Kamu Tak Pernah Tahu

Sequel from Untitled

Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Oh Sehun, Kim Jongin and others

Angst, Hurt comfort

Chaptered

T, Mpreg

Terima kasih banyak untuk kalian yang menyempatkan waktunya membaca, ngereview, klik tombol fav dan follow, mumumumu

Ini memang tak sempurna tapi tak usahakan layak untuk dibaca.#tearyeye

Happy reading ^^

.

.

.

Kyungsoo menyewa sebuah apartemen murah di pinggir kota yang kebetulan Jongin dan keluarganya tinggal disebelah namja itu. Tak mudah untuk mendekati Kyungsoo, sifatnya yang introvert benar-benar membuat dia terasingkan di kota sebesar Kanada. Tapi rasa kasihan mengalahkan semua halangan, ibu Jongin kasihan melihat namja semuda Kyungsoo tinggal sendirian di negara orang apalagi mereka satu nenek moyang. Lambat laun Kyungsoo mau membuka diri pada kelaurga Jongin.

Sebulan mengenal namja bermarga Do itu, keluarga Jongin baru tahu kalau Kyungsoo sedang hamil. Mereka tentu saja terkejut, pasalnya Kyungsoo terlihat seperti anak baik tapi hamil diluar nikah dan tak punya pasangan membuat penilaian mereka berubah.

Awalnya keluarga Jongin menjauh, menjaga jarak takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan namun mereka seperti sudah ditakdirkan berdekatan, Kyungsoo ditemukan pingsan didepan apartemennya akibat kelelahan.

Sejak saat itu Kyungsoo menjadi adik Jongin.

Setahu Jongin, Kyungsoo itu sebatang kara hanya saja dia mempunyai seorang teman yang selalu menelponnya tapi tak pernah sekalipun datang ke Kanada.

Setahun Kyungsoo hidup di Kanada dia kemudian melahirkan anak kembarnya yang dia beri nama Do Hyeowoon dan Do Hyena, seorang namja datang mencarinya.

Tadinya Jongin mengira namja tampan yang memikat hati Jongin adalah ayah dari anak Kyungsoo tapi keduanya menyangkal. Mereka hanya teman tak lebih, Jongin mencoba percaya. Ternyata namja itu yang selalu menelpon Kyungsoo.

Namja itu yang bernama Oh Sehun, memilih kuliah di Kanada dan menjaga Kyungsoo. Sungguh Jongin senang melihat Kyungsoo dengan Sehun. Interaksi mereka benar-benar terlihat bukan seperti sahabat. Jongin sering mengatakan kalau mereka cocok, kenapa tak menikah saja?

Selesai mengatakan itu seperti ada pedang menancap di hati Jongin.

Ya, Jongin jatuh cinta dengan Sehun tapi dia tahu diri untuk tak masuk dalam kehidupan mereka.

Tidak sampai Sehun melamarnya.

Jongin pikir Sehun bercanda pasalnya mereka dekat tapi tak sedekat untuk bisa menikah.

"Yang aku cintai Kim Jongin bukan Do Kyungsoo."

Kalimat itu cukup membuat Jongin yakin untuk menikah dengan Sehun.

Menikah dengan Sehun tak berarti membuat Jongin tenang. Sadar atau tidak Sehun sering mementingkan Kyungsoo dan si kembar tapi Jongin mencoba mengerti. Kalau ditanya apakah menikah dengan Sehun membahagiakan Jongin? Jongin akan menjawab dia bahagia dengan senyum kecil bukan senyum yang mencapai telinganya.

Sering Jongin berpikir kalau semuanya akan lebih baik kalau ayah si kembar ada didekat mereka. Sehun jadi tidak merasa bertanggung jawab untuk menjadi sosok ayah bagi si kembar.

Tapi seberapa banyak cara, kesempatan untuk menanyakan ayah si kembar baik Sehun maupun Kyungsoo tak mau membuka mulut.

Mengenal Kyungsoo selama 7 tahun tak membuat Jongin tahu segalanya tentang adik angkatnya itu. Memang benar Jongin selalu ada saat Kyungsoo kesusahan di Kanada tapi Kyungsoo seperti membuat tembok tak kasat mata hingga Jongin tak bisa menerobosnya. Pernah beberapa kali Jongin mencoba menembus tapi Kyungsoo selalu punya cara untuk menebalkan dindingnya hingga akhirnya Jongin menyerah.

.

.

"Jadi Chanyeol adalah ayah si kembar?" Jongin bertanya pada suaminya. Mereka kini ada dilorong rumah sakit depan ruangan Chanyeol dirawat. Syukurlah namja itu hanya kelelahan setelah donor darah terlebih dia melewatkan makan.

