aku di kampus. Ada apa?"
"Tidak ada, aku hanya ingin memperingatimu. Belajarlah yang rajin, jangan bermain perempuan!"
"Cih, aku matikan!" Sasuke mengumpat dan langsung mematikan sambungan dari Itachi, "Membuat mood buruk saja!" baru saja ia akan memasukkan ponsel dalam sakunya, hal buruk kembali terjadi.
Sumpah serapah sudah akan meluncur dari bibirnya pada seseorang yang menabrak dan menumpahkan minuman pada kemeja dongkernya, tetapi ucapannya tertahan ditenggorakan, saat mengangkat wajahnya ia terkejut menatap seorang gadis berambut pink didepannya yang juga menatapnya terkejut dan emerald itu terlihat ketakutan.
Namun sedetik kemudian gadis itu berlari kencang keluar kantin, Sasuke hanya terdiam menatap punggung gadis itu yang menjauh. Mengapa ia harus bertemu kembali dengan gadis itu? Dari banyak tempat di seluruh Jepang mereka ia harus bertemu kembali gadis itu? Apakah Jepang sudah tidak luas lagi sekarang? Rasa bersalah yang sudah ia lupakan kembali muncul saat menatap emerald hijau itu.
Tanpa memperdulikan perutnya yang masih belum terisi dan kemejanya yang basah, Sasuke meninggalkan kantin diiringi tatapan dari mahasiswa yang berada dikantin, menatap Sasuke saat insiden tabrakan itu terjadi.
.
.
Ino menatap ponselnya dengan heran, beberapa detik lalu Sakura menghubunginya dan meminta maaf karena tidak bisa membeli teh hangat untuk Ino. Sakura mengatakan ia harus mengerjakan tugas kelompok dengan temannya.
Ino tidak mempermasalahkan hal itu, ia memang tidak menyuruh Sakura untuk membeli teh hangat, Ino juga sudah menghubungi Ayahnya agar menjemputnya.
Saat ini perasaan Ino tidak enak, ia merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sakura. Ketika Sakura menelpon suaranya terdengar bergetar seperti ketakutan, tetapi saat Ino bertanya Sakura hanya menjawab semua baik-baik saja.
Apa ada hal yang disembunyikan Sakura? Mengapa Sakura tidak bercerita padanya? Ia tidak ingin hal buruk kembali menimpa sahabatnya. Ino berdo'a dalam hati semoga Sakura akan baik-baik saja.
.
.
Sakura mengunci apartemennya dengan tergesa, napasnya masih memburu, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Setelah menghubungi Ino dan meminta maaf, Sakura berlari menuju apartemen kecilnya. Sejak beberapa tahun terakhir ia tidak pernah lagi menaiki bus atau taxi, ia lebih memilih berjalan kaki daripada berada di dalam bus dengan orang asing, ia benar-benar tidak nyaman akan hal itu.
Sakura menatap tangannya yang masih bergetar, keringat dingin mengalir di pelipisnya, dengan cepat ia memasuki kamarnya lalu mengambil selimut dan meringkuk di sudut kamar. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Sakura selalu seperti ini saat dirinya merasa ketakutan. Ia akan mencari tempat sempit dan gelap untuk bersembunyi, karena dengan begitu ia merasa tidak akan ada orang lain yang bisa memasuki tempat ia berada sekarang.
Ia tidak ingin memberitahu Ino bahwa sekarang ia merasa ketakutan, selama ini sudah sering Sakura membebani Ino karena sikapnya ini, Ino juga sedang sakit maka dari itu ia merahasiakan hal ini. Meskipun ia sangat membutuhkan sahabatnya karena hanya Ino yang dapat menenangkannya.
.
.
Shikamaru menatap lamat-lamat wajah gadis didepannya, sudah hampir 40 menit mereka duduk di taman kampus untuk mengerjakan tugas kelompok, tetapi gadis didepannya tak juga membuka suara. Gadis bersurai unik itu hanya menunduk dan dengan cepat mengetik sesuatu di laptopnya.
Shikamaru sempat mengernyit aneh saat matanya menangkap emerald itu menantap sekeliling taman dengan waspada, saat ini keadaan taman kampus memang sedang ramai oleh mahasiswa dan gadis itu terlihat tidak nyaman dengan keadaan itu.
Selama setahun berada di fakultas dan jurusan yang sama, ia memang tidak pernah berada di kelas yang sama dengan Sakura, dan semester tiga ini mereka hanya berada dalam satu ruang di kelas Fisika Kejuruan, karena itu ia tidak terlalu mengenal Sakura.
Ia tersentak saat Sakura berdiri dan memasukkan laptop ke dalam tas.
