Title : Your Tiny Little Foot

Rated : M (for language and some scene)

Disclaimer : Kim Jaejoong and Jung Yunho have nothing to do with this story.

Written by: Banshee

This story purely came straight out from my brain. Any similarity with fictitious events or characters was purely coincidental.

.

.

.

Chapter 3 : Start a Fire

I don't know why I keep moving my body
I don't know if this is wrong or if it's right
I don't know if there's a beat, or something's taking over me
And I just know I'll feel so good tonight

.

.

.


"Yah Jung Yunho. Yang ini namanya Na Ri. Anak Spinning Dance Academy, tubuhnya woaah S line. Cantik kan?"

"Hm."

"Kalau yang ini namanya Se Im, bukan anak dance sih, temannya adikku. Masih polos dan anak baik-baik. Bagaimana?"

"Hmmm.."

"Nah yang ini namanya Yeon Hee suaranya baguuus bisa dance juga. Trainee SM debut 2 atau 3 tahun lagi."

"Dadanya kurang besar."

"Kau suka yang berdada besar?"

"Tidak juga sih..."

"Nih nih. Namanya Lizzie. Mix Korean-Kanada. Mungkin ukuran 32B. Gimana-gimana?"

"Terlalu tinggi."

"YAH! Kau ini! Dari semua kau tidak ada yang suka?"

"Tidak ada yang sreg."

"Kau tidak suka perempuan apa gimana hah? Kau homo?"

"YAH KIM DONG HEE! Bilang homo sekali lagi kupenggal kepalamu itu."

Dong Hee hanya memutar bola matanya malas. Kemudian kembali fokus mengscroll iphonenya. Ia tadinya berniat baik untuk menjodohkan sahabat baiknya yang sudah lama menjomblo itu. Sahabatnya pun seperti tidak ada niatan untuk mencari pacar dan hanya fokus di dalam dunia dance saja.

"Dong Hee-yah, ngomong-ngomong dari mana kau bisa dapat list wanita sebanyak itu?"

"Aku ini tau bagaimana menikmati masa muda dengan cara bersenang-senang. Tidak seperti kau yang taunya ngedance saja." Yunho menoyor kepala Dong Hee.

"Jangan terlalu banyak bermain wanita, awas kena karma." Sahut Yunho menasehati sahabatnya ketika Ia hendak berjalan menuju sound system Yunho merasa cellphonenya bergetar di kantung celananya, Ia mengambil dan membaca sekilas dan nama kim jaejoong pun terpampang di layar cellphone.

'Yunho-ah! Aku lupa belum mengucapkan terima kasih atas dukunganmu kemarin. Perasaan ku jauh lebih baik hari ini.'

Yunho tersenyum membaca pesan line dari Jaejoong. Ia selalu merasa senang apabila mampu membuat orang yang berada disekililingnya tersenyum. Tanpa berpikir dua kali Yunho pun langsung membalas line Jaejoong.

'Syukurlah kalau kau merasa lebih baik. Semangat dalam latihan hari ini. Aku yakin kau bisa.'

"Waaaah waaaah kenapa senyum-senyum sendiri?" Suara Dong Hee yang menggelegat mengejutkan Yunho. Setelah membalas pesan Jaejoong Ia kembali memasukkan cellphonenya ke kantung celana.

"Memangnya aku gak boleh senyum hah? Aku harus pasang muka seram terus gitu?"

"Bukan begitu bodoh! Pantesan kau menolak semua list cewek seksi dariku! Ternyata kau sudah ada pacar ya? Sial Yun!"

"Ya! Aku memang tidak punya pacar!"

"Jadi itu siapa yang buat kau senyum-senyum?"

"Dia..."

"Good morning class!" Belum selesai Yunho membalas perkataan Dong Hee, coach mereka sudah masuk ke ruang dance studio dengan senyum sumringahnya. Murid-murid kelas advancepun mulai berdiri di tengah studio dance.

