Chapter 4: Pertemuan.


Flashback


Lantunan gelak tawa mengiringi keindahan pagi, geliat tubuh yang tersadar dari tidur panjang. Ingin rasanya berteriak marah pada suara tawa yang mengusik tidur indah sang putri. Menarik tubuh ramping dalam balutan kimono tidur beraksen bunga matahari mekar, Kyuubi mengusap pelan kedua sudut matanya. Menyembunyikan kuap dengan punggung tangan kecilnya. Belum ada sedetik, delikan tajam mata Kyuubi mencari sumber suara yang mengusik tidurnya. Menapak. Kyuubi menghampiri daun jendela kamarnya.

Jelas dia dengar, suara gaduh dari luar. Menyingkap daun jendela, sekelebat cahaya menyapu wajahnya dalam kilaun keindahan.

Sekonyong-konyong membuat terpesona setiap makhluk yang tidak sengaja melihatnya. Nyamuk pun tanpa sadar menabrak daun besar yang tepat berada di depannya.

Kyuubi sudah bersiap akan berteriak dan memaki, apapun yang mengganggu tidur cantiknya. Kala matanya menangkap dua kepala bersurai matahari berlarian dibawah air terjun tidak jauh dari rumah pohon Kyuubi. Dia malah tersenyum samar, melihat dua adik kembarnya berlarian bermain perang air dibawah air terjun. Suara yang tadinya mengganggu berubah menjadi alunan musik yang menyapa lembut kedua telinga Kyuubi. Dia sangat menyukai kedua adik kembarnya.

Mereka berdua adalah harta Kyuubi yang paling berharga. Kyuubi tidak akan pernah bisa benar-benar marah pada mereka berdua. Melihat kedua surai matahari adiknya yang berkibar kian-kemari membuat Kyuubi kembali teringat akan kegalaunnya beberapa minggu lalu, yang membuat duo matahari itu panik bukan main. Kalau dipikir itu memalukan, sudut bibir Kyuubi berdenyut mengingat kembali kejadian itu. Lagi-lagi dia meringgis malu akan sikapnya kala itu.

Waktu itu, Kyuubi sedang menyisir rambut Naruto yang sudah mencapai setengah punggungnya, mana kala Deidara dengan segala tingkah polahnya merengek agar Kyuubi segera merapikan rambut sebahunya.

"Ne, Kyuu-Nee, ayolah... sisirkan Rambut, Dei-tan, ne..." rajuknya dengan tidak hentinya menarik ujung lengan Kimono Kyuubi.

"Sebentar, Dei-tan, Tunggu Kyuu-Nee selesai menyisir rambut Naru-nyann, ya..." Kyuubi melirik Deidara sekilas dan tersenyum manis kearahnya. Begitu pun dengan Naruto, tapi dengan jahilnya, Naruto menjulurkan lidahnya kearah Deidara dan tersenyum jahil.

Tidak terima dengan kelakuan Naruto, Deidara menarik kedua tangan Kyuubi dan meletakannya diatas kepalanya, dia menatap Kyuubi dengan tawa renyah dan berbalik memeletkan lidah kearah Naruto. "Weekk,"—Deidara.

Tidak terima dengan perlakuan Deidara, cepat tangan Kyuubi kembali berpindah Ke kepala Naruto. Tawa lebar menghiasi wajah Naruto, tidak mau kalah Deidara kembali menarik tangan Kyuubi. Dan hal itu tidak dibiarkan oleh Naruto begitu saja, dia lekas kembali menyambar tangan Kyuubi. Sehingga, tangan Kyuubi sekarang menjadi objek tarik-menarik oleh duo matahari ini.

"Sshhh," Kyuubi meringgis sakit, membuat duo matahari menghentikan aksi bodoh mereka, seraya serentak bertanya, dengan raut penuh kekhawatiran.

"Kyuu-Nee, tidak apa-apa?" mereka melepaskan gengaman erat pada tangan Kyuubi, mengelus pelan kulit tangan Kyuubi yang memerah.

"Sudahlah, tidak apa-apa,"

"Tapi—"

"Tak apa. Dei, ambilah Kursi kecil di sudut ruangan dan duduk di depan Naruto," meski bingung Deidara tetap melakukan apa yang disuruh Kyuubi padanya, sekarang Deidara telah duduk di depan Naruto dengan membelakanginya. Kyuubi menyerahkan satu sisir pada Naruto, "Naru, kau rapikan rambut, Dei. Sedang NeeNeeakan merapikan rambutmu,"

"Osh!" seru Naruto. Sekarang mereka berjejer dengan Kyuubi paling belakang bersenandung kecil kala merapikan rambut Naruto. Tidak ada lagi perkelahian absurd. Naru dan Dei tersenyum manis pada Kyuubi yang selalu bisa membuat mereka jauh dari pertikaian.

Sesekali pujian meluncur dari belah bibir Naru ataupun Dei akan keindahan rambut mereka. Sedang, Kyuubi hanya memperhatikan mereka dalam diam dengan tetap menyisir pelan rambut Naruto.

Kyuubi yang berdiri paling belakang dapat melihat langsung kedua kepala bersurai mentari itu. Sekelebat pikiran rendah diri menyerobot hatinya. 'Kenapa hanya aku yang tidak berambut pirang?' keluh Kyuubi dalam hatinya.

Cepat saja rasa rendah diri Kyuubi kembali bangkit. Dia merasa rambut merahnya ini aneh. Selain itu banyak siluman lain yang beranggapan bahwa dia adalah siluman terkejam hanya karena rambut merahnya. Mereka beranggapan Kyuubi mendapatkan rambut merah pekatnya dari keseringan menghilangkannya nyawa orang dan membasuh rambutnya dengan darah kental apa saja yang dia hilangkan nyawanya. Menghela nafas susah payah, Kyuubi mencoba tersenyum kala dia telah selesai membenahi rambut Naruto. Walau nyata sirat luka menggores mata merahnya.

Lagi-lagi Kyuubi terenyuh dalam luka kala mengingat matanya tidak kalah merah dari rambutnya, Gaara siluman pasir berkata dia seperti dapat menghisap darah siapa saja yang ditatapnya. Matanya mengerikan itulah intinya.

Mengingat hal itu membuat Kyuubi bersusah payah menahan tangisnya dan beringsut pergi dari dekat adik kembarnya. Dan menyembunyikan diri dibalik kokoh dinding kamarnya.

