Kamu Tak Pernah Tahu
Sequel from Untitled
Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Oh Sehun, Kim Jongin and others
Angst, Hurt comfort
Chaptered
T, Mpreg
Terima kasih banyak untuk kalian yang menyempatkan waktunya membaca, ngereview, klik tombol fav dan follow, mumumumu
Ini memang tak sempurna tapi tak usahakan layak untuk dibaca.#tearyeyes
Boleh ga kalian jangan panggil aku thor, berasa punya otot gede aku, hehehe
You can call me monster #plak kidding laahh you can call me Xe or unnie if you're under 91line.
Happy reading ^^
.
.
.
Dulu sekali, Chanyeol suka melihat Kyungsoo waktu namja itu tertidur. Dia tak akan berani melakukannya ketika Kyungsoo sadar karena Chanyeol masih cukup waras untuk tak membuat Kyungsoo curiga akan perasaannya.
Saat selesai dengan kegiatan ranjang mereka, seringnya Kyungsoo langsung tertidur karena kelelahan. Kesempatan emas untuk Chanyeol.
Dia suka sekali menatap wajah tampan Kyungsoo, terutama bibirnya yang semanis madu.
Tapi tentu saja dia tak bisa berlama-lama menatapnya karena dia takut ketahuan Seungsoo ataupun orang tua Kyungsoo.
Katakan dia pengecut, Chanyeol hanya takut kalau semuanya terungkap maka dia akan kehilangan Kyungsoo karena bagaimanapun dia telah merusak Kyungsoo.. Hal terakhir yang ada di otaknya.
Baginya Kyungsoo adalah yang terpenting diatas hal paling penting dihidupnya.
Jadi jangan tanyakan bagaimana hidupnya selama 7 tahun ini.
"Chan.. Chanyeol kau mendengarku?"
Chanyeol tersadar dari lamunannya karena melihat tangan Jongin melambai-lambai didepan wajahnya.
"Eoh, tadi kau bilang apa?" tak biasanya dia tidak fokus masalah pekerjaan. Tapi bagaimana bisa fokus kalau si kembar Hyeona dan Hyeowon ada didepannya?
Jongin mendecih tak suka, "tsk, sudah membuang waktuku selama seminggu lalu tak mendengarkan aku bicara. Menyebalkan." ucapnya dengan kedua tangan dilipat didepan dada.
Chanyeol menanggapi dengan tawanya yang dibalas Jongin dengan mata melotot.
"Maaf, maaf hanya saja anak-anakmu lucu sekali Jong. Aku gemas melihat mereka."
Mereka sudah sepakat untuk menghilangkan keformalan dalam berbicara, biar lebih akrab saja. Siapa sangka pertemuan mereka ditaman bukanlah pertemuan terakhir mereka. Keduanya sama sekali tak menyangka kalau akan terlibat bisnis seperti ini.
Ngomong-ngomong tentang lucu? Apanya yang lucu?
Jongin menatap Hyeona dan Hyeowon yang sedang sibuk memakan es krim pemberian Chanyeol tadi.
"Aigoo,,Hyeona sayang makannya jangan belepotan." baru Chanyeol akan membersihkan mulut Hyeona dengan tisu namun si kecil Hyeowon berteriak, "yaa! jangan sentuh-sentuh adikku."
Ini yang dibilang lucu?
Jongin hanya bisa menggelengkan kepala.
Kalau umur mereka masih 1/2 tahun tentu saja mereka lucu tapi begitu menginjak umur 3 tahun keduanya sudah mulai membuat pusing.
Ingin itulah, ingin inilah, mau kesanalah dan masih banyak lagi keinginan mereka. Belum lagi kalau sudah berkelahi, yang satunya menangis yang satunya ikut menangis. Kadang Jongin juga akan ikut menangis kalau mereka susah untuk didiamkan.
