Kamu Tak Pernah Tahu

Sequel from Untitled

Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Oh Sehun, Kim Jongin and others

Angst, Hurt comfort

Chaptered

T, Mpreg

Terima kasih banyak untuk kalian yang menyempatkan waktunya membaca, ngereview, klik tombol fav dan follow, mumumumu

Ini memang tak sempurna tapi tak usahakan layak untuk dibaca.#tearyeye

Sorry for the late update #bow

Happy reading ^^

.

.

.

"Hai princess." Chanyeol menyapa Hyeona dengan senyuman lebar. "Ahjussi!" yang dibalas tak kalah lebar oleh bocah itu. Tanpa ragu-ragu, Hyeona menggelanyut manja pada Chanyeol yang berakhir dengan digendongnya bocah itu.

"Yak! turunkan adikku." dan pastinya Hyeowoon akan marah-marah pada Chanyeol. Bagi bocah laki-laki itu, Chanyeol tak lebih dari ahjussi perebut perhatian adiknya.

"Hai jagoan." sapa namja itu dengan menyetarakan tinggi mereka. Tidak seperti Hyeona yang tersenyum lebar melihatnya, kalau Hyeowoon tidak teriak-teriak saja sudah bagus. Sebenarnya bukan hanya pada Chanyeol sih dia seperti itu, bisa dibilang pada semua orang yang mendekati adiknya dan statusnya bukan keluarga mereka, yah semacam brother complex.

Chanyeol yang mendapat pelototan dari Hyeowoon hanya bisa mengusap rambutnya.

"Yakk!" teriak bocah itu tak terima.

"Ahjussi punya sesuatu buat kalian, tapi di mobil karena sesuatu ini sangat besar, kalian mau ikut mengambilnya?" sudah bukan rahasia lagi kalau Chanyeol akan selalu membelikan mereka mainan ataupun baju. Jongin sebenarnya sudah melarang tapi Chanyeol merasa uangnya semakin menumpuk tanpa tahu mau dihabiskan untuk apa.

"Mau!" Hyeona berteriak dengan semangat. Chanyeol memberikan ciuman di pipi karena tingkah lucunya. Kini pandanganya beralih pada Hyeowoon yang diam saja, "Wonnie mau ikut? ahjussi jamin kau tak akan menyesal."akhirnya setelah perdebatan batin Hyeowoon ikut juga ke mobil Chanyeol.

Sebulan mengenal mereka membuat Chanyeol tahu apa yang disukai maupun dibenci oleh si kembar. Seperti Hyeona yang sangat suka susu tapi membenci brokoli ataupun Hyeowoon yang suka coklat dan membenci susu. Pernah suatu hari Chanyeol memberikan dia susu yang berakhir dengan semburan amarah dari Hyeowoon. Mulai saat itu Chanyeol bertekad untuk mencari tahu tentang si kembar lebih banyak lagi supaya tak salah pilih dalam membelikan apapun untuk mereka.

"Uwaaaaaaa Olaf!" Olaf Frozen adalah kesukaan Hyeona. Dia suka apapun berbau Olaf. Saking sukanya anak itu pernah menangis berjam-jam karena gantungan Olaf kesayangnya hilang.

"Ini untuk mengganti gantungan Hyeona yang hilang, joha?"

Kalau tau ganti dari gantungan kuncinya adalah boneka raksasa Olaf yang bahkan tingginya melebihi badannya sih Hyeona mau mau saja.

"Neomu joha ahjussi Chan Chan." itu nama kesayangan yang Hyeona kasih untuk Chanyeol. Pertama kali mendengarnya Chanyeol langsung suka.

Cup.

Nah Chanyeol suka sekali dengan bonus yang diberikan setelah dia memberikan hadiah pada Hyeona, bocah itu tak akan segan-segan memberikan kecupan di pipinya.

"Nah kalau yang kuning ini untuk Hyeowoon." kata Chanyeol sambil berusaha mengambil sebuah boneka kotak berwarna kuning.

Hyeowoon speechless melihat benda itu.

Kalau Hyeona dengan Olaf lain halnya Hyeowoon. Dia maniak spongebob. Benda kotak berwarna kuning itu selalu bisa membuat dirinya out of character seperti sekarang yang hanya bisa diam memantung.

"Ini."

Hyeowoon langsung saja menyambar boneka itu.

Empuk sekali.

Chanyeol melayang melihat senyuman Hyeowoon untuk pertama kalinya.

"Kamsahamnida ahjussi."

Chanyeol rasanya ingin lari sambil teriak lalu tertawa saking bahagianya mendapat senyuman sekaligus kalimat bernada rendah dari Hyeowoon. Maklum bocah laki-laki itu selalu berteriak kalau sudah berhadapan dengan Chanyeol.

"Omo!" suara dari Jongin membuat mereka menoleh pada namja itu. "Yak! Chanyeol sudah kubilang jangan memberi mereka mainan lagi, sekarang malah kau memberi boneka sebesar ini." omel Jongin sambil membatin darimana Chanyeol mendapatkan boneka sebesar ini.