Debaman pintu yang menutup menyadarkan Naru dan Dei bahwa Kyuubi telah beranjak dari tempatnya. Mereka saling menatap dalam kebingungan, dan serempak menghampiri pintu kamar Kyuubi.

"Kyuu-Nee?" –Naruto

"Neechan, boleh Dei dan Naru masuk?" Deidara mencoba menggeser pintu kamar Kyuubi, dan itu sia-sia. Sepertinya Kyuubi telah memalang pintu kamarnya dari dalam.

"Ya, apa kau mengatakan sesuatu yang menyebalkan pada KyuuNee, Naru?" tanya Deidara pelan.

"Tidak," tegas Naruto tidak Kalah pelan, "Jika ada pun, kau juga pasti mendengarnya, Dei," gemas Naruto menarik kedua belah pipi Deidara.

"Ishhh, Hentikan, Aho! Kau membuat pipiku melar."

"Bodoh, 'dia' bukan karet tau,"

"Hiks.."

Tangisan Kyuubi dari dalam kamar menghentikan perdebatan bodoh mereka.

"KyuuNee!" panik mereka meneriaki nama Kyuubi.

"Tinggalkan aku!" Desis Kyuubi dari dalam kamar dan beringsut keatas Futonnya, dan menenggelami diri dalam selimut tebal kesukaannya.

Duo pirang yang tidak tahu apa-apa ini terkejut dan menggedor keras pintu kamar Kyuubi. Mereka hanya tidak mau Kyuubi melakukan hal yang tidak diinginkan.

Tidak mendapat respon yang berarti, membuat mereka panik. Deidara berlari kearah luar yang di ikuti Naruto, "Kita akan kemana?"

"Ke jendela."—Deidara.

Nyaris saja, Kyuubi yang mendengar adik kembarnya akan menuju jendela kamarnya, bergegas keluar dari selimut dan berlari kearah jendela. Dia membanting pintu jendela dan menutupnya erat tepat di depan wajah kedua adiknya yang nyaris hampir sampai menjakau jendela kamarnya, yang sebelumnya terbuka lebar.

"KyuuNee, kau hampir meratakan wajahku," teriak Deidara di balik jendela Kyuubi. "Siapa suruh menaruh wajahmu disana, pergi!" balas Kyuubi tidak kalah keras, hanya saja suaranya terdengar pecah bercampur dengan isak tangis. Mendengar suara Kyuubi yang parau membuat hati mereka mencelos sedih. Ada apa degan kakak mereka? Bukannya tidak tahu bahwa Kyuubi memang agak—banyak—sensitif. Tapi, karena apa? Untuk yang sekarang mereka benar-benar tidak menyadarinya.

Mereka kembali ke depan pintu kamar Kyuubi, mereka mencoba mengingat dan menerka apa yang membuat mood Kyuubi memburuk. Nihil. Tidak ada yang terlintas dibenak mereka. Kerutan samar menghiasi kening keduanya. Mereka menatap pintu kamar Kyuubi dalam tatapan yang penuh arti. Mendekat, Deidara kembali mengetuk pintu kamar Kyuubi.

"Neechan, ayolah, bukankah sekarang kita akan pergi ke desa." Keduanya saling tatap dan mengangguk yakin bahwa hal ini yang membuat Kyuubi menjadi down. "NeeNee, tidak harus pergi jika tidak ingin, maaf jika kami memaksa NeeNee kemarin," menghela nafas panjang, Naruto berucap hati-hati, tidak ingin membuat Kyuubi bertambah Moody.

"Iya, kami juga tidak akan pergi," Deidara menatap Naruto lelah. Pasalnya pergi ke desa adalah hal yang paling mereka nantikan. Makanya, keduanya berebut ingin membenahi rambut mereka dengan baik pagi ini. Memang pada dasarnya, ini bukanlah pertama kali keduanya ke desa, tapi, ini akan menjadi pertama kalinya bersama kakak sulung mereka, Kyuubi. Selama ini Kyuubi selalu menolak pergi ke desa, karena alasan keselamatan. Dia beranggapan, bahwa penampilannya mencolok... penampilan?

"Oh, tidak, Neechan, jangan masalah penampilan lagi. Neechan bisa memakai jubah seperti kesepakantannya," Deidara meraung kesal merasa telah menemukan alasan dibalik ini semua, dia tidak habis pikir dengan Neechannya.

"Deidei, benar KyuuNee," Naruto mengetuk pintu kamar Kyuubi tidak lebih dari tiga ketukan, "Ayolah, kita sudah membicarakan ini lebih dari ratusan, bahkan ribuan kali."—Naruto.

"Kalian bilang begitu karena kalian memiliki rambut keemasan bagai mentari, mata kalian juga indah seperti langit. Tidak ada yang aneh disana. Kenapa?—hiks," perkataan Kyuubi terputus. Sesak rasanya saat menyampaikan hal yang menganjal hatinya. "Kenapa aku berbeda, a—ku, Hiks," tangis Kyuubi terdengar semakin keras.

Mencelos, Naru dan Dei, tidak tahu harus berkata apa, mereka tidak tahu jika kakak sulungnya merasa tersisih karena mereka tidak terlihat sama.

.

.

.

"Naru, kau masih ingat ibu,"

"Hum, kenapa?"

"Kau ingat warna rambutnya?"

Bersemangat Naruto mengangguk beberapakali, "Ya! Merah, itu terlihat cantik, ibu menjadi siluman yang puja karena itu," pekik Naruto antusias. Deidara tersenyum tulus atas penuturannya. "Ya, ibu begitu memesona dengan rambut merahnya," balasnya. "Aa-ah, andai aku juga punya rambut merah seperti, ibu." Tambah Deidara.

"Benar, rambut kita malah seperti ayah," lesu Naruto, tapi dengan cepat dia tambahkan, "Apa dengan rambut seperti ayah kita juga akan tampan?"

"Hahahaaa, BakaNaru, dimana-mana, gadis itu ingin cantik, aho... seperti KyuuNee,"

"MmHm, benar, rambut dan warna mata KyuuNee sangat indah, aku dengar ratu siluman juga iri karena itu,"

"Benar-benar," tegas Deidara. "Mereka hanya iri makanya menjelekkan, KyuuNee,"

"Rambut, KyuuNee, indah yaaa"—Naruto.

"Andai aku punya rambut seindah itu... ah! Tentunya matanya juga indah!"—Deidara.

