New Home

CHAPTER 2

.

"AAAAAAAAAAAA!"

Yoongi berteriak sekuat tenaga sangking takutnya. Kakinya terasa lemas. Sosok itu menyeret tubuhnya mendekati Yoongi. Dia bisa lihat tangan sosok itu terulur ingin meraih kakinya.

Dia berpikir jika ini adalah akhir dari hidupnya. Seperti cerita di komik, mungkin sosok itu sebangsa zombie atau siluman yang bisa melukai bahkan membunuh manusia. Atau mungkin makhluk itu akan menggigit Yoongi, dan setelah Yoongi terinfeksi virusnya maka Yoongi akan dijadikan salah satu dari bangsanya.

Oke, Yoongi sudah terlalu lama mengkhayal dan mematung di tempatnya. Dia ingin ke tempat yang terang sekarang. Tangan sosok itu sudah berhasil menyentuh ibu jari kakinya. Dia takut sekali. Dia lari sekuat tenaga keluar dari ruangan itu. Menutup rak buku itu dan berlari keluar dari kamarnya. Mengunci pintunya dari luar dan masuk kedalam kamar kakaknya. Dia melompat keatas kasur kakaknya dan bersembunyi dibalik selimut. Mungkin untuk malam ini dia akan tidur di kamar kakaknya. Yoongi tidak berani kembali ke kamarnya.

Yoongi menutup seluruh tubuhnya yang gemetar dengan selimut bunga-bunga milik kakaknya. Setidaknya aroma body lotion yang menempel di selimut kakaknya bisa membuatnya tenang. Dia rindu kakaknya sekarang. Yoongi ingin kakaknya segera pulang.

.

Yoongi terbangun saat tubuhnya diguncang dengan keras. Hal pertama yang dia lihat adalah kakaknya dengan pakaian rapi yang sedang bertalak pinggang di hadapannya.

"Sedang apa kau di kamarku?!", tanyanya tidak suka. Yoongi sudah biasa mendengar nada bicara seperti itu. Dia tidak terlalu memusingkannya. Yang membuatnya pusing hanya sinar matahari yang terlalu terang dan panas. Dia tahu sekarang sudah pagi.

"Jam berapa ini?", tanya Yoongi sambil menutupi kepalanya dari sinar matahari.

"Tiga puluh menit sebelum bel sekolahmu berbunyi"

"Oh". Yoongi memejamkan matanya lagi. "APA?!", namun sedetik kemudian dia tersentak bangun.

"Kenapa tidak kau bangunkan dari tadi!", protesnya. Dia tidak ingin terlambat di hari kedua sekolah. Terutama Yoongi tidak ingin melewatkan waktu untuk bertemu teman-teman barunya.

"Aku baru datang", jawab kakaknya santai.

Yoongi tidak dengarkan alasan kakaknya. Dia segera melompat dan keluar dari kamar kakaknya. Namun tangannya berhenti saat hendak membuka kenop pintu kamarnya sendiri. Dia teringat pada alasan kenapa dia bisa tidur di kamar kakaknya.

Yoongi sedikit ragu dan merinding. Namun karena desakkan kakaknya agar dia bergegas akhirnya dia memberanikan dirinya memasuki kamarnya meskipun mungkin zombie atau apalah itu sedang duduk di atas kasur dan menunggu kedatangannya.

Yoongi membuka kenop pintu dengan jantung berdegup kencang. Namun ternyata tidak ada siapapun diatas kasurnya. Tentu saja, apa zombie itu minta dipukul dengan tongkat baseballnya? Dia tidak ingin kasurnya ternoda oleh lendir menjijikan dari tubuh Zombie itu.

Yoongi menatapi rak bukunya, dimana semalam dia melihat penampakan sosok mengerikan yang merintih dibaliknya. Jangan bilang dia hantu anak keluarga Park yang diceritakan teman-temannya. Astaga, setelah mengalami sendiri ternyata cerita teman-temannya tidak aneh. Yoongi ketakutan sekarang.

"Dua puluh menit lagi. Atau kau akan terlambat!"

Suara nyaring kakaknya membuatnya terkejut. Lupakan saja. Kakaknya Lebih seram dari Zombie jika sedang marah.

.

Sekolah hari ini sama menyenangkannya dari hari kemarin. Ya meskipun dia datang tepat saat wali kelas masuk untuk mengabsen muridnya. Tapi teman-temannya tetap memperlakukannya dengan baik. Bahkan ada yang mengaku menjadi penggemar Yoongi dan memberinya sekotak cokelat ukuran besar.

Hendak menyimpan cokelat itu didalam tasnya, tiba-tiba seseorang sudah merebutnya dengan cepat. Yoongi hanya berekspresi datar menatap siapa pelakunya.

"Minjoon", kata Yoongi malas. Namja pencuri itulah pelakunya. Dia memang ahli dalam mengambil barang orang lain.

"Jimin. Namaku Park Jimin", balasnya mengoreksi. Terdengar teriakan yeoja dibelakang mereka. Namja itu terlihat senang sekali. "Mereka suka dengan kedekatan kita", kata namja itu sambil menunjuk gadis-gadis itu yang membuat mereka semakin menjerit kegirangan.

Yoongi punya firasat, sepertinya hari-hari akan dilaluinya dengan kehadiran namja pencuri itu mengingat dia selalu menemui Yoongi setiap pulang sekolah. Oh Lihat, dia mulai melambai pada gadis-gadis itu. Benar-benar norak.

"Dasar genit", Yoongi merebut kembali cokelatnya dan berjalan meninggalkan namja pencuri itu. Lagi pula dia yakin, meskipun ditinggalkan namja aneh itu pasti akan mengekorinya.

"Hey. Min Yoongi". Nah, kan?