"Tak apa Jong, lagipula aku tak punya keponakan yang bisa kumanjakan." balas Chanyeol membela diri.

Jongin hanya mendesah kalah, "Hyeo, Wonnie kalian sudah bilang terima kasih pada ahjussi?"

Kedua bocah itu mengangguk dengan senyuma lebar. Jongin sempat heran melihat Hyeowoon yang ikut tersenyum tapi begitu melihat apa yang dia peluk akhirnya dia sadar.

Spongebob dulu baru mau senyum, duh anakku memang aneh.

"Yasudah sekarang taruh bonekanya dikamar."

"Ay ay captain." jawab mereka serempak.

Setelah kedua anaknya pergi, Jongin menatap tajam Chanyeol. "Santai Jong." Chanyeol angkat tangan melihat tatapan tajam Jongin.

"Kau tahu? karena si kembar sering mendapat mainan aku dikira selingkuh oleh suamiku." Chanyeol tertawa mendengarnya, "jangan tertawa dulu Chan! dia pikir kau mendekati si kembar untuk mendekatiku juga, menyebalkan sekali kan?" adu Jongin dengan muka ditekuk.

Chanyeol berkata setelah bisa menghentikan tawanya, "bilang pada suamimu untuk tidak cemburu. Kau sama sekali bukan tipeku lagipula aku sudah punya seseorang."

"Jeongmal? kenalkan padaku Chan!" kata Jongin begitu antusias.

"Nanti Jong."

Tapi entah kapan.

"Pelit sekali. Ya sudah ayo masuk. Sekali lagi terimakasih sudah memberi si kembar hadiah lagi, entah aku harus bilang apa pada suamiku kali ini." Jongin jadi lesu membayangkan Sehun yang menatapnya tajam. Sehun memang tidak teriak untuk mengatakan kalau dia marah, cukup dengan tatapan matanya saja maka Jongin akan ciut.

"Kenapa tak kau kenalkan saja aku pada suamimu?" tanya Chanyeol.

Benar juga ya, kenapa tidak kepikiran sih, rutuk Jongin dalam hati.

"Baiklah, dia pasti akan senang bertemu dengan kantong mainan si kembar."

Dan selanjutnya mereka berdua tertawa.

.

.

.

"Chanyeol, apa Kyungsoo mempunyai seorang teman di sekolah? Aku tahu selama ini dia memang pendiam dan tak mempunyai teman tapi bisa.."

"Sehun."

"Ne?" Seungsoo bertanya ketika sahabatnya itu menyebut sebuah nama.

"Belakangan ini Kyungsoo dekat dengan anak baru dikelasnya namanya Oh Sehun, haruskah kita bertanya juga padanya?" jelas Chanyeol.

Seungsoo hanya mengangguk sebagai jawaban.

.

.

Siangnya mereka menuju sekolah Chanyeol, namja Park itu memilih membolos demi bisa membantu keluarga Do untuk mencari Kyungsoo yang sudah hilang dari semalam. Mereka sudah melapor pada polisi tapi polisi tak akan bertindak kalau kejadiannya kurang dari 24 jam jadi hanya Seungsoo, Chanyeol dan Tuan Do yang mencari keberadaan Kyungsoo.

"Itu dia orangnya." Chanyeol menunjuk pada seorang pemuda dengan tinggi hampir menyamainya yang mempunya kulit seputih susu.

"Kau Sehun kan?" merasa namanya dipanggil, Sehun mendongakkan wajahnya dan betapa terkejutnya dia ketika menemukan Chanyeol dan seorang pemuda lain dihadapannya.

Tenang Sehun.

Sehun tahu kalau dia harus tenang agar tak ketahuan karena dia tahu pasti untuk apa Chanyeol menemuinya.

"Aku Do Seungsoo kakaknya Kyungsoo, kudengar kau akhir-akhir ini dekat dengan adikku, benarkah?"

Ok, let's play.

Sehun hanya mengangguk.

Seungsoo menatap penuh harap pada Sehun yang mengiyakan pertanyaannya, "apakah kau tahu dimana Kyungsoo sekarang?"

Sehun mengerutkan keningnya, "bukankah Kyungsoo sakit jadi dia tidak bisa masuk sekolah?" tanya Sehun kebingungan.

Seungsoo mendesah. Harapannya hilang lagi.

"Sehun, Kyungsoo menghilang sejak semalam. Apakah Kyungsoo pernah menceritakan sesuatu padamu tentang masalah yang dia punya?" kali ini Chanyeol membuka suaranya.

Sehun terlihat berpikir , seperti mengingat sesuatu lalu membuka mulutnya, "kurasa tidak, dia baik-baik saja kemarin." jawabnya datar.

"Terima kasih untuk infonya, kumohon kalau Kyungsoo menghubungimu tolong segera hubungi kami." pinta Seungsoo sebelum dia pergi dari hadapan Sehun.

Setelah kedua pemuda itu pergi, raut muka Sehun berubah.