"Oke...aku sudah membuat setlist lagu yang fix untuk dance group, jadi tinggal menambah beberapa koreo saja disebagian part menit ke 12.00. Yunho, Dong Hee, dan Dong Wook bantu aku membuat sisa koreonya. Yang lain bisa mulai latihan."

"Siap coach."

Suara decit sepatu pun mulai terdengar di studio dance tersebut, menandakan semangat sekelompok pria muda demi meraih mimpi dan tujuan mereka.

.

.

.


"Yah Kim Jaejoong! Kau chat sama siapa senyum-senyum sendiri?" Suara melengking Eun Hee membuat Jaejoong terlonjak kaget. Jaejoong menoleh sahabatnya yang tengah melakukan split itu.

"Bukan siapa-siapa." Jawaban Jaejoong membuat Eun Hee memicingkan kedua matanya menandakan bahwa Ia curiga.

"Jaejoong-ah...kau punya pacar?" Pertanyaan Eun Hee membuat Jaejoong memutarkan kedua bola matanya. Setelah Jaejoong meletakkan cellphonenya di tas Jaejoong kemudian mendekati Eun Hee dan bergabung melakukan pemanasan.

"Ditengah sibuknya jam latihan mana sempat aku mencari pacar. Huh." Jawaban Jaejoong malah membuat Eun Hee semakin curiga.

"Jadi kenapa kau senyum senyum? Kau chat sama siapa?"

"Bukan urusanmu."

"TUH KAN!" Suara Eun Hee yang menggelegar lantas membuat semua mata yang ada diruangan itu tertuju pada Eun Hee dan Jaejoong. Membuat Eun Hee meringis tidak enak sementara Jaejoong sudah menahan tawanya. Ketika Eun Hee hendak memarahi Jaejoong suara lantang Danseur mereka memenuhi ruangan dance itu.

"Semua sudah ada di posisi dalam hitungan 3. Satu...dua..." Suara derap kaki bergemuruh di setiap sudut ruangan. Danseur Fredie Park memang sangatlah tegas dan jika kau tidak menuruti apapun perintahnya maka dijamin kau tidak bisa mengikuti kelas dalam 1 hari. Meninggalkan kelas dalam 1 hari sangatlah merugikan bagi murid kelas khusus ini. Mungkin saja akibat kau meninggalkan kelas, kau hanya akan mendapatkan peran kecil di pementasan swan lake. Semua itu akan sia-sia setelah kau berlatih 3 bulan lamanya.

Hanya bunyi sepatu Danseur Fredie Park yang memenuhi ruangan dance the royals itu. Murid-murid kelas khusus semua sudah berada didalam posisi. Danseur Fredie Park kini berdiri dengan tegapnya, Ia memandangi muka murid-muridnya yang tersirat gurat lelah karena mereka sudah berlatih selama 3 bulan.

"Karena pementasan Swan Lake dimajukan 1 minggu jadi aku putuskan hari ini adalah pengumuman peran." Semua murid yang ada di kelas khusus tidak dapat menyembunyikan keterkejutan mereka. Harusnya pengumuman peran sekitar 2 minggu lagi.

"Peran akan diumumkan malam nanti. Jadi kalian masih punya waktu untuk membuktikan diri."

Jaejoong mengehela nafasnya panjang setelah mendengar ucapan Danseur. Ia akan bertekat memaksimalkan usahanya hari ini.

.

.

"Pirouette...second position...grand plie! Mana emosi kalian aku butuh emosi! Hyunsae kakimu kurang kau angkat!" Suara lantang Danseur memenuhi ruangan. Murid-murid kelas khusus kini sudah bercucuran keringat. Sudah 4 jam mereka latihan dan hanya diselingi beberapa menit istirahat.

"Come on! Kalian ini kelas khusus! Power!" Jaejoong mengehela nafasnya panjang dan menyela keringat yang sudah memenuhi dahinya. Sekilas Ia melirik Eun Hee yang sudah terlihat sangat capek.