Sementara Kyuubi mendengar celotehan kedua adiknya di depan pintu kamarnya. Tangisnya sudah berhenti. Namun, dia masih enggan untuk keluar dari kamar. Dia yang tadinya terbungkus apik oleh selimut, sekarang terlihat pucuk kepala Kyuubi menyembur keluar, sedang matanya menatap intens kearah pintu kamarnya.

"Hm-Hm, segala yang ada di diri KyuuNee adalah keindahan," sambung Naruto bersemangat. "Hee, benar juga! Naru, apa kita harus mewarnai rambut kita?" tanya Deidara keras.

"Memangnya bisa? Bagaimana caranya?"

"Aku pernah dengar ada pohon yang berbuah merah di gunung Kurama—"

Brak!

"Jangan pernah mewarnai rambut kalian!" teriak Kyuubi keras kearah adiknya yang berjengit kaget, karena Kyuubi yang keluar begitu cepat serta bantingan pintu kamar Kyuubi yang tidak bisa dibilang pelan. Tapi,

"KyuuNee!" serempak Naru dan Dei melompat pada Kyuubi dan memeluknya erat. Tidak disadari keduanya teriasak pelan. "Kyuu... Nee, jangan lakukan ini lagi, KyuuNee- ca-cantik," racau Naruto.

"Iya, KyuuNee,"—Deidara.

Terdiam, Kyuubi merasa bersalah membuat kedua adiknya cemas, dia malu dengan apa yang dia lakukan. Bagaimana bisa dia merasa rendah diri dengan apa yang dia miliki, sedang semua yang dimilikinya adalah apa yang diwariskan oleh ibunya tercinta.

"Iya, maafkan KyuuNee, Mmm, kalau begitu ayo kita berangkat ke perayaan desa!" seru Kyuubi.

"Kita jadi pergi!" seru kedua adiknya tidak kalah bersemangat, menatap mata Kyuubi penuh harap.

"Ya, tentu," balasnya yakin. "Ingat jangan mencolok, pastikan manusia-manusia itu tidak menyadari siapa kita," tegas Kyuubi.

"Aye, aye Neechan!" Sahut mereka serempak.

...

...

...

...Bartholomeo Present...

...

...

...

Hiruk pikuk, jelas terdengar walau mereka masih berjarak 10 meter dari tempat perayaan. Kyuubi tidak gugup, hanya saja dia merasa tidak nyaman. Manusia itu anarkis dan kolot. Mereka berpikir bahwa Kaum siluman hanya tau cara membunuh mereka, yang pada nyatanya, manusia sendiri yang sering melakukannya. Ya, memang ada siluman yang suka memangsa manusia. Kyuubi tidak akan mengelak tentang itu. Hanya saja dia dan kedua adik kembarnya kan, tidak. Tapi ya, sudahlah! tidak ada yang membedakan penampilan mereka dengan manusia. Mereka hanya perlu membaur dan jangan sampai mengeluarkan kekuatan mereka.

Ramai, kesan pertama Kyuubi. Orang yang hilir-mudik, berlalu-lalang sesuka hati mereka. Para bocah yang berlarian tidak tahu arah. Bayaknya stan makanan, serta permainan. Kyuubi tidak bisa menutupi rasa kagum dibalik jubah yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Cara Kyuubi melirik kian kemari dengan tidak sabaran, membuat Deidara dan Naruto terkikik geli. "Apa Ku bilang, ini akan menyenangkan, KyuuNee!"—Naruto.

Kyuubi mengangguk antusias, "Ada tempat yang ingin kalian sarankan?" semangat Kyuubi yang menoleh bergantian pada kedua adiknya.

Naruto dan Deidara saling menatap, kemudian berseru lantang, "Pastinya!" mereka menarik tangan Kyuubi dan membawanya berlari dalam keruman orang.

"YA! Dei! Naru!, pelan-pelan, kita bisa menab—akh..." hampir saja Kyuubi menabrak anak Kecil yang berlari. Mereka mendengungkan kata "Maaf," yang kemudian tetap tidak berubah, Kyuubi yang kembali ditarik cepat oleh kedua adiknya. Percuma saja protes, pikir Kyuubi. Sekarang dia hanya pasrah akan dibawa kemana oleh kedua adiknya dengan keadaan setengah berlari.

"Sampai,"

Hah hah hah... Kyuubi mencoba mengatur nafasnya yang sesak, ketika dirasa cukup dia mendonggak dan mendapati, "Kedai ra-men?"

"Benar, ayo masuk!"—Naruto.

"Saatnya makan sepuasnya," senyum Deidara dengan cepat masuk kedalam kedai. Sedang Naruto sudah duduk anteng disalah satu kursi didalam kedai.

Hahh... seharusnya Kyuubi tahu betul kedua adiknya, yang memiliki selera makan yang sedikit—banyak. Ya, sepertinya bukan masalah. Dia juga lapar, tapi, "Kenapa bukan stan permainan?" Kyuubi tidak bisa menghentikan dirinya untuk bertanya.

"Kaaareeenaaa—" delik kedua adiknya main-main, "Kita harus mengisi energi terlebih dahulu!" kata mereka dan tertawa keras, seketika mereka menjadi pusat perhatian. Tidak sedikit orang yang merona merah melihat perawakan Naruto dan Deidara nan memukau. Jika saja Kyuubi tidak memakai jubah, dipastikan warung ramen itu sudah mandi darah. Yang pastinya tidak artian yang mengerikan.

Kyuubi mendelik tidak suka pada kedua adiknya, kesal! Kyuubi tidak suka menjadi pusat perhatian. Tapi, mau bagaimana. Jika tidak begitu mereka juga akan tetap menjadi pusat perhatian dengan keindahan adiknya, seperti dua matahari yang diletakkan ditempat yang sama dalam waktu bersamaan. Pastinya menyilaukan.

"SEPERTI BIASA PAMAN," teriak Naruto, "TIGA!" tambahnya.

"Haiik!" balas paman yang berada di balik meja dan tampak sibuk membuat ramen pesanan pelanggan.

"Naru, berhenti berteriak!"

"Kenapa? Bukannya biasanya juga begitu," renggut Naruto tidak suka, dia menunjuk Deidara, "Kau juga biasanya begitu," tambahnya.

Deidara melotot kesal pada Naruto, dan melirik pada Kyuubi. Spontan saja Naruto bersidekap sopan dan menutup mulutnya rapat.