"Aku sudah mengerjakan tugas kita, jika ada yang kurang kau bisa menambahkannya." Sakura menaruh flashdisk diatas meja kemudian berlalu pergi bahkan sebelum Shikamaru sempat berkata.
Ada apa dengan gadis itu? Mengapa harus terburu-buru? Benar-benar aneh, batinnya.
Shikamaru mengangkat bahu kemudian membereskan semua buku-bukunya dan beranjak pergi.
.
.
Sakura berkali-kali meruntuki diri dalam hati, karena terburu-buru ingin pulang ia sampai lupa mengisi daftar hadir di kelas Gelombang hari ini, jadi sekarang dia harus mengambil absen yang tertinggal di ruang kelas dan menorehkan tanda tangan. Sakura menaiki tangga ke lantai tiga, suasana koridor dilantai itu sudah sepi apalagi sekarang sudah pukul 5 sore, karena saat sore ruang di lantai tiga jarang digunakan.
Sakura bernapas lega karena harapannya terkabul, ia memang mengharapkan suasana sepi seperti ini, hanya saat sendiri Sakura tidak merasa terintimidasi oleh orang-orang. Ia melangkah ke ruang diujung koridor, ruang yang menjadi tujuannya.
Dengan pelan ia membuka kenop pintu menimbulkan bunyi nyaring gesekan pintu dan lantai karena suasana saat itu sedang sunyi. Sakura melebarkan matanya, tubuhnya kaku di ambang pintu, napasnya terkecat menyaksikan dua anak Adam berbeda gender sedang bercumbu di samping meja dosen. Dua orang itu terlihat menikmati aksi mereka, perempuan itu bersandar didinding ia bahkan meremas rambut belakang pemuda yang menciumnya. Sangat terbuai dengan keahlian sang pemuda.
Sampai akhirnya pemuda berwajah tampan itu menghentikan aksinya karena merasa seseorang sedang menatap mereka. Dugaannya benar, diambang pintu seorang gadis bersurai pink menatap mereka dengan pandangan terkejut dan jijik.
Perempuan bernama Shion itu mendesah kesal saat ciuman itu terlepas, ia menatap Sakura yang masih terpaku di depan pintu. Mengumpat dalam hati karena kehadiran gadis itu ciuman memabukkan itu terhenti.
Shion tersenyum senang saat Sakura berlari pergi dari sana, ia menyentuh wajah pemuda tampan itu yang masih menatap pintu tempat Sakura tadi berdiri.
"Sasuke.." suaranya dibuat mendesah agar pemuda itu kembali tergoda.
"Siapa dia?" Sasuke menatap Shion, mengabaikan elusan lembut Shion di wajahnya.
Shion jelas tahu siapa 'dia' yang dimaksud oleh Sasuke, ia menjawab dengan malas. "Dia Haruno Sakura, satu jurusan denganku. Gadis paling aneh di fakultas ini." Shion kembali mendekatkan wajahnya, ingin mencium Sasuke kembali, tetapi pemuda itu menahannya.
"Paling aneh? Kenapa?" Tanya Sasuke penasaran.
"Menurut gosip yang kudengar, dia paling tidak suka berdekatan dengan lelaki." Shion menatap onyx itu, "Kenapa? Apa kau terarik padanya?" Tanya Shion dengan pandangan meremehkan. Ia paling tidak suka jika pemuda incarannya membicarakan gadis lain, Shion hanya ingin jika Sasuke terpesona dan menatap dirinya seorang. Apalagi jika gadis yang dibicarakan berbanding jauh dengan dirinya, Sakura tidak pantas menjadi saingannya.
"Ayo, kita lanjutkan yang tadi.." bisik Shion dengan tatapan menggoda dan mendekatkan wajahnya pada Sasuke. Namun aksinya gagal saat Sasuke mendorong bahunya dan menjauhkan diri.
"Maaf, tapi aku sudah tidak mood." Sahut Sasuke santai dan keluar dari ruangan itu.
Shion menatap tak percaya pada Sasuke yang berjalan menjauh lalu menghentakan kakinya kesal, selama ini dirinya selalu dipuji oleh semua lelaki. Tidak pernah ada yang menolak menciumnya, lalu sekarang apa? Ia berkali-kali mengumpat kesal, setelah itu ikut keluar dari ruangan itu dengan bantingan pintu yang terdengar keras.
Sakura berlari keluar dari gedung kampusnya dengan napas memburu, mengapa ia harus melihat pemandangan menjijikan itu? Mengapa dia harus selalu mengalami perasaan takut ini? Mengapa juga pemuda itu kembali muncul dihadapannya? Apakah pemuda itu akan melakukan hal itu pada semua perempuan di kampusnya? Mengapa semua orang ingin melakukan hal menjijikan itu? Apakah jika tidak melakukannya mereka akan mati?