"Kau tak tahu saja tingkah nakal mereka. Aku dan suamiku sampai sakit kepala menghadapi mereka." kata Jongin sambil menyeka bekas es krim dimulut Hyeona karena Hyeowon melarang Chanyeol melakukannya
"Oh ya ngomong-ngomong dimana suamimu?" tanya Chanyeol.
"Dia sedang menyelesaikan beberapa urusan di Kanada sebelum pulang kesini."
"Kanada? Jadi kau tidak tinggal disini sebelumnya?"
Jongin belum sempat menjawab karena ada telepon masuk di handphonenya.
"Hai, bagaimana kabarmu?"
Merasa tak enak mendengarkan obrolan Jongin entah dengan siapa, namja jangkung itu memilih melempar senyum pada Hyeowon. Dia tertawa begitu bocah kecil itu melotot padanya.
"Sayang, mama ingin bicara dengan kalian."
Mama? Chanyeol penasaran dalam hati.
"Mama kapan kesini, Hyeona kangen sekali."
Chanyeol kali ini memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu. Katakan dia tak sopan tapi dia hanya ingin tahu siapa yang dia panggil mama.
Telepon beralih pada Hyeowoon, "mama, disini ada ahjussi yang nakal. Dia juga sentuh-sentuh Hyeona." Chanyeol hanya bisa tertawa mendengar aduan dari sang jagoan kecil.
Setelah Hyeowoon selesai, Jongin kembali memegang handphone.
"Pasti aku akan menjaga mereka. Aku juga rindu denganmu, cepatlah pulang."
"Tadi siapa? Kenapa mereka memanggilnya mama?" Chanyeol langsung bertanya begitu sambungan telepon itu diputus. Masa bodoh kalau Jongin menganggap dia kurang sopan. Dia hanya tak bisa menekan rasa penasaran tentang apapun yang berkaitan dengan si kembar.
Jongin melemparkan senyumnya, "adikku." jawabnya singkat seolah tak mau memperpanjang perbincangan ini.
Tapi Chanyeol tak mau tahu, "oh, karena dia adikmu jadi mereka memanggilnya mama?"
Dan jawaban dari Jongin sungguh hanya semakin membuat Chanyeol tak tenang.
"Bisakah kita lanjutkan masalah pembelian bangunan itu? Aku ingin segera membangun kafeku."
.
.
.
"Kita harus cari kemana lagi?" suara Seungsoo terdengar sungguh putus asa. Bagaimana tidak, adiknya sudah 3 hari tak pulang tanpa kabar. Bagaikan hilang ditelan bumi.
Sepasang matanya berkeliaran kekiri dan kanan jalan, dia seolah lupa kalau sekarang dia sedang mengemudi dengan membawa 3 nyawa.
Chanyeol disampingnya juga tak beda dengan Seungsoo walau dia lebih lincah menggerakkan mata dan kepalanya.
"Seungsoo, sebaiknya kita pulang. Siapa tahu Kyungsoo sudah pulang." Tuan Do berkata dari kursi belakang.
Bukannya menuruti ayahnya, Seungsoo malah semakin menambah gas mobil, "tidak ayah, kemarin ayah juga bilang begitu tapi nyatanya Kyungsoo belum pulang. Apa ayah tak khawatir dengannya?"
"Mana mungkin ayah tak khawatir dengannya!" Do Min Joo bersuara kelewat keras pada anaknya, "ayah bahkan ketakutan kalau besok menemukan dia dalam keadaan hanya tinggal nama." tambahnya dengan lirih.
Sungguh dia hanya ingin memeluk anak bungsunya dan membawanya pulang tapi Kyungsoo tak terlacak. Bantuan dari polisi juga belum membuahkan hasil.
"Semuanya ini salahku."
Kedua Do itu menatap Chanyeol dalam diam seolah siap mendengar apa yang akan dikatakan olehnya.
"Kura.. Kurasa dia..dia marah karena mendengarku ken..kencan dengan Jessica."
"Chanyeol jangan ngawur, Kyungsoo tak ada hak untuk marah denganmu." kata Seungsoo dengan mata tetap awas kedepan.