Maafkan aku.

Seandainya Chanyeol atau Seungsoo lebih peka mereka akan menemukan kenyataan kalau Sehun sama sekali tidak panik mengetahui teman dekatnya menghilang.

.

.

.

"Sehun?"

Sehun sama sekali tak menyangka kalau dia akan bertemu dengan Park Chanyeol secepat ini. Dia lupa dengan pepatah yang mengatakan kalau dunia itu sempit. Ternyata namja yang diceritakan oleh Jongin selama ini adalah Park Chanyeol. Sehun sama sekali tidak curiga kalau Tuan Park itu adalah kakak kelasnya dulu.

"Kalian sudah saling mengenal?" Jongin bertanya pada suami dan juga Chanyeol pasalnya Chanyeol tahu nama suaminya padahal ini pertama kalinya mereka bertemu.

Chanyeol berdiri dari duduknya untuk lebih mendekat pada namja yang dia yakini bernama Oh Sehun, "Astaga ini benar kau, Oh Sehun?" setahunya setelah menyelesaikan SMA, Sehun langsung terbang ke Kanada untuk kuliah. Itu saja yang dia tahu tentang kabar terakhir dari Oh Sehun.

"Jong, kenapa kau tak bilang kalau suamimu ini Oh Sehun? dulu kami satu SMA." jelas Chanyeol dengan senyuman lebar.

Sehun masih tak percaya kalau didepannya kini berdiri orang yang paling tidak ingin dia temui seumur hidupnya.

Tunggu, kalau dia namja yang dimaksud Jongin yang suka memberikan mainan pada si kembar berarti...

"Hunna, kau kenapa?" Jongin khawatir melihat wajah Sehun yang begitu tegang karena melihat Chanyeol. Apa mereka punya masa lalu yang tidak mengenakkan?'

Sehun berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin karena dia tidak ingin membuat Jongin khawatir, "a-ani, sudah lama sekali kita tidak bertemu Chanyeol ssi." dengan amat sangat terpaksa Sehun menawarkan tangannya untuk dijabat Chanyeol.

Sungguh Sehun ingin melayangkan tinjunya melihat wajah Chanyeol yang dihiasi senyuman lebar. Terlebih kalau dia mengingat namja ini sudah bertemu dengan anak-anaknya.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik." jawab Sehun datar.

"Ahjussi!" semuanya menoleh pada suara merdu milik Hyeona yang mendekat pada mereka.

"Kenapa sayang?"

Sehun mengepalkan kedua tangannya melihat sikap Chanyeol pada anaknya.

"Aku suuuuuuuukaa sekali dengan boneka itu, Oppa juga." rasanya Hyeona ingin mengucapkan terima kasih terus pada Chanyeol karena sudah memberikan dia Olaf yang begitu besar.

Sehun tak suka mendengarnya, "Hyeona, masuk ke kamar."

Jongin menatap bingung pada suaminya yang menggunakan nada tegas dalam perintahnya. Biasanya Sehun akan seperti itu kalau si kembar melakukan kesalahan tapi kan Hyeona hanya mengucapkan terima kasih. Apanya yang salah?

"Shireo, Hyeona ingin disini bersama ahjussi Chan Chan." Hyeona malah mengalungkan tangannya pada leher Chanyeol.

"Kau mau membantah Daddy?" Sehun membentak sekaligus menatap putrinya tajam yang membuat Hyeona ketakutan dan akhirnya lari menuju kamarnya.

"Hun,.."

"Dan untuk Anda, Park Chanyeol sebaiknya mulai sekarang tidak usah menemui anak-anak saya lagi apalagi memberikan mereka mainan. Saya tidak suka." setelahnya dia memilih pergi dari hadapan Chanyeol.

Jongin hanya mampu memandangi punggung suaminya yang berjalan menjauh. Banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya sekarang, terutama kenapa dia begitu tidak sukanya dengan Chanyeol sampai-sampai Sehun berani membentak putrinya?

"Chanyeol, aku minta maaf atas sikap Sehun tadi." kata Jongin merasa tak enak pada Chanyeol.

Chanyeol hanya memberikan senyuman tipis, lalu berkata "tak apa-apa Jong, tapi bolehkah aku menemui si kembar? bisakah kita bekerja sama agar Sehun tidak tahu?"

Melihat tatapan Chanyeol yang memelas membuat Jongin tidak bisa membantah. Dia menyanggupi walau dia tahu Sehun pasti akan marah.

.

.

.

Sementara di Kanada sana terlihat seorang namja dengan rambut hitam dan mata sebulat mata burung hantu sedang menikmati suasana rumahnya dari beranda lantai dua.

Aku akan merindukan semua ini.

Sebenarnya dia tidak mau meninggalkan kota ini tapi apa boleh buat, dia juga tidak bisa berpisah dengan malaikat-malaikatnya.

Drrt drrt.

Ponsel dalam sakunya bergetar, wajahnya menampilkan senyum begitu tahu siapa yang menelponya.