Yoongi tidak menjawab. Dia terus berjalan kearah tujuannya. Heran. Kenapa dia suka sekali mendatangi Yoongi disekolah. Tidakkah dia punya kesibukan lain? Seperti tindak kriminal yang biasa dia lakukan misalnya?

"Min Yoongi!"

Yoongi semakin mempercepat langkahnya. Dia tidak ingin terlihat bersama pelaku kriminal itu. Kalau ada polisi lewat, bisa-bisa dia dicurigai sebagai komplotan pencuri. Namun namja itu berhasil menyusulnya.

Dengan terpaksa Yoongi menghentikan langkahnya. "Berhenti disitu", dia juga menghentikan langkah si Minjoon.

Yoongi menatapi namja itu dari atas kebawah. Kalau diperhatikan, penampilan namja perncuri itu terlihat keren. Sepatunya juga terlihat mahal. "Apa kau juga mencuri sepatu itu?!", tanya Yoongi tidak percaya.

"Oh, tidak. Aku tidak mau bergaul denganmu!", Yoongi menyela. Dia berjalan menjauhi namja itu. Sejak awal Yoongi memang tidak berniat untuk bergaul dengan pencuri. Tapi sialnya, dia adalah orang pertama yang mendekati Yoongi saat dia sampai di Seoul. "Jangan pernah datangi aku lagi. Kau mengerti, Minjoon?!", teriak Yoongi dari jauh. Karena namja itu hanya diam ditempat dan tidak berniat menyusul Yoongi. Namja itu hanya diam menatapi Yoongi dari jauh.

Sepertinya dia tersinggung dengan ucapan Yoongi. Yoongi juga sedikit merasa bersalah. Habis mau bagaimana lagi. Dia tidak boleh salah pilih teman.

.

Seharian, Yoongi lebih banyak menghabiskan waktunya di meja makan ketimbang di kamarnya. Dia masih takut untuk sendirian berada di dalam kamar itu semenjak melihat sosok mengerikan yang ada di balik rak bukunya. Bahkan saat pulang sekolah pun Yoongi tidak masuk lewat kamarnya.

"Mau sampai kapan kau disitu? Ini sudah larut malam!", celoteh kakaknya yang sedang mengambil minuman dikulkas.

Yoongi menatapi kakaknya sambil berpikir. Haruskah dia ceritakan masalahnya pada yeoja bawel itu?

"Noona..."

"Hmm...", jawab kakaknya yang sedang minum minuman kecantikannya.

Lupakan saja. Nanti yang ada malah kamarnya akan menjadi berita ditelevisi. Bisa-bisa kakaknya itu membawa teman-teman kru berita dan menyiarkannya keseluruh wilayah Korea selatan bahwa kamar adiknya memiliki ruang rahasia berhantu.

"...Aniyo".

.

Yoongi masuk kedalam kamarnya. Jantungnya berdegup tidak santai, seperti akan copot dan jatuh ke lambungnya. Yoongi merinding. Matanya mengunci pada rak bukunya. Dia tidak berani mendekati benda itu. Beruntung tidak ada buku favoritnya disana. Semua komik koleksinya ada dimeja belajar. Jadi dia tidak perlu menyentuh portal penghubung dua ruangan itu.

Dia segera lompat keatas kasurnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Hanya dengan begitu Yoongi bisa merasa nyaman dan terlindungi dari perasaan takut. Yoongi berusaha memejamkan matanya dan merilekskan tubuhnya. Namun bayangan sosok itu masih menghantui pikirannya.

Selama ini dia tidak takut dengan zombie atau karakter menyeramkan yang sering dia baca dikomik online. Namun sosok yang ada dibalik rak bukunya itu lebih seram dan nyata. Yoongi tidak tahu makhluk apa yang ada disana. Kenapa dia ada disana? Jangan bilang itu adalah hantu anak keluarga pemilik rumah ini.

Tiba-tiba terdengar suara-suara dari dalam ruang itu lagi. Yoongi seketika merinding. Dia tidak berani membuka selimutnya untuk melihat situasi. Yoongi takut sekali.

Bisa saja Yoongi tidur ditempat lain seperti sofa ruang tengah atau bahkan kamar kakaknya. Tapi ituu akan menimbulkan banyak pertanyaan dari kakaknya yang cerewet. Menceritakan masalahnya pada kakaknya adalah ide buruk. Kakaknya tidak bisa diandalkan dalam urusan hantu. Jadi Yoongi memutuskan untuk bertahan dikamarnya.

.

Hari demi hari Yoongi lalui dengan tertekan. Karena hantu dikamarnya yang terus terusan membuat Yoongi paranoid hingga dia tidak bisa tidur yang mengakibatkan dia punya lingkar hitam dikedua matanya. Hantu itu juga membuat Yoongi sering diusir dari kelas saat ketahuan tidur diwaktu pelajaran berlangsung. Teman-temannya sampai kasihan padanya.

"Yoongi. Kau terlihat buruk sekali"

"Apa terjadi sesuatu padamu?"

Yoongi menatapi teman-temannya itu. Dia suka sekali dengan kekeluargaan dikelas ini. Mereka semua perhatian pada yoongi.

"Ne", jawab Yoongi. Dia mendapat tatapan prihatin dari mereka semua.

"Apa yang terjadi? Katakan pada kami. Siapa tahu kami bisa bantu", kata namja yang duduk didekat Yoongi.

"Akhir-akhir ini aku susah tidur. Aku tidak bisa tidur dengan tenang-", dia menatapi teman-temannya. "-karena suara-suara misterius dikamarku", lanjut Yoongi.

Teman-temannya memekik hampir bersamaan. Mereka semua membulatkan mata kearah Yoongi. Mereka semua nampak tertarik dengan kisah Yoongi.

"Arwah anak CEO Park. Dia ada di...", Yoongi mengulur kata-katanya sambil berpikir. Dia tidak mungkin menyebutkan masalah ruangan dibalik rak bukunya. "...di sudut kamarku".