Sekarang atau tidak.
"Dia berhak Soo karena kami adalah sex buddies."
Ckiiittt..
Suara rem begitu memekakkan telinga ketika kalimat itu keluar dari mulut Chanyeol.
"Kalian apa! Coba ulangi!" emosi Seungsoo meledak.
"Kami sering melakukan sex.."
Bugh.
"Brengsek kau!"
Bugh.
Seperti kesetanan Seungsoo melayangkan pukulan demi pukulan diwajah Chanyeol.
"Demi Tuhan Chanyeol dia adikku dan kau dengan mudah mengatakan kalau kau menidurinya, DIMANA OTAKMU HAH!" cengkraman dileher Chanyeol makin menguat tapi dia sama sekali tak melawan. "Dan kau malah berkencan dengan Jessica padahal kau tahu aku menyukainya. SIALAN KAU PARK!"
Chanyeol pasrah kalau dia akan mendapatkan pukulan lagi tapi nyatanya dia salah.
Brak.
Seungsoo lebih memilih keluar dari mobil.
"Seungsoo tunggu!" diikuti ayahnya.
Mereka terbutakan oleh emosi hingga tak melihat truk dari belakang yang kemudian menghantam tubuh mereka tanpa ampun.
"TIDAAAKKK!" teriaknya ditengah malam. Disaat banyak pasang mata memejamkan mata, beristirahat tapi dia seringnya terjaga.
Bajunya basah oleh keringat dengan dada naik turun tak beraturan.
"Maafkan aku, maafkan aku." racaunya pada kegelapan malam.
Andai saja malam itu dia diam, Seungsoo dan Min Joo pasti masih berdiri tegak. Andai saja malam itu dia diam, dia tak akan melihat bagaimana keluarganya meregang nyawa.
7 tahun tapi tak mampu menghapus ingatan tentang kejadian itu. Dia masih ingat betul setiap kata, tindakan yang terjadi malam itu. Seperti baru kemarin dia mengalaminya.
Ingin sekali dia memutar waktu lalu merubah takdir karena Chanyeol tak ingin berada disana.
Tapi kenyataannya berbeda.
Chanyeol disana, melihat dengan jelas bagaimana tubuh Seungsoo dan Do Min Joo terpental. Chanyeol disana, tanpa bisa melakukan apa-apa. Dan dia disana untuk menyaksikan Do Min Joo menghembuskan nafas terakhirnya.
.
.
.
Seorang wanita berumur genap 50 tahun melangkahkan kakinya yang terbalut stoking coklat dengan anggun. Ditangannya terdapat tas gucci dengan harga selangit belum lagi setelan bajunya yang begitu meneriakkan kalau dia dari kalangan atas.
Xena sedang fokus dengan acara mewarnai kukunya ketika dia mencium parfum yang begitu dia hapal diluar kepala. Otomatis kepalanya mendongak.
"Mana Chanyeol?"
Dia langsung membuang kutex yang sialnya baru dia pakai sekali dengan harga selangit begitu dia melihat seorang wanita ah maksudku ibu dari bosnya.
"Di dalam Nyonya Park." jawabnya sambil menundukkan badan. Tiga tahun bekerja bersama Chanyeol membuat dia mau tak mau berhadapan dengan ibunya. Park Seunmi adalah wanita kaya seperti umumnya, elegan, cantik dan angkuh.
Dan siapapun orang pasti akan membencinya, yah termasuk Xena.
Baru saja yeoja itu akan mengambil nafas yang tidak terkontaminasi parfun Seunmi –karena demi apa bau parfumnya seperti wangi lelehan gula, dan Xena lebih suka wangi perasan jeruk- tapi wanita itu kembali kehadapannya.
"Bukankah sekarang jam kerja, nona Nam?" tanyanya dengan wajah biasa saja tapi sungguh nadanya mengancam sekali.