"Halo."

Bukan sapaan yang dia dapat melainkan sebuah informasi yang membuat jantungnya serasa mau copot.

"Kenapa bisa Sehun?" teriaknya meminta jawaban.

"Aku juga tidak tahu. Selama ini Jongin tak pernah menyebut namanya, kukira orang lain tapi ternyata itu dia." jawab orang diseberang sana yang ternyata adalah Sehun.

Namja itu benar-benar kalut. Ketakutannya selama ini terjadi.

"Segera pulang ke Kanada Sehun, aku tak mau mengambil resiko."

Dia mendengar Sehun menghela nafas, "ini akan sulit, Jongin pasti akan curiga kalau aku mendadak mengajaknya kembali lagipula sebelumnya kau kan sudah setuju untuk pulang."

"Sial!" dia mengumpat, "aku tak mau tahu, bawa mereka kembali atau aku akan menjemput mereka dengan tanganku sendiri."

Klik.

Namja itu langsung membanting benda elektronik yang dia gunakan tadi ke lantai. Dia tidak peduli dengan dengan nasib benda itu, yang ada di otaknya kini hanyalah anak-anaknya.

"Sayang.."

Seorang namja dengan surai cokelat madu menuju beranda dimana kekasihnya berada.

"Sayang, are you okay?" dia begitu terkejut mendapati sang terkasih sedang menangis. Tanpa pikir panjang dia langsung membawa tubuh yang lebih gemuk dari tubuhnnya itu ke dalam pelukan hangatnya.

"Hyung, aku ingin anak-anakku." kata namja itu sambil menangis lebih kencang. "Ssstt, tenanglah kita pasti akan bertemu dengan mereka." katanya menenangkan sambil mengusap punggung sang kekasih.

.

.

"Aku bertemu dengannya dan dia sudah bertemu dengan si kembar."

Jongin tak jadi masuk kedalam kamarnya karena dia mendengar suara Sehun yang sedang menelpon seseorang.

"Aku juga tidak tahu. Selama ini Jongin tak pernah menyebut namanya, kukira orang lain tapi ternyata itu dia."

Dia mengintip dari celah pintu, Jongin menebak kalau Sehun sekarang sedang berbicara dengan adiknya tapi kenapa sepertinya suasana begitu genting?

Jongin melihat Sehun memijit pelipisnya sambil berkata "ini akan sulit, Jongin pasti akan curiga kalau aku mendadak mengajaknya kembali lagipula sebelumnya kau kan sudah setuju untuk pulang."

Mata Jongin membola mendengar kata kembali dari mulut Sehun. Kalau Jongin tidak salah mengira kembali disini yaitu dia kembali ke Kanada, tapi kenapa? bukankah adiknya setuju untuk pindah ke Korea?

Jongin berpikir keras, sebenarnya ini ada apa?

Sebelumnya semuanya baik-baik saja. Adiknya akan sampai Korea kemungkinan lusa tapi kenapa sekarang dia disuruh kembali ke Kanada?

Chanyeol.

Jongin ingat betul bagaimana reaksi Sehun saat bertemu namja itu. Semisal benar semua kekacauan ini karena Chanyeol tapi sebabnya apa? dari reaksi Chanyeol sepertinya dia tidak ada masalah dengan Sehun tapi kenapa Sehun berbanding terbalik?

Sebenarnya siapa Chanyeol?Jongin terus membatin tanpa menyuarakannya.

.

.

.

Jongin memang berkewarganegaraan Korea tapi hidupnya di Kanada sejak dia lahir hingga sebesar ini karena kedua orang tuanya memutuskan membuka peruntungan di kota itu setelah mereka menikah. Terlebih baik ayah maupun ibunya tak punya kerabat di Korea karena mereka hidup di panti asuhan, jadi mereka sama sekali tak ada tujuan kalau kembali ke Korea.

Dulu sama sekali Jongin tak akan menyangka kalau dia akan menginjakkan kaki di Korea, tapi setelah bertemu dengan Sehun dia jadi tahu seperti apa Korea.

Menikah dengan Sehun tak membuat dia memutuskan tinggal di negara ginseng tersebut karena Sehun memutuskan untuk menetap di Kanada walaupun orang tuanya di Korea. Jongin tentu saja senang karena dia bisa dekat dengan kedua orang tuanya walau kenyataannya mereka sudah beda dunia.

Lalu apa yang menyebabkan Jongin tak mau kembali ke Kanada?

Jawabannya karena bagi Jongin kota itu akan selalu mengingatkannya pada si kecil Oh Minji, putri semata wayangnya dengan Sehun. Setelah menikah dengan Sehun setahun kemudian dia baru hamil, Jongin bahagia sekali. Walaupun ada Hyeona dan Hyeowoon tetap saja mereka bukan anak yang lahir dari rahim Jongin.

Minji tumbuh menjadi bayi yang menggemaskan, Jongin begitu bersyukur karena dua bulan setelah melahirkan Minji rahim Jongin diangkat karena ada tumor kecil disana sehingga dia tidak bisa hamil lagi.

