Who Are You? I Am You

by baketheyolk

Pair(s): Chanbaek, GTop

Cast(s): Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Kwon Jiyong, Choi Seunghyun

Rated: M

Genre: Romance, Fantasy, Slight! Hurt

Warning! Dunno how to say this but it's a body swap fanfiction with my 2 otps from different fandom are staring in it.

-o-O-o-

Chanyeol mengendarai mobil Ford hitam metaliknya dengan kecepatan konstan. Mobil mewah itu membelah jalanan kota Seoul di pagi hari yang lengang. Ia memang dikejar waktu, namun ia pun tak ingin membahayakan keselamatan dirinya dengan melajukan kendaraan beroda empat tersebut di atas kecepatan yang rata-rata.

Chanyeol sebenarnya sedang gusar. Ucapan Jiyong tempo hari terus terngiang dengan jelas dalam benaknya, seolah-olah perkataan itu tidak bisa berhenti untuk berputar di pikiran Chanyeol barang sedetikpun.

Kepergiannya ke Beijing adalah kesempatan yang akan Chanyeol gunakan untuk membuktikan dugaannya tentang Baekhyun. Ia akan mengajak kekasihnya itu ke negeri tirai bambu untuk menemaninya tampil di acara itu. Chanyeol bahkan sudah menyiapkan seluruh kebutuhan Baekhyun untuk di sana, meski hanya menghabiskan waktu beberapa hari saja. Tetapi yang Chanyeol tidak pikirkan, apa langkah selanjutnya yang akan ia ambil jika memang perkiraannya itu tepat.

Chanyeol tidak lupa bahwa hari ini Baekhyun akan pulang ke rumah orang tuanya. Alasan ia tidak dapat mengantarkan pemuda mungil itu karena ia yang harus pergi ke Beijing. Sebisa mungkin Chanyeol akan mencoba menahan keberangkatan kekasihnya itu ke Bucheon. Dan apabila cara persuasifnya tidak membuahkan hasil, terpaksa ia akan menyeret Baekhyun untuk masuk ke dalam mobilnya dan menculiknya dengan penuh kesadaran.

Sesampainya Chanyeol dan ketika ia masuk ke dalam elevator di gedung apartemen Baekhyun, ada sebuah tangan yang terulur dan berusaha mencegah pintu otomatis itu tertutup. Chanyeol memperhatikan orang yang masuk ke dalam kotak besi itu dan mendapati sahabat dekatnya berdiri dengan sorot mata yang menyalang tajam. Sudah lama sekali mereka tidak bertatap muka sedekat ini.

"Bajingan!"

Satu pukulan telak Chanyeol rasakan di pipi kanannya yang berbatasan dengan bibir. Dalam keadaan seperti ini, pikirannya masih sempat menerawang jauh ke belakang, bernostalgia ke masa dimana ia diberi bogeman mentah oleh orang yang sama. Lalu Chanyeol mendesis menahan rasa sakit. Nampaknya ujung bibirnya sobek dan ia mampu mengecap rasa anyir darah kala mulutnya terbuka untuk berbicara.

"Apa-apaan kau ini, Sehun?!" Chanyeol bertanya dengan nada yang menuntut sebab menurutnya ia tidak berhak menerima pukulan tersebut. Ia tidak melakukan kesalahan yang membuat Baekhyun bersedih diri kali ini.

Andai saja Chanyeol tahu bahwa ia telah menyebabkan pemuda mungil bersurai abu-abu itu menangis sesenggukan di pelukan Sehun kemarin malam.

Alih-alih menjawab, Sehun justru menarik kerah kemeja linen yang Chanyeol kenakan dan membanting tubuh pemuda yang sedikit lebih besar darinya ke dinding kaca yang mengelilingi mereka. Satu tinju nyaris ia layangkan kembali ke arah yang berlawanan dari serangannya yang pertama. Tapi ia urungkan niatnya dan kini ia tengah menindih tubuh Chanyeol agar membatasi pergerakan orang yang berstatus sebagai kekasih Baekhyun.

"Pukulan pertama itu karena kau sudah membuat Baekhyun menangis lagi," kata Sehun seraya kepalan tangannya mendarat di pelipis Chanyeol, "pukulan kedua aku berikan karena sifatmu yang kelewat brengsek," Sehun membawa tinjunya lagi ke wajah tampan Chanyeol, "pukulan ketiga pantas kau terima sebab kau menyia-nyiakan kesempatan yang telah aku berikan beberapa tahun yang lalu!"

"Apa maksudmu, sialan? Aku tidak berbuat apapun pada Baekhyun!"