"Ma..maafkan aku Nyonya." mau tak mau Xena membungkuk meminta maaf. Sebenarnya tak masalah dia mengecat kukunya karena pekerjaannya sudah selesai hanya saja dia ingin wanita ini cepat pergi dari hadapannya jadi lebih baik dia mengalah.
Baru setelah wanita itu masuk ruangan Chanyeol, Xena bisa bernapas lega.
.
.
"Untuk apa ibu kesini?" sungguh bukan sebuah kalimat tanya yang diinginkan seorang ibu ketika mengunjungi anaknya. Tapi kalau ibunya seperti ibunya Chanyeol sih kalimat ini yang paling halus.
Seunmi menduduki kursi didepan meja anaknya seakan dia tak mendengar kalimat dari anaknya, "well, tak ada yang berubah."
Chanyeol tahu kalau tak seharusnya dia bersikap seperti ini pada ibu kandungnya sendiri tapi ikatan ibu dan anak rasanya sudah lama sekali terputus ketika wanita ini lebih memilih seorang bule dan meninggalkan dia, anaknya sendiri.
"Ibu aku sibuk jadi lebih baik ibu keluar." usir Chanyeol dengan halus.
Seunmi menulikan telinganya lagi, "Restaurant Hotel Exo, besok malam jam 8. Jangan telat." katanya dengan tangan sibuk membuka kacamata.
"Ibu.." Chanyeol merasa kepala berdenyut, "sudah berapa kali kubilang jangan menyusun kencan buta lagi untukku karena aku tak akan pernah datang."
Bukan Seunmi namanya kalau dia menyerah begitu saja, "Ibu janji ini yang terakhir kalinya."
"Bulan lalu kau mengatakan hal yang sama Bu." Chanyeol tak mau kalah.
Seunmi mendesah,"itu karena kau tak mau datang Chanyeol."
"Aku tak akan pernah datang sampai kapanpun Bu." balas Chanyeol dengan tegas.
Seunmi mulai kesal dengan anak semata wayangnya yang sayang sekali susah diatur, "Lalu kau akan hidup seperti ini terus?" tanya wanita itu dengan nada naik satu oktaf, "kau semakin tua Chanyeol dan kau membutuhkan pendamping hidup."
"Aku tak perlu."
Mendengar jawaban dari anaknya membuat sang ibu tertawa kecil, "jangan bercanda Park Chanyeol, bilang saja kau masih menunggu namja itu kembali."
Chanyeol diam karena memang seperti itu kenyataannya.
"Seperti dia masih hidup saja."
"IBU!" Chanyeol berteriak pada wanita yang telah melahirkannya tanpa takut terkena karma dikemudian hari.
"Apa? Sadarlah Park Chanyeol, dia mungkin saja sudah tak bernyawa jadi lanjutkanlah hidupmu."
Kata-kata Seunmi menghantamnya lebih keras dari pukulan bola basket yang mengenai kepalanya sewaktu dia SMA dulu. Sekuat apapun Chanyeol membantah dia tidak akan menang karena dia sendiri juga masih belum yakin yang mana yang benar. Dia atau ibunya.
"Kumohon pulanglah bu, aku sibuk." katanya kemudian.
Melihat anaknya yang menderita begini membuat ibu manapun merasa khawatir. Seunmi akui kalau dia dulu begitu jahat hingga tega meninggalkan putranya sendiri demi cinta yang ternyata semu. Dia merasa bersyukur Chanyeol mau menerimanya kembali disaat dia kembali ke Korea tanpa uang sepeserpun, dia bahagia anaknya memaafkan dirinya walau Chanyeol bisa membuangnya seperti yang dia lakukan dulu.
Di bangga mempunyai Chanyeol yang sekarang telah sukses. Tapi sukses saja tak membuat Chanyeol bahagia. Dia pikir dengan mencarikan pendamping maka hidup anaknya akan lebih bahagia nyatanya sebanyak apapun yeoja maupun namja yang dia sodorkan pada Chanyeol jawaban dari anaknya tetap sama, tidak.