Sehun diam.

"Dia bu..."

"JANGAN MENYANGKALNYA HUN!" Sehun terlonjak mendengar teriakan dari Jongin. Selama mereka menikah ini pertama kalinya dia melihat Jongin semarah ini.

"Jangan bilang bukan kalau kenyataannya iya." dada Jongin naik turun, amarahnya di ubun-ubun siap meledak kapan saja. Yang tadi hanya permulaan. "Kau pikir aku tak curiga dengan reaksimu ketika bertemu Chanyeol? Kalau dia tidak ada apa-apa kau tak akan memberitahu Kyungsoo."

Sehun kaget, setahunya dia sembunyi-sembunyi menelpon Kyungsoo agar Jongin tidak tahu.

"Kenapa? Kaget?" namja berkulit tan itu tersenyum mengejek pada suaminya, "aku bukan satu tahun, dua tahun mengenal kalian."

Sehun terperangkap, tak ada jalan keluar baginya.

"Sampai kapanpun hanya aku ayah Hyeowoon dan Hyeona." tapi dia sama sekali tak mau Park Chanyeol diakui statusnya.

Jongin berdecak, "sebanyak apapun yang kau lakukan untuk si kembar tapi darah tak akan berbohong Sehuna. Kau lihat kan hanya Chanyeol yang bisa menolong Hyeona."

Sungguh demi apapun Sehun ingin membungkam mulut suaminya, "jaga bicaramu Kim Jongin."

Kim?

"Aku tak akan membiarkan bajingan itu menyentuh Hyeona maupun Hyeowoon." tambahnya sebelum melangkah pergi meninggalkan Jongin.

Tubuh Jongin merosot, bersandar pada tembok rumah sakit.

Appo.

Dia bukan Sehun, dia bukan Sehun. Seperti mantra, Jongin merapalkan kalimat sederhana itu. Berusaha menanamkan dalam otaknya kalau yang tadi bukan Sehun karena semarah apapun, Sehun tak akan memanggil nama Jongin dengan marga ayahnya.

.

.

.

Hal yang pertama yang dilihat oleh kedua mata si kecil Hyeona adalah atap rumah sakit berwarna putih yang membuat dia yakin kalau sekarang dia tidak dikamarnya karena atap kamarnya penuh dengan bintang dan bulan.

Lalu aku dimana?

"Sayang."

Suara itu membuat Hyeona menoleh ke kanannya.

"Ma.. ma." mata bulatnya bertemu pandang dengan mata bulat milik ibunya yang hampir satu bulan tak dia lihat.

Kyungsoo mengusap lembut kening anaknya, "apa Hyeona merasakan sakit?"

"Ani."

"Hyeona ingin sesuatu?"

Seseorang lebih tepatnya.

Dia terbaring dirumah sakit ini karena ingin bertemu seseorang jadi saat dia membuka mata dan tak menemukan orang tersebut Hyeona merasa kecewa.

"Ani, mama."

Kyungsoo tersenyum lemah, "kalau begitu tidurlah lagi sayang."

Tak ada lima menit Hyeona sudah masuk ke alam mimpi.

.

.

"Hyeo,,, Hyeo,, ireona." suara kecil Hyeowoon memenuhi ruangan tempat adiknya dirawat. "Mama, kenapa Hyeona belum bangun juga? biasanya kan dia dulu yang bangun." rasanya aneh melihat adiknya masih tertidur padahal ini sudah hari kedua dia dirumah sakit. "Mama, ap..apa Hyeo.."

"Oppa, shut up."

Ibu dan anak langsung menatap ranjang dimana Hyeona sudah membuka mata.

"Oppa berisik sekali." keluh si gadis dengan nada lemah.

Hyeowoon merasa bersalah, dia mendekati adiknya lalu menggenggam tangannya. "Mian, Oppa hanya takut Hyeo tidak bangun. Padahal kata Chan Chan ahjusshi kau akan bangun setelah mendapat darah darinya."

Kyungsoo diam tapi dalam hati dia memaki Chanyeol dengan penuh kebencian.

"Chan Chan ahjusshi kesini?" tanya Hyeona dengan nada antusias.

Hyeowoon mengangguk, "dia menyelematkanmu Hyeo, ahh dia keren sekali." sepertinya mulai sekarang Hyeowoon harus mengakui kalau Chanyeol itu tak seburuk yang dia kira.

"Mama, " Kyungsoo menatap Hyeona, "mama aku ingin bertemu dengan ahjussi. Aku kangen sekali dengannya." pinta sang anak dengan mata memohon.