Sehun kian mengeratkan cengkeramannya di kerah leher Chanyeol. Ia menatap Chanyeol dengan pandangan yang jengah. Sungguh sekarang Sehun pun jadi ikut mempertanyakan perasaan Chanyeol terhadap Baekhyun, "Kau menyakiti Baekhyun dan kau tidak sadar?"

Chanyeol menjawab pertanyaan retoris Sehun dengan gelengan yang lemah sebab jujur saja, tiga pukulan keras bertubi-tubi yang ia terima sukses membuat fokus pandangannya agak berbayang. Belum lagi dorongan kasar dari Sehun pada tubuhnya di awal tadi, mengakibatkan kepalanya sedikit pening karena terbentur dinding.

Sehun mendengus kencang melihat respon yang Chanyeol berikan, "Kalau saja aku tidak mundur saat itu, pasti Baekhyun tidak akan mengalami hal yang seperti ini!"

Chanyeol menahan tinjuan Sehun yang hendak bersentuhan dengan kulit wajahnya lagi. Kemudian ia bangkit dari posisi berbaringnya sehingga membuat Sehun terjungkal ke belakang. Sehun mengira kalau Chanyeol akan membalasnya, namun pemuda jangkung itu justru berjalan melewatinya saat bel elevator berdenting dan layar kecil digital di atasnya menunjukkan angka 12. Chanyeol telah tiba di lantai kamar Baekhyun.

Chanyeol yang berlalu di depan Sehun menyempatkan diri untuk menendang kaki jenjang pemuda albino itu dengan sengaja. Sebelum pintu elevator tertutup kembali, Chanyeol mengatakan dengan disertai seringai ejekan yang mengerikan, "Sesalilah keputusanmu itu karena seingatku aku tak pernah sekalipun menyuruhmu untuk mundur, Oh Sehun."

-o-O-o-

Baekhyun berjalan di kamarnya yang baru seraya menanti suara panggilan di ponsel asing itu untuk berhenti. Nama pemanggil yang ditampilkan pada layar ialah Seunghyun dengan imbuhan ikon hati di akhir namanya. Ponsel tersebut telah berbunyi sebanyak enam kali. Sejumlah itu pula Baekhyun bingung apa yang harus ia lakukan.

Di tempat lain, Seunghyun yang tengah berada di kursi penumpang mobil Seungri menatapi layar ponselnya dengan cemas. Jiyong tak kunjung mengangkat panggilannya. Chat yang ia kirim pun hanya dibaca tanpa ada balasan. Ia tahu jika dirinya telah mengabaikan Jiyong selama dua pekan terakhir. Tapi percayalah, dalam kurun waktu itu Seunghyun pun sebenarnya memikirkan cara yang ampuh untuk membujuk kekasihnya agar tidak marah lagi padanya.

Seunghyun sadar kalau mereka berdua sudah jarang menikmati kencan selain di dalam studio lukisnya. Seunghyun juga tahu bila kekasihnya memiliki jiwa sosial yang tinggi yang membuat dirinya mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan. Pasti Jiyong ingin merasakan kencan di luar sesekali dan memperkenalkan dirinya pada kawan-kawannya yang banyak itu. Kepribadian mereka memang sangat bertolakbelakang, tapi itu tidak menjadikan halangan bagi keduanya untuk menjalin sebuah hubungan.

"Kau yakin ingin ikut dengan kami, hyung? Sepertinya kau terlihat gusar sekali saat melihat ponselmu itu. Apa ada hubungannya dengan pameran?" Ujar orang yang tengah menjadi supirnya saat ini.

Seunghyun menghela nafas pelan dan menjawab pertanyaan itu dengan, "Tidak, ini bukan lagi tentang lukisanku. Jiyong tidak menjawab panggilanku sejak tadi."

Seungri si supir pribadi khusus untuk saat ini, akhirnya tak mampu membendung tawanya ketika mendengar alasan yang dilontarkan oleh hyungnya, "Tenang saja. Jiyong-hyung pasti akan luluh saat kau memberikan buket bunga itu padanya nanti."

Seunghyun menggumamkan pengharapan yang diawali dengan kata semoga kala Seungri menanggapinya. Lee Seungri merupakan sepupu Seunghyun dari keluarga ibunya yang kebetulan kenal dekat dengan kekasihnya, Kwon Jiyong. Tak heran apabila pemuda yang memiliki mata layaknya panda itu hafal betul segala tabiat Jiyong. Ditambah lagi bar yang Seungri punya adalah pangkalan utama berkumpulnya Jiyong dengan rekan setimnya. Tak ayal mereka mengenali satu sama lain dengan sangat baik.

Seunghyun turun dari mobil Seungri saat pemuda yang lebih muda darinya itu mengatakan akan menunggunya di depan gerbang saja. Seungri juga bilang kalau dirinya ingin menghubungi Junmyeon mengenai pesawat yang akan mereka naiki untuk ke Beijing.