"Ramennya siap," tiga ramen terhidang dihadapan mereka bertiga.

"Ittadakimasu!" Kyuubi tidak bisa menyembunyikan senyum melihat keantusiasan adiknya. "Hn, ittadakimasu," Kyuubi pun ikut menikmati ramennya.

...

...

...

...Bartholomeo Present...

...

...

...

Setelah menikmati ramen spesial, mereka berkeliling mencoba berbagai stan yang ada diperayaan, stan menembak, pemilik kedai tersenyum miris pada Kyuubi yang berhasil menembak tepat sasaran semua hadiahnya. Dan hampir semua yang Kyuubi dapatkan dibagikan kepada anak-anak yang menatap kagum pada kemampuan menembak Kyuubi. Sedang, tusuk rambut berukir anggrek putih diberikan kepada Deidara yang berteriak senang, dia suka mengikat rambutnya. Sedang Naruto, diberikan kipas berpola riak api yang cantik. Diantara mereka Naruto adalah yang paling tidak tahan panas. Dimana Kyuubi memperoleh pelukan dari Naruto karena itu.

Selanjutnya mereka bermain tangkap ikan, Kyuubi tidak mahir, karena dia tidak terlalu sabaran, tidak berbeda dengan kedua adiknya. Untuk mengobati rasa kesal karena tidak mendapat ikan mereka beralih ke stan manisan menikmati kembang gula dan permen apel untuk Kyuubi yang histeris melihat permen seperti apel itu. Mereka bersenang-senang.

Sampai mereka bertiga berteriak bersamaan melihat kuil kecil di atas undakkan. Kuil Uchiha. Pada dasarnya, ketiga siluman ini sangat suka membuat permohonan. Jelas saja, mereka bertiga serempak berlari menuju kuil. Kyuubi tidak ingin kalah cepat dari adiknya. Dia berlari kencang dengan tertawa-tawa. Yang Kyuubi lihat hanya kuil dan...

Duk!

Tubuh Kyuubi membentur sesuatu dan terlempar kebelakang sebelum terhempas ke tanah.

"KyuuNee!" Kedua adiknya bergegas menghampiri Kyuubi.

Dia meringgis kecil dan mengusap bahunya yang sakit, "Kau tidak apa-apa?" suara yang begitu dalam dan tenang. Menarik Kyuubi untuk mendongak dan menatap pemilik tangan yang terulur kearahnya, "Maaf, Mari kubantu,"

Begitu kyuubi sudah menangkap wajah dari sipemilik suara yang entah mengapa menggetarkan hatinya.

Gelap, harus Kyuubi akui tidak sekali dia melihat orang memiliki bola mata segelap malam, tapi, yang satu ini berhasil menyedot Kyuubi dalam pusarannya.

Lain Kyuubi, lain Madara. Dia merasa hangat menatap manik merah Kyuubi.

Acara menatap itu berakhir, kala Naruto dan Deidara menyentuh Kyuubi dan membawa kakak mereka berdiri. Sedang Madara menarik kembali tangannya yang telah terulur.

Jauh Kyuubi serasa ada yang memanggil namanya, jika itu Deidara dan Naruto, kenapa dia memakai...

"...na Kyuubi-san,"

"Nona Kyuubi-san,"

.

.

.

Tersentak dari lamunannya, Kyuubi dapat melihat pelayan Uchiha berdiri dihadapannya. "Nyonya menunggu anda diruang keluarga," informasi pelayan itu. Benar, dia sudah selesai mandi dan berpakaian, kala hatinya kembali mencari memori bersama kedua adiknya, Kyuubi masih tidak habis pikir bagaimana kedua pemuda tadi begitu mirip dengan adiknya.

Seketika Kyuubi berekspresi keras saat mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Madara.

"Nona, mari saya antar," Kyuubi memusatkan atensinya pada pelayan itu.

Dengan wajah nyaris tanpa ekspresi dan suara kelewat datar, "Hn, panggil aku Kyuubi,"

Tidak ingin membantah, dan entah karena alasan apa, pelayan itu merasakan dirinya meremang, "Ba-baik, Kyuubi-san," walau begitu pelayan itu tetap menyematkan embelan pada nama Kyuubi dan mereka pun melangkah keruang tamu.


==/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/==

...Bartholomeo Present...

Longing Dew

Chapter 4: Pertemuan.

Naruto and all Character Masashi Kishimoto

Itachi x Female Kyuubi

Slight! MadaFemKyuu

Genre. Hurt/comfort, Romance, Fantasy, Slice of life.

Warn. Typo(s), EYD kacau, cerita yang sangat biasa! No copast!

Cerita ini dibuat untuk kesenangan semata, bukan untuk mengambil keuntungan dari pihak manapun.

DLDR!

...Bartholomeo Present...

==/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/=/==


Selama langkahnya ke ruang tamu Uchiha, Kyuubi kembali teringat bagaimana tanggapan, orang yang menatap lukisan yang diperlihatkannya. Sedang, dirinya masih merasa aneh, kenapa juga dia dengan mudahnya mau memperlihatkan harta berharganya pada mereka. Tapi mereka benar-benar mirip.

Kyuubi tersenyum samar, waktu itu Naruto dan Deidara menyerobot ke depan Kyuubi dan Itachi. Menatap lukisan itu penuh minat, "Apa ini nyata," tunjuk Naruto pada lukisan itu.

"Ng, Jika yang kau maksud apa orang yang ada di dalam lukisan itu ada, jawabannya ya," tatap kyuubi tepat pada Iris biru Naruto, "Itu dulu, sebelum mereka... pergi," Kyuubi memalingkan wajahnya. "Sepertinya, katanya benar," tatap Kyuubi pada Itachi, "Aku hanya salah orang," Kyuubi kembali mengemas lukisan yang dia bentangkan dan menyimpannya kembali dibalik lengan kimononya.

Semua orang yang mendengar penuturan Kyuubi beranggapan kedua gadis yang mengapit Kyuubi dalam lukisan telah meninggal dunia.

"Aku Itachi Uchiha, Itachi," tegasnya pada Kyuubi.

Sedang Kyuubi hanya menatapnya malas. Dan bergerak menuju kamar mandi, "Kyuubi-san, sebaiknya lukisan itu disimpan disini..." sela Sasuke.