Kyungsoo tak pernah mengatakan tidak pada si kembar. Kalau bisa dia akan memberikan apa yang mereka mau. Kalau belum bisa dia akan bilang nanti. Untung saja selama ini mereka tak meminta macam-macam jadi Kyungsoo selalu mengabulkan permintaan mereka.

Tapi untuk kali ini rasanya dia akan menolak keinginan putrinya.

"Tidak boleh Hyeona." ucapnya tegas. Tak ada bantahan dalam nadanya.

"Tapi mama.. "

"Sekali tidak tetap tidak Hyeo. Sekarang lebih baik Hyeona istirahat saja." katanya lalu pergi.

Hyeona menangis, dia merasa sedih karena dia rindu sekali dengan Chanyeol.

"Kenapa sih aku tak boleh bertemu ahjussi? Daddy sama mama jahat." Hyeowoon tak tahu harus menjawab apa atas curhatan adiknya itu. "Sabar Hyeo, mungkin setelah Hyeo sembuh baru daddy dan mama mengijinkan." hanya itu yang bisa Hyeowoon lakukan.

Tapi kenapa perasaan Hyeona berbeda? Dia merasa kalau dia tidak akan bisa bertemu dengan ahjusshi kesayangannya itu lagi.

.

.

.

Chanyeol membuka matanya dan hal pertama yang dia ingat adalah Kyungsoo. Dia masih ingat dengan jelas kalau dia bertemu dengan Kyungsoo tapi tubuhnya tak bisa diajak kerjasama.

Maka hal selanjutnya dia lakukan adalah bangun dari ranjang rumah sakit.

Tidak seperti kebanyakan orang yang baru bangun pingsan, yang harus mengingat-ingat kejadian sebelum dia tidak sadarkan diri. Chanyeol tak perlu melakukan itu karena dalam tidur pun dia ingat dengan jelas wajah Kyungsoo.

Untunglah kamarnya tidak jauh dari kamar Hyeona. Kebetulan ini rumah sakit tempat Seungsoo dirawat juga jadi Chanyeol hapal betul letak kamar pasien dan ruangan lainnya karena jika dia sedang bosan dan tertekan dia akan berjalan tanpa tahu arah mengitari rumah sakit ini.

Kamar Hyeona terletak dilantai yang sama hanya saja beda lorong. Dengan mengabaikan kepalanya yang sedikit pusing dia berjalan, bertumpu pada dinding.

Chanyeol hampir sampai tapi dia memutuskan untuk berhenti sebentar. Kakinya gemetaran bukan karena kondisinya yang masih lemah tapi karena sosok didepan sana.

Aku tidak mimpi. Apa ini hanya mimpi seperti biasanya?

Setelah mendapatkan kekuatan lagi namja itu melangkah. Mempersempit jarak diantara mereka dan mempercepat laju jantungnya.

"Kita harus segera memindakan Hyeona, hyung. Aku tak mau kalau anakku sampai bertemu lagi dengan namja itu." Kyungsoo sedang berbicara dengan namja yang tempo hari Chanyeol lihat. Tidak ada Jongin maupun Sehun disini.

"Apa itu tidak berlebihan sayang? lagipula keadaan Hyeona masih lemah." jawab sang namja.

Kyungsoo memijit pelipisnya, hal yang paling dia takutkan akhirnya terjadi dan yang ingin dia lakukan sekarang adalah pulang ke Kanada. "Entahlah Baek, aku hanya tak mau Hyeona dekat dengannya. Aku takut Baek hyung."

"Takut kenapa Do Kyungsoo?"

Kedua namja itu menoleh. Mereka sama sekali tak melihat ada orang ketiga yang mendengarkan percakapan mereka.

"Mau apa kesini kau!"

Selama 7 tahun Chanyeol selalu bertanya reaksi apa yang akan diberikan Kyungsoo ketika mereka bertemu karena demi apapun dia sama sekali tak tahu kenapa Kyungsoo bisa menghilang dari hidupnya. Kalau karena Jessica (baca Untitled) mungkin marah adalah reaksi yang tepat. Tapi sekarang selain marah dan benci ada satu lagi ekspresi dalam wajah yang menemani setiap malam Chanyeol.

Takut.

"Kyung.." Chanyeol mendekat berharap bisa memegang wajah dari orang yang paling dicintainya.

"Tetap ditempatmu Park! " teriak Kyungsoo. "Kau pikir kau siapa sampai berani muncul lagi dihidupku. Kupikir kau sudah mati Park Chanyeol, sayang sekali ternyata kau masih hidup."