"Ini bukan salahmu nak, semua ini bukan salahmu." satu penyesalan terbesar Seunmi adalah dia tidak ada ketika Chanyeol benar-benar terpuruk. Anaknya sendirian menghadapi masalah hidupnya hingga kini dia menjadi sosok yang begitu berbeda. "Semua yang terjadi pada keluarga Do sama sekali bukan salahmu Chanyeol."
Tapi nyatanya ibu salah.
"Bu..."
"Baiklah, Ibu pulang." merasa kalau Chanyeol tak akan menggubris kata-katanya, dia memutuskan untuk pergi saja.
"Oh ya,," wanita itu tak jadi membuka pintu dengan memilih menatap anaknya, "Ibu iri sekali pada Jin Ae, dia lebih sering bertemu denganmu daripada Ibu." Chanyeol hanya menatap ibunya minta maaf dan itu cukup membuat Seunmi melangkahkan kakinya meninggalkan kantor sang anak.
.
.
.
"Meja sudah beres semua, kursi kursi ah kursi masih kurang beberapa buah." Jongin sibuk menata kafenya yang sebentar lagi akan buka. Setelah menyelesaikan pembelian dengan kantor Chanyeol dia segera mengerahkan beberapa orang untuk mendekor kafe seperti apa yang dia inginkan. Sekarang semuanya sudah mencapai angka 97% dalam waktu satu minggu, sedikit meleset sih dari prediksinya tapi tak apalah yang penting semua sesuai keinginannya.
"Jong Jong.." itu suara Minseok, pelayan baru yang ikut membantu Jongin menata ini dan itu. Dia bertemu dengan Minseok saat namja yang ternyata lebih tua darinya itu sedang kebingungan mencari pekerjaan.
"Ada apa Hyung?" tanya Jongin tanpa menatapnya karena terlalu fokus dengan daftar apa saja yang dia butuhkan untuk kafe.
"Daritadi aku melihat ada satu namja yang memperhatikan kafe ini dari luar Jong." kata Minseok membuka cerita, mau tak mau Jongin jadi penasaran. "kupikir hanya perasaanku saja tapi sampai sekarang sudah kuhitung ada 1 jam dia belum juga pergi dari depan kafe ini."
Jongin mengerutkan kening, masa iya dia punya fans?
"Coba kulihat dulu Hyung."
"Eh, aku ikut."
Kedua namja itu berjalan kedepan kafe dan benar saja mereka melihat seorang namja berkulit putih pucat sedang membelakangi mereka.
"Chogiyo.." tak bisa disembunyikan ternyata Jongin takut juga dengan orang asing ini.
Orang asing?
Oh sebelum Jongin melihat wajahnya tentu saja.
"SEHUN!" karena setelah melihat wajah namja itu, Jongin langsung memeluk dan memberikan ciuman diwajah suaminya. Minseok hanya melongo dibelakang sana.
"Yaa! kenapa tak bilang kalau kau pulang sekarang, aku kan bisa menjemputmu. Dan apa ini? Kau mengganti warna rambut tanpa memberitahuku." ucap Jongin dengan bibir maju beberapa centi yang membuat namja bernama Sehun itu mencium daging kenyal milik suaminya.
"Surprise darling, kau suka kan?" tanya Sehun yang dibalas Jongin dengan anggukan kepala lengkap dengan senyum lebar.
Kedua namja itu tertawa sebelum terlibat dalam ciuman panjang didepan pintu kafe dimana ada Minseok dibelakang mereka.
"EHEM!" biar saja kalau Minseok di cap sebagai pengganggu hanya saja dia tak ingin melihat adegan 17+ disiang bolong seperti ini.
Sehun mengerang karena Jongin melepaskan ciuman mereka, "oh maaf hyung, kami lupa kalau kau ada disini."
Minseok hanya memberikan tatapan –ya,ya dunia kan milik kalian berdua, aku hanya mengontrak saja- yang dibalas cengirang dari Jongin.