Setelah berpikir cukup lama, Seunghyun memutuskan untuk ikut dengan Jiyong ke acaranya. Namun keikutsertaannya masih dirahasiakan dari kekasihnya itu dengan maksud sebagai kejutan yang bertujuan agar Seunghyun bisa dimaafkan. Seunghyun bahkan menyerahkan tiga lukisan terbarunya untuk dipegang Daesung di pameran dan mengandalkan pemuda bermata sipit itu untuk menghasilkan pundi-pundi uang yang menguntungkan baginya. Ia perlua mengakui kalau ini pertama kalinya ia mengesampingkan pekerjaan dan lebih memilih untuk bersama sang kekasih.

Dengan langkah yang pasti, Seunghyun membuka gerbang raksasa rumah Jiyong yang berwarna hitam. Gerbang itu menunjukkan keangkuhan sekaligus kemewahan secara bersamaan, sebab rumah Jiyong ialah rumah terbesar di deretan perumahan elit ini.

Seunghyun memencet bel yang terpasang di samping pintu utama rumah Jiyong yang terbuat dari kayu mahogani berkualitas tinggi. Ia mengetuk-ngetukan sepatu pantofelnya tidak sabar ke lantai seraya menanti pemilik rumah membukakan pintu untuknya.

Baekhyun berlari kecil menuruni anak tangga menuju pintu ketika indera pendengarannya menangkap bel yang dibunyikan oleh seseorang. Ia menyempatkan diri untuk menilik dari lubang intip yang ada di pintu rumah itu dan melihat sesosok pria tampan yang juga sedang menatapnya dari lubang tersebut. Baekhyun terkejut dan sontak mundur beberapa langkah dari daun pintu.

"Ji? Tolong buka pintunya. Aku melihatmu ada di balik pintu ini." Ucap orang asing di luar sana kepada Baekhyun.

Dengan ketakutan yang menyelimuti dirinya, Baekhyun membuka pintu itu perlahan. Lalu ia menyembulkan kepalanya sedikit dari celah pintu yang terbuka. Pemuda asing di hadapan Baekhyun terlihat sangat tampan. Memang tidak semenawan seperti Chanyeol, tetapi pemuda itu memiliki fitur-fitur yang amat rupawan untuk seorang lelaki biasa. Agaknya Baekhyun pernah melihat pemuda ini di suatu tempat yang penting, tapi memorinya seketika sedang tidak bisa diajak kompromi untuk mengingat. Aroma parfum kombinasi dari citrus dan lemon, menguar kuat di udara saat ia membuka pintu dengan lebar dan secara cepat wewangian itu memasuki rongga pernafasannya.

Seunghyun mengernyitkan dahinya dalam. Kekasihnya tengah memperhatikan penampilan dirinya dari ujung rambut hingga kaki dengan tatapan yang menyaratkan…..kebingungan? Pikir Seunghyun ini sangat mengherankan. Biasanya ia akan mendapatkan dua reaksi dari Jiyong ketika ia berkunjung ke rumahnya, entah ia langsung menghambur ke dalam pelukan atau hanya mempersilakan dirinya masuk ke dalam seraya meninggalkannya di belakang jika pemuda kecil itu sedang merajuk. Sepanjang mereka berpacaran, Seunghyun tidak pernah ditatap dengan sorotan mata seperti itu.

Seunghyun mengeluarkan sebuket bunga lily putih yang ia sembunyikan di belakang punggungnya. Lalu ia menyerahkan bunga segar itu pada Jiyong dengan tak lupa menghiasi wajah tampannya dengan senyuman, "Untukmu, Ji. Maafkan kesalahanku ya?"

Baekhyun masih terpaku di tempat. Tangannya bergerak secara otomatis untuk menyambut bunga pemberian itu dan segera mengendus wangi khasnya yang tersedia. Sesaat ia tersadar dari tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan lamanya dan kemudian membungkukkan tubuhnya beberapa kali sebagai bentuk terima kasih kepada orang yang sudah memberikannya bunga. Ia sudah lupa kapan terakhir kali Chanyeol memberikan buket bunga padanya.

Sedangkan Seunghyun semakin kebingungan karena sikap Jiyong yang tidak seperti biasa. Jiyong tak pernah membungkuk di depan Seunghyun. Apa kepala Jiyong terbentur sesuatu yang mampu menyebabkan perilakunya berubah hanya dalam waktu dua minggu?

