Title : Your Tiny Little Foot
Rated : M (for language)
Disclaimer : Kim Jaejoong and Jung Yunho have nothing to do with this story.
Written by: Banshee
This story purely came straight out from my brain. Any similarity with fictitious events or characters was purely coincidental.
.
.
*Danseur: Sebutan untuk pebalet laki-laki. Biasanya yang sudah handal.
*Arabesque: pose balet dimana balerina berdiri dengan satu kaki, dan satu kakinya diangkat lurus dengan kedua tangan disejajarkan sepanjang badan (lebih jelasnya bisa disearch di google)
.
.
Chapter 2 : City Of Stars
City of stars
Are you shining just for me?
City of stars
You never shined so brightly
.
.
.
Ruangan 10 meter x 7 meter itu dilapisi dengan kaca disetiap dindingnya, khas seperti ruangan dance pada umumnya. Ruang dance tersebut terbilang cukup simple, hanya terdapat sound system disudut ruangan dan satu bangku panjang yang kini ditumpuki dengan tas para murid Don Juan Academy kelas advance tersebut. Di ruangan itu terdapat sekitar 20 orang lelaki muda yang tengah menghabiskan waktu mereka dengan berlatih. Membuat ruangan yang cukup luas itu bau khas keringat laki-laki. Keringat yang bercucuran tidak menghalangi mereka untuk terus berlatih. World of dance competition sudah didepan mata, mustahil bagi mereka untuk bermalas-malasan. Hentakan kaki dan decitan bunyi sepatu terus memenuhi sudut ruangan seirama dengan beat lagu Starboy dari The Weeknd.
"Satu...dua...hentak...tiga...buang...satu...dua...POWER!" Seorang lelaki bertubuh tegap dengan kulit kecoklatan tampak memimpin gerakan dance. Tubuh tegapnya tampak sangat lihai dan lentur sesuai dengan irama lagu. Membuat siapa saja yang melihatnya akan berdecak kagum. Ekspresi lelaki tegap bernama Jung Yunho itu menjadi ketat saat menangkap salah satu juniornya melakukan kesalahan.
"STOP!" Suaranya yang lantang spontan membuat junior kelas advance terdiam, kemudian menunduk takut.
"Hanbin-ah, come here." Lelaki yang bernama Hanbin pun terkejut dan kemudian menghampiri Yunho dengan takut, kelihatan dari mukanya yang mulai memucat. Saat junior yang bernama Hanbin itu sudah berdiri tepat didepan Yunho, Yunho berbisik ditelinga junior itu dengan suara dinginnya.
"Kau tau world of dance sudah didepan mata?" Junior itu menganggukkan kepalanya cepat.
"Kau tau kau terlalu banyak melakukan kesalahan hingga membuatku muak?" Junior itu menganggukkan kepalanya lagi.
"Kau tau aku bisa melakukan apapun kan kalau aku tidak senang?" Junior itu hanya terdiam. Hell yes, hampir semua orang di Don Juan tau apa yang bisa dilakukan seorang Jung Yunho ketika kesal. Yunho menjauhkan kepalanya dari telinga juniornya. Kemudian mengatakan sesuatu yang bisa didengar semua orang di ruangan tersebut.
"You better get your head on straight, dumbass."
Yunho menatap junior satu persatu dengan muka datarnya. Lalu ia mengambil kertas yang disimpannya di kantung celananya.
"Ada sedikit perubahan pada part lagu missy elliot - work it untuk ending. Di bagian ini yang melakukan one handed hand hops adalah Jiyong. Yang jadi center saat lagu starboy adalah Minjae, bukan Yang Un. Perubahan yang kubuat ini berdasarkan pengamatanku. Dan hasil pengamatanku tidak bisa diganggu gugat. Okay, class dismissed."
Bunyi tepuk tangan terdengar ketika Yunho sudah membubarkan juniornya. Ternyata sahabatnya Dong Hee sedari tadi melihatnya mengasah juniornya. Yunho tersenyum kecut sambil berjalan menghampiri sahabatnya.
"Sedang apa kau disini hah?" Yunho menoyor pelan dahi sahabatnya itu.
"Melihat coach Yunho melatih adik-adik junior dong, ngapain lagi memangnya?" Yunho memutar bola matanya malas.