"Ini suamiku hyung, namanya Oh Sehun dia baru tiba dari Kanada."
Minseok menerima uluran tangan dari Sehun dan sedikit mengernyitkan keningnya ketika mendapati warna kulitnya, "Jong, dia putih sekali berbeda denganmu."
Ups, pernyataan yang salah.
Kali ini giliran Jongin yang melemparkan tatapan –coba ulangi sekali lagi hyung- dan saat itu Minseok tahu dia melakukan kesalahan.
"Sayang, dimana anak-anak?" untung saja Sehun cepat tanggap jika tidak Jongin bisa bad mood seharian karena ada yang berani menyinggung masalah perbedaan kulit mereka. Padahal umur mereka beda 5 tahun tapi Jongin akan lebih marah ketika ada orang yang lebih mempermasalahkan perbedaan kulit daripada umur mereka.
"Mereka ada ditaman belakang, ayo kesana." Jongin menggandeng tangan putih milik suaminya tanpa memperdulikan tatapan meminta maaf dari Minseok.
Gawat ini, bisa-bisa aku dipecat sebelum mulai bekerja. Begitulah kira-kira batin seorang Kim Minseok.
"Hyeona, Hyeowoon lihat siapa yang datang."
Suara dari Jongin membuat anak kembar itu menghentikan kegiatan mereka yang sedang membangun lego.
"DADDY!" ini teriakan Hyeowoon karena dia lebih dekat pada Sehun dari kedua ibunya.
"Jagoan daddy bertambah berat." Sehun mengangkat bocah itu lalu Hyeowoon hanya bisa tertawa ketika wajahnya dihujani Sehun dengan ciuman. Puas dengan sang putra kini Sehun menjongkokkan tubuhnya dengan masih menggendong Hyeowoon.
"Hai princess, miss me?" Hyeona tidak menjawab melainkan menangis. "Ssshh, jangan menangis princess." Sehun melepaskan gendongannya pada Hyeowoon karena menggunakan kedua tangannya untuk menyeka airmata yang membasahi pipi gembil sang putri.
"mm..miss..you..hiks..too." kata Hyeona ditengah-tengah tangisannya.
"Maafkan daddy karena lama meninggalkan kalian." padahal hanya tiga minggu mereka berpisah tapi mereka sudah menyimpan rindu teramat besar untuk satu sama lain. Video call yang selama ini mereka lakukan rasanya sia-sia karena secanggih apapun teknologi yang ada tetap tak bisa membuatmu merasakan kehangatan dari pelukan orang terkasih.
.
.
Saat ini Sehun dan Jongin sedang berbaring diranjang mereka tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh polos mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi tapi keduanya sama sekali tak merasa lelah. Keduanya masih merasa haus akan kontak badan yang selama ini tak bisa dirasakan.
"Hunna."
"Hmm." Sehun hanya menggumam, terlalu sibuk dengan pekerjaan menandai bahu Jonginnya.
"Kapan dia menyusul kita?" pertanyaan ini sukses membuat Sehun menghentikan pekerjaannya lalu menatap sang suami.
"Secepatnya sayang." jawabnya mantap.
Jongin hanya bisa menghembuskan nafas, dia tahu arti jawaban Sehun.
Belum pasti, kira-kira seperti itu arti sebenarnya.
"Aku merindukan adikku." kata Jongin sebelum dia terbang kealam mimpi dalam dekapan Sehun.
"Kuharap dia tak membutuhkan waktu lebih lama lagi." kalimat terakhir Sehun sebelum dia mengikuti Jongin ke alam mimpi.
.
.
.
Kalau ada yang bertanya tempat apa yang paling sering dikunjungi oleh Chanyeol jawabannya adalah rumah sakit. Bukan mall ataupun bar.