Tatapan tajam Kyuubi layangkan pada Sasuke, tidak dapat sasuke pungkiri jantungnya berdentum kencang karena tatapan Kyuubi yang tidak bersahabat, "...Lukisan itu bisa saja basah," Kyuubi kembali melunakkan tatapannya. Lukisan itu tidak akan basah karena Kyuubi sudah melemparnya ke dimensi lain. Tapi, mereka kan manusia, Kyuubi tidak boleh membuat mereka curiga.

Kushina menghampiri Kyuubi, "Sepertinya itu hal yang berharga, tenang saja, tante pastikan lukisan itu akan baik-baik saja," yakin Kushina, "Letakkan saja di atas meja rias itu," tunjuk Kushina, "Tidak akan ada yang akan mengganggunya,"

Kyuubi menganguk patuh dan meletakkannya tepat di tempat yang ditunjuk Kushina. Lagian kalau pun orang mencuri lukisan tersebut, Kyuubi akan punya cara sendiri untuk dapat membawa kembali lukisan itu ke tangannya.

"Baiklah, kalau begitu kami akan keluar," Mikoto mendelik pada anaknya untuk segera keluar, Naruto dan Deidara yang ingin melihat kembali lukisan itu ditarik oleh ibunya. Tidak ingin menunggu kedua keluarga itu pergi terlebih dahulu Kyuubi masuk kedalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam, semua orang sudah keluar. Sasuke menjadi yang terakhir. Sebelum dia benar-benar keluar dia kembali untuk memotret lukisan Kyuubi dengan telepon genggamnya. Dan keluar setelahnya, dengan tampang acuh seraya menutup pintu kamar Kyuubi.

Kyuubi tahu itu meski dia telah memasuki kamar mandi. Dia hanya tersenyum samar dan menghidupkan air.

...

...

...

...Bartholomeo Present...

...

...

...

Lagi-lagi atensi Kyuubi berfokus pada pelayan yang menuntunnya, "Ini ruangannya, silahkan Kyuubi-san," menatapnya dan menampilkan senyum kecil, Kyuubi berlalu dari hadapan pelayan yang sekarang menghela nafas lega.

Langkah Kyuubi membawanya dalam ruang yang luas dengan ornamen berukir bunga, antik. Serta beberapa lukisan bergaya cina menghiasi beberapa dinding. Di sudut ruangan terdapat guci-guci bernilai seni tinggi. Tiga tiang menyangga ruangan tepat di tengahnya, membagi ruangan sama besar. Namun ada yang tinggi dan ada yang rendah. Ruangan yang tinggi beralas tatami dengan meja Kotatsu besar yang dilengkapi bantalan duduk berwana hitam ditenggahnya, sedang yang lebih rendah lebih modern dengan sofa serta televisi dan benda elektronik lainnya. Seperti melihat dua dimensi masalalu dan masa depan.

Tidak terlalu acuh Kyuubi melangkahkan Kakinya menuju Kushina yang sedang menonton televisi bersama Mikoto, Naruto, Deidara dan Sasuke.

Mikoto yang pertama kali menyadari kehadiran Kyuubi, dia tersenyum cantik, "Kyuubichan, kau terlihat indah memakainya," puji Mikoto pada penampilan Kyuubi. "Kemarilah, nak," panggil Mikoto padanya.

Jelas saja perkataan Mikoto yang bisa dikatakan keras itu membuat setiap pasang mata menatap Kyuubi intens.

Kyuubi mengenakan onepiece tanpa lengan yang hanya mencapai lututnya, berwarna hitam legam dengan gradasi warna merah dibawahnya. Rambutnya yang panjang diikat ekor kuda dengan beberapa helaian dibiarkan bebas membingkai wajah ovalnya nan ayu.

Sebuah senyum manis terbit begitu saja diwajahnya, seketika menyembunyikan manik merahnya disebabkan oleh pipi pualamnya yang tertarik keatas dalam rona merah kala mendengar penuturan Mikoto, apalagi tatapan Itachi yang tajam seperti menghujam jantungnya, walau tidak dapat Kyuubi pungkiri banyak yang menatapnya, seperti Shisui dan Obito yang duduk di ruangan Kotatsu, berdekatan dengan Itachi serta ayah Itachi, dan seorang pria berambut keemasan yang Kyuubi terka sebagai ayah Naruto, walau begitu hanya Itachi yang membuat hatinya tergelitik untuk meliriknya—sekilas—hanya sekilas, sebelum Kyuubi mengangguk sopan pada mereka semua, dan Kyuubi sedikit menyelipkan rambutnya yang membingkai wajahnya kebalik telinga, lalu melangkah santai menuruni anak tangga ke ruang yang bernuansa modern. Belum apa-apa Kushina sudah menarik Kyuubi duduk tepat disampingnya. Dan memeluk Kyuubi erat. Kyuubi hanya meringgis canggung Karena itu.

Dan dengan tidak tahu malunas Naruto mendudukakan dirinya disamping Kyuubi dan dan sekonyong-konyong ikut memeluk Kyuubi erat.

Puk! Deidara memukul kepala Naruto, "Naruto! Apa yang kau lakukan," raungnya berusaha menarik Naruto yang masih betah memeluk Kyuubi.

"Kenapa, aku kan adik KyuuNee," tawanya dalam canda. "Benarkan, KyuuNee?" yakin Naruto sok kenal pada Kyuubi.

Kyuubi hanya terkekeh pelan dan menarik Tangannya yang terperangkap dalam pelukan Naruto, kemudian mengusak pelan suarai pirang Naruto, dan yang lebih mengejutkan bahkan untuk dirinya—Kyuubi—membalas pelukan Naruto. sedang Kushina sudah melepaskan pelukannya pada Kyuubi saat Naruto dengan segala kejutannya mengaku sebagai adik Kyuubi.

"MnHm, Naru adik KyuuNee yang paling..." celoteh Kyuubi.

"Tampan," –Naruto.

Jika itu memang Naru-Nya, dia pasti akan berteriak cantik. Kyuubi tersenyum samar dan melepaskan pelukan Naruto, mencoba menguasai emosinya Kyuubi mencubit pipi Naruto yang memang agak berisi dan terkekeh jahil.

Memang dasarnya Deidara sama tidak tahu dirinya dengan Naruto, atau bisa dikatakan tidak sadar umur, dengan tampang bodoh menunjuk dirinya dengan jempol kanannya, "Lalu aku? " tatapnya seperti Anak anjing terbuang kearah Kyuubi.