Mereka memekik lagi.

"OMO! Mengerikan!"

Beberapa dari mereka beragumen sendiri dan yang lainnya lebih suka untuk memaksa Yoongi untuk mendeskripsikan wujud makhluk itu.

"Coba ceritakan! Apakah itu benar?"

Yoongi menatapi mereka lalu terkekeh. "Tidak", katanya. Dia tersenyum jahil. "Mana ada hantu. Aku hanya terlalu sering begadang untuk baca komik", lanjutnya.

Semua teman-temannya mendesah kecewa dan kembali ketempatnya masing-masing. Yoongi pun kembali menelungkup diatas mejanya. Senyum jahilnya menghilang perlahan. Dia bahkan juga tidak bisa menceritakan masalahnya pada teman-temannya yang jelas siap membantunya.

"Lama-lama aku bisa jadi gila"

.

Yoongi semakin merasa tertekan saat bel pulang sekolah berbunyi. Namja pencuri itu sudah diperingatkan agar tidak mendatangi Yoongi lagi. Namun dia sangat keras kepala karena dia tetap saja mendatangi Yoongi setiap pulang sekokah. Entah apa maunya.

"Minyoon~", sapanya dengan ceria. Seolah Yoongi senang dengan kedatangannya. Yoongi yang sudah merasa melayang karena kurang darah tidak bereaksi apapun selain terus berjalan.

"Minyoon. Kau baik-baik saja?!". Tidak. Yoongi ingin hibernasi dan menghilangkan mata pandanya.

Yoongi terus melangkah meskipun namanya dipanggul berkali-kali oleh namja pencuri itu. Dia memasuki bus dengan loyo dan tanpa ekspresi. Tidak peduli meakipun dia tahu kali ini namja itu berhasil ikut masuk kedalam bus bersamanya bahkan duduk disampingnya.

Yoongi menguap panjang. Matanya mengeluarkan setitik air mata. Dia mengantuk sekali. Andai saja ia bisa tidur tenang untuk beberapa jam saja.

"Kau mau tidur?", tanya namja pencuri itu. Saat Yoongi menatapnya, namja itu tengah menepuk-nepuk bahunya sendiri. Menyuruh Yoongi untuk bersandar disana.

"Kita bisa ikut untuk beberapa putaran sampai kau bangun", tambahnya. Yoongi diam menatapi namja itu. Benar juga. Ini bus sekali bayar. Yoongi bisa tidur sebentar sampai dia bisa segar kembali. Tapi..

"Kau mau mencopetku ya?", tidak lupa dia memberi tatapan curiga.

"Ya Ampun, Min Yoongi. Apa aku terlihat seperti pencopet?". Tanyanya.

Yoongi menggeleng. "Tentu saja tidak. Kau hanya mencuri di supermarket dan toko pakaian", jawab Yoongi yang membuat namja itu skak mat!

"Baiklah. Aku hanya ikut dua putaran saja", Namja itu nampak sumringah dengan keputusan Yoongi. Seperti baru memenangkan lotre.

"Baiklah. Nanti aku bangunkan saat sudah sampai", katanya. "Distrik Gungwon, kan?", tambahnya buru-buru.

Yoongi menyipitkan mata ngantuknya. "Bagaimana kau-Oh! Kau mengikutiku sampai kerumah? Benar-benar-!". Sebelum Yoongi meledak, namja itu sudah lebih dulu menempelkan lepala Yoongi dibahunya. Dan entah kenapa Yoongi tidak punya tenaga untuk melawan. Ditambah aroma namja itu membuat Yoongi rileks-

"Hey, kau mencuri parfum juga? Ya, ampun. Benar-benar #$%^&*"- Dan Yoongi pun terlelap

.

Suara rintik hujan yang terasa dekat membangunkan Yoongi. Dia membuka matanya dan terkejut. Yoongi baru ingat jika dia masih ada di dalam bus. Hanya saja langit cerah itu sudah berubah gelap. Dan bukannya bersandar di bahu namja pencuri itu, Yoongi malah bersandar pada seorang pria paruh baya. Yoongi buru-buru menegakkan tubuhnya dan meminta maaf.

"Aku minta maaf. Maafkan aku, pak", ucap Yoongi dengan sopan meskipun dalam hati dia kesal setengah mati pada namja pencuri itu. Sudah berapa putaran bus ini membawanya. Kemana dia pergi? Kenapa dia meninggalkan Yoongi sendirian?! Awas saja kalau ketemu nanti!

Yoongi segera turun saat bus berhenti di pemberhentiannya. Dia berlari menerjang hujan. Setidaknya tubuhnya sudah fit kembali setelah tidur di bus tadi. Dia tidak perlu khawatir akan terserang flu. Hal yang perlu dikhawatirkan adalah omelan kakaknya saat melihat dia pulang dalam keadaan basah kuyup.

Dia mencapai rumah dengan cepat dan didapatinya rumah dalam keadaan gelap gulita pertanda kakaknya tidak ada dirumah. Dia segera berlari menuju halaman belakang untuk masuk lewat kamarnya. Namun seperti tiap harinya, Yoongi mendapati pintu kamarnya dalam keadaan terbuka. Kali ini pintunya terbuka lebar hingga membuat area dekat pintu basah terkena hujan.

Yoongi langsung dilanda ketakutan. Dia menelan ludahnya dan memberanikan diri untuk masuk. Dinyalakannya lampu kamarnya. Hal yang pertama dia perhatikan adalah rak buku itu. Benda itu sedikit terbuka. Yoongi merinding dari kaki hingga ubun-ubunnya. Ditambah rasa dingin dari baju basahnya membuat suasana semakin terasa menyeramkan. Yoongi serasa akan mati setiap kali dia berurusan dengan ruangan itu.

