Kamu Tak Pernah Tahu

Sequel from Untitled

Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Oh Sehun, Kim Jongin and others

Angst, Hurt comfort

Chaptered

T, Mpreg

Special big thanks to :

ParkHyerin6194, park28sooyah, kiki2231, thozoa, Yuura Shiraku, ucrittri, be the Light, hksyg, SJMK95, Lovedudu1201, luvchansoo, , yousee, chankyung, guest, Baekvin23, estkai, NADIA, guest, hkhs9488, AkaYumeHana, dan bagi kalian semua yang sudah memfollow, memfav cerita ini dan tetap mengikuti dari Untitled sampai part ini.

Big LOVE!

7k words untuk kalian tersayang, bukannya aku niatin buat lama update tapi skripsiku butuh perhatian juga dan liburan yang sayang untuk dilewatkan jadi terima kasih untuk kesabaran kalian, 3.

Saya sarankan untuk membaca untitled kalau kalian bingung soalnya di chap ini menyinggung salah satu scene di untitled

Happy reading ^^

.

.

.

"Ahjussi, bola itu milikku."

Jongin mengambil sebuah bola berwarna orange yang ada didepan kakinya. Dia kemudian memberikan bola itu pada seorang anak perempuan kira-kira berumur 3 tahun.

"Khamsahamnida." Jongin tertegun melihat wajah bocah itu.

"Ne." mau tak mau Jongin tersenyum melihat bocah itu tertawa geli saat rambutnya dia acak.

Apa Minji akan selucu itu?

Matanya masih mengikuti langkah kecil sang anak yang menuju pada ibunya. Jongin hanya bisa menatap iri pada interaksi mereka.

Sesuatu yang tak akan pernah bisa dia dapatkan sampai kapanpun.

Jongin melangkah lagi meninggalkan ibu dan anak itu yang hanya akan membuat dia semakin iri. Merasa kakinya mulai lelah, namja dengan surai brown itu mendudukkan pantatnya disebuah kursi taman.

Semalaman dia menjaga Hyeona lalu paginya gantian Kyungsoo. Seharusnya dia pulang ke kafe untuk beristirahat, tidur sepertinya sangat dia butuhkan tapi kakinya malah melangkah ke sebuah taman yang dekat dengan rumah sakit. Setidaknya di taman ini tidak ada Sehun, atau begitulah pikirnya.

Memikirkan Sehun membuat kepalanya berdenyut saja. Apalagi memikirkan kalau mereka mungkin saja akan berpisah karena demi apapun dia benar-benar tidak mau kembali ke Kanada. Kalau berpisah dengan Sehun adalah jalan keluarnya maka mau tak mau dia harus menjalaninya.

Jongin memejamkan matanya menyandarkan kepalanya pada bangku taman.

"Tuan, maukah kau mendengar kisahku?"

Jongin hanya bergumam sebagai jawaban dari pertanyaan seorang namja yang duduk dibelakangnya. Dia sedari menyadari keberadaan namja itu tapi terlalu malas untuk menyapanya.

"Aku punya seorang suami, dia begitu sempurna." namja itu memulai ceritanya. Jongin tidak tidur meskipun matanya terpejam dan namja itu tahu maka dia melanjutkan ceritanya, "aku mencintainya sejak pertama kali melihatnya. Kau tahu, dia cinta pertamaku dan aku berharap dia cinta terakhirku."

Jongin hanya diam, enggan untuk menanggapi.

"Tapi aku menyakitinya, selama ini aku tak sadar kalau dia tersakiti dengan sikapku yang lebih mementingkan temanku dan anak-anaknya." namja itu mendesah, "kupikir dia tahu kalau aku hanya sebatas menolong temanku selama ini tapi aku lupa kalau manusia mempunyai rasa iri dan juga cemburu."

Jongin menahan airmatanya yang hendak keluar, tidak lucu kan dia menangis didepan orang itu?

"Selama ini aku berpikir kalau dia tahu aku sangat mencintainya jadi aku begitu jarang mengucapkan tiga kata cinta itu." namja itu tertawa miris, "aku merasa bersalah karena selama ini kurang memperhatikan dia tapi percayalah kalau dia satu-satunya dihatiku."

Jongin tak tahan, dia menangis dengan mata terpejam. Tak berani untuk membuka matanya demi melihat wajah namja disampingnya yang sepertinya dia kenal.

Namja itu menoleh ke arah Jongin, menghapus airmata dipipi gembilnya.

"Maafkan aku sayang, aku tahu selama ini aku begitu buruk padamu tapi kumohon jangan tinggalkan aku."

Dengan perlahan Jongin membuka matanya lalu bertemu dengan sepasang mata coklat milik suaminya yang begitu indah. Sepasang mata itu basah oleh airmata.

"Aku mencintaimu, maafkan aku Oh Jongin." Sehun, namja itu mengecup kening Jongin lama. Menyalurkan cinta untuk Jongin.

Jongin tahu kalau Sehun bukan orang yang terbuka. Dia cenderung tertutup seperti Kyungsoo jadi selama ini dia berusaha untuk memahami dengan minimnya sikap romantis Sehun. Namja berkulit pucat itu hanya akan bersikap romantis disaat-saat tertentu. Terkadang Jongin memahami tapi terkadang Jongin lelah.

Dan melihat Sehun yang seperti ini Jongin makin yakin kalau Sehun mencintainya, terkadang kita membutuhkan sedikit gertakan untuk menggerakkan sesuatu.

"Jangan menceraikan aku Jong hiks.."

Jongin tertawa melihat suaminya menangis seperti anak kecil seperti ini, "Aigoo bayi besarku."dia mengecup bibir tipis Sehun berkali-kali, "sudah jangan menangis, kalau kau seperti ini kau jadi tidak keren." Jongin tersenyum melihat Sehun menghapus airmatanya.

"Kau hiks Jong hiks..." Sehun benar-benar tidak bisa menghentikan laju airmatanya. Dia begitu kalut saat kata cerai keluar dari bibir Jongin, terlebih setelah itu Jongin menghindarinya. Bertemu dengan suaminya itu susahnya seperti bertemu dengan presiden saja. Untuk itulah dia tadi sengaja mengikuti Jongin lalu ketika Jongin hanya diam ketika dia duduk dibelakangnya dia mulai berbicara. Sehun bersyukur Jongin diam mendengarkan semua pengakuannya tadi. Dia tak tahu harus berbuat apa kalau saja Jongin menolaknya tadi.

"Ssstt sudah jangan menangis lagi sayang," Jongin menangkup wajah suaminya dengan kedua tangannya. Dia mencium kedua mata sipit milik Sehun. "Aku juga mencintaimu Oh Sehun."

Sebenarnya Jongin tidak benar-benar ingin bercerai dengan Sehun, dia terlalu mencintai namja itu. Jongin hanya mengetes apa tindakan Sehun selanjutnya ketika kata cerai keluar dari mulutnya. Dia sengaja menghindar, hingga Sehun berpikir kalau dia benar-benar ingin bercerai tapi rasa rindu itu begitu menyiksa. Dalam hati dia tersenyum lebar begitu mencium parfum Sehun didekatnya. Jongin tahu kalau suaminya mengikuti dia keluar dari rumah sakit.

"Maafkan aku Jong." seribu kata maaf menurut Sehun tak akan cukup menghapus kesalahannya pada Jongin yang begitu besar jadi jangan salahkan dirinya kalau dia masih takut Jongin akan benar-benar menceraikannya. "Jong, kita tidak jadi bercerai kan?"

Jongin tersenyum melihat suaminya yang begitu ketakutan, "menurutmu?" dia tertawa kecil melihat bibir tipis Sehun maju beberapa centi. "Aku pasti orang paling bodoh di dunia kalau sampai menceraikanmu suamiku yang tampang, yang baik hati, yang begitu aku cintai."

Perlahan senyum Sehun mengembang, "aku sangat sangat mencintaimu sayang."

Mereka berpelukan dengan terhalang bangku taman tapi rasanya tidak cukup. Sehun menyesap perpotongan leher Jongin membuat namja tan itu melenguh, "Hunhh."