Sakit hanya itu yang dirasakan Chanyeol.

"Bertemu denganmu adalah hal yang paling tidak aku inginkan di dunia ini." Kyungsoo melanjutkan dengan nada sarat kebencian.

Mata itu, mata itu menatapku penuh kebencian.

"Kyungsoo aku merindukanmu." Chanyeol maju selangkah maka Kyungsoo dan namja yang berstatus kekasihnya mundur.

"Cih, aku bahkan tak sudi melihatmu lagi Park. Jangan mengatakan kalimat seolah kita saling mengenal."

Baekhyun, kekasih Kyungsoo hanya bisa membisu. Dia menyaksikan bagaimana kekasihnya yang biasanya lembut kini berubah menjadi sosok yang begitu mengerikan didepan namja ini.

Sebenarnya apa yang dilakukan namja ini hingga Kyungsoo dan Sehun begitu membencinya?

Chanyeol hancur dengan setiap kata yang keluar dari bibir indah itu. Airmatanya mengalir deras namun tak ada keinginan untuk menghapusnya.

"Apa salahku Kyung?"

Kyungsoo mendidih, telinganya memerah menahan amarah.

"Itu salahmu Park karena kau tak tahu apa kesalahanmu." jawabnya tanpa mau mengatakan yang sebenarnya.

"Kyung aku..."

Drrtt drrtt.

Omongan Chanyeol terpotong karena getar disaku celananya. Inginnya mengabaikan tapi getaranya tak kunjung berhenti. Akhirnya dia mengeluarkan benda itu.

Suho hyung.

Chanyeol langsung menggeser tombol berwarna hijau.

"Chanyeol! Kondisinya kritis." teriak Suho dari seberang sana.

Chanyeol tahu keadaan buruk pasti terjadi kalau Suho sampai menelponnya.

"Aku segera kesana hyung." jawabnya tanpa keraguan.

Dia lupa dengan keberadaan Kyungsoo. Dia lupa dengan percakapan mereka.

Dia berlari dengan otak dipenuhi satu nama, Do Seungsoo.

.

.

.

"Apa maksudmu dengan memindahkan Hyeona?" Jongin meradang mendengar kabar itu, "apa kau tak lihat kalau kondisinya memburuk hah!" sungguh dia tak habis pikir dengan adik angkatnya ini. Dengan seenak hati ingin memindahkan Hyeona padahal kondisi bocah itu belum stabil.

"Aku hanya tak ingin..."

"Tak ingin Hyeona bertemu dengan ayah kandungnya, begitu maksudmu?" Jongin menyela ucapan Kyungsoo dan seperti dugaannya reaksi Kyungsoo adalah kaget.

Namja berumur 29 tahun itu mendekati Kyungsoo yang duduk dibangku tunggu depan ruangan Hyeona.

"Bagiamanapun dia itu ayahnya Kyung." katanya sambil memegang kedua tangan Kyungsoo.

"Kau tahu hyung apa hal yang paling aku inginkan?" tanya pada Jongin. Tak ada jawaban dari Jongin sehingga dia memilih untuk meneruskan kalimatnya, "yang paling aku inginkan adalah merubah kenyataan kalau dia adalah ayah dari anak-anakku." katanya dengan nada tegas.

Jongin membuang nafasnya, merasa apa yang dikatakan Kyungsoo barusan terlalu berlebihan. "Apa kau menyesal melahirkan si kembar?"

Kyungsoo menatap Jongin, namja yang sudah lebih dari keluarga untuknya "tentu tidak hyung. Mereka alasanku tetap hidup."

"Kupikir kalau kau menyayangi si kembar kau juga akan menerima ayahnya karena sampai kapanpun ikatan darah tak akan pernah putus Kyung." Jongin mencoba untuk menasehati Kyungsoo dengan hati-hati karena dia tidak mau Kyungsoo marah dengannya pasalnya dia belum tahu persis apa masalah dia dengan Chanyeol. "Dan asal kau tahu Chanyeol begitu menyayangi si kembar terlebih Hyeona. Mereka begitu dekat Kyung."

Semua kata-kata Jongin benar. Dia tahu sampai kapanpun Chanyeol tak bisa lepas dari hidupnya. Sejauh apapun dia pergi pasti ada jalan untuk mereka bertemu karena secara tak langsung mereka terikat dengan si kembar.

Tapi ketika ingatan tentang Chanyeol yang memakai tubuhnya untuk pemuas nafsu sementara dia menjalin cinta dengan gadis lain membuka luka dihati Kyungsoo. Luka yang selama 7 tahun masih tetap segar.