Terdengar suara erangan(untuk yang kesekian kalinya) dari dalam sana. Suara seperti sedang menahan kesakitan. Entahlah apa yang sedang sosok itu rasakan. Yoongi hanya bisa diam mematung dan menggigil ditempatnya.

"Ugh...", suara bergetar itu terdengar lagi. Yoongi lemas ditempatnya.

Ada rasa penasaran dalam diri Yoongi. Seperti apakah sosok itu. Apa yang terjadi padanya. Jangan bilang jika sosok itu sedang butuh bantuan. Ugh! Menyebalkan! Perlahan lahan dia menyeret kakinya yang seperti jelly itu mendekati rak bukunya. Tangannya terulur untuk membuka rak buku itu lebih lebar.

Dia menyenter ruangan itu dengan sinar dari layar ponselnya lagi. Dia menyapu seluruh ruangan dengan sinarnya. Tetapi suara itu sudah tidak terdengar lagi. Namun Yoongi mendapati sosok yang sedang meringkuk tepat didepan seatu Yoongi. Dia mengulurkan tangan menyentuh sepatu Yoongi.

"AAAAAAAAA!"

Tanpa pikir panjang, Yoongi langsung kabur begitu saja. Dia belum mau mati sekarang. Dia masih ingin baca komik online episode terakhir yang belum rilis.

Kakinya semakin bergetar karena takut. Sosok itu sudah berhasil menyentuh kakinya dua kali. Mata Yoongi membulat melihat sesuatu yang terang tergelatak didalam ruanga itu.

"Ponselku?!"

Yoongi sadar benda terpenting dan paling berharga dalam hidupnya tertinggal didalam sana. Dia bisa saja membiarkan ponsel itu diambil dan ditelan oleh sosok mengerikan itu, tapi tidak dengan memory card nya. Hell! Disitu banyak lagu dan video favoritnya!

Yoongi nekat masuk kembali keruangan itu demi ponselnya. Apapun akan dia lakukan untuk menyelamatkan benda kesayangannya itu. Saat tangannya berhasil meraih ponselnya, tangannya juga digenggam oleh sosok itu. Tangan yang tak kalah dingin dan basah seperti tangan Yoongi menyentuh tangan Yoongi.

"AAAAAAA!", Yoongi menggerak-gerakkan tangannya dengan kuat agar terlepas dari genggaman makhluk itu. Tangan lainnya yang bebas meninju kesegala arah dan tanpa sengaja mengenai sosok itu entah dibagian mana. Yang jelas setelah sosok itu melepaskan tangannya, Yoongi segera berlari keluar ruangan itu. Dia terlalu panik untuk mencaritahu.

"Dasar Minyoon, bodoh! Ugh!"

Langkah Yoongi yang hendak berlari keluar kamarnya pun terhenti karena suara itu. Yoongi kenal suara itu. Yoongi tahu satu-satunya orang yang memanggilnya 'Minyoon'. Dia menoleh kembali pada ruangan itu dengan mata membulat.

"Tidak mungkin!"

.

Saat ini Yoongi sedang duduk diatas tempat tidurnya. Yoongi menatapi rak buku besar yang baru saja menunjukkan padanya sebuah ruangan yang baru beberapa hari ini Yoongi sadari keberadaannya.

Ini ajaib. Yoongi lumayan senang dengan adanya ruangan itu. Tapi dia tidak senang dengan sosok yang sudah memasuki ruangan itu tanpa ijin. Ini kamar Yoongi. Berarti ruangan itu juga milik Yoongi.

Yoongi beralih menatapi sosok yang sedang terkapar pingsan diatas karpet bulunya. Yoongi merasa bersalah karena telah membuat dia pingsan. Jadi Yoongi menyeretnya ketempat yang lebih terang. Namun Yoongi merasa sial saat tahu makhluk apa sebenarnya yang ada didalam ruangan itu. Sosok itu sebenarnya hanya manusia. Dan manusia itu adalah Minjoon, si pencuri itu.

Wajahnya babak belur. Bukan luka yang Yoongi lihat tadi sore(Wajahnya memang selalu dihiasi luka, terutama disudit bibirnya). Luka baru, karena darah masih menetes ditulang pipinya. Dan juga baju yang dipakainya basah seperti Yoongi. Sedikit kasihan, tapi Yoongi tidak mau mengasihani seorang pencuri yang sudah dengan lancang masuk kedalam rumahnya. Terlebih lagi kalau pencuri itu adalah Minjoon. Dia adalah anak yang menyebalkan.

Yoongi menyodok perut Namja itu dengan tongkat baseballnya. "Bangun kau, pencuri!".

Yoongi tidak habis pikir. Bagaimana pencuri itu tahu Yoongi tinggal dirumah ini. Bagaimana dia bisa masuk?!

"Ugh!"

Namja itu menggeliat. Perlahan-lahan dia membuka matanya dan menyadari kehadiran Yoongi dihadapannya. Yoongi menatap tajam dengan mata menyipit.

"Minyoon", panggilnya. Dia menatap kesal pada Yoongi. "Terima kasih sudah membuatku benar-benar pingsan. Aku memang ingin pingsan sejak tadi.", lanjutnya.

"Sama-sama", jawab Yoongi seadanya.

"Hey! Cepat lepaskan ikatan tanganku!". Yoongi tertawa dalam hati. Tangan dan kakinya memang sengaja diikat agar tidak bisa mencuri atau melukai Yoongi.

"Bagaimana bisa kau ada didalam rumah kami?". Dia menodongkan tongkan baseballnya kewajah namja itu.

"Rumah kalian? Ini rumahku", katanya sambil menggeliat dikarpet bulu Yoongi. Berusaha melepaskan ikatan ditubuhnya. Maaf, tapi Yoongi ahli mengikat di pramuka.