"Kita pulang." Jongin merinding mendengar suara Sehun yang serak penuh dengan nafsu. Mereka bertatapan dengan intens, kalau saja mereka tak ingat kalau mereka sekarang berada di taman mungkin mereka akan saling melucuti pakaian masing-masing.

Drrtt..drttt

Sehun mengerang keras membuat Jongin menatapnya bertanya tapi ketika suaminya mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya Jongin hanya bisa tertawa kecil.

"Halo hyung, ada apa?" nadanya sama sekali tak ramah padahal yang berbicara padanya adalah Baekhyun yang notabene lebih tua 5 tahun darinya. "MWO? Bagaimana bisa hah!" Sehun berteriak membuat Jongin menatapnya khawatir, "baiklah aku akan mencarinya diluar."

Begitu sambungan telepon dimatikan Sehun langsung membuka mulutnya, "Hyeowoon hilang, dia tidak ada dirumah sakit."

"Ba..ba..." Jongin tercekat, otaknya blank mendengar kabar itu. Diotaknya kini berputar ratusan adegan yang melibatkan Hyeowoon salah satunya adalah Hyeowoon yang terbaring lemah dirumah sakit seperti Hyeona sekarang. Dia takut sekali kalau apa yang terjadi pada Hyeona akan terjadi pula dengan Hyeowoon.

"Sssstt, tenanglah sayang kita akan menemukan Hyeowoon." Sehun membimbing suaminya untuk menuju mobil yang dia parkir dibasement rumah sakit namun langkah mereka terhenti karena handphone Jongin yang bergetar.

"Mau apa si brengsek itu menelponmu?" amarahnya naik sampai ubun-ubun begitu melihat nama Chanyeol tertera dilayar handphone Jongin.

Jongin tak menghiraukan amarah Sehun, dia merasa dia harus mengangkat telpon dari Chanyeol.

"Halo Chan." Jongin mendengarkan dengan seksama penjelasan Chanyeol diseberang dan begitu dia mendengar nama anaknya matanya membulat, "baiklah aku segera kesana."

"Kenapa?" tanya Sehun.

Jongin menarik tangan Sehun, "kita harus menemui Chanyeol. Hyeowoon ada dengannya."

.

.

.

Kyungsoo menggerakan kakinya dengan cepat. Menyusuri lorong demi lorong, melewati ruang demi ruang untuk mencari anaknya. Mulutnya juga tak berhenti bertanya kepada siapapun yang dia temui, berharap dengan sangat kalau mereka melihat anaknya yang entah kemana.

"Maaf tapi aku tak melihatnya Tuan." jawab seorang suster lalu berlalu. Jawaban yang sama yang dia dapatkan setiap kali menanyakan kepada orang-orang tentang anaknya.

Sebenarnya kau kemana Do Hyeowoon, teriaknya dalam hati dengan frustrasi. Dia menjambak rambut hitamnya hingga menjadi acak-acakan. Campuran antara cemas, pusing dan lelah semua menjadi satu.

Dia sama sekali tak menyangka sekembalinya dia ke kamar Hyeona setelah membeli makanan dikantin, dia tak menemukan Hyeowoon dikamar saudari kembarnya itu. Awalnya dia mengira Hyeoowon ke kamar mandi, maka dia membuka kamar mandi di ruangan Hyeona yang ternyata nihil. Lalu dia mencoba menghubungi Baekhyun, siapa tahu anak itu bersama kekasihnya yang sedang mengurus kepindahan Hyeona.

Hatinya mencelos saat Baekhyun menjawab kalau dia meninggalkan Hyeowoon dikamar Hyeona tadi karena anak itu tak mau ikut dengannya.

Satu kesimpulan dia ambil saat itu juga, Hyeowoon hilang.

Sudah hampir satu jam Kyungsoo menyusuri rumah sakit untuk mencari anaknya namun Hyeowoon seperti tak pernah menapakkan kakinya dirumah sakit ini, jejaknya sama sekali tak terbaca.

Tak ingin menyerah Kyungsoo melangkah lagi, menyusuri satu lorong yang terlihat lebih sepi dari lorong yang lainnya.

Kyungsoo ragu kalau Hyeowoon akan kesini, anaknya yang satu itu takut dengan suasana sepi lagipula tidak ada satu suster pun yang lewat. Dia memutuskan untuk pergi tapi matanya terpaku pada sebuah pintu. Satu-satunya ruangan dilorong ini.

Entah penasaran, entah ingin memastikan kalau Hyeowoon tak ada diruangan itu Kyungsoo mulai mendekat. Dia memutar knop pintu, suara pintu yang terbuka sedikit membuatnya ketakutan.

Ternyata hanya ruangan pasien biasa, mungkin ini ruangan VVIP. Begitu pikirnya.

Kyungie.

Saat hendak menutup pintunya Kyungsoo seperti mendengar suara seseorang memanggilnya tapi anehnya dia tidak merasa takut. Dia seperti mengenal suara itu dengan baik.

Dengan langkah pasti dia mendekati ranjang dimana seseorang terbaring dengan selang dimulut dan alat-alat kesehatan yang menempel didadanya.

Deg.

Jantung Kyungsoo berpacu begitu matanya menatap sosok itu.

Tidak ini tidak mungkin.

Airmatanya menggenang siap untuk tumpah kapan saja.

"Hy..hyung.." Kyungsoo sangat yakin kalau yang sekarang terbaring adalah kakak laki-lakinya, Seungsoo. Meskipun penampilannya berbeda dengan yang terakhir dia ingat.

Tubuhnya gemetar dengan pipi yang basah oleh airmata, "hyung, kau kenapa?" tak ada respon dari Seungsoo. Hanya suara mesin pendeteksi jantung yang setia menemani suara Kyungsoo.

Dia tahu kalau Seungsoo tak akan mungkin menjawabnya jadi dia putuskan untuk keluar mencari info.

Tepat saat dia keluar seorang suster menuju kearahnya.

"Apa yang Anda lakukan Tuan?" suster itu bertanya dengan nada tak suka. "Tak seharusnya Anda disini."

Kyungsoo mencibir, "dia saudaraku sus. Aku adikku jadi dimana letak kesalahannya saat aku menjenguk saudaraku?"

Sang suster terkejut, "ta..tapi Chanyeol ssi.."

"Chanyeol?"

Suster itu seperti sadar melakukan kesalahan, "maaf saya harus memeriksa pasien."

Kyungsoo bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi dengan keluarganya saat dia pergi? kenapa suster itu menyebut nama Chanyeol bukan ayah ataupun nama ibunya?

.

.

.

Chanyeol memakan pastanya dengan kerutan di dahi. Bukan karena rasa pastanya yang begitu aneh, kerutan di dahinya disebabkan oleh bocah laki-laki tampan yang ada di depannya.

"Hyeowoon tidak suka pizzanya?" tanyanya dengan mencondongkan badan ke depan supaya lebih dekat dengan Hyeowoon.

Hyeowoon hanya diam, menatap Chanyeol dengan dua bola matanya seakan-akan Chanyeol akan hilang jika dia berkedip.

Yang ditatap merasa risih. Kalau yang menatap adalah kembaran bocah laki-laki ini mungkin Chanyeol tak akan sebingung ini. Tapi ini kan yang menatap Hyeowoon, yang bisa dibilang musuh bebuyutan bagi sang bocah.

"Ada yang salah dengan penampilan ahjussi?"

Hyeowoin menggeleng, "aniyo. Aku baru sadar kalau ahjussi tampan sekali."

Chanyeol tertawa mendengarnya. Dia bertanya-tanya apa ini karena dia memberikan boneka spongebob kemarin? kalau iya kenapa tak dari dulu saja dia memberikannya. Dia bahagia sekali bisa berdekatan dengan Hyeowoon tanpa ada teriakan dari bocah itu.

"Kau ini, nanti juga Hyeowoon akan lebih tampan dari ahjussi saat dewasa." kata Chanyeol sambil mengusap rambut halus milik Hyeowoon, "ayo makan pizzanya, apa mau ahjussi potongkan?" begitu Hyeowoon mengangguk Chanyeol langsung pindah tempat duduk. "nah sekarang buka mulutnya."