Tak ada alasan untuk tak membenci Chanyeol walaupun dia sudah memberikan kebahagiaan lain dengan hadirnya si kembar.

"Dia pernah menjadi seseorang dihatiku tapi luka yang dia berikan membuatku takut bahkan untuk sekedar menyebut namanya hyung." kata Kyungsoo dengan mata menatap Jongin. Pandangannya kabur tertutupi bulir-bulir airmata.

"Sstt, uljima saengi." Jongin memeluk adik angkatnya sambil menenangkan Kyungsoo dengan usapan lembut dipunggungnya.

Meskipun mereka tak ada ikatan darah tapi Kyungsoo keluarga yang dia punya selain Sehun. Dia akan melindungi adiknya sebisa mungkin. Membenci siapapun yang membuat Do Kyungsoo menangis tapi entah kenapa kali ini Jongin tak bisa membenci Chanyeol. Dia merasa ada sesuatu yang tersembunyi dari semua kejadian ini.

.

.

.

Lusuh, itu adalah kata yang tepat untuk Chanyeol sekarang. Sama sekali tak terlihat kalau dia seorang direktur perusahaan ternama. Bajunya kusut, rambutnya yang keriting tidak teratur belum lagi lingkarang hitam dibawah matanya benar-benar membuat dia seperti zombie.

Dia berjalan dengan langkah sedikit diseret menyusuri lorong. Kalau kalian mengira dia sedang berada di kantornya maka kalian salah besar. Dia masih berada di rumah sakit. Dengan baju yang sama ketika dia mendonorkan darah untuk Hyoena, dua hari yang lalu.

Dia tak sempat pulang kerumah hanya untuk sekedar mengganti baju. Bagaimana dia bisa pulang kalau keadaan Seungsoo sedang tidak stabil. Setelah mendapat telepon dari Junmyeon dia fokus pada keadaan Seungsoo. Jangankan untuk berganti baju, makanpun dia akan lupa. Walaupun dia tidak bisa menolong tapi setidaknya dia ada didepan ruangan Seungsoo, menunggunya untuk mendengar kabar baik.

Kedua kakinya memilih berhenti. Tubuhnya langsung merosot kebawah dengan menyandar tembok meskipun didepan matanya ada bangku tunggu yang panjang.

Chanyeol sudah terbiasa melewati fase ini. Fase dimana rasa khawatir dan cemas mendominasi tubuhnya hingga dia melupakan kebutuhan pokoknya seperti makan. Tapi tetap saja dia tidak bisa menghadapi fase ini dengan duduk santai. Dia memilih berjalan mondar-mandir sambil mulutnya bergerak, memanjatkan doa.

Chanyeol, kau tahu apa yang akan kukatakan.

Junmyeon tidak mengatakan secara detail bagaimana keadaaan Seungsoo tapi dari ekspresi wajahnya, Chanyeol tahu. Bukan satu dua kali Junmyeon menyarankan untuk merelakan Seungsoo. Tapi Chanyeol bersikeras untuk tak menyetujuinya. Dia sudah berjanji didepan makam Do Min Joon untuk mempertemukan Seungsoo dengan Kyungsoo.

Bisakah dia tertawa sekarang karena Kyungsoo sudah ada didepan matanya?

Nyatanya dia menangis sekarang.

Satu tetes diikuti tetes yang lainnya. Mengalir lancar tanpa ada keinginan dari Chanyeol untuk menghapusnya. Setidaknya dengan begini dia merasa lebih ringan.

Satu masalah terpecahkan dan masalah lain datang lagi, itu yang terjadi sekarang.

Saat Kyungsoo didepan matanya Chanyeol tak berani mengatakan kalau kakaknya sedang terbaring meregang nyawa sejak 7 tahun yang lalu.

Menurut kalian apa yang akan Kyungsoo lakukan jika mengetahui hal ini?

Chanyeol pikir Kyungsoo akan semakin membencinya, dia benar kan?

Untuk itulah dia duduk sendirian menatap kosong dinding didepannya. Memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang tanpa tahu kalau ada sepasang mata sipit menatapnya dengan bertanya-tanya.

Kenapa dia menangis seperti itu?

Itu satu dari banyak pertanyaan yang ada di otak namja yang sedang memperhatikan Chanyeol.

.

.

.

Jongin merasakan sentuhan dipipinya yang membuat dia terbangun dari tidurnya.

"Hai sayang." Sehun menyapanya dengan belaian lembut dipipi gembil milik Jonginnya. Sehun tak begitu kaget saat sang suami hanya memalingkan muka tanpa mau membalas sapaanya.