"Pantesan coach Andy menyuruhmu melatih junior-junior itu, kau pelototi saja mereka sudah mau pipis dicelana." Yunho menoyor lagi dengan geram kepala Dong Hee.
"Kau galak sekali kalau sudah mau kompetisi begini. Tapi kalau sedang free time urghh tingkahmu ngalah-ngalahin malaikat." Yunho terkekeh mendengar keluhan Dong Hee.
"Aku ingin mereka menganggap hiphop itu ada waktu serius ada juga waktu santai."
"Ya, ya, ya...whatever. Sudah ayo temani aku mengevaluasi tim cewek."
.
.
.
"Yang rambutnya pirang ini kurang power, lebih bagus kau letakkan dia di baris ke dua belakang saja"
"Oke-oke."
"Pada bagian ini yang rambutnya dikuncir ini improvisasi. Suruh dia jangan sering-sering improve."
"Noted."
"Nah, si rambut lepek ini bagus kenapa kau letakkan dia di belakang? Buat dia dibaris kedua depan"
"Oke."
"Dong Hee-ah"
"Mwo?"
"Aku lapar sekali. Sudah ya. Aku mau cari makan. Bye."
"YAH JUNG YUNHO!"
Sebelum Dong Hee menangkapnya Yunho sudah kabur duluan sambil tertawa terbahak-bahak dan beranjak meninggalkan ruang dance. Perut Yunho sudah berbunyi tanda lapar sedari tadi. Yunho memang tidak sempat makan malam di waktu yang sudah menunjukan pukul 22.00 ini. Kantin di gedung dance pasti sudah tutup sedari tadi, sehingga Yunho memutuskan untuk makan ramyeon di minimarket dekat kost-nya saja. Kost Yunho pun tidak jauh dari Don Juan Academy, mungkin hanya sekitar 8 menit berjalan kaki. Setelah berjalan sekitar 5 menit Yunho sampai di minimarket tersebut. Ia langsung mengambil 2 bungkus ramyeon, 1 botol soju, 2 bungkus snack, dan kemudian berjalan menuju kasir untuk membayar barang belanjaan. Namun dahinya menyerengit heran ketika menangkap sosok yang lumayan dikenalnya. Dengan seragam pegawai minimarketnya raut wajah lelaki dengan kulit putih itu tampak kelihatan lelah.
"Semua belanjaannya 5000 won." sahut lelaki berkulit putih itu tanpa memandang Yunho.
"Aku tak menyangka kau bekerja disini." Mendengar suara Yunho, Jaejoong terlonjak kaget dan menatap Yunho dengan mata bulatnya yang lucu. Setelah sadar akan raut wajahnya Jaejoong berdeham kecil dan kembali memasang raut datar.
"Semuanya 5000 won, tuan." Yunho terkekeh kecil sambil mengambil uang 5000 won dari dompetnya, lalu menyerahkannya pada Jaejoong.
"Kau bukannya anak orang kaya? Untuk apa kau kerja part time?" Jaejoong memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Yunho dan memasukkan belanjaannya ke kantung plastik.
"Terima kasih sudah berbelanja." Sahut Jaejoong sambil memberikan kantung plasti belanja Yunho. Yunho berdecih kesal menatap Jaejoong.
"Dasar tuli." Yunho kemudian meninggalkan minimarket itu.
Asap rokok yang dihisap Yunho membumbung tinggi didepan minimarket. Yunho memutuskan untuk memakan ramennya didepan meja yang disediakan didepan minimarket itu. Entah kenapa dirinya enggan untuk kembali ke kostnya. Mungkin melihat orang yang berlalu-lalang didepan minimarket ini membuatnya tidak merasa kesepian. Ini sudah batang rokok yang kedua dan Yunho masih ingin terus duduk didepan minimarket ini. Decitan pintu minimarket itu membuatnya menoleh untuk melihat siapa yang keluar.
"Hei." Setelah Yunho memastikan yang keluar adalah Jaejoong, entah kenapa bibirnya spontan memanggil lelaki itu. Jaejoong menoleh kearah Yunho.
"Jam kerjamu sudah selesai?" Pertanyaan Yunho hanya dibalas anggukkan kecil oleh Jaejoong.