"Jangan asal bicara. Kakakku membeli rumah ini. Berarti ini rumah kami!", Yoongi menyodok perut namja itu lagi. Membuat namja itu mengaduh kesakitan.

"Sekarang katakan, bagaimana kau bisa masuk kedalam kamarku?!", Yoongi menyodok perutnya lagi. Hal yang lumayan menyenangkan untuk dilakukannya. Haha..

"Ini kamarku. Aku bebas keluar masuk", jawabnya. "-Jangan sodok lagi. Sakit tau!", cegah si Minjoon pencuri itu buru-buru. Menghentikan tangan Yoongi yang hampir menyodok perutnya lagi.

Yoongi menurunkan tongkatnya. "Dasar keras kepala". Dia mendongakkan kepala lalu mengusap air dari rambutnya yang menetes kewajah. "Hey, Minjoon-ah. Bagaimana kau bisa ada dibalik rak bukuku?".

Yoongi bisa dengar namja itu berdecak kesal. "Karena ini rumahku. Ayahku yang membuat ruangan itu untukku. Dan aku sudah tinggal disini selama bertahun-tahun. Dan namaku bukan Minjoon!", geram pencuri itu marah. "Jimin. Namaku Park Jimin. Sudah berpaa kali aku katakan namaku Jimin! Jimin! Jimin!".

Yoongi hanya diam mengerutkan alis pada Namja itu. Sedikit geli melihat tingkah lucu namja itu yang menggeliat seperti ulat karena kesal. Otak Yoongi berusaha mencerna perkataan namja itu. Tinggal disini selama berahun-tahun? Park Jimin? Pandai sekali dia mengarang cerita. Tunggu-

"APA?!". Yoongi membulatkan mata sipitnya pada namja itu dan kembali menodongkan tongkatnya lagi. "Jangan bercanda! Jangan bilang kau anak dari-", namja itu terlebih dahulu menyelat ucapat Yoongi dengan suara yang tak kalah kerassnya.

"CEO Park? Memang benar. Kenapa?!"

"Aku baru mau bilang kalau kau anak Nyonya Park Gi Jah, tetangga sebelah", kata Yoongi polos sambil menunjuk arah rumah tetangganya itu dengan ibu jari. Kedua namja itu kini saling menatap dan terdiam. Hanya terdengar suara rintik hujan sampai Yoongi menyadari sesuatu.

"APA?!"

Yoongi kembali heboh. Bukankah anak CEO Park itu sudah meninggal dalam kebakaran? Kalau namja pencuri itu adalah anak CEO Park... "B-berarti kau hantu. J-jangan mendekat!", Yoongi mundur beberapa langkah sambil menodongkan tongkat baseballnya kearah namja itu.

"Bagaimana caraku mendekat kalau aku diikat eperti ini. Dasar Bodoh!", namja itu menggeram kesal lagi.

Yoongi diam. Benar juga. Kalau namja itu hantu, seharusnya Yoongi tidak bisa menyentuh dan mengikatnya.

"Cepat lepaskan ikatanku. Aku keram!"

"Tunggu! Berarti suara yang membuatku tidak bisa tidur itu adalah suaramu!", Yoongi kembali menodongkan tongkatnya. Oh. Jadi dia menyuruh Yoongi bersandar dan tidur dibahunya karena dia merasa bersalah telah membuat Yoongi menjelma menjadi panda kurus?

"Tolong lepaskan. Aku rasa tulang kaki patah"

Yoongi bukan orang yang kejam. Meskipun dia pencuri, jika ini menyangkut nyawa Yoongi tidak berani ambil resiko. Dia segera membuka ikatan namja pencuri itu. Maksudnya, Park Jimin.

Park Jimin menghela nafas lega. Dia bangkit berdiri dari karpet Yoongi. Awalnya Yoongi benar-benar mengira jika tulang kakinya patah. Namun melihat senyum menyebalkan yang diberikannya membuat Yoongi tersadar bahwa dia bru saja ditipu.

"Kau benar-benar kriminal", Yoongi memicingkan matanya lagi dan bersiap untuk menyerang. Dia menerjang namja itu sambil mengerang. Yoongi berusaha mengikat kembali tangan namja itu. "Kau penipu!".

Namun namja itu hanya tertawa geli melihat usaha Yoongi untuk mengikat tangannya. "Maaf", hanya itu saja yang bisa dia katakan. Dan dia mengatakannya sambil terkekeh. Memangnya da yang lucu?

Tenaganya kuat sekali. Yoongi tidak bisa menarik tangannya untuk diikat. Yang ada dia malah merasa malu karena gagal menjadi namja yang kuat. Ugh! Sial!

Namja itu tertawa lagi. Perlahan-lahan Yoongi merasa tangannya dicengkeram dengan kuat. Lalu tubuhnya didorong dengan cepat dan membuatnya terjatuh diatas tempat tidurnya. Tangan Yoongi dikunci dikanan kiri kepalanya.

"H-hey! Jangan macam-macam!", kata Yoongi memperingatkan. Dia panik saat namja itu naik keatas tubuhnya.

Namun namja itu seolah tidak mengindahkan peringatan Yoongi. Dia malah semakin mengeratkan cengkramannya dan mendekatkan wajahnya pada Yoongi dengan seringai meremehkan.

"Kucing kecil yang malang~ Kau pasti kedinginan", katanya sambil terkekeh geli.

Yoongi tertegun saat setetes darah dari luka Park Jimin mengenai wajahnya. Namun dia segera sadar jika posisinya saat ini sangat rawan terjadinya hal-hal kriminal lain yang mungkin Park Jimin kuasai. Yoongi kembali meronta-tonta namun sayang kekuatannya tidak sebanding dengan namja itu. Lalu dengan satu tendangan telak tepat mengenai 'sesuanu' diantara kaki namja itu akhirnya Yoongi terlepas.