Tapi ternyata kebahagiaan menjadi ibu tak lama dirasakan Jongin. Anaknya meninggal karena sakit typhus diusianya yang baru 15 bulan, Jongin begitu terpukul. Butuh waktu 3 bulan untuk bisa bangkit dan menjalani harinya tapi dia berpikir kalau dia tidak akan bisa maju kalau masih di Kanada. Bayangan Minji selalu ada dimana-mana jadi dia memutuskan untuk pindah ke Korea.

Adiknya menentang, Jongin tahu pasti adiknya begitu membenci Korea tapi dia tak tahu penyebabnya. Namun setelah dibujuk akhirnya adiknya setuju. Jongin sengaja membawa si kembar untuk menemaninya karena Sehun maupun adiknya tak bisa berangkat bersamanya.

"Sayang kumohon kita harus kembali ke Kanada secepatnya." Jongin menulikan telinganya dari suara Sehun yang terus-terusan menyuruhnya kembali kesana.

"Beri aku satu alasan kenapa aku harus kembali kesana, bukankah kalian sudah setuju untuk tinggal disini?" Jongin berargumen. Dia begitu kesal dengan sikap Sehun yang gigih menyuruhnya kembali tanpa mau memberinya alasan yang logis.

"Jongin, dia menyuruh..."

"Dia, dia, dia terus!" Jongin tidak peduli kalau pelanggannya diluar sana akan mendengar teriakannya, "kau selalu saja mengutamakan dia daripada aku." kata Jongin dengan mata basah.

Sehun mendekap suaminya, "kau tahu siapa yang aku cintai sayang." bisik Sehun ditelinga Jongin. "Ini bukan tentang dia yang meminta kita kembali tapi percayalah ini semua demi kebaikan kita." Sehun menangkup kedua pipi gembil suaminya sebelum menyatukan bibir mereka dalam ciuman.

Dugaan Jongin semakin kuat kalau semua ini sebenarnya ada sangkut pautnya dengan Chanyeol tapi semakin didesak Sehun semakin tak memberi jawaban.

Aku harus bagaimana?

.

.

.

"Oppa, Hyeona bosan." gadis kecil berumur 6 tahun itu menggembungkan pipinya. Hari ini rambutnya dikuncir dua dengan pita berwarna biru senada dengan gaun yang dia pakai.

Hyeowoon masih asyik dengan boneka spongebob pemberian Chanyeol tempo hari hingga tak mendengar keluhan adiknya.

Merasa diacuhkan Hyeona memutuskan untuk turun saja ke kafe yang terletak dilantai bawah.

"Hai Hyeo, apa yang kau lakukan disini?" tanya Yeonra, seorang waitress kafe.

"Eonnie, apa ahjussi Chan Chan sudah datang?" tanyanya dengan mata bulat menatap Yeonra penuh harap.

"Belum Hyeo, eh eonnie harus mengantar pesanan dulu."

Gadis kecil itu terdiam, otaknya penuh dengan pertanyaan seperti kemana ahjussi Chan Chan? Apa dia marah padaku? Apa dia sudah tidak mempunyai uang untuk membelikanku mainan?

Hyeona jadi semakin cemberut saja pasalnya Chanyeol sudah 2 hari absen mengunjunginya padahal biasanya namja itu setiap sore datang.

Hyeona kangen.

"Apa aku harus menemui ahjussi dikantornya ya?" pikir Hyeona.

"Tapi kan aku tak tahu dimana kantornya." gadis imut itu memasang wajah sedih tapi, "bukankah dulu Mommy pernah membawaku kesana, kurasa aku ingat jalannya." senyuman lebar terpasang diwajahnya. Dengan langkah pasti dia membuka pintu kafe tanpa ada yang tahu karena semuanya sibuk di jam istirahat kantor begini.

Aku harus kemana ya?

Hyeona berpikir keras ketika dia sudah berada di jalan depan kafe Mommynya.

Apa aku harus menyebrang?

Dia ingat kata Mamanya kalau sedang bingung begini dia hanya perlu mengikuti kata hatinya dan kali ini kata hatinya mengatakan dia harus menyebrang.

Tanpa ragu gadis itu maju membelah jalanan yang ramai dengan kendaraan.

"Ya bocah sedang apa kau disana?" seorang namja melotot melihat seorang anak kecil yang melintasi jalan raya. Ada penyesalan dalam hatinya yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya sehingga tak melihat gadis itu. Dia tak berani maju karena dia tahu konsekuensinya.

Hyeona sama sekali tak tahu dengan sistem jalan yang menerapkan lampu lalu lintas. Dia tidak melihat kalau lampu hijau masih menyala sehingga dia...

Brak!

Tubuhnya terhempas dengan keras oleh sebuah truk yang melaju cukup kencang.

.

.

.

Jongin berlari seperti orang kesetanan di lorong rumah sakit yang lumayan ramai. Dia mengabaikan teriakan orang yang memaki dirinya karena dia tabrak ataupun rasa sakit disikunya karena terbentur sesuatu.