"Third position...putar...arabesque! Yak Jaejoong! Arabesque sempurna!" Danseur Fredie Park tampak sumringah melihat arabesque sempurna Jaejoong. Muridnya itu belajar melalui kesalahan dengan cepat. Danseur Fredie Park kemudian menepuk tangannya 2 kali dan murid-murid di ruangan dance itupun menghentikan aktifitasnya.

"Kita istirahat makan siang selama 1 jam, kemudian kalian latihan sendiri tapi ingat aku punya asisten untuk mengawasi kalian, oh..pengumuman peran akan aku tempelkan di mading The Royals jam 8 malam. Class dismissed." Murid-murid kelas khusus pun membubarkan diri. Eun Hee kemudian menghampiri Jaejoong. Dari raut wajahnya pasti Ia sedang memikirkan perannya nanti.

"Yah tenang saja hari ini Danseur memujimu beberapa kali." Sahut Eun Hee sambil merangkul pundak Jaejoong.

"Tapi tetap saja..."

"Sudah-sudah ayo makan siang perutku sudah lapar sekali." Jaejoong hanya mengangguk lemas menerima ajakan Eun Hee.

.

.

.


"Aku rasa koreonya sudah pas untuk memenuhi sebagian part yang kosong ini. Tinggal panggil anak-anak saja supaya diajarkan." Yunho, Dong Hee, dan Dong Wook mengangguk setuju perkataan coach Andy. Sudah 4 jam mereka menyusun koreo yang masih kasar, kemudian memoles ulang agar bisa diajarkan langsung.

"Dong Hee-yah, suruh anak-anak supaya standby." Dong Hee mengumpulkan dance crewnya untuk berdiri di tengah studio dan siap pada posisi masing-masing.

"Oke, sebelum Yunho, Dong Hee dan Dong Wook mengajari kalian gerakan untuk menit 12.00 ada baiknya kalian tunjukan lagi dance menit 00.00 sampai menit 10.00, itu berarti sampai lagu The Weekend saja. Ok music!"

Lagu Kanye West - Famous pun memenuhi dance studio Don Juan. Coach Andy memperhatikan dengan seksama gerakan murid-muridnya dan diantara semua memang gerakan Yunholah yang paling luwes. Sepertinya coach Andy memutuskan memberikan Yunho solo dikompetisi world of dance selanjutnya. Menurut pengamatannya murid-muridnya hanya memerlukan sedikit perbaikan dibeberapa part. Baginya dance group mereka sudah sempurna dan siap maju di kompetisi world of dance.

"OH SHIT!"

BRAK!

KREK

"ARGH!"

"YUNHO-AH!"

Mata coach Andy melotot melihat kejadian yang terjadi di depan matanya. Tidak tidak. Ini tidak boleh terjadi disaat mau kompetisi begini. Salah satu junior kelas advance tidak menjejakkan kakinya sempurna, lalu Ia kehilangan keseimbangan sehingga Ia tidak sengaja mendorong Yunho yang berada didepannya. Hell no, Coach Andy berharap tidak ada kejadian apapun yang bisa menghambat jalan mereka ke kompetisi.

"YAH! YUNHO-AH! GWENCHANA?" Dong Hee panik sambil memegangi kaki Yunho. Yunho terlihat meringis kesakitan sambil memegangi pergelangan kakinya yang terasa sangat berdenyut.

"YAH! NEO MWOHAE? Gimana kalau sesuatu terjadi dengan kakinya hah!" Dong Hee memarahi juniornya yang tidak sengaja mendorong Yunho. Yunho yang tidak mau terjadi keributan di ruangan itu menarik tangan Dong Hee.

"Sudahlah Dong Hee-ah. Bukan salahnya." Sahut Yunho sambil masih menahan sakit dikakinya. Yunho merasa bahwa kakinya mungkin terkilir. Kalau sudah begini paling tidak butuh 2-3 minggu untuk bisa sembuh.

Coach Andy menghampiri murid-muridnya untuk menengahi.

"Kenapa kalian jadi malah berantam? Dong Hee, Dong Wook, bawa Yunho ke klinik cepat!"

.

.