"Kau Kutu kecil!" seru Naruto dan tertawa menyebalkan.

"Naruto, perhatikan perkataanmu,"—Kushina.

Nyali Naruto menciut dan segera duduk dalam pose rapi. "Ya, Kaa-chan," jawab Naruto yang menunduk didikuti tatapan penuh kemenangan oleh Deidara.

Kyuubi tidak mengerti, mereka benar-benar sama dan sekaligus berbeda. Ketidaktahuan Kyuubi sampai sekarang akan hilangnya kedua adik tercintanya. Menimbulkan kepedihan yang mendalam dan frustasi yang tidak bisa diembuhkan begitu saja sampai sekarang. Kalau dipikir lagi Kyuubi nyaris menggila dan menjadi buas karena itu. Dan sebuah pelukan dan beberapa kata penenang dari Madara akan membuatnya lebih tenang. Gemeretuk gigi dan kedua tangan yang terkepal menunjukkan bagaimana dia menahan gejolak emosinya.

Deidara yang menyeruak antara dia dan Naruto mengembalikan atensi Kyuubi, Hanya senyum simpul yang dapat Kyuubi tampilkan sekarang. Katakanlah Kyuubi terlalu terbawa emosi, tapi, bolehkan, jika dia menganggap dua pemuda didepannya ini adalah adiknya. Secepat pikiran itu terlintas, sepat itu pula Kyuubi menarik Deidara dalam pelukannya. Beberapa airmata kembali muncul disudut kelopak matanya.

Dapat Kyuubi rasakan keterkejutan yang dialami pemuda dalam pelukannya. Dengan nada main-main Kyuubi menyahut. "Ahahaha, Dei juga adik NeeChan," katanya diselingi tawa. Kyuubi harap suaranya tidaklah terlalu pecah.

Dengan itu dia mendapat balasan pelukan dari Deidara, yang dengan kekanakkannya memeletkan lidah pada Naruto yang mendengus sebal pada Anikinya.

Kushina dan Mikoto tersenyum menatap kelakuan Naruto dan Deidara, mereka sedikit terkejut awalnya dengan Kyuubi yang merespon kelakuan konyol duo pirang.

Setelah menghapus air matanya, Kyuubi menarik diri dan tersenyum manis pada Deidara dengan cepat mengulurkan tangannya hanya untuk mengelus rambut Naruto yang terlihat sebal, tidak sia-sia karena Kyuubi segera memperoleh senyuman Naruto.

Sejujurnya, Kushina tidak menyangka Kyuubi dapat dengan cepat mengambil atensi kedua putranya. Selain itu dia juga merasa Kyuubi bukanlah orang asing.

"Dasar bocah!" sela Sasuke, yang merasa teracuhkan dari tadi.

"Apa! Diam kau Sasuke!"—Naruto.

"Bocah tengik, kau merusak suasana," –Deidara.

Kyuubi melihat Sasuke yang duduk dibawah, bersandar pada meja yang terdapat ditengah sofa, kalau dipikir tadi duo pirang juga duduk dibawah bersama Sasuke. Jika diperhatikan, tidak ada ekspresi yang berarti pada wajah Sasuke, tapi Kyuubi tahu Sasuke sedang memberengut, cemburu? Kyuubi yakin itu, bagaimanapun dia telah menghabiskan waktunya lebih dari ratusan tahun untuk memperhatikan Uchiha dengan segala tingkahnya, bagaimanapun dia membenci hal itu, dia tidak bisa berpaling ataupun menolak, karena nyatanya dia disegel ditengah Uchiha itu sendiri.

Entah, darimana, atau memang Karena pada dasarnya Kyuubi adalah pribadi yang jahil, "Aa, Sasuke? Benar?" Kyuubi menatap Sasuke.

Acuh, Sasuke menatap Kyuubi yang menyebut namanya, "Hn, Uchiha Sasuke," tidak langsung Sasuke mengenalkan dirinya pada Kyuubi.

"Haaalooo, Sasuke temeeee,," balas Naruto, berlagak seperti murid baru yang sedang melakukan perkenalan di depan kelas.

Kedua wanita paruh baya, yang sedari tadi memperhatikan kelakuan anak SMA dan Kyuubi hanya tersenyum-senyum, mereka seperti mendapat tontonan yang menarik, sedang siaran televisi sudah tidak mereka hiraukan lagi.

Terenyum amat manis, "Sasukechan, juga ingin Neechan peluk?Hm..." ucap Kyuubi santai sambil merentangkan kedua tangannya pada Sasuke dan mengangguk pelan dengan mempertahankan senyum diwajahnya.

"Apa!"—Naruto.

"Tidak, jangan lakukan Neechan! Neechan akan tertular flat jika memeluknya!" tunjuk Deidara tepat pada hidung Sasuke.

"Benar!" –Naruto.

Demi apa, jika tidak mempertahankan gengsi Uchiha, Sasuke sudah menghambur kepelukan Kyuubi. Pasalnya, dia memang ingin kakak perempuan. Melihat Kyuubi yang indah dan begitu pengertian, bohong jika Sasuke tidak terpesona.

Memalingkan wajahnya, "BODOH! Siapa juga yang ingin, dipeluk," bantahnya. "Aku bukan bocah sseperti kalian," menatap Naruto dan Deidara mencemooh. "Aku enam belas," katanya lagi.

Dengan sangat menyebalkannya, Deidara berdiri sambil berkacak pinggang. Menatap Sasuke yang duduk dibawah sambil berdiri, "Hoo, kau sudah bisa banya bicara, ne... Sasuchan!" tekannya. "Kuharap kau ingat!" tunjuknya pada Sasuke yang mendongak menatap Deidara tajam. "Aku delapan belas, hahahaha," lagak Deidara dengan tawa aneh yang terkesan dibuat-buat, berlagak seperti pemeran psikopat di film-film.

Entah kepolosan Naruto yang keterlaluan, dimana dia notabene seumuran dengan Sasuke berkata tanpa nada bersalah, "Dei-Nii, kau seperti mak lampir!"

.

Hening!

.

"What's!" Deidara memekik keras dengan mata melotot lebar pada adiknya yang tersenyum dengan menggaruk belakang kepalanya, dapat Deidara pastikan bahwa kepala adiknya tidak gatal sama sekali.

Bisa Deidara dengar tawa tertahan tidak hany di bagian Modern, tapi juga dari ruang tatami di atas sana. Deidara melotot pada Obito, Shisui dan ayahnya. Walau tidak jelas, Deidara tau Itachi sedang mengulum senyum gelinya.