"Aku belikan kau choco lava, makanlah." katanya sambil menyodorkan bungkusan itu pada Jongin yang sama sekali tak dihiraukan namja berambut coklat itu.

"Sayang.." Jongin masih setia melihat Hyeona yang masih belum membuka matanya. Ini sudah memasuki hari kelima bocah itu dirawat disini tapi sama sekali tak ada perkembangan yang baik padahal dia sudah mendapatkan donor darah dari Chanyeol, "Jong, maafkan aku." Jongin mendengar semua itu tapi dia terlalu enggan membuka mulutnya.

Sehun hanya bisa merutuki tindakan bodohnya dipertengkaran mereka yang terakhir. Harusnya dia tidak memanggil Jongin dengan marga ayahnya karena Jongin pernah berkata kalau dia tidak suka itu. Marganya sekarang Oh, karena dia sudah menikah dengan Sehun.

"Aku ingin bercerai kalau kau ingin kembali ke Kanada." ucap Jongin tanpa menoleh sedikitpun menatap Sehun.

"Jong." sungguh Sehun tak pernah berpikir kalau kata cerai akan keluar dari mulut Jongin. Tapi bukankah ini wajar?

"Aku hanya tak ingin kau bingung memilih antara aku dan Kyungsoo." tambah Jongin.

Sehun menarik rambutnya dengan kedua tanganya, "Jong, kumohon jangan begini." Sehun memohon dengan menggenggam kedua tangan Jongin erat.

Jongin diam, lalu berkata "sekarang keadaannya beda. Aku benar-benar tak bisa kembali ke Kanada. Kalau kau tak bisa menemaniku maka cerai adalah langkah satu-satunya." Kali ini Jongin memberanikan diri menatap Sehun, namja yang dia nikahi 3 tahun lalu dan dia cintai selama 7 tahun. Jongin menangis dalam hati karena dia tidak mau Sehun bingung.

Dia tahu kalau saat ini akan datang juga.

Saat dimana Sehun harus memilih antara dirinya dan Kyungsoo.

Dan dia tahu jawabannya.

Tanpa menunggu kalimat yang terucap dari mulut Sehun, Jongin memilih keluar. Menuju toilet untuk menumpahkan semua kesakitannya dalam bentuk tangisan.

.

.

.

Sejak kecil Hyeowoon pikir Sehun adalah ayahnya, ayah kandungnya karena selama ini Sehun lah yang berperan sebagai ayah untuk dia dan Hyeona. Tapi ketika Sehun menikah dengan Jongin timbul pertanyaan dalam otaknya.

Kenapa daddy Sehun menikah dengan mommy Jongin sementara ibuku adalah mama Kyungsoo?

Bukankah harusnya daddy menikah dengan mama?

Mulai saat itu dia tahu kalau Sehun hanyalah orang asing seperti Jongin yang dia panggil dengan sebutan daddy. Meskipun begitu dia tetap menyayangi Sehun.

Lalu timbul pertanyaan lain, siapakah ayah kandungku sebenarnya?

Untuk anak berumur 3 tahun Hyeowoon bisa dibilang anak yang peka, berbeda dengan Hyeona. Dia ingin tahu tapi dia takut, takut membuat Kyungsoo sedih karena menurutnya ada dua kemungkinan kenapa ayahnya tak bersama mereka. Pertama, orang itu meninggalkan mereka atau mereka yang meninggalkan orang itu. Hyeowoon beranggapan opsi pertamalah sebagai jawabannya karena kalau mereka yang meninggalkan ayahnya, maka ayahnya akan mencari keberadaan mereka. Beda kalau ayahnya yang meninggalkan mereka.

Tapi kini Hyeowoon punya opsi tambahan, bagaimana kalau ayahnya sama sekali tak tahu keberadaan dirinya dan Hyeona? dan Kyungsoo tak ingin ayahnya tahu tentang mereka.

Hyeowoon mulai memikirkan tentang opsi itu sejak Hyeona dirawat.

"Oppa, aku ingin bertemu dengan ahjussi Chan-Chan." Sungguh Hyeowoon paling benci kalau Hyeona sudah menampilkan wajah sedihnya terlebih dengan diiringi air mata. Baginya Hyeona yang tersenyum akan jauh lebih cantik.

"Kau percaya pada Oppa?" tanyanya sambil menggenggam tangan adiknya. Hyeona mengangguk, "Oppa akan membawa ahjussi kesini tapi Hyeona tidur dulu ne?" dan benar seperti dugaannya, adiknya tersenyum lebar."Benarkah Oppa? baiklah aku akan tidur."