Rumah sakit menjadi rumah utamanya karena seringnya dia menghabiskan malam disana setelah seharian bekerja. Bahkan dihidupnya yang sekarang ada dua daftar rumah sakit yang harus dia kunjungi. Awalnya memang tak mengenakkan karena bau obat yang begitu menusuk hidungnya tapi seiring waktu seolah bau itu adalah parfum untuk tubuhnya yang atletis.
Teman dekatnya juga bukan kalangan pebisnis seperti dirinya. Dia justru lebih dekat dengan dokter dan suster yang merawat kedua keluarganya, bahkan penghuni kedua rumah sakit itu sudah hapal dengan Chanyeol.
Namja muda yang malang, begitulah mereka menyebutnya.
Tak ada yang tahu kalau dia mempunyai dua orang terkasih yang dirawat dirumah sakit karena dia meminta pihak rumah sakit untuk menyembunyikannya. Dia terlalu takut dengan statusnya yang menyamai artis -oke dia tidak sombong- akan banyak gangguan dari pencari berita. Bahkan Xena sekalipun tak tahu.
Dalam seminggu dia menyempatkan untuk mengunjungi mereka setiap hari, itu kalau jadwalnya tak padat. Kalau padat dia bisa sebulan tak berkunjung, hal itu membuat dia minta maaf pada mereka saat bertemu. Walau Chanyeol tak mendapat respon apapun dari mereka ketika dia membuka suara.
Cklek.
Pintu berwarna putih itu terbuka dimana didalamnya terdapat seorang wanita seumuran ibunya berada. Dia masih kelihatan cantik walau rambutnya acak-acakan.
"Eomonim." Chanyeol bersimpuh didepannya dengan memegang kedua tangan wanita itu. "Bagaimana kabarmu?"
Tak ada balasan.
Dan yang bisa Chanyeol lakukan adalah menatap wanita itu dengan lelehan airmata.
"Aku merindukannya." namja itu menidurkan kepalanya dipangkuan sang wanita. Dulu wanita itu akan mengelus rambutnya sayang sambil menanyakan apa saja yang dia lalui di sekolah. Dia bukan anaknya tapi wanita itu sama sekali tak membeda-bedakan dia dengan kedua anak kandungnya.
"Eomonim, aku bertemu dengan seorang anak perempuan yang mirip dengan Kyungsoo."
"Kyungsoo.."
Dia akan memberikan respon ketika dia mendengar nama anak bungsunya disebut.
"Kyungsoo.." wanita itu menatap Chanyeol seolah bertanya dimana anaknya berada, namun Chanyeol hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala.
"Hiks..hiks.. Kyungsoo..Kyungsooku dimana.." tangisannya mulai terdengar.
"Eomonim tenanglah." Chanyeol tak menyangka kalau wanita ini akan histeris kali ini. Terkadang dia hanya diam mendengarkan ketika Chanyeol menceritakan tentang Kyungsoo, walau seringnya dia lepas kontrol juga seperti sekarang.
"Kyungsoo..Kyungsoo..dimana Kyungsooku." wanita itu terus meracau memanggil anaknya. Kalau Chanyeol tak memegangi tubuhnya dia bisa kabur entah kemana.
Chanyeol bisa bernapas lega ketika satu orang dokter dan dua orang suster datang keruangan ini untuk memberi penanganan.
Dia hanya bisa melihat dibelakang ketika sang dokter menyuntikan obat penenang yang mulai bereaksi. Wanita itu kemudian tertidur.
"Chanyeol sebaiknya kau jangan menyinggung masalah Kyungsoo terlebih dahulu. Kesehatan Nyonya Jin Ae sedang menurun kalau dia terus-terusan lepas kontrol aku khawatir akan mempengaruhi kesehatannya." Zhang Yixing, dokter kejiwaan asal China yang sudah menangani Jin Ae sejak dia masuk rumah sakit jiwa ini menjelaskan.
"Maafkan aku,,hanya saja ak,,aku." Chanyeol tak bisa meneruskan kalimatnya karena terkalahkan oleh airmata yang berlomba-lomba membasahi pipinya.