Park Jimin mengaduh kesakitan sambil memegangi miliknya yang pasti rasanya berdenyut-denyut. Hal itu dijadikan kesempatan oleh Yoongi untuk mengikat kembali namja itu.

Bertepatan dengan selesainya Yoongi mengikat tangan dan kaki namja itu, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumahnya. Sepertinya kakaknya sudah pulang.

Yoongi menatap namja itu dengan panik. "Kau tidak boleh terlihat", katanya. Lalu dia menyeret namja itu dengan susah payah. Menyembunyikannya dibawah tempat tidurnya bersama kardus-kardus barang yang belum dia keluarkan sejak hari pindahan.

"H-hey! Kau tidak serius kan?", tanya Park Jimin dari bawah kolong masih sambil mengerang kesakitan.

"Ssssst! Jangan bersuara!", perintah Yoongi sambil berbisik. Setelah itu dia lompat keatas tempat tidurnya, menutupi seragam sekolahnya yang basah dengan selimut dan pura-pura tidur.

"Hey, Min Yoongi. Ugh!"

Yoongi tidak menjawab. Suasana tenang untuk beberapa saat sampai kakaknya membuka pintu kamarnya. "Yoongi?", panggil kakaknya. Yoongi berusaha untuk terlihat benar-benar tidur. "Huh! Kalau tidur matikan lampu. Harga listrik semakin mahal dimalam hari", gerutu kakaknya sambil menjitak kepala Yoongi.

Terdengar suara pintu yang tertutup. Yoongi menahan matanya agar terus terpejam untuk waktu yan cukup lama untuk memastikan bahwa kakaknya benar-benar pergi. Sampai Park Jimin memanggilnya.

"Dia sudah pergi"

Yoongi membuka matanya dan menghela nafas. Kamarnya beribah menjadi gelap. Huh! Kakaknya itu benar-benar hemat. Mungkin dia tidak ingin jatuh miskin lagi. Hahaha..

"Hey, bukakan ikatanku"

Yoongi lompat dari atas kasurnya dan mengunci pintu kamarnya juga pintu yang tembus kehalaman belakang. Dan kesempatan ini dia gunakan untuk berganti pakaiannya yang basah. Mumpung namja itu ada dibawah tempat tidur dan tidak bisa mengitipnya.

Namja itu besiul saat Yoongi menurunkan celana seragamnya. "Wow~ Kaki yang indah", komentarnya. Yoongi tidak menggubris mulut lebar namja itu. Lihat saja. Yoongi akan buat perhitungan dengannya.

Setelah berpakaian kering Yoongi memyalakan lampu dan menyeret namja itu keluar dari kolongnya. Dia menyudutkan namja itu dengan tongkat baseball. Hanya itu senjata yang Yoongi punya.

"Jelaskan padaku apa yang kau lakukan disini?!", Desis Yoongi. Kali ini dia lanngsung menodongkan pada 'sesuatu' yang berharga milik namja itu lagi. Akan Yoongi tambah denyutannya jika namja itu ngelantur lagi.

Namja itu memutar bola matanya malas. "Kau ini memang sulit diberitahu ya", katanya. "Ini rumahku. Aku anak dari CEO Park yang terkenal itu dan dia mewariskan rumah ini dan seluruh perusahaannya padaku!", dia berbicara dengan kesal.

"Oh, ya?", Perusahaan? Wah, dia seharusnya kaya raya saat ini. "kalau kau mewarisi perusahaan ayahmu, lantas kenapa kau menjadi pencuri?"

Namja itu terdiam. Yoongi yakin jika namja pencuri itu hanya memanfaatkan rumor hantu anak CEO itu unutk membual. "kenpa? Tidak bisa menjawab?"

"Kalau kau tidak percaya kau bisa periksa ruangan itu. Disana banyak buktinya!", kesal namja itu.

Yoongi menatapnya sebentar sambil berpikir. Lalu akhirnya dia memutuskan untuk masuk kedalam ruangan itu dan memeriksa buktinya.

.

Setelah beberapa menit membongkar-bongkar ruangan itu. Akhirnya Yoongi mengintip namja itu dari dalam ruangan. Didalam sana, Yoongi melihat banyak sekali bukti. Yang lebih akurat lagi Yoongi melihat foto masa kecil namja itu dirumah ini(Yoongi yakin itu adalah foto si namja pencuri karena wajahnya memang mirp) dan juga ada banyak potongan-potongan artikel berita tentang berita kematian dan perkembangan perusahaan CEO Park yang diambil dari koran tersimpan disana.

Namja itu mengawasi Yoongi dengan wajah kesal. "baiklah. Kau menang", kata Yoongi. Dia berjalan mendekati namja itu dan membuka ikatannya setelah itu Yoongi langsung lompat menjauh sebelum dia diterjang lagi.

Namja itu bangkit dari kursi dan berjalan kearah Yoongi. Yoongi disudutkan dipojok kamarnya. Dia mengurung Yoongi diantara kedua lengannya yang kurus namun berotot. "A-apa?", gugup Yoongi.

Namja itu menyentil kening Yoongi dengan keras hingga Yoongi mengaduh kesakitan. "dasar anak bodoh", katanya. Lalu dia berjalan menjauh. Yoongi kira dia akan kembali kedalam ruangan itu. Namun ternyata namja itu malah loncat keatas kasurnya dan berbaring kesana.

"Apa yang kau lakukan diatas kasurku? Cepat turun!", perintah Yoongi. Namun namja itu hanya mengibas-ngibaskan tangannya tidak peduli. Yoongi menangkap sebuah luka berdarah ditangan namja itu. Setelah itu dia tersadar bahwa namja itu punya banyak luka.

Dia menyambar kotak obatnya didalam laci meja belajarnya. Yooongi punya obat merah dan perban miliknya sendiri dikamar, sisa kegiatan pramuka saat di Daegu.