Butuh beberapa menit untuk mendengar dengkuran halus dari sang adik. Setelah memastikan kalau Hyeona sudah tidur barulah Hyeowoon pergi. Hari ini dia dirumah sakit bersama Kyungsoo, namun sang mama sedang mengurus administrasi Hyeona dengan uncle Baekhyun. Hyeowoon memang masih kecil tapi dia tahu hubungan antara Kyungsoo dengan Baekhyun. Dia tidak melarang selama ibunya bahagia lagipula Baekhyun sangat sayang dengan dia dan Hyeona.

Tapi tak ada salahnya bukan kalau dia mencari tahu tentang ayahnya?

Hyeowoon sudah mempersiapkan semua ini. Mulai dari uang, telepon genggam milik Jongin yang dia curi sembunyi-sembunyi hingga sebuah alamat seseorang. Dia bukan Hyeona yang akan bertindak saat itu juga. Setidaknya dia tahu kalau butuh persiapan untuk mencapai sesuatu. Pintar bukan?

Jantungnya sebenarnya sedari tadi berdebar kencang. Dia takut kalau ditengah jalan bertemu dengan Kyungsoo atau seseorang yang mengenalnya. Kalau sampai hal itu terjadi maka semua rencana yang sudah dia susun di otaknya menguap.

Dia mengambil udara sebanyak-banyaknya, bernapas dengan lega ketika dia sudah sampai dijalan depan rumah sakit.

Tinggal menghentikan taksi dan menyebutkan alamat.

Dia sering memperhatikan Jongin melakukan hal itu. Mungkin akan sedikit aneh kalau dia yang melakukannya tapi dia sudah punya sebuah cara.

"Ahjussi tolong antarkan aku ke alamat ini, aku ingin bertemu dengan ayahku. Aku...ak...u baru saja ka...bur dari pencu..hiks penculik." nah itu yang Hyeowoon lakukan, kepolosan anak kecil dia keluarkan. Dia beruntung mendapat supir taksi yang baik, merasa prihatin dengan aktingnya hingga langsung tancap gas menuju alamat yang diminta Hyeowoon. Untuk membuat aktingnya makin mengena, dia hanya memakai baju biasa dengan kantung kanan berisi uang dan kantung kiri berisi handphone. Untuk alamat-alamat penting seperti kafe Jongin dia taruh di kantong belakang.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di sebuah kantor yang besar. Dia pernah sekali kesini.

"Nak, sudah sampai. Ayo ahjussi antar kau kedalam." Hyeowoon tak menolak ketika ahjussi itu menuntunnya memasuki kantor itu. Dia tahu kalau dia butuh orang dewasa untuk mendampinginya. Bisa sampai tempat ini saja sudah merupakan keajaiban untuknya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Receptionist, itu kata yang Hyeowoon tangkap melalui sepasang matanya.

"Nak, nama ayahmu siapa?" tanya ahjussi itu karena dia tidak tahu siapa yang harus dia sebutkan sebagai nama ayah dari bocah ini.

"Chanyeol, Park Chanyeol." jawabnya lantang.

"Saya kesini untuk mengantarkan anak ini, katanya dia korban penculikan yang berhasil kabur. Dia kesini untuk bertemu dengan ayahnya Agasshi." jelas sang supir taksi.

Sang receptionist tentu saja menaruh prihatin pada bocah itu, "siapa nama ayahnya Tuan, nanti saya akan menghubungi divisinya."

"Namanya Park Chanyeol." begitu nama itu keluar dari sang supir taksi, sang receptionist yang bernama Sooyu langsung mengerutkan kening.

Sejak kapan direkturku punya anak? Bukankah dia belum menikah?

Namun begitu dia tetap menghubungi sekretaris direkturnya.

.

.

Xena masih sibuk dengan pekerjaanya yang menumpuk karena Chanyeol yang lagi-lagi menghilang ketika teleponnya berbunyi.

Dia mengabaikannya namun telepon itu berbunyi lagi, berarti penting. Langsung saja dia angkat.

"Halo." sapaan dia lemparkan sekedarnya.

"Maaf nona Xena tapi di bawah ada seorang anak kecil yang mengaku sebagai anaknya sajangnim."

Xena menghentikan jarinya yang bergerak diatas keyboard lalu memandang gagang telepon seolah orang diseberang sana bisa melihat ekspresinya.

"Jangan gila." jawabnya seadanya. Dia sudah terkenal judes jadi untuk apa jaga image lagi. "jangan mengada-ada Sooyu, pekerjaanku masih banyak."

Pip.