Katakan dia cengeng tapi dengan menangis dia merasa sedikit lega.
Yixing memeluk namja itu, "aku tahu. Kita berdoa saja untuk yang terbaik." kata Yixing sambil mengelus punggung Chanyeol.
Kapankah doaku akan dikabulkan?
Chanyeol sering mempertanyakan hal itu.
TBC^^
Holla saya balik lagi...
Ga lama kan #kedipkedip
Jadi apa kalian terkejut dengan chap ini? Siapkan diri kalian untuk kejutan yang terbesar dari ff ini.
Yang koma itu Seungsoo ya bukan Kyungsoo, hehe
Akhirnya abang Sehun nongol kalau abang Kyungsoo entah kapan akan nongol, yang pasti sih disaat-saat greget, muehehe
Oh ya, kenapa aku ga nulis Jongin sebagai istri tapi suami karena menurutku dia tetap laki-laki walau perannya yang sebagai istri. Aku kurang sreg ja kalau Jongin diistrikan(?).
Balas review dulu nyak, skip juga ndak papa^^
Egivanitaa : no no, bukan Kyungsoo ya dear, muehehe..ini ga lama kan #kedipkedip
Park28sooyah : bukan ko dear, itu Seungsoo euy,, pan si Jongin Mommy mereka jadi kemana-mana ikut dah,wkakakak
Yolyol17 : dihatiku dek #ditimpukpakeduit
Yuura Shiraku : #nabok awww ini udah makin menderita kan? Cimol bala bala lagi senam cibu euy sama aku
Jerapinchansoo : weehh tenang saja ini lebih rumit dari teka-teki silang ko #boongtapi, emmm "dia"nya maunya siapa nih? Yang koma Seungsoo dear, emm kan berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian, siapa tahu setelah menderita 7 tahun nanti Chanyeol bisa ketawa lebar #aamiin
Kyungiesoo123 : asik asik asik ada yang penasaran #goyangcibu,,,Kyungsoo lagi dagang cimol dulu ya dear, mueheheh
hidekoAyana : muakasih, nanti tak bikin kepo lagi kamu,,
leon : eh, kan baru chapter 1 gimana mau jelas kaka-,- kalau lurus kek jalan tol ga seru kaka
luvchansoo : fufufufu kamu ga kasian sama aku? #ehabaikan
dyodhe12 : bakalan kejawab satu-satu ko, untuk chap ini yang kejawab iya Jongin istrinya (?) Sehun.
Yousee : naah kejawab kan semuanya, mueheheheh
Nini : bukan dear, demi kelancaran skenario dear, #peace
angelsoo : aku boleh teriak ga? Boleh ya#tearyeyes huaaaaaaaaaaaa!sumpah kaget banged lihat dirimu komen di ff ku, seriously you are one of my fav Chansoo authors,kkkkk
apalagi lihat komenanmu yang puanjang kek jalan tol cipali #kisseu
ahhh, Kyungsoo ga aku kelonin ko dia yang ngelonin aku #ketawanista
untuk masalah Xena sebenarnya sih dia itu aku #facepalm, aku mencoba untuk eksis sendiri didalam ff ku, maafkeun kealayanku yaa...udah gitu kalau aku ajak Baekhyun buat gabung ff ini takutnya pada gagal fokus euy Xena kan bisa dibilang orang terdekat Chanyeol, terus cabe kan ada affair gitu sama Chanyeol di dunia nyata, yah begitulah semoga paham ya dikau
gimana ya mank Chanyeol napsunya sama Kyungsoo doank sih jadi kalau bukan Kyungsoo ga bereaksi(?) dia. Eh eh kamu ga nyampah ko,,sering sering aja kek gini #muehehehe
WKCS-hyun : weehh yang penting kamu ngeh lah dear sama jalan ceritanya, hhehhe
Once again, thank you so muuuuuuuuuchie for your love #kecupbasah
Comments are love for me^^