Seperti ini ya rasanya punya ayah? batin Hyeowoon bertanya.

Ada Sehun memang tapi rasanya berbeda karena dia tahu Sehun bukan ayah kandungnya. Berbeda dengan Chanyeol yang mempunyai kemungkinan kalau dia ayah kandungnya.

"Kalau Hyeona melihat aku bersama ahjussi sekarang pasti dia marah denganku." kata Hyeowoon dengan mulut penuh pizza.

Chanyeol mengambil tissu untuk mengelap pinggir mulut Hyeowoon yang belepotan terkena saus, "sayang, bicaranya nanti kalau makananmu sudah habis."

Hyeowoon jadi tahu kenapa Hyeona begitu menyayangi Chanyeol. Dia jadi menyesal dulu sering sekali meneriaki bahkan bermusuhan dengan Chanyeol.

"Memangnya kenapa Hyeona marah?" tanya namja Park itu sambil memberikan air putih untuk Hyeowoon. Dia sengaja memesan air putih bukan soda, junkfood ditambah soda benar-benar kombinasi yang buruk.

"Hyeona ingin bertemu dengan ahjussi tapi mama melarangnya." jelasnya dengan wajah murung.

"Mama Kyungsoo?" Hyeowoon mengangguk. Sebenarnya hal ini juga mengganggu Chanyeol. Apa sebegitu bencinya Kyungsoo dengan dirinya hingga dia melarang anak-anaknya untuk bertemu dengannya?

Mungkin iya karena Chanyeol tak menemukan alasan lain.

"Ahjussi, " panggilan Hyeowoon membuat lamunannya tentang Kyungsoo buyar. Dia kembali memusatkan perhatian pada bocah itu. "Aku sering bertanya kalau Hyeona mirip dengan mama, apa mungkin aku mirip dengan papaku?"

Bicara tentang ayah si kembar, ngomong-ngomong Chanyeol tak tahu siapa orang itu. Dia pikir Sehun ayah mereka tapi nyatanya dia sama dengan Jongin yang hanya orang tua angkat. Lalu siapakah ayah si kembar?

"Oh ya, kenapa tadi Hyeowoon bilang pada Xena noona kalau ahjussi adalah ayah Hyeowoon?" sebenarnya ini hal pertama yang akan Chanyeol tanyakan pada Hyeowoon saat mereka makan di restoran ini tapi melihat Hyeowoon menatapnya terus-menerus membuat dia jadi lupa menanyakannya dan menanyakan hal lain.

Hyeowoon tersenyum lebar yang membuat jantung Chanyeol berdetak kencang. Senyuman itu mengingatkan pada senyuman yang dulu dia punya. Dia bilang dulu karena sekarang dia jarang menampilkannya.

"Ahjussi tidak mau menjadi papaku?"

Pertanyaan dari bocah berumur 6 tahun yang mampu membuatnya terdiam.

"Kalau aku bilang ahjussi adalah papaku, bagaimana?"

Chanyeol semakin bingung mendengarnya, "sayang, apa maksudmu?"

Hyeowoon mengabaikan pizzanya yang tinggal setengah untuk memfokuskan dirinya membicarakan masalah ini, "ahjussi kenal dengan mama kan?"

Bukan hanya sekedar kenal Hyeowoon, namun dia memilih untuk mengangguk yang membuahkan senyuman di bibir si kecil Hyeowoon.

"Ahjussi juga punya golongan darah yang sama dengan Hyeona, bukankah dokter Jung bilang golongan darah Hyeo langka."

Hyeowoon hanya mengaitkan antara golongan darah yang sama dan fakta kalau dia mengenal Kyungsoo dia tak mengetahui kalau untuk menghasilkan(?) keturunan harus ada hubungan badan terlebih dahulu tapi itu sudah cukup membuat jantungnya berpacu.

Golongan darah yang sama, mereka anak Kyungsoo dan jangan lupakan kenyataan kalau dia dan Kyungsoo pernah bahkan sering tidur bersama.

Tapi bukankah aku selalu menggunakan pengaman?

Otaknya memutar kembali malam-malam sebelum Kyungsoo pergi. Terakhir mereka berhubungan adalah ketika dia begitu marah karena Kyungsoo begitu dekat dengan Sehun (baca Untitled) hingga dia lupa kalau dia tidak memakai penga...

Kedua mata Chanyeol membola.

Dia ingat sekarang.

Mungkinkah...

Dia menatap Hyeowoon dengan mata berkaca-kaca.

mereka anak-anakku?

"HYEOWOON!" teriakan Jongin menggema di seantero restoran. Dia tidak perduli ataupun malu. Dia hanya merasa lega karena menemukan Hyeowoon dalam keadaan baik-baik saja. Tanpa buang waktu, dia langsung memeluk Hyeowoon dengan erat

Bugh.

Chanyeol belum sempat mengelak ketika tinjuan Sehun melayang ke pipinya.

"Brengsek kau! berani-beraninya menculik anakku." maki Sehun sebelum memberikan bogem mentahnya lagi.

Bugh.

"DADDY!" Hyeowoon menjerit lalu menangis melihat Chanyeol dipukuli. Dia meronta ingin lepas dari pelukan mommynya tapi Jongin berpikir akan sangat berbahaya kalau Hyeowoon ada diantara mereka.

"Sehun hentikan!" dia bernafas lega ketika pelayan restoran melerainya. Merasa aman akhirnya Jongin melepaskan Hyeowoon dan bocah itu langsung lari ke Chanyeol.

"Papa, kau tidak apa-apa kan?" tanya Hyeowoom dengan cemas. Jemari kecilnya menghapus darah yang keluar dari sudut bibir Chanyeol.

Sehun geram, Mendengar Hyeowoon memanggil Chanyeol dengan sebutan papa.

Pasti si brengsek itu yang menyuruhnya.

"Sialan kau Park, sudah menculik Hyeowoon lalu kau menyuruhnya memanggilmu dengan sebutan papa? menjijikkan." Sehun berkata dengan geram. Dia tak berhenti meronta meminta untuk dilepaskan dari kekangan dua orang pelayan restoran.

"OH SEHUN!" kali ini giliran Jongin yang murka. "Kau tahu betul kalau Chanyeol berhak atas panggilan itu."

Chanyeol menatap Jongin bertanya.

"Apa kau lupa kalau orang yang kau anggap penculik ini adalah orang yang memberitahuku dimana Hyeowoon?"

Sehun hanya diam menatap Jongin. Tubuhnya sudah tak meronta meminta dilepaskan.

"Kau tahu benar Chanyeol berhak atas panggilan itu."

Sehun tidak berteriak hanya menatap tajam suaminya. Perlahan dia sadar apa yang Jongin katakan benar. Mau berapa kalipun dia menyangkal hasilnya akan sama, si kembar adalah anak Chanyeol.

Dengan menahan sakit di bibirnya. Pukulan Sehun ternyata bisa membuat robek bibirnya. Dia berdiri dengan Hyeowoon di gendongannya. Bocah itu tak mau lepas dari Chanyeol, merangkul leher Chanyeol erat.

"Jongin, " Jongin menatap Chanyeol. Dia bisa melihat rasa penasaran dikedua mata Chanyeol atas ucapannya tadi. "Apa maksud ucapanmu?"

Jongin tiba-tiba merasa kasihan dengan Chanyeol. Dia tahu betul sakitnya kehilangan seorang anak lalu apa yang akan dirasakan Chanyeol kalau tiba-tiba dia tahu dia mempunyai 2 orang anak, 6 tahun umurnya.

Jongin 100% yakin selama ini Chanyeol tidak tahu kalau dia punya anak dari Kyungsoo.

Kini dia tau mengapa Hyeona begitu menyukai Chanyeol walau mereka belum lama mengenal dan kini Hyeowoon tak lepas dari gendongan namja itu.

"Papa, Hyeowoon mengantuk." bocah itu menyanderkan kepalanya di bahu Chanyeol lalu tak lama setelahnya tertidur lelap. Rasa lelah begitu mendominasi hingga kantuk menyerang. Bocah berumur 6 tahun itu tak tahu ketegangan yang terjadi di sekelilingnya.