Don Juan Dance Academy menyediakan klinik sebagai fasilitasnya. Keberadaan Klinik memanglah sangat dibutuhkan untuk pertolongan pertama murid-murid Don Juan yang mengalami cidera. Kebanyakan kasus mereka adalah terkilit, urat tertarik, kram, dan lain sebagainya. Namanya juga dancer, jadi sangat mengandalkan kelenturan otot dan tulang mereka.

"Kakimu terkilir. Ini kuberi salap dan balsam otot kaki sebagai pertolongan pertama. Sering sering kau pijat perlahan ya?" Yunho mengangguk mengiyakan perkataan perawat klinik.

"Oh ya! Ini nih yang sering dilanggar dancer seperti kalian, jangan ngedance dulu selama 3 minggu. Kalau kau paksakan, kedepannya malah berakibat fatal." Yunho terkekeh mendengar tuturan perawat itu. Kemudian kembali meringis akibat denyutan dikakinya.

"Bagaimana ini Yun? Jadi kau tidak bisa ikut kompetisi?" Dong Hee yang setia mendampingi Yunho disampingnya terlihat panik.

"Kau dengar sendiri aku tidak bisa dance selama 3 minggu. Sedangkan world of dance 2 minggu lagi."

"SHIT AKU AKAN MEMBUNUH JUNIOR ITU."

"YA!YA!YA!" Yunho menoyor kepala Dong Hee kemudian tertawa kecil.

"Sudahlah, lagian ini kan grup dance, soloku di menit 7 bisa saja kau gantikan."

"Tapi Yuuuunn...tidak ada kau sama saja melepaskan harapan kemenangan." Yunho menoyor lagi kepala sahabatnya itu. Sepertinya akhir-akhir ini menoyor Dong Hee adalah hobinya.

"Pesimis sekali kau! Tanpaku juga kalian bisa bersinar kok. Percaya padaku."

.

.

.


Jaejoong kini memandang jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Sudah pukul 19.45. 15 menit lagi menuju pengumuman peran. Jaejoong menenggak air dari botol minumnya untuk mengusir kecemasan yang ada didalam dirinya. 15 menit lagi nasibnya akan ditentukan. 15 menit lagi usahanya selama 3 bulan ini akan membuahkan hasil. 15 menit lagi menuju mimpinya. Jaejoong terus berdoa didalam hati. Eun Hee tampak berjalan menghampiri Jaejoong yang tengah duduk di bangki ruang studio.

"Sial...15 menit lagi. Semoga nasibku baik hari ini urrghhhh aku harus mendapatkan ratu angsa." Sahut Eun Hee kemudian merampas botol minum yang masih ditangan Jaejoong.

"Dan aku harus mendapatkan peran Pangeran Siegfried urghh." Keduanya kini hanya menatap kosong ke arah pintu ruangan dance menunggu kabar dari junior mereka kalau pengumuman sudah ditempelkan.

BRAK

Pintu ruangan dance dibuka lebar mengejutkan semua orang yang ada diruang dance tersebut.

"Sunbaenim-deul...pengumuman sudah ditempelkan."

Balerina dan balerino yang ada diruangan dance itupun berbondong-bondong berlari menuju mading The Royals. Tak terkecuali Eun Hee dan Jaejoong.

Jaejoong menggenggam erat tangan Eun Hee, Eun Hee pun juga menggenggam erat tangan Jaejoong. Kini keduanya sudah sampai didepan mading The Royals yang sudah dikerubungi puluhan orang. Jaejoong menatap nama yang tercantum dikertas itu. Kemudia membulatkan matanya tidak percaya. Jaejoong menoleh ke Eun Hee yang juga membulatkan matanya tidak percaya, lalu Eun Hee pun menatap Jaejoong.

Swan Lake: JANG EUN HEE

Pangeran Siegfried: KIM JAE JOONG

"KYAAAAAAAAA!" Eun Hee dan Jaejoong berteriak kencang kemudian saling berpelukan erat.

"Eun Hee-yah aku mendapatkan pangeran siegfried!" Kedua bola mata Jaejoong berkaca-kaca menandakan kesenangan yang teramat sangat.