"Do Hyeona, dimana ruangan Do Hyeona?" tanyanya dengan nafas tersengal. Setelah mendapatkan info dari suster dia langsung melesat ke ruangan UGD dimana putri cantiknya terbaring lemah.

Dia masih tak percaya saat dia mendapat telpon dari seorang pelanggannya yang melihat putrinya terkapar di pinggir jalan.

Bukankah tadi pagi mereka masih sarapan bersama?

"Sayang, tenanglah." Sehun tiba setelahnya dengan menggendong si kecil Hyeowoon. Bocah itu sama kacaunya dengan Jongin begitu mendengar saudara kembarnya di rumah sakit.

"Dad, Mom, Hyeo akan baik-baik saja kan?" ketakutan begitu terlihat jelas dimata Hyeowoon. "Dia tidak akan tidur di tanah kan seperti adik Minji kan?" Jongin semakin tak bisa membendung airmatanya mendengar nama Minji keluar dari mulut putranya.

"Oh sayang, tidak tidak Hyeona akan selamat sayang. Dia tidak akan tidur ditanah seperti adik Minji." kata Jongin, walau dalam hatinya dia tidak begitu yakin dengan apa yang dia katakan tadi.

Cklek.

Pintu ruangan itu terbuka menampilkan seorang dokter tampan yang terlihat masih muda, "Kalian orang tuanya Hyeona?"

"Iya dok, saya ibunya." Jongin maju kedepan berharap ada kabar baik dari si dokter.

Dokter itu menghela nafas, "Kepalanya terbentur cukup keras tapi kita harus menunggu hasil CT Scan terlebih dahulu untuk tahu hasilnya, semoga saja tak ada yang serius."

Jongin meremas kedua tangannya mendengar penjelasan dari sang dokter, dia berdoa tanpa henti untuk kesembuhan Hyeona.

"Tapi.." Jongin menajamkan pendengarannya kembali agar tak melewatkan penjelasan lanjutan dari sang dokter, "Hyeona membutuhkan darah, dia kekurangan darah akibat kecelakaan itu. Jadi siapa diantara kalian yang golongan darahnya sama dengan Hyeona?"

Dokter Jung Yunho pikir masalah darah akan terselesaikan dengan mudah selama kedua orang tua ataupun keluarganya ada disampingnya tapi kenapa mereka malah diam saja?

"Dokter sebenarnya kami orang tua angkat Hyeona, ibunya sedang dalam perjalanan kesini dari Kanada." kali ini Sehun yang angkat bicara.

"Akan lebih baik kalau Hyeona segera mendapat donor, kondisinya bisa dikatakan belum melewati masa kritis Tuan." kata Yunho lagi.

Jongin semakin gelisah, "memang golongan darahnya apa dok?" Jongin berpikir mungkin dia bisa mencarikan donornya karena adiknya akan sampai Seoul kemungkinan tengah malam.

Wajah tegang yang diberikan oleh Yunho benar-benar tak membuat Sehun maupun Jongin tenang, "sayang sekali Tuan tapi golongan darah Hyeona termasuk langka, B- sangat susah mencari golongan darah ini. Maka dari itu saya berharap orang tuanya..."

"Oh tidak!" Yunho mengernyitkan keningnya mendengar teriakan dari namja yang mengaku ibunya Hyeona, "Sehun, golongan darah dia A bukan B-. Bagaimana ini?"

Yunho semakin bingung dengan keluarga ini, pertama mereka orang tua angkatnya sementara ibunya berada di Kanada, kedua kenapa mereka begitu cemas kalau golongan darah ibunya tidak sama, kan masih ada ayahnya.

Dokter itu berdehem untuk mendapat perhatian dari pasangan yang sekarang kini sedang kalut, "maaf sebelumnya, apa ayah kandung Hyeona sudah meninggal?"

Sehun menegang.

Tidak, jangan.

"Kalau belum, kita bisa mengambil darahnya karena kemungkinan darah mereka sama."

Sehun seperti ditampar oleh tongkat baseball. Kepalanya benar-benar pusing.

"Ayahnya sudah meninggal."

Dia tahu ini kebohongan besar tapi dia tak sudi kalau darah namja bejat itu mengalir dalam tubuh Hyeona walau kenyataannya Hyeona mewarisi darahnya.

"Baiklah kalau begitu, saya akan usahakan untuk menemukan golongan darah itu secepatnya. Semoga semuanya berjalan sesuai dengan harapan kita. Saya permisi dulu." pamit dokter itu.

"Kau berbohong kan? ayah Hyeona masih hidup kan?" entah kenapa Jongin sama sekali tak percaya apa yang dikatakan Sehun barusan.

"Apa maksudmu? Hyeona sudah tidak memiliki ayah, ayahnya cuma aku seorang." jawab Sehun dengan nada tegas.

Mendengar kedua orang tuanya saling berargumen membuat Hyeowoon semakin takut.