"Kau minum kan? Sini minum bersamaku. Tidak enak minum sendirian." Mendengar tawaran Yunho membuat Jaejoong sedikit heran. Dirinya kemudian tampak berpikir sekitar 10 detik. Dan entah setan apa yang merasukinya Jaejoong pun mengiyakan permintaan Yunho.
"Sebentar, aku beli 1 botol lagi." Jaejoong masuk lagi ke dalam minimarket membeli sebotol soju. Setelah itu, Jaejoong keluar lagi dan duduk disamping Yunho sambil membuka botol sojunya.
Keduanya tampak enggan untuk memutus keheningan. Yunho dan Jaejoong tampak asik menenggak soju mereka sambil memandangi setiap orang yang lewat didepan minimarket. Lelah akan keheningan tersebut Yunho pun memulai pembicaraan.
"Kau tidak menjawab pertanyaanku tadi, bukannya kau anak orang kaya? Kenapa kau kerja part time?." Pertanyaan Yunho membuat Jaejoong menoleh kearahnya, masih dengan raut wajahnya yang datar.
"Kalau aku menceritakannya padamu, aku yakin besok pasti sudah beredar kabar yang tidak-tidak di Don Juan dan The Royals." Yunho menjambak rambutnya kesal.
"Oke! Oke! Sebagai mengganti jasamu yang sudah menemaniku minum, aku tak akan mengejekmu lagi."
"Heh, memangnya omonganmu bisa dipegang?"
"Omongan lelaki sejati selalu bisa dipegang." Yunho menepuk dadanya bangga, membuat Jaejoong tersenyum mengejek.
"Orang tuaku tidak suka aku memilih balet sebagai karir. Jadi...mereka tidak mau membiayai kelasku di The Royals. Kau tau sendiri mahalnya kelas di The Royals." Jaejoong bergidik ngeri ketika Ia harus mengingat berapa nominal yang harus Ia bayar untuk kelasnya setiap bulan.
"Kenapa mereka tidak suka kalau kau jadi balerino?" Jaejoong tertawa kecil mendengar pertanyaan Yunho.
"Pola pikir mereka sama dengan pola pikirmu. Balet bukan sesuatu yang dilakukan oleh laki-laki. Balet itu tidak manly." Mendengar jawaban Jaejoong entah kenapa Yunho jadi merasa bersalah. Lelaki disampingnya ini banting tulang membayar kelasnya di The Royals walaupun banyak orang yang mencacinya. Semua demi mimpinya.
"Kau sendiri, kenapa kau memilih hiphop? Karena manly?" Yunho tau pertanyaan Jaejoong sebenarnya adalah sarkasme. Tapi Ia tidak mau beradu mulut setelah mendengar kisah Jaejoong.
"Hiphop membuatku bangkit disaat masa susah." Jawaban Yunho membuat Jaejoong spontan menatap Yunho.
"Orang sepertimu bisa susah juga ternyata." Yunho sontak terkekeh kecil mendengar perkataan Jaejoong.
"Kau tak akan mampu membayangkannya."
"Memangnya masa susah yang seperti apa?"
"Hah, kalau aku bercerita kurasa besok akan beredar gosip yang tidak-tidak di Don Juan dan The Royals." Jaejoong spontan memutar bola matanya malas.
"Yah, kau tau temanku itu cuma Eun Hee. Terus aku mau menyebar gosip pada siapa hah?" Yunho tertawa mendengar jawaban Jaejoong.
"Aku mengalami depresi hebat saat ayahku bangkrut, sehingga harus menjual rumah satu-satunya. Diikuti ayah dan ibuku yang memutuskan untuk bercerai." Jaejoong merupakan tipe orang yang tidak mudah menyembunyikan emosinya, sehingga saat mendengar cerita Yunho kedua matanya membelalak kaget, tidak menyangka orang seperti Yunho melalui masa yang sangat sulit.
"Dulu aku harus meminum 7 pil setiap harinya untuk mengurangi rasa depresi. Tapi semenjak aku mengenal hiphop pelan-pelan aku lupa akan masalahku dan akhirnya bisa lepas dari mengkonsumsi obat-obatan." Yunho terkekeh kecil melihat ekspresi Jaejoong saat ini. Ekspresinya terlihat sangat imut.
"Jadi kau sekarang tinggal bersama ayah atau ibumu?"