Begitu banyak pertanyaan di pikiran Sakura, ia berusaha agar bayangan yang ia lihat tadi segera enyah dari kepalanya. Sakura bahkan mengabaikan daftar hadir yang seharusnya ia isi, yang ingin ia lakukan adalah segera sampai ke apartemen kecilnya dan mendekam di kamarnya.
.
.
Sasuke menguap bosan mendengar presentasi teman sekelasnya, baginya mereka tidak seperti menjelaskan materi tetapi hanya membacanya saja. Jika tak mengingat Ayahnya mungkin ia akan bolos kuliah hari ini. Saat ini dirinya sudah dewasa, ia bukan lagi seorang remaja labil jadi tidak mungkin selama hidupnya ia hanya ingin bermain-main, ia juga akan memikirkan masa depan dirinya dan keluarganya kelak.
Keluarga? Sasuke tersedak saliva saat pikirannya mengarah kesana, bagaimana mungkin seseorang sepertinya memikirkan hal itu. Ia menggelengkan kepala agar bayangan yang tidak pernah terlintas dibenaknya menghilang.
Ia mengalihkan tatapan ke jendela disampingnya, begini lebih baik karena mata dan pikirannya dapat lebih segar. Ia menatap lalu lalang orang-orang di koridor antara Fakultas Manajemen dan Bisnis dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan dari lantai 2, sampai onyx sehitam jelaga itu menangkap warna pink mencolok di antara lalu lalang mahasiswa. Gadis yang ia cium saat di Australia, Sasuke masih mengingat namanya, Sakura.
Gadis itu terlihat ragu dan kikuk berjalan di antara mahasiswa-mahasiswi lain, meskipun menunduk Sakura memiliki reflek yang bagus saat dirinya hampir menabrak segerombolan pemuda, ia langsung menggeser tubuh kecilnya ke pinggir koridor, menunggu hingga para pemuda itu melewatinya. Setelah itu, Sakura langsung berjalan sedikit berlari kemudian hilang dari pandangan Sasuke.
Pemuda tampan itu memutar memori otaknya akan perkataan beberapa hari lalu yang diucapkan Shion, salah satu gadis yang paling diincar antara dua fakultas itu.
"dia paling tidak suka berdekatan dengan lelaki."
Sebenarnya ada apa dengan gadis pink itu? Benarkah dia tidak suka dengan lelaki? Mengapa ia sampai terlihat ketakutan saat ia menciumnya dulu?
Sasuke mengalihkan kembali onyx-nya ke depan kelas, ia ingin menghilangkan bayangan saat dirinya melihat Sakura menangis. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya, setelah mencium perempuan maka nama dan wajah mereka akan menghilang dari pikirannya lalu sekarang mengapa sangat sulit mengenyahkan wajah gadis bersurai pink itu dari ingatan?
"Benar-benar mengganggu." Batinnya kesal.
.
.
Seharusnya setelah kejadian beberapa hari lalu di ruang kelas Gelombang, Sakura lebih teliti dan tidak ceroboh lagi melupakan tanda tangan mata kuliah Fisika Matematika. Meskipun sempat ragu, ia akhirnya memberanikan diri kembali ke ruang kelas di lantai 3.
Ia berdo'a dalam hati semoga tak ada lagi hal yang tidak diinginkan terjadi didepan matanya. Perlahan ia memutar kenop dan mendorong pintu, ia bernapas lega karena tidak ada siapa-siapa dalam ruang itu. Emerald-nya menatap absen di atas meja dosen, lalu membubuhkan tanda tangan disamping namanya.
Setelah selesai ia keluar dari ruangan dan menutup pintu, ia membalikkan tubuh dan terkejut mendapati seorang pemuda tampan dengan mata onyx menatap intens dirinya sedang bersandar di dinding seberangnya. Tatapan Sakura menjadi waspada, ia meneguk saliva susah payah, bahkan tubuhnya mulai bergetar saat pemuda itu berjalan kearahnya.
Ia memundurkan tubuh saat Sasuke semakin mendekat, apa yang diinginkan pemuda itu? Padahal Sakura tak ingin lagi berurusan dengan pemuda itu, sebisa mungkin ia akan menghindar untuk bertemu pemuda itu. Emerald bulat itu melirik sekeliling dengan gelisah, saat ini keadaan di lantai 3 sudah sepi hanya ada mereka berdua dan Sasuke menangkap tatapan ketakutan di emerald itu.