"NARUUU!" raungya, siap menerkam adik satu-satunya.

Kushina sudah akan antisipati dengan Deidara yang mengamuk.

Sedang Kyuubi sibuk dengan pikirannya, 'Mak lampir? Mak lampir yang itu...'

Tidak peduli dengan Deidara yang terlihat emosi, Kyuubi bertanya, "Mak lampir bukannya yang selalu membawa tongkat?"

Deidara berhenti, dia menatap Naruto dengan pandangan bertanya, "Mn, Kurasa iya," balas Naruto tidak yakin. "Teme, kau tahu?"

Sasuke menatap Naruto bingung, 'apa yang terjadi? Deidara tidak membunuh Naruto' batinnya.

"Cih, kau memang tidak bisa diandalkan teme!"—Naruto.

"Benar!"—Deidara.

Sasuke tambah bingung, kenapa malah duo pirang itu sekarang berkomplot menyerangnya balik. Keajaiban. Sasuke benar-benar tidak habis pikir dengan Deidara dan Naruto. Bagaimana mereka berdua bisa dialihkan secepat itu.

Tapi, "Ah, Naru, jangan pikir kau bisa lolos!" Deidara mengapit kepala Naruto dan memutar kepalan tangannya di kepala Naruto.

Kyuubi tersenyum samar, setidaknya emosi Deidara berkurang drastis. Hal itu tidak luput dari pandangan dua ibu rumah tangga dan dua orang kepala keluarga. Serta tiga orang pemuda yang menginjak umur duapuluhan.

Para pria yang bermain shogi diruang tatami sepertinya telah menyelesaikan pemainannya. Dan bergabung dengan mereka. Secara formal Mikoto dan Kushina memperkenalkan Kyuubi pada anggota keluarganya. Kyuubi tersenyum sopan dan balas memperkenalkan diri.

"Maaf, ssebelumnya, Kyuubi-san, kenapa bisa pingsan dijalan?"—Minato.

"Akh, benar! Neechan, kenapa?"—Naruto.

"Aku sedang dalam perjalanan pulang, dan pusing... aku tidak terlalu ingat," jelas Kyuubi seadanya.

"Pulang?"—Deidara.

"Hm, ah, maaf sebelumnya, tadi aku memakai telepon dikamar yang aku tempati, untuk menghubungi keluargaku," tatap Kyuubi pada Mikoto.

"Tidak apa-apa, kau memang seharusnya menghubungi mereka,"—Mikoto

"Ya, tenang saja Kyuuchan, mereka pasti cemas," tepuk Kushina pada punggung tangan Kyuubi pelan. Dibals Kyuubi dengan tatapan penuh terimakasih.

"Hm, mereka bilang akan menjemput kesini,"

"KyuuNee, tahu ini dimana?" tanya Deidara.

"Aku bertanya pada pelayan yang ada disini,"

"Owh,"

Setelah itu, kepala pelayan Uchiha datang dan menginformasikan, makan malam sudah siap. Dan mereka berjalan ke ruang makan.

...

...

...

...Bartholomeo Present...

...

...

...

Mereka sudah duduk mengelilingi meja makan, "Kyuubichan, makan yang banyak ya, kau sudah tidak makan beberapa hari!" paksa Mikoto. "Jangan sungkan," jelasnya.

Kyuubi tersenyum kecil. Tidak ada yang banyak bicara. Baik itu Naruto dan Deidara. Mereka seperti tahu bahwa kepala keluarga Uchiha tidak suka ribut di meja makan. Tapi, bukan berarti melarang untuk bercengkrama. Karena acara makan bersama termasuk acara dimana keluarga dapat berkumpul. Fugaku tidak sekaku itu untuk membuat keluarganya menjadi tidak memiliki waktu berkomunikasi yang berkualitas.

Kyuubi menatap menu yang ada di depanya, beefsteak dengan tambahan salat, nasi dan sup ayam. Tidak terlalu mewah dan tidak bisa dikatan sederhana juga.

Kyuubi hanya menyisihkan salad, dan hanya memakan dagingnya. Tidak berbeda dengan sup, dia hanya menikmati ayamnya. Dan sedikit memakan nasi. Setelah daging yang ada dipiringnya habis kyuubui dengan semangat mengambil lagi, sudah berapa lama dia tidak memakan daging dan dia sangat menikmatinya sekarang. Kyuubi bahkan tidak acuh terhadap pendapat dua keluarga itu padanya. Atau dia tidak ingat lagi dia ada dimana. Sampat..

Tuk!

Dua buah garpu menangkap daging yang sama yang tersisa. Kyuubi mendongak dan mendapati sendok garpu satunya adalah milik Shisui. Setelahnya, dia sadar berada di kediaman Uchiha dan makan dengan lahap begitu saja.

Sebenarnya, Kyuubi ingin untuk mengambil Daging itu. Tapi, rasa segan muncul di hatinya. Perlahan dengan berat hati Kyuubi menarik garpunya dan tersenyem rela tidak rela pada Shisui. Meski begitu hatinya berontak ingin mendapatkan daging terakhir itu.

.

.

.

Kyuubi menyerah pada hatinya, dia menatap tepat pada mata Shisui dengan membolakan matanya lucu, "Kau tidak akan memberikannya padaku," pelas Kyuubi menggigit ujung garpunya, dengan tatapan pelas yang menatap mata Shisui intens. Hampir semua orang di meja makan itu menahan nafas.

Gugup, Shisui tidak menyangka akan mendapat tremor gugup pada gadis, karena selama ini dia lah yang membuat para gadis gugup.

Shisui tersenyum tampan dan, "Kyuubi-san bisa memilikinya," katanya, dan meletakkan daging terakhir itu dipiring Kyuubi.

Tentunya Kyuubi tersenyum gembira dan berucap termakasih pada Shisui.

"kyuuNee sangat menyukai daging?"—Naruto membuat orang-orang kembali menyantap makanannya.

"Ya,"

"Hm, aku juga!"

"Berarti kita sama,"—Kyuubi. dan mereka tersenyum simpul.

"Andai aku juga punya jurus andalan seperti Kyuubi-san," Imbuh Obito yang mengerling Shisui. Shisui hanya berdehem acuh.

"Aa, benar!" Deidara ikut mendelik Shisui yang meringgis kesal.