"Jaejoong-ah aku dapat peran swan lake!" Eun Hee mengeratkan pelukannya dileher Jaejoong.

"KYAAAAAAAAA!" Eun Hee dan Jaejoong berteriak kencang lagi untuk meluapkan rasa senang mereka. Jaejoong lalu melepaskan pelukannya dan menatap mata Eun Hee yang berkaca-kaca.

"Eun Hee-yah semua ini akan menjadi lebih mudah karena kau adalah swan lake-nya! Ayo kita berjuang bersama-sama!" Eun Hee sangat terharu mendengar ucapan Jaejoong.

"Pasti Jaejoong-ah! Ayo kita saling membantu sehingga kita menjadi pasangan ballet yang keren!" Jaejoong terkekeh mendengar ucapan Eun Hee sambil mengacak gemas rambut Eun Hee.

"Sebentar ne, aku mau mengabarkan ini pada orang tuaku." Eun Hee kemudian merogoh kantong sakunya dan menelpon orang tuanya.

Jaejoong tersenyum kecut. Memangnya Jaejoong punya orang yang bisa Ia bagikan kabar gembira ini? Orang tuanya bahkan enggan mendengar Jaejoong bercerita mengenai ballet sedikit saja. Raut wajah Jaejoong mendadak berubah ketika teringat akan sesuatu. Ia kan punya Yunho yang bisa diberitahukan akan kabar gembira ini. Jaejoong pun merogoh kantung celananya hendak menelpon Yunho. Setelah terdengar beberapa bunyi panggilan suara Yunho pun terdengar diseberang sana.

"Ne Jae?"

"YUNHO-AAAAH"

"Yah wae wae wae kenapa kau teriak-teriak seperti kemalingan hah?"

"Yunho-ah! Aku dapat peran Pangeran Siegfried!"

"WHAT? BENARKAH JAE? Waahh chukkae Jae! Sudah kutebak kau pasti dapat peran itu!" Jaejoong tertawa kecil mendengar jawaban Yunho.

"Yunho-ah kau di Don Juan tidak? Karena aku sangat senang malam ini, aku berbaik hati mentraktirmu makan malam? Gimana gimana?"

"Tidak Jae aku tidak di Don Juan, dan maaf sepertinya malam ini aku tidak bisa keluar."

...

"Kau sudah punya acara lain?" Yunho dapat mendengar suara Jaejoong yang tiba-tiba tidak bersemangat. Yunho menjadi merasa bersalah.

"Bukan begitu Jae, aku...tadi terkilir. Jadi tidak bisa kemana-mana selain istirahat dirumah."

"APA? Tapi kau baik-baik saja kan? Ya sudah linekan aku alamat kosmu. Aku akan membawakanmu makanan."

"Jae tidak usah repot-repot aku-" Belum selesai Yunho menyelesaikan kata-katanya, Suara merdu Jaejoong memotong dan tak mampu membuat Yunho menolak lagi.

"Yun, aku tidak punya teman lain selain kau untuk merayakan hari bahagia ini, Eun Hee pasti akan merayakan bersama orang tuanya. Jadi...Kirimkan alamat kosmu sekarang bodoh!"

.

.

.


Jaejoong sangat mengenal wilayah sekitar rumahnya ini, Ia sudah tinggal semenjak masih berumur 6 tahun. Hal itulah yang membuat Jaejoong dengan mudah dapat menemukan gedung kos-kosan Yunho. Gedung yang tidak terlalu mewah itu memiliki 3 lantai. Yunho sudah memberitahu Jaejoong bahwa Ia tinggal di lantai dua kamar 012. Jaejoong kini sudah berdiri di depan kamar Yunho dengan memegang kantung belanjaan berisikan berbagai makanan dan beberapa botol beer. Jaejoong memutuskan untuk membeli beer saja yang tidak terlalu keras, bukan soju, karena Yunho sedang sakit. Jaejoong mengetuk pintu kamar Yunho kemudian berhenti saat mendengar langkah kaki Yunho. Tak lama pintu terbuka dan memperlihatkan sosok santai Yunho, hanya mengenakan kaos oblong bertuliskan Nirvana dan mengenakan celana boxer bermotifkan daun ganja.