"Kami menjalani hidup kami masing-masing. Jadi aku membiayai hidupku seorang diri. Untung kelas Don Juan tidak semahal di The Royals, kalau tidak aku sudah jadi gembel sekarang." Jaejoong dan Yunho tertawa bersama-sama. Bagi Jaejoong sisi Yunho yang sekarang sangat mengejutkan. Ia tidak menyangka dirinya bisa saling bertukar keluh kesah dengan hangat seperti sekarang. Jaejoong juga tidak menyangka Yunho yang selalu tertawa dan dikelilingi banyak orang yang mengaguminya pernah mengalami masa yang sulit. Jaejoong tersenyum sambil memandang langit yang dihiasi bintang-bintang.
"Jalan untuk meraih mimpi memang tidaklah mudah. Tapi Aku yakin akan terdapat berbagai hal yang indah kalau kita berhasil melalui rintangan yang ada." Yunho menoleh kearah Jaejoong yang menengadah menatap langit, kemudian tersenyum dan ikut memandang langit.
.
.
"Rumahmu dimana?" Tanya Yunho kepada Jaejoong yang tengah membuang botol soju ditempat sampah.
"Cuma 1 blok dari sini." Yunho mengerutkan dahinya menatap Jaejoong yang melihatnya dengan kedua mata bulatnya.
"Jadi selama ini kita tetangga rupanya. Kostku 2 blok dari sini." Jaejoong menganggukkan kepalanya.
"Yasudah, jalan bersama saja. Ayo."
Selama diperjalanan mereka saling bersenda gurau. Yunho mulai menyadari kalau Jaejoong mulai sedikit membuka diri kepadanya. Jaejoong tidak lagi memandangnya kesal seperti saat di kantin kemarin atau saat di minimarket tadi. Yunho pun merasa bersalah telah menjudge Jaejoong hanya dari luarnya saja. Jaejoong adalah orang yang lucu, ekspresinya yang spontan pun membuat Yunho selalu tertawa, Yunho berjanji dalam hati tidak akan mengejek Jaejoong lagi kedepannya.
"Nah, ini rumahku." Yunho melongo heran melihat pagar setinggi 2 meter yang ada didepannya. Jaejoong benar-benar anak orang kaya ternyata. Yunho melirik sekilas kedalam dan interior rumahnya terlihat sangat elegan.
"Urrghh, aku mau mengucapkan terima kasih telah mengantarkanku. Tapi kok malah terdengar seperti cewek ya...urghh pokoknya aku terima kasih deh." Jaejoong menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sementara Yunho masih sibuk melirik kedalam rumah Jaejoong melalui sela pagar.
"Aku juga terima kasih. By the way, aku tidak menyangka ternyata kau itu lucu, imut, dan ekspresimu itu hahahaha sangat bodoh but in the nice way! Sudah ya, aku pulang dulu. Bye." Yunho mengelus pelan kepala Jaejoong kemudian berjalan menuju kostnya. Jaejoong masih terus memandangi Yunho yang mulai menghilang di gelapnya malam. Jaejoong spontan memegang kedua pipinya yang memanas. Kemudian masuk kerumahnya dan menutup pagar dengan kencang sehingga membuat satpam rumahnya kaget. Jaejoong masih bersender dipagar sambil memegangi pipinya yang masih memanas.
"Tuan Jaejoong tidak apa-apa? Pipinya kok merah sekali? Tuan Jaejoong sakit?" Sahut satpam itu.
.
.
.
"Angkat pinggulmu lebih tinggi...tangan...third position...attitude...hitungan ketiga lalu arabesque..." seorang danseur bernama Fredie Park merupakan pria campuran Itali-Korea yang namanya sudah cukup terkenal di korea. Ia sudah mengajar di The Royals semalam 10 tahun. Fredie Park yang tegas dan bermulut pedas banyak ditakuti oleh murid The Royals.
"Semua boleh take five kecuali Jaejoong." Semua murid yang ada di kelas khusus itupun satu persatu mengambil botol minum mereka. Meninggalkan Jaejoong berdiri sendiri ditengah studio dance tersebut.
"Jaejoong, Arabesque one more time." Jaejoong pun mulai melakukan pose arabesque. Ia saat ini sangat gugup karena sadar dirinya melakukan kesalahan sehingga tidak diperbolehkan beristirahat.
"Sekali lagi."