Chanyeol semakin bingung. Jantungnya sedari tadi tak bisa berdetak dengan ritme biasa. Otaknya dipenuhi dengan kemungkinan yang belum pasti atau sebentar lagi akan pasti.

Kenapa Hyeowoon memanggilku papa? kenapa pula Jongin mengatakan aku berhak mendapatkan panggilan itu? apa mungkin mereka anak-anakku? tapi..

"Chanyeol.." panggilan Jongin membuyarkan semua kata-kata yang penuh mengisi otaknya. Dia menatap suami Sehun itu dengan tatapan bertanya namun Jongin hanya diam.

Jongin terdiam, mulutnya terkunci namun kepalanya yang menjawab.

Satu anggukan dari Oh Jongin mampu menjawab semua pertanyaanya.

.

.

.

Sebagai seorang ibu(?) ketika tahu anaknya diluar sana sendirian tentu saja akan merasa khawatir. Pikirannya tak jauh dari hal hal negatif walau dalam hati dia berdoa untuk hal hal positif. Rasanya bernafas saja susah memikirkan apa yang terjadi dengan anaknya diluar sana.

Perasaan lega melingkupi hatinya saat Sehun menelponnya beberapa waktu yang lalu kalau anaknya sudah ditemukan namun kalimat selanjutnya membuat dia, Kyungsoo menahan amarah sekuat tenaga.

"Hyeowoon ada bersama Chanyeol."

Kyungsoo sebisa mungkin menahan teriakannya karena dia tak mau mengganggu Hyeona yang tidur. Walau segala sumpah serapah rasanya belum cukup untuk namja itu. Kyungsoo tak habis pikir, apa yang dilakukan namja itu hingga anak-anaknya begitu dekat dengannya. Padahal si kembar bisa dikatakan tipe anak-anak yang susah dekat dengan orang asing terlebih Hyeowoon tapi menurut Sehun Hyeowoon datang sendiri ke kantor Chanyeol.

Apa yang sebenarnya Hyeowoon lakukan?

Apa dia tau kalau Chanyeol itu ayahnya?

Kyungsoo rasanya ingin menjerit tak terima kalau hal itu benar-benar terjadi. Masa bodoh dengan ikatan darah mereka, Hyeowoon dan Hyeona selamanya hanya anak-anaknya dan dia tak mengijinkan siapapun mengambilnya termasuk Chanyeol.

"Oppa..." rintihan dari Hyeona membawa Kyungsoo pada kenyataan. Dia segera menghampiri anaknya, "sayang, kau butuh sesuatu?" tanyanya sambil menyingkirkan rambut Hyeona yang menutupi dahinya. Kalau bisa dia ingin sekali menggantikan anaknya sakit. Dia tidak tega melihat anak sekecil Hyeona harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit selama berhari-hari. "Ma, oppa dimana? kata oppa dia akan membawa chan chan ahjussi kalau Hyeona sudah bangun."

Apa karena ini Hyeowoon pergi menemui Chanyeol?

Ada rasa bersalah dalam hati Kyungsoo. Dia memang menentang keinginan Hyeona untuk bertemu dengan Chanyeol tapi sungguh dia tidak mengira kalau Hyeowoon akan senekat itu bertemu Chanyeol sendirian hanya demi menyenangkan adiknya.

Kyungsoo merasa menjadi ibu yang jahat karena tak bisa membahagiakan anaknya.

Dia dilema.

Disatu sisi dia begitu tak ingin Chanyeol masuk kedalam hidupnya lagi tapi di sisi lain anak-anaknya kembali menyeret Chanyeol masuk ke dalam hidup mereka.

"Ma.." Hyeona memanggil ibunya lagi saat tak mendapat respon. Gadis itu tertegun melihat ibunya menangis. "Mama, kenapa? Hyeo nakal ya?"

Kyungsoo menyeka airmatanya namun liquid itu terus mengalir.

"Maafkan mama sayang." karena keegoisan mama kau tak pernah mengenal papamu. Namja Do itu hanya bisa menangis, dia memilih tak jujur walau dia tahu cepat atau lambat semua kebohongannya akan terungkap.

Ibu dan anak itu saling berpelukan, "Hyeona sangat sayang sama mama dan oppa." Kyungsoo tertawa mendengarnya, "lekaslah sembuh sayang biar kita bisa pulang ke Kanada."

Kanada? Disana tidak ada Chan Chan ahjussi ya?

Kyungsoo melepaskan pelukan mereka saat dia merasakan gelagat aneh sang anak, "Hyeo kenapa?"

"Mama bisakah kita tetap disini?"

Kyungsoo melebarkan kedua matanya. Dari awal kepindahan mereka ke Korea, Hyeona yang paling tidak setuju. Anak perempuannya ini mewarisi sifatnya yang susah beradptasi dengan lingkungan baru makanya dia menentang untuk pindah pada awalnya, lalu kenapa sekarang dia malah tak mau pulang ke Kanada?

"Kenapa sayang? bukankah Hyeo tak betah disini." Kyungsoo masih membujuk. Akan sangat sulit kalau anak-anaknya tak mau kembali ke Kanada. "Memang Hyeo tidak rindu dengan teman-teman Hyeo disana?"

Hyeona bimbang. Dia begitu kangen dengan Alex, temannya di playgroup juga dengan Suzie tapi... "Mama, apakah kita bisa mengajak Chan Chan ahjussi?"

Kalah, Kyungsoo sudah kalah.

Sekarang memaki Chanyeol pun tak ada gunanya.

Brak.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka mengagetkan dua orang itu. Disana berdiri Hyeowoon, ah bukan berdiri karena nyatanya dia digendong oleh seorang namja.

"Hyeo! Oppa membawa papa kita."

Kyungsoo tak tahu lagi harus bagaimana. Dia tidak bodoh sampai tidak tahu siapa papa yang dimaksud oleh Hyeowoon.

"Ahjussi!" sungguh teriakan Hyeona tidak mencerminkan kalau bocah itu sedang sakit. Senyumnya lebar sekali hingga Kyungsoo bertanya-tanya apakah sebahagia itu Hyeona bertemu dengan Chanyeol?

Hyeowoon lepas dari gendongan Chanyeol dan langsung berlari menuju adiknya, "Hyeo, Chan Chan ahjussi adalah papa kita." Hyeona memekik senang,"benarkah oppa?" Hyeowoon hanya mampu menganggukkan kepalanya. Kedua bocah itu begitu ringan membicarakan masalah ini seolah-olah ini masalah tentang mainan mereka yang sudah lama hilang. Tak ada yang menanyakan Chanyeol selama ini kemana? atau kenapa orang tuanya itu tak tinggal bersama.

"Papa!" Hyeona bahkan dengan santainya mengganti panggilannya untuk Chanyeol. Bocah itu langsung menerjang Chanyeol walau kenyataannya tak sampai berlari karena terhalang selang infus, "aku bahagia sekali karena yang menjadi papaku adalah ahjussi."

Chanyeol hanya bisa menangis.

Rasanya semuanya seperti mimpi. Tadi pagi dia duduk dikantor lalu dkejutkan oleh kedatangan Hyeowoon tau-tau sekarang dia mempunyai dua anak sekaligus dari orang yang selama ini dicarinya.

Apa ini alasan Kyungsoo menghilang?

Namja itu memeluk Hyeona dengan erat merasakan bagaimana jari-jari mungil itu membelai rambutnya.

Anakku.

Selama ini Chanyeol tidak pernah berpikir untuk mempunyai seorang anak, bagaimana bisa kalau untuk menikah saja dia tidak punya niatan. Dia terlalu mencintai Kyungsoo hingga membayangkan hidup bersama orang lain rasanya membuatnya menderita. Dia memilih menunggu.

Siapa sangka hadiah dibalik penantiannya begitu indah.

"Papa," betapa dia suka dengan panggilan itu. "Papa, Hyeo ingin keluar dari rumah sakit lalu kita bisa main bersama."