"Masuklah." Jaejoong lalu masuk sambil melepaskan sepatunya, Ia memperhatikan sudut kamar Yunho. Kamarnya tidak terlalu besar tapi cukup rapi untuk ukuran kamar lelaki. Televisi, sofa, tempat tidur, dapur kecil, dan kamar mandi semuanya menjadi satu. Jaejoong kemudian meletakkan belanjaannya diatas meja kecil yang terletak diantara sofa dan televisi.

"Aku membawakanmu bubur kepiting, In case kau belum makan malam." Jaejoong memandang Yunho yang kini tampak kesusahan untuk berjalan. Jaejoong yang tidak sabar akhirnya menyuruh Yunho agar duduk saja. Jaejoong pun mengambilkan piring dan sendok. Lalu duduk disofa tepat disamping Yunho. Jaejoong membuka satu kaleng beer kemudian menenggaknya sambil menonton tv.

"Yun, bagaimana kakimu? Bukankah world of dance sudah dekat?" Jaejoong memandang Yunho yang tengah asik menyantap buburnya.

"Aku disuruh istirahat 3 minggu. Mau bagaimana lagi? Kemungkinan besar aku tidak ikut kompetisi. Aku tidak mau mengorbankan masa depan kakiku. Lagian ini dance group kok." Jawab Yunho sambil menatap Jaejoong yang tengah menyesap kembali beernya.

"Hah...nasib dancer hanya bisa mengandalkan kaki-kaki kecil ini untuk menggapai mimpi." Yunho tertawa mendengar perkataan Jaejoong yang sangat random.

"Kau sendiri? Pasti sangat senang bisa mendapatkan peran yang kau impikan seumur hidup." Yunho masih memandang Jaejoong yang dilihat melalui guratan wajahnya saja terlihat bahwa suasana hatinya sedang senang.

"Sangat Yun, sangat senang, rasanya ingin terbang ke angkasa saja, lalu tidak usah balik lagi kebumi." Perkataan random Jaejoong semakin membuat Yunho tertawa. Persis seperti kata hatinya, kehadiran Jaejoong tidak akan pernah membuatnya bosan.

Yunho melanjutkan menghabiskan sendok terakhir buburnya. Jaejoong pun menenggak habis botol beernya. Keheningan menyelimuti keduanya seakan fokus menikmati suasana nyaman di ruangan itu. Jaejoong kemudian membuka dua botol beer. Memberikan satu kepada Yunho dan yang satunya Ia tenggak sendiri.

"Aku akan lebih senang kalau orang tuaku mau datang kepementasan. Melihat putranya meraih mimpi dengan usaha sendiri. Aku hanya ingin menunjukan pada orang tuaku bahwa aku bisa dan aku mampu. Aku ingin mematahkan anggapan mereka bahwa ballet ini hanyalah hobi sementaraku." Suara merdu Jaejoong memutus keheningan di ruangan tersebut. Yunho kemudian memandang Jaejoong, melihat sudut wajah Jaejoong dari samping yang tampak sempurna, Yunho baru sadar bahwa hidung Jaejoong sangatlah mancung jika dilihat dari samping seperti ini. Jaejoong menolehkan wajahnya melihat Yunho. Mengejutkan Yunho sedikit, takut Jaejoong sadar kalau dari tadi Ia memperhatikan lelaki itu.

"Tapi melihatmu hidup tanpa orang yang tidak mendukungmu malah membuat kau jauh lebih baik, seakan-akan memberikanku dorongan juga untuk tidak terlalu berharap." Yunho kini dapat memandang dengan jelas bola mata Jaejoong yang kecoklatan.

"Kau tidak memerlukan orang-orang penuh toxic dalam hidupmu Jae." Yunho masih setia memandangi seluruh wajah Jaejoong. Ia juga baru sadar bahwa bulu mata Jaejoong sangatlah lebat.