Sakura terjebak ditembok belakangnya dan Sasuke sudah berhenti satu langkah didepannya. Onyx itu semakin menatapnya intens membuat Sakura merasa terintimidasi. Melihat peluang melarikan diri sangat lebar, Sakura mengambil ancang-ancang melarikan diri. Tetapi, perkiraan Sakura salah, langkahnya terhenti saat sebuah tangan besar dengan cepat mencengkram lengannya, ia kalah cepat dari pemuda itu. Sasuke sudah menduga bahwa gadis itu akan melarikan diri.
Sakura langsung meronta kuat, berusaha melepaskan cengkraman Sasuke di lengannya.
"Lepaskan lenganku!" Sakura masih meronta walaupun tidak menghasilkan apapun. Tenaga Sasuke tidak sebanding dengannya.
"Kumohon, lepaskan aku.." suara Sakura melemah, rasanya ia ingin menangis tapi sekuat tenaga ia menahannya. Tubuhnya mulai dingin dan bergetar.
Melihat gadis dihadapannya ingin menangis, Sasuke merasa tidak tega. Ia tidak ingin lagi melihat gadis itu menangis karena rasa bersalahnya akan semakin besar. Padahal ia ingin meminta maaf pada Sakura karena perbuatannya dulu tetapi sekarang ia malah akan membuat gadis itu kembali menangis.
Saat tadi ia melihat Sakura keluar dari gedung fakultasnya, ia akan menghampiri Sakura tetapi gadis itu kembali memasuki gedung dan Sasuke tanpa sadar mengikuti gadis itu dan disinilah mereka sekarang.
"Baiklah, aku akan melepaskan lenganmu. Tapi, jangan coba melarikan diri!" sahut Sasuke sedikit mengancam.
Melihat tak ada reaksi dari gadis itu, Sasuke perlahan melepaskan pegangan tangannya pada lengan kecil Sakura yang menunduk. Baru saja Sasuke akan membuka suara Sakura sudah melarikan diri dengan cepat, Sasuke mengumpat kesal saat melihat gadis itu berlari menuruni tangga.
Bukannya ia tidak bisa mengejar langkah Sakura-karena baginya langkah gadis itu tidak sebanding dengan langkah panjangnya, jika ingin ia bisa saja menangkap gadis itu dengan mudah-tapi ia hanya tidak suka jika gadis itu menatap takut padanya, ia benci tatapan gadis itu padanya.
…TBC…
A/N: haiii~~ saya kembaliiiii~
Gimana kelanjutan hubungan SS?
Ternyata beda orang beda rasa ya? Aku sebenernya ga rela jika SasuSaku kiss sama chara lain, tapi lebih ke Sakura ga relanya. Alasannya karena kalo cwek dicium sm cowok lain itu kayak aneh gitu, tapi klo cowok kiss sm cwek lain itu kan wajar karena cwok emg lebih nakal dari cwek, hehhhehe itu pendapat aku sih.
Di chapter ini Sasuke kmbli kiss sm cwek lain. Maaf ya lo ga suka karena ini hanya untuk melengkapi cerita , tpi tenang aja Hati Sasu-chan cuma untuk Sakura kok.
Ok, TENKYUU yang sudah review, follow dan fav fic ini.
Ditunggu kritik dan sarannya.
See u, mmmmmmuachhh
NBL
06/02/2017
08:27 PM
BALASAN REVIEW:
respitasari: hahahhha iya aku juga ga rela bgt.
Charlotte Puff: iya sama2, ini uah update kan? Berarti kita kebalik ya.
Uchiha Cherry 286: hahahha aku baru nyadar klo words nya nanggung, ternyata kita sama ya. Aku juga klo udah baca fic yg nyantol, pengennya ga abis2. Ok, tunggu kelanjutan fic ini ya, jangan bosan.
Khoerun904: hahha berarti itu takdir mereka.
Ibnu999: heheheh ga jamin sih, soalnya aku kurang suka klo Shika yg jadi orang ketiganya.
Wowwoh geegee: hahahahha iya, maaf ya soalnya aku ga tau, takutnya ntar klo aku tulis ga sesuai pen name ntar km ga suka. Iya sehati wkwkk :D
PIYORIN: thank you.
Nurulita as Lita-san: hhhhmmmm tebakkanmu bner bgt (y)
Yanti Sakura Cherry: semoga aja seru wwkwkkw
Laifa: iya kita kebalik ya hehehh
DeidaraTamvanJualPetasan: tapi klo lebih dari ciuman aku ga relaaaa.
Desi Rei Hime: yap bner bgt.
LuckyChisa: hahhahha kebalik ya?
Ok, ini lnjutkaan.
Hahahhah aku bahkan download semua iklan yang diperanin sm cwok itu #gilabener
Aika Harumi: makasih.
Kebalik kita hahhaahha
Ok ini udah lanjut, tapi ga jamin panjang wkwkkwkw
Yu: ok, ini lanjut.
Wu Lei II: ok, ini udah lanjut.