Do Kyungsoo hanya bisa melihat interaksi mereka tanpa ada niatan untuk bergabung. Selama ini dia mengira kalau kasih sayang yang diterima oleh si kembar sudah cukup. Dia lupa walau bagaimanapun peran seorang ayah itu penting. Walaupun ada Sehun tapi anak-anaknya tahu status Sehun yang secara tak kasat mata membatasi hubungan mereka. Tapi melihat bagaimana senyuman itu tak pernah lepas dari mulut kedua anaknya, dia menyadari kalau mereka membutuhkan ayah.

Betapa kejamnya akau memisahkan mereka selama ini.

Kyungsoo merasa menjadi ibu paling jahat sedunia.

.

.

.

Chanyeol masih tak percaya kalau dua bocah yang sekarang tidur diranjang ini adalah anak-anaknya. Matanya tak lepas dari sosok mereka dengan pancaran penuh kekaguman dan ketidakpercayaan.

Dari awal bertemu Hyeona dan Hyeowoon, Chanyeol merasakan sesuatu yang berbeda. Wajah Hyeona yang mirip dengan Kyungsoo sedangkan wajah Hyeowoon yang mirip dengannya membuat dia berpikiran kalau meraka anaknya dengan Kyungsoo tapi dia tak mau berharap lebih. Dia segera menepis pikiran itu karena bagaimanapun Kyungsoo itu namja yang tak akan mungkin bisa hamil. Tapi kenyataan berkata lain.

Seberapa bahagianya dia sekarang tetap saja ada rasa marah karena tega-teganya Kyungsoo merahasiakan hal ini. Chanyeol juga merasa sedih karena selama ini dia tidak bisa melihat tumbuh kembang sang anak hingga sebesar ini.

Apa kata pertama yang diucapkan oleh Hyeona dan Hyeowoon?

Umur berapa mereka mulai berjalan?

Apa mereka pernah menanyakan aku?

Sungguh rasanya Chanyeol ingin memaki Kyungsoo yang tega memisahkan dia dengan dua malaikat pintu terbuka tak mengalihkan pandangan Chnayeol dari kedua anaknya. Dia seakan lupa dengan eksistensi mahkluk lain di dunia ini.

"Kau bisa pulang sekarang."

Dari semua kata yang ada Kyungsoo memilih kata-kata di atas untuk dia berikan pada Chanyeol.

Tidakkah dia ingin meminta maaf?

Tidakkah dia ingin menjelaskan semua ini?

Kenapa dia bersikap seolah ini bukan hal yang menggemparkan?

Chanyeol geram.

Dia berbalik dan menatap namja itu penuh amarah, "kita perlu bicara." ujarnya dengan intonasi yang ditahan sedemikian mungkin dia tidak menimbulkan keributan yang bisa membuat si kembar bangun.

"Tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi."

"Kau!" Chanyeol segera menoleh pada si kembar begitu menyadari dia kelepasan, untung saja Hyeowoon cuma menggeliat lalu tidur lagi. "ikut aku." tanpa menunggu persetujuan dari Kyungsoo, Chanyeol langsung menyeret namja itu. Dia sama sekali tak memperdulikan teriakan Kyungsoo yang ingin dilepaskan cengkramannya.

Mereka menaiki tangga hingga lantai per lantai mereka lewati. Mereka sampai di lantai paling atas, di atap gedung. Dengan semilir angin musim semi di sore hari yang begitu menyejukkan menemani mereka. Namun ternyata angin itu tak meredakan amarah yang bersemayam di hati masing-masing.

"Apa yang kau lakukan Park!" Kyungsoo mendesis tidak suka, dia mengusap-usap pergelangan tanganya yang terasa nyeri akibar ditarik paksa oleh namja didepannya ini.

Chanyeol tak kalah menyeramkan, "harusnya aku yang berkata seperti itu? dimana hatimu hingga kau tega memisahkan aku dengan anak-anakku."

"Siapa yang kau maksud dengan anak-anakmu hah! dia anak-anakku bukan anak-anakmu."

"Jangan bercanda Do Kyungsoo! kau tahu betul aku ayah mereka tapi kau sama sekali tak memberitahuku bahkan aku berani bertaruh kalau kau tak memberitahu Hyeona dan Hyeowoon siapa ayah mereka, kau benar-benar keterlaluan Kyungsoo."

Sungguh setiap kata yang keluar dari mulut Chanyeol membuka kembali luka dihatinya. Dia tidak terima dengan semua tuduhan Chanyeol karena disini dia juga korban dari kebejatan Chanyeol.

"Apa kau pikir mereka akan senang punya ayah sepertimu?" tanya Kyungsoo dengan tawa mengejek.

"Dan apa kau pikir mereka juga bangga mempunyai ibu sepertimu? kau pembohong." balas Chanyeol tak mau kalah.

Kyungsoo meradang, "kau pikir hanya aku yang jadi pembohong disini hah! kau juga berbohong mengenai keadaan keluargaku?"

Chanyeol melotot.

"Kaget karena aku bisa tahu?" Kyungsoo mendecih tidak suka melihat wajah kaget Chanyeol, "kau tak bilang kalau Seungsoo hyung koma hampir 7 tahun lamanya padahal kau punya kesempatan untuk mengatakannya."

Rasa bersalah itu hinggap, menggerogoti tubuh Chanyeol hingga membuatnya rapuh. Dia mengambil langkah mundur, tiba-tiba merasa Kyungsoo begitu menakutkan dimatanya.

"7 tahun Chanyeol, itu berarti dia koma setelah aku pergi. Benar kan?" kyungsoo hanya membiarkan tubuh Chanyeol bergetar. "dan kau sama sekali tak memberitahuku."

"Aku mencarimu Kyung, sungguh."

Kyungsoo mendekat tapi Chanyeol mundur, "apakah kau benar-benar mencariku? atau hanya pura-pura mencariku?"

Chanyeol melotot tak percaya dengan ucapan Kyungsoo barusan, "apa maksudnya? aku benar-benar mencarimu Kyungsoo."

"Oh ya? kurasa kau tak benar-benar mencariku karena takut aku akan murka padamu begitu tahu kakakku koma, ibuku masuk rumah sakit jiwa dan ayahku meninggal setelah aku pergi."

Chanyeol semakin merasa kecil ditatap oleh sepasang mata bulat yang penuh dengan kebencian. Tubuhnya merosot, jatuh dengan kaki yang bergerak mundur menjauh dari Kyungsoo.

"Dan itu semua karena kau Park Chanyeol."

"Tidak, tidak!" Chanyeol berteriak dengan kedua tangan menutup telinganya, "ini semua bukan karena aku, iya ini bukan kesalahanku." selama ini Chanyeol selalu menyalahkan dirinya sendiri, dihadapan ibunya, dihadapan Junmyeon, dihadapan Yixing (dokter jiwa ibunya Kyungsoo) dia selalu menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa keluarga Do, lalu kenapa dia melakukan pembelaan didepan Kyungsoo?

"Paman Do meninggal karena kecelakaan dan Seungsoo koma juga karena kecelakaan saat mencarimu Kyung jadi ini semua salahmu, ya ini semua salahmu." Chanyeol terus meracau dengan mata menatap lantai.

"Beraninya kau!" tanpa rasa takut, tanpa rasa perduli Kyungsoo menjambak rambut keriting Chanyeol membuat mereka saling bertatapan.

"Kumohon Kyungsoo ini bukan salahku." Chanyeol menangis, mengiba belas kasihan barang sedikit saja untuk dirinya. Dia tidak mau Kyungsoo membencinya, dia tidak mau Kyungsoo menatapnya dengan mata penuh kebencian seperti sekarang. Dia berharap dengan pembelaan, dengan mengatakan kalau semua ini bukan salahnya Kyungsoo akan mengampuninya karena sungguh ini yang begitu ditakutkan Chanyeol.

Kyungsoo benci, teramat benci padanya.

"Kau pikir karena siapa aku pergi malam itu hah!" dia berteriak didepan wajah yang penuh dengan linangan airmata. Sama sekali tak rasa kasihan untuk namja ini. "Kau masih ingat Jessica? kau mengencaninya padahal kau menggunakan tubuhku sebegai pemuas nafsumu."

Jadi karena itu.