"Dad, Mom..hiks jangan bertengkar hiks." pintanya dengan linangan airmata.

Jongin baru sadar kalau ada anak kecil ditengan-tengah mereka, selama ini si kembar tak pernah melihat mereka bertengkar jadi wajar saja kalau sekarang Hyeowoon ketakutan.

Jongin mengambil Hyeowoon dari gendongan Sehun, "maafkan Mommy sayang." akhirnya mereka menangis bersama.

.

.

.

4 jam dan donor itu belum juga ditemukan, "saya sudah bilang Tuan Oh kalau golongan darah ini sangat langka. Saran saya lebih baik Anda hubungi keluarga dari ayah Hyeona, mungkin saja akan ada yang cocok." itu kalimat terakhir dari dokter Yunho saat dia kembali ke ruangan Hyeona untuk memeriksa keadaan putrinya.

Jangan tanya bagaimana perasaan Jongin. Namja itu tak ingat makan dan minum lagi yang ada di otaknya sekarang adalah putrinya, Hyeona. Meskipun bukan darah dagingnya tapi Hyeona tumbuh bersamanya. Dia ada disana ketika Hyeona bisa berjalan dan menyebutkan kata pertamanya. Kalau bisa Jongin ingin menukar posisi, biarkan dia yang berada diatas ranjang itu menggantikan sang putri.

Airmatanya tak kunjung berhenti apalagi ketika melihat Hyeona terbaring lemah diranjang dengan selang infus di hidungnya.

"Demi Tuhan dia baru 6 tahun." ucap Jongin sambil menggenggam tangan kecil Hyeona.

3 jam berikutnya Yunho datang lagi kali ini membawa kabar kalau hasi dari CT Scan menunjukkan tidak ada luka yang berarti dikepala Hyeona.

Jongin tak hentinya berucap terima kasih.

"Tapi kita harus tetap mendapatkan donornya Tuan, saya tidak yakin Hyeona akan melewati masa kritis tanpa tambahan darah." kalimat dari Yunho mengingatkan Jongin kalau masih ada satu hal yang harus dia khawatirkan.

"Sayang, aku harus menjemput dia di bandara. Sepertinya pesawatnya sebentar lagi akan landing." Jongin hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Sehun. Dia masih marah dengan masalah ayah kandung Hyeona. Jongin yakin sekali kalau Sehun berbohong.

Sebelum pergi Sehun mencium keningnya dan juga kening kedua anak mereka. Hyeowoon tidur diranjang sebelah Hyeona yang khusus diminta oleh Jongin karena putranya tak mau jauh dengan adik kembarnya.

Jam di dinding menunjukkan pukul 11 malam.

Jongin sendirian dirumah sakit dengan dua anak kecil yang menemaninya. Pikirannya kemana-mana sampai dia tidak bisa memejamkan mata. Rasa kantuk sama sekali tak dia rasakan, terkalahkan oleh rasa khawatir yang semakin lama semakin membesar.

Brak!

Jongin menatap si pendobrak pintu.

"Chanyeol!"

Chanyeol datang dengan nafas terengah-engah, sepertinya dia lari menuju ruangan ini.

"Jong, ak-aku datang ke kafemu dan Min-Minseok hyung bi-bilang...ya Tuhan Hyeona sayang." namja itu menangis melihat keadaan malaikat kecilnya yang jauh dari kata baik. "Bagaimana ini bisa terjadi Jong?" dia mendekat pada gadis kecil itu yang menutup matanya.

"Aku tak tahu Chan, kupikir dia bermain dengan Hyeowoon tapi kemudian ada seorang pelangganku menelpon kafe katanya dia melihat Hyeona kecelakaan, aku langsung kemari setelahnya." Jongin benar-benar menyesal tidak mengawasi anaknya dengan baik sehingga dia kecolongan seperti ini.

"Lalu bagaimana keadaannya?"

Jongin menyeka airmatanya yang turun deras, "dokter bilang tak ada luka serius tapi dia membutuhkan darah Chan." namun sia-sia karena airmatanya mengalir tak terbendung.

Seperti Yunho, Chanyeol juga dibuat bingung, "Jongin kenapa kau menangis, bukankah dia bisa mendapatkan darah darimu atau Sehun?"

Sebenarnya Jongin benci dengan kenyataan bahwa, "Hyeowoon dan Hyeona bukan anak kandungku Chanyeol."

Chanyeol tentu saja kaget mendengarnya.

"Ibu kandungnya sebentar lagi sampai di Seoul, dia langsung terbang dari Kanada begitu mendengar berita ini tapi.." Jongin mengambil udara sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya.

"Tapi apa Jong?" tanya Chanyeol tidak sabar.

"Tapi golongan darah ibunya tidak sama dengan Hyeona dan lagi golongan darah Hyeona termasuk langka, aku takut sekali Chanyeol." Jongin membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Tubuhnya bergetar hebat membayangkan kemungkinan buruk yang akan terjadi.

"Apa golongan darah Hyeona?"