"Aku tidak akan mengatakan letak kesalahanmu sampai ku sadar sendiri. Sekali lagi."
"Sekali lagi."
Danseur Fredie Park memutar bola matanya malas kemudian menatap tajam Jaejoong.
"Sudah berapa lama kau menari ballet?"
"6 tahun danseur."
"Dan kau kesusahan melakukan arabesque? Lelucon macam apa ini?" Jaejoong menundukkan kepalanya tak berani menatap danseur yang masih menatapnya tajam.
"Kau teruslah bermimpi dapat peran Pangeran Siegfried, mungkin kau akan dapat peran itu dalam 6 tahun lagi." Fredie Park memandang remeh Jaejoong kemudian memangku kedua tangan didepan dadanya.
"Sana latihan arabesque sampai benar. Kau latihan di pojok saja. Dan yang lain take five is up! Semua kembali ke posisi semula dalam hitungan ketiga! One! Two!..."
Semua murid kelas khusus sudah dibubarkan oleh Danseur Fredie Park. Sudah 5 jam mereka berada di studio dan 3 jam dari kelas tersebut Jaejoong habiskan dengan berlatih arabesque tanpa istirahat. Jaejoong mengumpulkan tas perlengkapannya kemudian bergegas keluar dari ruang studio.
"Jae! Tunggu!" Jaejoong menoleh kebelakang ketika Eun Hee memanggilnya.
"Jae bagaimana kalau ki-"
"Maaf Eun Hee-yah. Aku ingin sendiri untuk sementara waktu." Belum selesai Eun Hee berbicara Jaejoong sudah memotongnya. Eun Hee yang menyadari bahwa Jaejoong sedang membutuhkan waktu menyendiri pun hanya memandangi punggung sahabatnya yang meninggalkan ruang studio.
.
.
.
Jaejoong tidak tau harus kemana dan membiarkan kaki kecilnya membawanya pergi sesuka hati, dan berakhirlah perjalanannya di kantin yang menyatukan The Royals dan Don Juan. Sore hari seperti ini kantin terlihat sepi, hanya ada beberapa pasangan yang tampak sedang memadu kasih ditengah hecticnya jadwal latihan mereka. Jaejoong memesan 1 botol susu strawberry kemudian memilih satu pojok meja. Ia duduk dan langsung menelungkupkan kepalanya. Jaejoong merasa hari ini adalah hari terburuknya selama karir baletnya. Ia sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya menjadi kehilangan fokus dan melupakan satu gerakan dasar dalam balet, Arabasque. Jaejoong merasakan tepukan pelan pada pundaknya, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya.
"Sedang apa kau sendirian disini?" Ternyata Jung Yunholah yang menepuk pundaknya. Yunho tampak memakai bomber zara berwarna hijau lumut, dengan topi putihnya yang casual. Yunho kemudian duduk dihadapan Jaejoong sambil menyesap sebotol coca cola. Jaejoong hanya menghela nafas dan kembali menelungkupkan kepalanya diatas meja.
"Yah, Kim Jaejoong." Jaejoong kembali mengangkat kepalanya menatap Yunho dengan bola matanya. Setelah berbicara dengan Yunho dua hari ini satu hal yang bisa Ia pastikan bahwa Jung Yunho adalah seorang pemaksa, mau tidak mau Jaejoong menjawab pertanyaanya.
"Aku merasa sangat useless hari ini. Aku bodoh. Aku tidak berguna." Jaejoong mengacak rambutnya kasar.
"Demi Tuhan, itu cuma arabesque! Aku sudah latihan dance selama bertahun-tahun dan didepan danseur handal seperti Fredie Park aku terlihat sangat bodoh, pecundang! Aku tidak akan pernah bisa jadi Pangeran Siefried! Aku-"
"Hei hei hei.." Yunho memotong racauan Jaejoong sebelum lelaki itu menyalahkan dirinya lebih jauh.
"Jae, kau sendiri yang bilang untuk mencapai mimpi memang tidaklah mudah tapi kelak kau akan merasakan hal yang indah. Kau yang tidak bisa melakukan pose arabeski..arabesku.. atau apalah itu merupakan satu hambatan yang menghalangimu menuju mimpi. Kenapa hanya dengan hambatan seperti ini kau malah breakdown?"