Sedang para orang tua hanya tersenyum menanggapinya.

Sasuke mencoba tidak peduli, walau dalam hati dia berkata juga pasti akan memberikan daging bagian itu untuk Kyuubi jika dia ditatap seperti itu. Acuh dia palingkan wajahnya, tidak sengaja Sasuke menatap Anikinya—Itachi. Dia bisa melihat raut kesal kakaknya pada Shisui.

"Ahem," Sasuke mencoba menarik atensi kakaknya, begitu Itachi sudah menatapnya, Sasuke menyeringai menyibalkan pada Itachi dan melirik Kyuubi dengan ujung matanya.

Itachi seidikit kesal pada adiknya, dengan cepat dia menatap Kyuubi dan tersenyum kecil. Kenapa Kyuubi bisa menenangkan hatinya dengan cepat. Untung bagi Itachi, Kyuubi juga menoleh dan membuat mereka saling bertatapan, Itachi tersenyum tampan. Sedang Kyuubi sedikit terkejut dan memalingkan wajahnya cepat.

Sasuke yang beruntung melihat kejadian itu, menahan raut geli, sehingga mendapat delikan jengkel dari Itachi.

Setelahnya, acara makan berlangsung Khidmat.

...

...

...

...Bartholomeo Present...

...

...

...

Usai makan malam, mereka kembali keruang tamu, baru mendudukkan diri masing-masing sseorang pelayan menginformasikan ada tamu.

"Siapa?" tanya Fugaku.

"Sabaku no Sasori, tuan,"

"Sabaku?" mereka memang rekan bisnis, tapi untuk apa Sabaku sampai bertandang Ke rumahnya.

"Hm, maaf," sela Kyuubi. Membuat kepala keluarga Uchiha itu menatap padanya. "Dia—Sasori. Adalah keluarga yang saya maksud," jelas Kyuubi.

"Neechan, kau seorang Sabaku?" seru Naruto.

"Ah, pantas rambutmu merah!" –Deidara.

"Ahem," ruangan kembali tenang, "Kalau begitu persilakan dia masuk," kata Fugaku.

...

...

...

...Bartholomeo Present...

...

...

...

Sasori dan Gaara masuk ke kediaman uchiha, mereka diantar keruangan tamu. Seperti yang dijelaskan pelayan yang mengantarnya.

"Mari, tuan,"

"Ya,"

Fugaku yang melihat kedatangan dua orang Sabaku, berdi menyambutnya dengan salaman, lalu mempersilakan tamunya Duduk.

Sebelum duduk duo Sabaku tersenyum ramah pada anggota keluarga yang sedang berkumpul itu. Dan tersenyum agak lebar ketika matanya menangkap keberadaan Kyuubi.

"Maaf, kedatangan saya yang terkesan mendadak," sopan Sasori.

"Bukan masalah, kami paham situasinya,"

Sasori, tersenyum pada Fugaku, "Hm. Terimakasih. Sudah merawat istri saya dengan baik," tambahnya, dengan tatapn mengarah pada Kyuubi yang mendelik acuh. Walau begitu Kyuubi tetap berdiri dan melangkah kearah Sasori dan Gaara, lalu medudukan diri tepat diantara keduanya.

Sigap Sasori meraih Kyuubi dalam pelukannya, dan mengelus rambut Kyuubi sayang. "Kau baik-baik saja, kan... Anata," ucapnya pada Kyuubi.

Sedang Gaara tersenyum samar, dan mengusap Punggung Kyuubi yang mengarah kepadanya.

.

.

.

Ini bukan guntur lagi bagi perjaka kita, mereka sudah terserang yang namanya patah hati. Para Uchiha yang dulunya belum pernah merasakan ketertarikan khusus pada wanita. Dimana mereka selalu yang membuat para wanita jatuh pada pesona mereka. Sekarang merasakan perasaan tertarik pada Kyuubi. tapi, belum apa-apa, sepertinya mereka juga harus merasakan apa itu patah hati dalam waktu yang belum berselang lama.

Dengan berat hati mereka membiarkan Kyuubi dibawa oleh kedua Sabaku. Walau Deidara dan Naruto masih berkata pada Kyuubi untuk mengujungi mereka.

Dengan ini balas dendam Kyuubi sudah tercapai dengan membuat uchiha merasa, dibohongi dan dikhianati. :D

.

.


Tamat.


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Bohong ding! Kwkwkkwk.. "ini akan menjadi permulaan." Kata Kyuubi.

a/n. Halohaii minnaaa... ah, BtW, Panggil W, BiO, yaa...

ketemu lagi di eLDi! dengan fict singkat W. Maaf Typo(S)-nya. Jujur W udah cek berkali-kali. Jika masih ada yang nyempil, boleh dikasih tau, ntar W usahain buat edit lagi.

N

Terimakasih untuk teman yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan Review. Itu merupakan boombastis buat W ngelanjutin fict ini.

Sebelumnya, W mau bales review sebelumnya. Kita jadikan ini Q n A, ya...


Q: Naruto dulunya cew?

A: Ya, jaman behula dulu Naru itu Cew, dia adiknya Kyuu. Dei juga.

Q: Ada SasuNarunya, ga?

A: Ada ga yaaa? W ga yakin dengan ini, jadi, maaf ya minna mungkin fict ini hanya bakal fokus ke IFK aja, karena W masih belum bisa buat pair banyak, banyak. Peace.

Q: Apa naru dan dei bakal berubah jadi perempuan?

A: mmm, mereka perempuan dijaman dulu dan dijaman sekarang? Sepertinya bakal tetap jadi laki.

Q: Lanjut?

A: Ini udah lanjut...


Special Thank's untuk teman-teman yang sudah mereview.

Black campaign, hanny, J'Trimfle, Guest, itakyuu, .faris, TheB1gBoy, Fahrie Hamada (Fahrie, kau me-rieview chap yang sama sampai dua kali, nak. :D but, thx!)

Review lagi ya, dan bagi teman-teman yang eSDe #silentreader. Mampir-mampirlah, W ga menggigit atuh .

And thx to teman yang udah meFav dan Fol cerita ini.

Eh, bagaimana covernya menurut minna? Its ori by W or BiO.

Ketemu lagi sampai waktunya.

Ja mataaa...

Ditunggu Feedbacknya Minna... Love Ya!


Thursday, 25 April 2017

Thursday,9 May 2017. 12:56 Pm