Butuh beberapa detik bagi Jongin untuk mengumpulkan suaranya sebelum menjawab pertanyaan Chanyeol, "B-."

Ada kelegaan dalam diri Chanyeol mendengar jawaban Jongin, "Ambil darahku sebanyak yang Hyeona butuhkan, golongan darahku juga B-."

Bagai menemukan sumber air di padang pasir, Jongin mendongak menatap Chanyeol tak percaya. "Kau tidak bohong kan Chanyeol?"

Jongin akhirnya bisa tersenyum melihat Chanyeol yang tersenyum kearahnya.

.

.

"Jongin bilang pendonornya sudah ditemukan. Kita tinggal menunggu Hyeona melewati masa kritis." kata Sehun setelah dia membaca sebuah pesan dari Jongin.

Tak ada yang berkomentar tapi Sehun tahu mereka semua merasa lega dengan berita ini.

"Sehun bisakah lebih cepat, aku ingin cepat-cepat melihat anakku." ucap seorang namja dengan mata bulatnya. Dia duduk di jok belakang, membiarkan kekasihnya dan Sehun di jok depan.

.

.

Chanyeol bangun dari tidurnya karena sayup-sayup dia mendengar suara berisik di luar. Setelah mendonorkan darahnya untuk Hyeona, dia memilih untuk menunggui gadis itu hingga sadar. Percuma saja dia pulang karena otak dan hatinya pasti ada dirumah sakit.

"Dia anakku hyung kau tak berhak menentukan apapun untuknya!"

Deg.

Entah kenapa jantung Chanyeol berdetak keras mendengar suara itu. Rasanya dia pernah mendengar suara itu, tapi dimana?

Karena dorongan rasa penasaran akhirnya dia memutuskan untuk keluar kamar setelah memastikan Hyeona dan Hyeowoon hangat dibalik selimut mereka.

"Aku hanya ingin Hyeona sadar Soo, apa itu salah?" itu suara Jongin, Chanyeol yakin sekali.

Sebenarnya apa yang mereka lakukan didepan kamar Hyeona? demi apapun Hyeona itu butuh istirahat.

Cklek.

"Jong.."

Ada empat orang namja disana yang menatapnya dengan tatapan yang berbeda.

Sehun menatapnya dengan penuh kebencian, Jongin menatapnya dengan rasa bersalah yang bercampur airmata, satu namja yang Chanyeol sama sekali tak mengenalnya menatapnya seakan-akan berkata "ini orangnya." tapi bagi Chanyeol ketiga namja itu tidaklah penting saat matanya bertatapan dengan mata bulat yang begitu dia rindukan. Sepasang mata itu menatapnya penuh kebencian sama seperti Sehun.

Chanyeol maju mendekat untuk melihat lebih jelas wajah namja itu, namja yang selama ini tak pernah hilang dari hatinya.

"Ky-Kyung." tangannya terangkat hendak menyentuh wajah yang selama ini menghantuinya. Tapi sepertinya takdir belum memperbolehkan dia menyentuh namja itu karena tubuhnya menyerah.

Bruk.

"Chanyeol!" Jongin histeris melihat tubuh Chanyeol yang terkapar dilantai rumah sakit.

Ada tiga kemungkinan kenapa Chanyeol pingsan, pertama karena dia belum mengisi perutnya dari tadi siang. Kedua karena dia baru saja mendonorkan darahnya untuk Hyeona tapi kurasa alasan ketiga lebih kuat.

Chanyeol terlalu shock melihat Kyungsoo ada didepannya setelah 7 tahun berpisah.

TBC^^

Holllaaaaa...#jogetbarengJongin

Ada yang kangen? enggak ada? #pundung

Maafkeun saya yang kelamaan dalam menuntaskan chapter ini, hehe

Aku kerja di tempat dan bidang yang berbeda sama yang dulu-dulu jadi masih harus adaptasi, sama sekali ga ada nafsu buat nulis, huhuhu

Udah gitu ngeliat review kalian yang dikit makin ga nafsu, hehehe

Untungnya kemarin tak liat lagi ni ff eh ternyata nambah reviewnya jadi semangat lagi dech buat nulis, alay ya aku #biarin

Intinya sih review membuat aku mabuk kepayang hingga jari-jari ini menari dengan lancar di atas keyboard #dirajamreaders

So jangan sungkang-sungkan buat meninggalkan jejak dear, hehehe

Itu Kyungsoo udah aku lepasin ga aku kurung lagi dia, hohoho

Ada yang tahu siapa pacarnya Kyungsoo? emang Chanyeol 7 tahun setia sama Kyungsoo, kalau Kyungsoo mah banyak yang ngejar jadi ya pacaran lagi ga papa lah,

Mungkin tinggal satu chapter lagi, udah gitu ada 2 opsi yang ada dikepalaku. Sad / happy end, tapi masih bingung juga euy, ditunggu aja lah ya...

The big surprise is waiting so bear with this story neh,#kiss

Comments are love for me^^