"Aku hamil waktu itu, hamil anakmu awalnya aku ingin memberitahumu tapi yang kudengar adalah kau mengatakan pada Seungsoo lewat telepon kalau kau mencintai Jessica. Jadi bisa simpulkan sendiri semua ini salah siapa? salahmu!" tubuh Chanyeol terhempas seiring lepasnya cengkeraman tangan Kyungsoo dirambutnya.

"Kau tahu," Chanyeol membuka mulutnya setelah beberapa detik yang lalu bungkam. "Aku bohong pada Seungsoo malam itu." kini matanya berani menatap Kyungsoo walaupun tetap dengan linangan airmata. "Seungsoo menyukai Jessica sejak kelas 1 senior high school."

Jadi dia menusuk kakakku dari belakang, cih rendahan sekali.

Chanyeol tahu apa yang sekarang Kyungsoo pikirkan, tapi dia memilih untuk melanjutkan. "Jessica, dia mengancamku."

Inginnya tidak peduli dengan semua omongan Chanyeol tapi hatinya mengatakan untuk tetap mendengarkan apa saja yang akan keluar dari mulut namja itu.

"Jessica mengancamku akan menyebarkan video sex kita kalau aku tak menerimanya sebagai pacarku."

Kyungsoo melotot. Dia bukan kaget tentang Chanyeol yang punya video sex mereka karena dia tahu betul Chanyeol punya banyak video mereka yang dia kagetkan adalah kenyataan kalau Jessica tahu tentang video itu lalu menggunakannya untuk mengancam Chanyeol.

"Kau pasti bohong." tak ada nada keyakinan dalam suaranya.

"Akhirnya aku menerimanya," Chanyeol meneruskan tanpa menggubris apa yang tadi dilontarkan Kyungsoo, "Seungsoo marah padaku karena menganggapku menusuknya dari belakang tapi aku meyakinkan dia kalau aku dan Jessica saling mencintai, bodohnya dia percaya." Chanyeol mengusap airmatanya yang tak kunjung berhenti, "aku bersyukur dia masih menganggapku sebagai sahabatnya."

Kyungsoo tercekat kalau kedua bola mata itu menatapnya intens penuh dengan penyesalan, penuh dengan keputusasaan dan penuh dengan cinta.

"Kupikir kau tak akan terpengaruh Kyung karena kukira kau melakukan sex denganku selama ini semata-mata untuk kesenangan saja."

Bodoh.

Bodoh.

Bodoh.

Kyungsoo merapalkan kata itu berulang kali.

"Ke..kenapa kau ma..mau menerima Jessica? Kau bisa saja membiarkan dia menyebarkan video itu." Kyungsoo mulai tersengal nafasnya dengan jntung bertalu.

"Karena aku takut namamu, nama keluargamu akan tercoreng kalau video itu sampai menyebar. Kalau hanya namaku yang rusak aku tak masalah Kyung."

"Kena..kenapa Chanyeol?" sungguh penjelasan dari Chanyeol membuat kepalanya pusing. Kenapa dia sampai mengorbankan dirinya untuk menjadi pacar Jessica hanya karena video itu? bukankah selama ini namja itu tidak peduli dengannya? jadi tak berpengaruh kan kalaupun video itu memberi dampak buruk untuk Kyungsoo.

"Karena aku tak mungkin melukaimu Kyung, aku mencintaimu Kyung, aku selalu mencintaimu hingga detik ini."

Tubuh Kyungsoo melemas, kakinya tak sanggup untuk menopang tubuhnya hingga tubuhnya merosot. Dia terlalu shock dengan kenyataan yang dibeberkan oleh Chanyeol. Ada 2 hal yang selama ini tak diketahuinya. Pertama bukan Chanyeol yang salah, dirinyalah yang salah. Kalau dulu dia tidak gegabah mengambil keputusan mungkin jadinya tidak seperti ini. Dia sudah terbutakan oleh prasangka buruk terhadap Chanyeol hingga dia membuat keputusan singkat dengan memilih pergi daripada melihat Chanyeol bersama wanita lain. Ketakutan lainnya yang mendukung dia pergi adalah Chanyeol yang tidak mengharapkan bayi mereka. Dia tidak mau kehilangan darah dagingnya, darah daging Chanyeol.

Tapi kenyataan satu lagi yang membuat dia lebih terpuruk.

Chanyeol mencintaiku? Dia mencintaiku selama ini?

"Maafkan aku Kyung, kalau saja dulu aku jujur padamu semuanya tak akan seperti ini."

Dia mencintaku? Namja ini mencintaiku?

Dia belum yakin tapi dia percaya dengan apa yang dikatakan oleh Chanyeol. Dari matanya Kyungsoo bisa melihat cinta yang begitu besar untuknya. Sebenarnya dari dulu Kyungsoo melihatnya. Ketika mereka sedang berhubungan tidak satu atau dua kali dia melihat tatapan Chanyeol yang begitu memuja dirinya tapi dulu dia begitu takut untuk menanyakannya. Dia takut kalau jawaban yang diberikan Chanyeol akan beda dengan yang diharapkan.

"Kyung aku.."

Drrtt..drtt..

Ucapannya disela oleh getar dari handphonenya, awalnya dia ingin mengabaikan tapi getarannya tak kunjung berhenti.

Jongin?

"Kau dimana Chan? anak-anakmu menangis, mereka ingin bertemu denganmu."

Pip.

"Kyungsoo sepertinya kita harus kembali, si kembar menangis." Chanyeol tak menunggu apakah Kyungsoo mengikutinya atau tidak. Sekarang yang ada di otaknya hanya kedua anaknya yang sedang menangis menantinya. Dia menuruni tangga dengan tergesa-gesa berharap untuk dapat cepat sampai dikamar Hyeona, mendekap dan menenangkan mereka. Mengatakan kalau dia tidak akan kemana-mana.

Chanyeol lupa kalau berjalan selain membutuhkan sepasang kaki yang kuat dia juga membutuhkan sepasang mata yang awas. Keduanya harus bekerja sama agar dia sampai tujuan dengan selamat dan cepat. Percuma kau mempunyai kaki kuat tapi matamu tidak kau pakai. Itu yang terjadi dengan Chanyeol.

Terdengar konyol karena dia terjatuh dari tangga karena menginjak tali sepatunya sendiri tapi masihkah kau berkata konyol ketika melihat apa yang terjadi dengan namja itu?

Kyungsoo berlari menuruni anak tangga satu persatu dengan tergesa-gesa. Teriakan dari Chanyeol beberapa detik yang lalu mengembalikan kesadarannya dari lamunan yang menyesakkan hatinya. Dia bahkan tidak sadar kalau Chanyeol sudah menghilang dari hadapannya.

"CHANYEOL!" teriakannya menggema, mengiba melihat kondisi Chanyeol sekarang, "Chan...ya Tuhan!" tangannya gemetaran melihat darah segar yang menggenang di lantai berwarna putih ini.

"Ky...uhuk.." Kyungsoo semakin kalut melihat darah keluar dari mulut Chanyeol.

"Kumohon tetap buka matamu, buka matamu Park Chanyeol." airmata Kyungsoo jatuh bercampur dengan darah Chanyeol yang semakin banyak. Dengan tangan yang berubah warna menjadi merah dia memanggil Jongin.

"Yaa, kau dimana?"

"Hy..hyung..akk..aku..at..atap. Chan.."

"Kyungsoo, kau kenapa?"

"Tidak Chanyeol buka matamu!"

Handphonenye tergeletak, dia memilih mengabaikan teriakan Jongin diseberang sana.

"Kyu...ng."

Kepala Kyungsoo menggeleng sebagai tanda untuk Chanyeol berhenti bicara.

"Ak..akkuhh.."

"Berhenti bicara Park."

Dalam situasi ini harusnya Kyungsoo fokus dengan keadaan Chanyeol yang semakin melemah tapi otaknya tak bisa menghalangi suara orang itu.

Chanyeol sudah cukup menderita selama ini. Dia bahkan pernah dirawat selama seminggu karena mengurusi Seungsoo. Dia juga tak pernah absen untuk mengurusi Nyonya Do di rumah sakit jiwa mungkin itu yang menyebabkan dia jatuh sakit.