Namja itu terlihat bingung saat Yoongi mraih tangannya. Namun perlahan dia memasang senyum menyebalkan lalu satu tangannya menepuk-nepuk pelan kepala Yoongi.

"Kau perhatian sekali", katanya.

Yoongi merengut kesal. Dia melempar kapas yang dipegangnya kepada namja itu. "Obati saja sendiri!", ketusnya. Namun namja itu hanya tersenyum dan menurut. Dia mengambil kapas itu dan mengobati lukanya sendiri.

Ruangan itu terasa hening. Hanya terdengar suara hujan yang belum reda diluar. Yoongi sibuk dengan pikirannya terhadap namja itu.

"Kau bilang kau ini anak CEO Park. Lantas kenapa kau tinggal seorang diri disini?",tanya Yoongi. Memecah kehaningan diantara mereka. "Dimana Tuan Park sekarang?".

Tangan yang sedang mengobati luka itu berhenti. Namja itu-Ah, mari kita panggil dia sebagai Park Jimin mulai sekarang. Dia menatap Yoongi dengan tatapan sendu, namun sedetik kemudian dia memberi Yoongi senyuman menyebalkan seperti sebelumnya. Yoongi tahu, park Jimin mencoba menyembunyikan kenyataan pahit dibalik senyumannya.

"Sebenarnya..."

Yoongi mengerutkan alis. Menunggu Park Jimin menyelesaikan kalimatnya. Gerak-gerik namja itu terlihat mencurigakan. Yoongi berusaha menebak, kemungkinan apa yang akan Park Jimin katakan padanya.

"Sebenarnya apa?", desak Yoongi.

Park Jimin malah tertawa malu. "Sebenarnya aku lapar. Hehehe.. Kau punya makanan untukku?"

Yoongi kembali pada wajah datarnya. Benar- benar menyebalkan. -_-

.

Yoongi menatapi park Jimin yang sedang menggigiti apel ditangannya seperti orang yang tidak pernah makan. Dia mengendap-endap dan mencuri beberapa apel dan roti lapis-Oh iya, dan sekotak susu. Yoongi jadi bertindak kriminal(ironisnya dirumahnya sendiri). seperti Park Jimin. Untung kakaknya tidak memergokinya membawa makanan sebanyak ini. Bisa-bisa uang jajan Yoongi ddipotongnya nanti.

"Enak, ya?", tanya Yoongi sambil menatap cara makan Park Jimin. Namja itu hanya bergumam dan menganguk saja. "Padahal itu ada ulatnya", tambah Yoongi. Park Jimin berhenti menggigit. Dia menatapi horor pada Yoongi lalu terbatuk dan hempir memuntahkan apel didalam mulutnya.

Yoongi tertawa. "Aku bercanda", katanya. Park Jimin hanya menatap datar lalu melanjutkan makannya. Sepertinya dia benar-benar kelaparan. Kenapa anak pengusaha kaya raya bisa tumbuh menjadi seorang pencuri.

"Hey! Kenapa kau meninggalkanku di bus bersama pria lain?", tanya Yoongi dengan nada kesal.

"Ada urusan mendadak", katanya enteng. "Wae? Kau nyaman bersandar padaku?", godanya. Ingin rasanya Yoongi meracuni apel yang dimakannya itu. Benar-benar narsis dan genit.

"Urusan apa yang membuatmu sampai babak belur begitu?", celetuk Yoongi. Dia tahu, pasti Park Jimin dihajar lagi. "Kenapa? Kau ketahuan mencuri?", tambahnya.

Park Jimin menatapinya sambil menarik senyum tipis. "Kau khawatir padaku?".

Yoongi memasang tampang sebal. "Kau ini tidak pernah serius saat kuajak bicara!". Bukannya khawatir tapi Yoongi hanya ingin tahu saja. Yoongi memainkan selimutnya dan bergelut dengan pikirannya sendiri.

Tiba-tiba Park Jimin menepuk-nepuk kepalanya(lagi). Yoongi melirik namja itu dengan tatapan membunuh. "kau kira aku ini peliharaanmu?!". Dia menyingkirkan tangan Park Jimin dari kepalanya. Heran. Kenpa dia suka sekali menepuk kepala Yoongi.

"Aku punya hutang pada mereka. Mereka tahu aku ada di bus itu. Dari pada aku membangunkanmu dan membuatmu babak belur juga, jadi aku titipkan pada seseorang yang berdiri", jelas Park Jimin.

Titip? Dia pikir Yoongi ini barang yang bisa diitipkan?

"Maaf", katanya.

Baiklah, Yoongi maafkan kalau keadaannya genting seperti itu. Eh? Lagi pula apa urusannya dengan Yoongi?

"Hey. Kau belum jawab pertanyaanku", Yoongi merebut apel ditangan Park Jimin yang hampir digigit. "Apa yang kau lakukan disini! Dimana ayahmu?".

Yoongi menatap lurus pada namja itu. Mengancam lewat matanya, jika namja itu tidak memberikan jawaban maka apel ditangann Yoongi akan terlempar keluar dari kamar.

Park Jimin menghela nafas. Dia mengambil apel ditangan Yoongi dan menggigitnya. Yoongi terus mengawasi. Menunggu jawaban dari namja itu.

"Kau tidak tahu? Ayahku sudah meninggal", jawabnya.

Yoongi berpikir sebentar. "Karena kebakaran, kan? Lantas kenapa kau ada disni? Orang-orang bilang kalian semua-"

"Aish! Jangan dengarkan mulut orang-orang kurang kerjaan itu", Park Jimin menyela. Yoongi tidak paham apa maksud ucapan Park Jimin barusan. "Ayahku meninggal karena serangan jantung", jawab Jimin enteng. "Lagi pula dia meninggal di Sidney saat mengunjungi rekan bisnisnya", tambahnya. Lalu dia menggigit apelnya lagi.