"Aku tau Yun, kau adalah role modelku yang baru." Jaejoong tertawa kecil. Yunho pun menurunkan pandangannya ke bibir Jaejoong. Bibir itu sangat merah membuat Yunho bertanya-tanya apakah Jaejoong menggunakan lip tint?

Keheningan kembali memenuhi sudut kamar Yunho. Hanya suara televisi yang dapat terdengar. Sedangkan kedua insan dikamar tersebut masih asyik saling bertatapan. Yunho tidak sadar sekarang Ia memajukan kepalanya secara perlahan, sedangkan Jaejoong masih tetap berada di posisinya. Taklama Jaejoong dapat merasakan basah bibir Yunho yang ada di bibirnya. Mengecup dan menghisap bibir bawahnya. Jaejoong lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Yunho, memperdalam ciuman mereka. Yunho kini tidak hanya mengecup dan menghisap bibir Jaejoong, Ia juga memainkan lidahnya lalu menggigit gemas bibir merah Jaejoong membuat Jaejoong mendesah diantara ciuman mereka. Jaejoong kini meremas rambut Yunho dan terus memperdalam ciuman mereka. Jaejoong tidak sadar bahwa kini Ia sudah naik diatas pangkuan Yunho. Jaejoong pun menggoyangkan pantatnya seakan ingin membangkitkan gairah Yunho. Yunho pun membalas meremas pantat Jaejoong membuat Jaejoong mendesah panjang, lalu Yunho menarik lagi bibir Jaejoong melanjutkan ciuman mereka. Ciuman Yunho turun ke dagu dan leher Jaejoong kemudian menggigit leher putih itu sehingga meninggalkan bekas merah-keunguan. Jaejoong yang sudah sangat tidak tahan menurunkan tangan kanannya secara perlahan kemudian masuk kedalam boxer bermotif ganja Yunho. Sangat tangan Jaejoong memegang penis Yunho, Yunho membelalakkan kedua matanya terkejut. Lalu mendorong Jaejoong keras hingga Jaejoong jatuh terjungkang.

"Jjj-ae?"

"SHIT YUN! Kenapa kau mendorongku hah?" Jaejoong bangun sambil membereskan bajunya yang berantakan akibat aktifitas mereka.

"Kau memegang penisku Jae!" Yunho kini ikut berdiri berhadapan dengan Jaejoong.

"Jadi?" Jaejoong mengerutkan dahinya. Jaejoong heran dengan Yunho. Demi Tuhan bahkan Yunho meremas pantatnya.

"Aku bukan gay!" Jaejoong tertawa remeh.

"Heh, bukan gay? Kau yang menciumku duluan!" Yunho kini mengepalkan kedua tangannya, Yunho bahkan tidak sadar bahwa Ia yang mencium Jaejoong duluan.

"Jaejoong, aku minta kau lupakan apa yang terjadi dan aku mohon supaya kau pulang sekarang." Perkataan Yunho membuat Jaejoong membulatkan matanya tidak percaya. Tanpa pikit panjang Jaejoong mengumpulkan semua barang-barangnya. Yunho hanya memandanginya acuh. Sebelum Jaejoong keluar dari pintu kamarnya Jaejoong berbalik dan menatap Yunho yang memandangnya acuh.

"Aku tarik kata-kataku kalau kau adalah role modelku, dan kau tetaplah Yunho yang pertama kali aku kenal, kalau kau adalah Yunho si brengsek."

Jaejoong kemudian pergi meninggalkan kamar Yunho sambil terisak. 1 jam lalu Ia sangat senang bagaikan terbang diangkasa, 1 jam kemudian Ia merasakan sakit bagaikan dilempar ke bumi dari angkasa. Life is a bitch.

.

.

.

End of Chapter 3


Well...that escalated quickly...lmao.

Thanks for the review! You guys rock!

Dan yang belum pernah review ayok direview supaya aku juga semangat lanjutin ff joget-joget ini.