Kepalanya semakin berkedut saja mendengar hal tadi.

Kurasa aku akan resign saja.

Sebenarnya dia betah kerja dengan Chanyeol tapi akhir-akhir ini Chanyeol sering pergi tanpa kabar lalu muncul lagi setelah beberapa hari dengan wajah super mengenaskan seperti pagi tadi. Dia ingin marah tapi melihat wajah Chanyeol dia jadi menelan lagi semua kemarahannya. Kalau Chanyeol tak mau berbagi setidaknya dia jangan memberi beban lagi.

Teleponnya berbunyi lagi.

"Siapa sih yang tengah hari begini mengaku anaknya Chanyeol!" teriaknya frustasi. Inginnya mengabaikan saja tapi rasa penasaran membuat dia mengangkat teleponnya.

Bagaimana kalau benar Chanyeol punya anak diluar nikah? wah pasti seru, begitu pikirnya.

"Noona..." eh bukan Sooyu yang bicara tapi seorang anak kecil, "ini siapa?" tanyanya dengan nada pelan, dia tak setega itu untuk memaki anak kecil.

"Ini aku Hyeowoon, Oppanya Hyeona." jawab suara diseberang.

Hanya sedikit tamu yang datang kekantor karena biasanya Chanyeol akan meeting di luar jadi Xena bisa langsung ingat siapa itu Hyeowoon. Disamping bocah itu pernah datang kemari, hanya dia dan adik kembarnya, Hyeona, anak kecil yang menginjakkan kaki dikantor Chanyeol.

"Oh hai Hyeowoon, bagaimana kabarmu?" ini kenapa aku jadi menanyakan kabarnya sih? Dia kan ada dibawah kenapa tak kusuruh saja dia keatas. Baru saja Xena akan menyuruh Hyeowoon untuk keatas tapi keburu anak itu menyela, "Noona, apa ayahku ada?"

"Hah?" ini aku tidak salah dengar kan?, "ayah? memangnya siapa ayahku Hyeo?"

"Chanyeol, dia ayahku."

Sungguh kepala Xena rasanya ingin meledak. Bagaimana mungkin Chanyeol punya anak sebesar Hyeowoon? melihat dia berkencan saja tidak pernah. Tapi bagaimana bisa Hyeowoon berkata seperti itu? apa mungkin karena sikap Chanyeol yang baik padanya?

Ah molla, lebih baik kusuruh dia keatas saja.

"Eh dia ada Hyeo, nanti minta Noona Sooyu mengantar Hyeowoon ya." dengan jawaban iya dari Hyeowoon sambungan itu terputus. Dia langsung menghubungi direkturnya, padahal dia bisa saja berjalan keruangannya tapi karena terlalu malas melihat wajah Chanyeol jadinya dia menggunakan telepon.

"Hmm."

Dasar Yoda, umpat Xena dalam hati karena mendapat sapaan seperti itu.

"Anakmu datang tuh."

Xena pasti tahu kalau Chanyeol sedang berpikir sekarang, "aku belum punya anak Xena ssi."

Cih, sekarang sok formal.

"Itu juga aku sudah tahu Park, tapi bocah ini mengaku kalau kau ayahnya."

"Memangnya siapa?"

"Hyeowoon."

Butuh kira-kira satu menit sebelum Chanyeol menjawab, "antar dia langsung keruanganku."

"Ok." bertepatan dengan putusnya sambungnya telepon itu, Sooyu datang bersama dengan seorang bocah dengan baju biru muda.

Do Hyeowoon.

.

.

.

TBC^^

Tenang saja ini belum ending ko, ternyata masih ada banyak scene lanjutan. Nanti kalian bosen kalau kelamaan bacanya dan kelamaan nunggu aku update juga, eh mank ada yang nungguin ini ff #hehhe

Yang nebak Baekhyun pacarnya Kyung cung angkat kakinya, mau aku kasih thumbs up! yeeyy, aku lebih suka baeksoo sih, hehe

Cieee yang ketemuan sama pujaan hati #colekChanyeol.

Chanyeol dilemaa beraatt,, gimana reaksi Kyungsoo pas tahu keluarganya amburadul ya...

Omonaa,,,Jongin minta ceraaii! Hikseu

Dan untung scene trakhir, Hyeowoon pinter ya? kira-kira kenapa dia bisa berpikiran kalau Chanyeol itu bapaknya ya?

Penasaran, tunggu next part ya...

Oya, kalau ada disini yang baca "Fansign" setelah publish ini aku bakalan publish special date mereka, tentunya Sehun ga mau kalah douunnkk...

lasstt but not least...

Comments are love for me^^