APA?! Jadi teman-teman Yoongi disekolah hanya mengarang cerita?

"Lalu, ibumu?", tanya Yoongi lagi. Dia sangat-sangat penasaran dengan latar belakang Park Jimin ini karena akan sangat berpengaruh pada kehidupannya esok hari. Dia merasa seperti wartawan sekarang.

"Aku tidak punya ibu. Ayah mengadopsiku", jawab Jimin lagi. Dia mulai membuka pembungkus roti beras merah.

"Ayahku masih muda. Dia belum menikah. Usianya baru tiga puluh delapan"

Yoongi tidak tahu harus berkonentar apa. Keluarga Park yang penuh misteri. Yoongi akan mengorek lebih dalam lagi tentang mereka.

"Lalu? Kenapa sekarang kau jadi gembel seperti ini? Diaman semua harta warisanmu?". Yoongi tidak peduli jika ucapannya sarkasme atau fontal. Nasibnya sedang diuji dengan kehadiran Namja ini. Namun Yoongi agak menyesal. Namja itu nampak sedih setelah mendengarnya. "Maaf", cicit Yoongi.

"Tidak apa-apa. Memang beginilah nasibku sekarang", namja itu tersenyum pada Yoongi dan membuatnya semakin merasa bersalah.

"Seseorang telah mengambil alih semua warisanku. Dia tidak memberikanku sedikitpun harta. Mereka mengembalikanku ke Panti asuhan saat usiaku dua belas tahun. Beberapa kali aku kabur dan kembali kerumah ini. Namun seperti tidak ada lelahnya, mereka teruas mengembalikanku kesana. Tapi, saat aku pulang untuk yang terakhir kalinya... rumah ini sudah hangus terbakar", Park Jimin menghela nafas panjang. Sedangkan Yoongi tidak bisa berkata-kaya. Dia terlalu tercengang dan bersemangat.

Jadi Park Jimin sama seperti dirinya. Seorang anak yang dibesarkan dipanti asuhan. Yoongi kurang lebih paham bagaimana perasaan namja itu. Meskipun ibu panti sangat baik, tapi lebih nyaman tinggal bersama keluarga sendiri

"Mereka kira aku akan takut datang kerumah hangus ini. Maka dari itu mereka menjualnya dengan murah. Tapi mereka tidak tahu, aku punya ruang rahasiaku", Park Jimin bicara dengan mata berkilat marah. Sepertinya dia sangat dendam.

Yoongi merasa seperti sedang membaca komik saat mendengar cerita Park Jimin. Rebutan perusahaan, Yoongi kurang paham tapi ini menarik sekali. "Tapi, bagaimana bisa tidak ada yang tahu tentang ruangan itu? Teman-temanku bilang rumah ini hangus tak bersisa".

Park Jimin menggeleng. "Tidak. Api tidak menghanguskan lantai atas. Hanya bagian luar rumah dan lantai bawah saja yang direnovasi"

Yoongi mengangguk-angguk. Gosip memang lebih cepat beredar. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku berusaha mempertahankan rumahku seorang diri. Aku selalu menakuti penghuni kamar ini sesuai dengan gosip yang beredar. Makanya aku selalu iseng membuat suara dan membuka pintu. Hahaha..", Dia telihat bangga dan gembira. Apa dia tidak sadar bahwa Yoongi adalah salah satu korban kejahilannya. Dia hampir serangan jantung karena ketakutan!

Yoongi berdecih. Dia menyambar sebungkus roti dan memakannua. Dia baru ingat kalau dia juga belum makan.

"Mereka semua perempuan, mudah saja menakut-nakutinya. Mereka langsung merengek minta pindah rumah. Tapi kau juga takut saat melihatku kemarin. Hahaha.. Kau ini perempuan atau laki-laki, sih?"

Park Jimin terus mengejeknya. Yoongi hanya bisa diam dan makan roti dengan tenang. "Terserah"

.

Mereka berakhir ketiduran ditempat tidur Yoongi. Yoongi terbangun saat jam berker bernyawa-nya berbunyi dengan nyaring.

"MIN YOONGI! CEPAT BANGUN!"

Yoongi menggeliat terganggu. Dia terpaksa bangun sebelum kakanya ngamuk. Saat sedang mengumpulkan nyawa, Yoongi dikejutkan oleh Park Jimin yang sedang memandanginya dengan wajah sok tampan.

"Selamat pagi, manis"

Rasanya Yoongi ingin muntah melihatnya. Dengan malas Yoongi menjauhkan wajah namja itu Hingga terbaring diatas bantal. Dan namja itu hanya tertawa saja.

"Apa yang akan kau lakukan. sekarang?", tanya Yoongi sambil menyambar handuknya. "Kau tidak sekolah?", tambahnya.

"Tidak. Aku tidak suka belajar. Aku akan menunggumu dirumah", katanya sambil tersenyum genit menyebalkan seperti biasanya.

"Terserah. Yang penting jangan macam-macam dan jangan sampai ketahuan kakakku. Menyelinaplah seperti biasa, kau mengerti?"

Park Jimin mengangguk. Bertepatan dengan itu pintu kamar Yoongi terbuka. Kakaknya yang cantik itulah pelakunya. Tanpa mengetuk pintu dan membuat Yoongi terkena serangan genderang pada jantungnya. Dia bahkan belum sempat menyembunyikan Park Jimin.

"Kau sedang bicara dengan siapa?"

Yoongi menelan ludahnya dan melirik kearah Park Jimin berada. Dia tidak ingin kakaknya tahu tentang keberadaan Namja itu. Namun dia kembali dikejutkan. Park Jimin tidak ada ditempatnya.

Dia menghilang.

TBC