Itu suara Junmyeon yang Kyungsoo ketahui sebagai dokter dari kakaknya. Dia bertemu dengannya tadi siang saat dia tak sengaja menemukan kamar Seungsoo. Begitu tahu siapa dirinya, Junmyeon langsung menceritakan apa yang dia tahu tentang Chanyeol.

Dia selalu menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dengan keluargamu, Kyungsoo ssi. Aku memang tak tahu persis permasalahannya tapi melihat penderitaan Chanyeol selama ini aku harap dia mendapat kata maaf darimu.

Tadinya dia tak ingin memafkan Chanyeol, setelah apa yang dia lakukan pada dirinya dan juga keluarganya bagaimana bisa Kyungsoo memaafkan Chanyeol? tapi setelah mendengarkan penjelasan Chanyeol tadi, dia merasa bersalah karena tak sepenuhnya kesalahan ada pada namja itu.

"Chanyeol, maafkan aku kumohon bertahanlah." Kyungsoo semakin panik melihat nafas Chanyeol yang kesulitan.

"TOLOOOONG!" dengan sekuat tenaga dia berteriak berharap ada yang mendengarnya lalu menolongnya.

"Kyu..ng.."

Sekarang atau tidak sama sekali.

"Akkuuhh..." dengan tenaganya yang tersisa, Chanyeol ingin mengutarakan apa yang selama ini dia pendam. Sudah cukup selama 7 tahun dia hidup dalam penyesalan. Sudah cukup selama 7 tahun dia menunggu Kyungsoo untuk hadir lagi dalam hidupnya. "men...mencinta...imuuhh."

Dengan tangan memerah terkena darahnya sendiri Chanyeol memegang pipi Kyungsoo.

Halus, masih sama seperti dulu.

Pelan namun pasti tenaganya tersedot, matanya memberat dan nafasnya tak lagi teratur.

"Tidaaakkkk, Chanyeol bangun!CHANYEOL!" Kyungsoo meraung sambil mendekap tubuh Chanyeol yang kini tak bergerak. Kedua mata itu telah terpejam, akankah untuk selamanya?

.

.

.

The end.

.

.

.

Holaaa,,, ada yang terkejut dengan fakta diatas?

Seperti judulya, kamu tak pernah tahu apa yang dialami Chanyeol setelah Kyungsoo pergi. Kamu tak pernah tahu fakta apa dibalik semua yang terjadi.

Semuanya adalah fiksi, murni dari otak aku jadi kalau ada yang kurang berkenan dan tidak sama dengan pemikiran kalian well itu hak kalian, perbedaan itu indah loh, hehe

Big thanks to everyone who following this story till the end, I love you guys so much!

This story is nothing without all of your love, mumumu

So this is the end, any complain?

Karena tak semua kisah itu berakhir happy ending guys, justru yang nyesek yang biasanya dikenang,,hohoho

Comments are love for me^^

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Omake

1 year later

Sinar matahari yang menyengat di luar sana seakan sebagai menjadi pengingat kalau sudah waktunya dia bangun tapi salahkan saja pekerjaan yang menggunung sehingga mengharuskan dia tetap terjaga hingga pukul 3 malam jadi bangun siang tak masalah kan?

Brak.

Sepertinya akan masalah.

Kedua matanya masih terpejam walau sedari tadi dia sudah sadar. Dia merencanakan untuk menambah jam tidur tapi merasakan kasurnya yang bertambah berat dia hanya bisa mendesah dalam hati.

"Appa, ayo bangun. Kau sudah berjanji untuk mengajak kami ke Lotte world."

See, dia tak akan bisa tidur lagi setelah ini.

"Appa, Appa." tubuhnya tergoncang tapi matanya tetap terpejam, "Appaaaaaaa." dia hanya bisa tertawa dalam hati mendengar rengekan "putra"nya.

"Kau lupa kodenya prince." sahutnya dengan suara serak khas orang bangun tidur. Detik berikutnya dia merasakan kecupan di pipi kiri dan kanan lalu beralih ke dahi dan terakhir di kedua matanya.

Sang anak tertawa melihat appanya membuka mata, "wah, anak Appa tampan sekali."

"Tentu kan appanya juga tampan."

Kedua laki-laki beda usia itu tertawa bersama, "Appaaaa." Ups sang princess datang mengganggu, begitulah pemikiran sang prince. "ayo cepat mandi, kami sudah siap tinggal appa saja yang belum."

"Appa tidak akan mandi kecuali dapat hadiah dari princess dulu." sang anak hanya memutar bola mata jengah tapi menurutinya juga. Dia melakukan hal yang sama seperti kakaknya, cium pipi kiri kanan,dahi lalu kedua mata sang ayah.

"Baiklah sekarang Hyeona dan Hyeowoon keluar dulu, appa mau mandi." dengan senyum lebar di wajah masing-masing, kedua anak itu keluar dari kamar appanya sementara sang appa hanya menggelengkan kepala melihat antusias sang anak untuk pergi ke Lotte World.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka lagi namun bukan dua anak kecil tadi yang masuk melainkan seorang yeoja dengan perut agak buncit menandakan kehamilannya yang masuk 4 bulan.

"Kau sudah bangun? pasti si kembar berisik." sang istri menghampiri suaminya yang terlihat lelah, "kalau masih mengantuk tidur saja dulu, aku akan mengalihkan perhatian mereka."

Sang suami tidak mengiyakan melainkan menggelengkan kepalanya, "aku sudah cukup tidur sayang lagipula mereka begitu senang untuk pergi ke Lotte World." katanya sebelum memeluk pinggang sang istri, "selamat pagi anakku, apa kau membuat eommamu repot?" sapanya pada perut buncit istrinya. "Apa kau yakin akan ikut? aku takut kau kelelahan sayang."

Sang istri menggeleng, "tidak akan Oppa, lagipula ada Jongin hyung yang akan menemaniku nanti sementara kau dan Sehun menjaga si kembar dan Hyerin." sang suami mengiyakan, "tapi besok kau tak perlu ikut menjemput Kyungsoo di bandara. Aku dan Sehun serta Jongin akan menjemput mereka."

"Apa Kyungsoo yakin akan pulang?" tanya istrinya sambil membelai rambut cokelat sang suami. "Apa Chanyeol sudah benar-benar sembuh?"

Sang suami yang bernama Byun Baekhyun mengangguk mantap, "sudah. Terakhir aku mengunjunginya di Amerika bulan lalu, Chanyeol sudah bisa berjalan Xe. Aku harap dia bisa kembali sehat seperti semula."

Xena, Nam Xena atau setelah menikah dia menjadi Byun Xena menghembuskan nafas mendengar penuturan suaminya yang sudah dia nikahi dari 6 bulan lalu. "Kuharap begitu, kasihan Hyeona dan Hyeowoon yang terpisah dengan kedua orang tuanya."

Baekhyun membenarkan. Selanjutnya tak kata yang terucap, keduanya diam menikmati kehadiran masing-masing. Tiba-tiba Xena teringat kejadian satu tahun belakangan.

Xena sama sekali tak menyangka kalau dia akan menikah dengan mantan pacar ayahnya Hyeowoon. Awalnya dia mengenal Baekhyun karena dia sering menjenguk Chanyeol yang kala itu dirawat dirumah sakit karena jatuh dari tangga. Dia sering mengasuh si kembar jika Kyungsoo, Jongin ataupun Sehun sibuk mengurusi Chanyeol yang bisa dibilang kritis. Dia jadi tahu masa lalu bosnya yang benar-benar kelam.

Keadaan Chanyeol belum sepenuhnya membaik meskipun sudah memasuki minggu kedua. Dia masih koma dan saat itu Seungsoo menghembuskan nafas terakhir. Kyungsoo terlihat sangat terpuruk dengan kematian kakaknya, dia sempat jatuh sakit tapi keadaan Chanyeol yang mulai membaik membuat namja itu mulai menjalani hari-harinya dengan lebih baik.

Kyungsoo memutuskan putus dengan Baekhyun karena dia ingin fokus dengan Chanyeol. Setelah semua yang dialami Chanyeol selama ini dia tidak mungkin meninggalkan Chanyeol begitu saja. Walau berat tapi Baekhyun menerima, dia bahagia asal Kyungsoo bahagia.