"Entahlah Yunho aku tidak tau apa yang ada dipikiranku aku sendiri tidak mengerti. Aku hanya merasa hari ini adalah hariku yang paling buruk." Yunho tampak diam meandangi Jaejoong. Lalu tiba-tiba Ia bangkit dan menarik tangan kanan Jaejoong, memaksanya untuk bangkit dari kursinya.
"Ikut aku."
"Yah! Mau kemana?"
"Sudah pokoknya ikut saja."
Jaejoong mengikuti saja langkah Yunho. Masih dengan tangan kanannya yang ditarik. Yunho dan Jaejoong memasuki gedung The Royals, kemudian Yunho membawanya ke salah satu ruang studio yang sangat Ia kenal. Ruang studio untuk kelas khusus.
"Ini ruangan dance-mu kan?" Jaejoong hanya mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Yunho. Yunho kemudian melihat kedalam melalui kaca pintu, setelah memastikan ruangan itu kosong Yunho menarik tangan Jaejoong dan masuk ke studio dance yang tidak terlalu familiar dengan Yunho.
"Untuk apa kau membawaku kesini?" Jaejoong menarik pergelangan tangannya yang masih digenggam Yunho.
"Nah, aku mau melihatmu melakukan pose arabesque itu, dan juga aku mau melihatmu menari balet." Mendengar perkataan Yunho sontak membuat Jaejoong membulatkan kedua matanya terkejut.
"Untuk apa?"
"Aku mau melihat saja."
"Tidak mau!" Yunho kemudian memutar bola matanya malas.
"Dasar pengecut." Jaejoong kembali membulatkan kedua bola matanya terkejut. Oke Ia tidak terima dibilang pengecut. Jaejoong melipat kedua lengan bajunya kemudian berjalan menuju sound system yang ada disudut ruangan. Lalu memutar The Rite of Springs sebagai lagu pengiringnya. Jaejoong kemudian mengangkat pinggul, tangan, dan membuka kaki kanannya melakukan pose Arabesque.
"Ini adalah pose arabesque." Yunho berpikir sejenak. Menganalisa pose yang dilakukan Jaejoong. Yunho menghela nafas lalu berjalan mendekati Jaejoong.
"Aku tau letak kesalahanmu, pikiranmu seakan kosong ketika melakukan arabesque, kau tidak menuangkan pikiranmu penuh saat melakukan pose itu." Jaejoong menundukkan kepalanya mendekati Jaejoong, memandangi kedua matanya dalam.
"Lakukan arabesque lagi. Yang harus kau tanamkan adalah bagaimana caramu dapat membuatku tersenyum hanya dengan pose arabasque." Mendengar kata-kata Yunho, Jaejoong menarik napasnya dalam, menutup kedua bola matanya sejenak.
Jaejoong kembali mengangkat pinggul dan tangannya, kemudian membuka kaki kanannya secara perlahan menghayati pose arabesque yang sempurna. Bunyi tepuk tangan Yunho menyelimuti studio dance tersebut. Yunho tengah tersenyum lebar memandang Jaejoong yang melakukan pose arabasque sempurna.
"Aku tau kalau kau adalah dancer yang hebat Jae, semua dancer butuh pujian dan semangat, bukan desakan." Yunho mengelus kepala Jaejoong pelan, membuat Jaejoong semakin bersemangat dan tersenyum lebar.
"Sekarang kau harus melihatku menari balet." Jaejoong memulai tarian balet untuk pementasan swan lake yang sudah dipelajarinya selama 4 bulan ini. Sesekali Yunho mengikuti gerakan Yunho yang konyol sehingga studio dance yang biasanya penuh dengan pressure itu ramai akan gelak tawa keduanya.
Dada Jaejoong berdebar kencang dan terasa hangat. Jaejoong tau hal ini tak sepatutnya terjadi pada dirinya. Apalagi debaran itu ditujukan untuk Jung Yunho.
.
.
.
End of Chapter 2
Njir panjangnya semoga ga ada yang ketiduran ditengah cerita ya T-T
Saya bukan ahli balet/hiphop, literally saya cuma bisa dance ubur-ubur (?) jadi kalau ada typo bisa dikoreksi.
Cerita ini terinpirasi dari la la land. Makanya little poem diawal cerita saya ambil dari lirik lagu soundtrack la la land XD