Begitu juga dengan hubungan Xena dan Arthur juga tak berjalan baik karena Arthur harus pulang ke negara asalnya jadi mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan menghilangkan sakit hatinya, yeoja itu memilih menghabiskan waktu dengan si kembar.

Satu bulan setelah Chanyeol akhirnya sadar, namja itu dibawa ke Amerika untuk mendapatkan penanganan lebih intensif. Hyeona dan Hyeowoon tak mungkin dibawa jadi dia dititipkan pada Xena karena Jongin juga ikut ke Amerika. Sehun dan Baekhyun setuju untuk mengurus perusahaan Chanyeol supaya Xena bisa fokus mengurusi si kembar. Mereka bahu membahu dalam keadaan sulit dan saling mendoakan untuk kesembuhan Chanyeol.

Sesekali mereka menjenguk Chanyeol untuk melihat keadaannya. Chanyeol mengalami gegar otak ringan serta patah tulang di kaki kanannya. Untung saja keadaannya membaik dari waktu ke waktu tapi kakinya membutuhkan waktu untuk bisa berjalan seperti dulu.

Saat itulah kedekatan Baekhyun dengan Xena terjalin. Terlalu sering bertemu bahkan tak jarang mereka menginap di tempat yang sama membuat benih cinta perlahan tumbuh.

Awalnya Xena tak yakin ketika Baekhyun melamarnya, dia pernah menjadi gay jadi ketakutan kalau Baekhyun tidak serius dengannya pasti ada. Tapi lihatlah sekarang dirinya sudah berbadan dua mengandung anak Baekhyun.

Terkadang takdir tak masuk di akal. Yang tadinya jauh bisa menjadi dekat dan yang tadinya dekat bisa menjadi jauh.

"Sayang, aku lupa kalau nanti sore nyonya Do ingin bertemu dengan si kembar."

Ibunya Kyungsoo perlahan membaik setelah melihat Kyungsoo kembali. Kejiwaannya perlahan pulih sehingga dia dinyatakan aman untuk keluar dari rumah sakit jiwa namun dia memilih untuk tinggal di panti jompo saja dengan alasan disana lebih tenang. Sesekali dia meminta untuk bertemu dengan cucu-cucunya yang selama ini tak dia ketahui keberadaanya.

"Bagaimana kalau besok saja, kita bisa mengunjunginya dengan Kyungsoo dan Chanyeol juga?"

"Ide bagus, aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu juga."

Mereka kemudian berbagi ciuman dipagi hari tanpa sadar kalau pintu kamar dibuka oleh seseorang, "oh jadi seperti ini kelakuan kalian dirumah. Pintu kamar tidak dikunci bagaimana kalau anak-anakku masuk dan melihat adegan mesum kalian?"

Sepasang suami istri itu menegang mendengar suara yang seharusnya berada di Amerika sana.

"Chanyeol!" pekik Xena lalu berlari memeluk namja yang dulu menjabat sebagai bosnya. Dia sampai lupa dengan kehamilannya.

"Wahh, aku tak menyangka kau bisa hamil juga."

Pletak.

"Yaa, kau pikir aku bukan wanita." Xena menggembungkan pipinya, "kupikir setelah otakmu bermasalah kau akan lebih baik lagi dalam bersikap ternyata sama saja."

Chanyeol tertawa mendengarnya, "kau juga tidak berubah, tetap tidak sopan pada bosmu ini."

Kalau diteruskan perdebatan mereka akan semakin panjang jadi Baekhyun maju sebagai penengah, "kenapa pulang sekarang? bukankah rencananya besok." tanya Baekhyun.

"Kyungsoo sudah tidak sabar bertemu dengan si kembar jadi kami putuskan untuk maju sehari lagipula aku sudah sehat."

Senang rasanya bisa melihat Chanyeol sehat seperti sedia kala. Saat pertama kali ditemukan, Baekhyun sempat ragu kalau nyawa Chanyeol akan selamat melihat begitu banyaknya darah di lokasi kejadian. Jantungnya juga sempat berhenti berdetak tapi untung saja dia masih selamat.

"Kyungsoo dimana?" kepala Baekhyun menengok kiri kanan mencari keberadaan si namja dengan mata bulat itu.

Chanyeol berdecak dengan kedua tangan terlipat di dada, "kalian terlalu sibuk hingga tidak sadar kalau kami sudah masuk dari tadi, kupikir kalian ada di apartemen Jongin jadi kami mencari kalian disana ternyata sampai disana tidak ada, pantas saja ternyata kalian sibuk didalam kamar."

Keduanya hanya meringis, merasa tak enak karena meninggalkan si kembar sendirian di ruang tamu. Tadinya Xena masuk ke kamar untuk mengecek keadaan Baekhyun tapi namanya juga pengantin baru, baru 6 bulan maksudnya.

"Ya sudah ayo siap-siap bukannya kita mau pergi ke Lotte world?"

"Eh, kau tak capek? kalian kan baru sampai." tanya Xena.

"Mau bagaimana lagi baik Hyeona maupun Hyeowoon langsung mengajakku ke Lotte world begitu melihatku dan Kyungsoo, dasar anak-anak bukannya menanyakan keadaanku. Ini pasti ajaranmu Byun." Baekhyun hanya tertawa mendengar omelan Chanyeol.

"Memangnya kau mau mereka menangisi kepulanganmu?"

Chanyeol nampak berpikir, "benar juga kau. Aku lebih suka mereka menyambutku seperti tadi."

"Oh ya, kau sudah memikirkan bagaimana melamar Kyungsoo?" Xena bertanya setelah mereka terdiam sejenak.

Chanyeol cuma bisa menampilkan tawa lebarnya, "kau tak tahu saja, bulan depan pernikahan kami."

Xena menjerit, Baekhyun juga menjerit bukan karena kabar gembira itu tapi lebih kepada memarahi istrinya yang suka lupa kalau dia berbadan dua. Tingkah lakunya seperti tak membawa nyawa saja diperutnya.

"Woaahhh, aku harus mendiskusikan persiapannya dengan Kyungsoo. Dia diapartemen Jongin kan?"

Setelah Chanyeol mengangguk, Xena langsung melesat keluar. Gadis itu tidak memedulikan teriakan Baekhyun untuk hati-hati.

Jongin dan Sehun tinggal disebelah mereka, alasanya supaya mereka lebih dekat dan fleksibel dalam menjaga si kembar. Apalagi setelah Jongin dan Sehun mengadopsi seorang gadis manis berumur 2 tahun yang ditemukan Jongin sedang mengemis, membuatnya harus menitipkan anak yang bernama Hyerin, Oh Hyerin kepada Xena.

"Hei Baek.." Baekhyun memfokuskan pandangannya pada Chanyeol setelah Xena tak terlihat lagi. Dia bertanya ada apa yang dijawab Chanyeol, "terima kasih untuk semua. Terima kasih untuk menjaga putra-putriku, perusahaanku terlebih terima kasih telah melepaskan Kyungsoo untukku."

Baekhyun tertawa mendengarnya, dia kira dia tidak akan bisa melihat Chanyeol berdiri didepannya, berbicara dengannya, "kau salah Chanyeol." Chanyeol memberikan tatapan bertanya, "sejak awal aku mengenal Kyungsoo, dia tidak pernah menjadi milikku."

Sepertinya Chanyeol tahu kalimat lanjutan yang akan Baekhyun berikan untuknya, "he always yours."

Tuh kan..

Bodohnya Chanyeol yang baru menyadari kalau sedari dulu Kyungsoo selalu menjadi miliknya. Bahkan ikatan pernikahan rasanya tak akan cukup untuk menyatukan mereka, karena masih ada kematian.

Tapi..

Selama mereka saling mencintai bakan kematian pun tak akan bisa memisahkan mereka, bukan?

.

.

.

The (real) Ending.

Okay, pada dasarnya aku ga suka sad ending jadi aku bikin happy ending juga.

Terserah kalian mau pilih yang mana, dan jangan timpuk aku kenapa aku buat ending kayak gitu.-,-

Huwaaaa kelar juga nih ff, terima kasih banyak semua #deepbow

Terakhiiirrr!

Comments are love for me^^