Seunghyun pun menghapus jarak di antara mereka. Ia mendekati Jiyong yang anehnya juga ikut melangkah mundur menghindarinya. Tangan Seunghyun langsung terulur untuk menarik kekasihnya ke dalam pelukan. Ia tidak akan membiarkan Jiyong melangkah menjauhinya lagi. Sungguh ia merindukan tubuh kecil ini di dalam dekapannya. Tak peduli seberapapun keras kepalanya Jiyong, rasa cintanya pada pemuda yang helaian rambutnya berwarna abu-abu itu mampu menandingi perasaannya yang lain.

Mata sipit Baekhyun membola kaget. Ia bahkan tidak kenal siapa orang yang tengah memeluknya dengan erat kini. Sejenak ia merasa kalau dirinya telah melakukan suatu hal yang akan membuat Chanyeol kecewa. Baekhyun yang menyadari sifat posesif yang terpendam dalam diri Chanyeol, selalu berusaha agar tidak memancing kekasih jangkungnya itu cemburu.

Namun Baekhyun tidak dapat berbuat apa-apa. Nampaknya pemuda tampan ini adalah kekasih dari orang yang jiwanya tengah tertukar dengan Baekhyun. Pemuda yang memeluknya menghujani kecupan-kecupan ringan di area lehernya yang mengakibatkan Baekhyun merasakan sensasi geli yang tak tertahankan. Leher akan selalu menjadi anggota tubuhnya yang paling sensitif, meskipun ia sedang tidak berada di tubuhnya yang asli. Refleks ia mendorong pemuda itu dan menjaga jarak dengannya. Hatinya telah menjerit sejak tadi agar tidak berbuat lebih jauh lagi jika ia ingin Chanyeol tidak kecewa padanya.

"Di mana kopermu, Ji?" Tanya Seunghyun yang sebenarnya tidak rela berpisah dari kehangatan tubuh Jiyong dipelukannya.

Baekhyun mengerjapkan matanya beberapa kali dan memproses kalimat yang orang itu ucapkan, tapi yang keluar sebagai jawabannya hanya, "Huh?"

Seunghyun memberi kecupan singkat di bibir Baekhyun dan meninggalkannya untuk pergi ke atas. Ia tahu pemuda itu mengecup tubuh orang yang sedang ia kuasai raganya. Tapi tetap saja debaran jantungnya yang keras masih tersisa kendati pemuda itu sudah berjalan mendahuluinya. Baekhyun tidak pernah dicium selain oleh Chanyeol dan kedua orang tuanya. Rasanya sangat aneh ketika ia merasakan bibir tipis pemuda itu tertempel di bibir tubuh orang ini.

Seunghyun turun dengan menyeret koper oranye Jiyong yang berukuran sedang. Saat matanya menangkap kekasihnya yang tidak bergerak dari tempatnya semula, dengan lembut Seunghyun berkata, "Cepatlah bersiap, sayang. Kita masih harus pergi ke Beijing setelah ini."

-o-O-o-

Jiyong terkejut bukan main tatkala seseorang dengan tanpa izin memasuki kamar tempat ia berbaring. Matanya kian membesar saat mengetahui bahwa orang yang berjalan mengendap-endap itu tak lain dan tak bukan ialah Chanyeol, DJ sekaligus rapper andalannya.

Jiyong memang sengaja tidak membukakan pintu yang telah membangunkannya dari dunia mimpi. Ia membatalkan niatnya itu ketika melihat pantulan wajahnya yang tidak ia kenali di layar televisi tadi. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk kembali merebahkan dirinya di ranjang singlenya yang empuk. Pikirannya terus berputar dan bertanya pada diri sendiri mengapa tubuhnya bisa tertukar seperti ini.

Namun ia benar-benar tidak menyangka kalau orang yang menggedor kencang pintu rumahnya itu Chanyeol. Agaknya Chanyeol mengetahui kata sandi untuk masuk ke apartemen ini. Terbukti dengan kehadirannya yang kini ada di belakang Jiyong. Pemuda jangkung bertelinga peri itu bahkan dengan berani ikut membaringkan tubuhnya di samping Jiyong. Lengan kekarnya yang dibalut jaket denim melingkari tubuh orang yang tengah Jiyong kendalikan. Chanyeol pun tak segan menarik tubuh Jiyong ke dalam dekapannya yang erat.

Satu pertanyaan terlintas di dalam kepalanya. Jangan bilang kalau tubuh orang ini–

"Baekhyun?" Panggil Chanyeol tertahan karena pemuda jangkung itu berbicara di tengkuk lehernya.

adalah kekasih Chanyeol yang bernama Baekhyun.

Jiyong bergerak tidak nyaman dalam pelukan Chanyeol. Rasanya sangat asing didekap oleh orang yang bukan ia sayangi, aneh karena orang ini bukanlah Seunghyun. Ia berusaha untuk menyingkirkan lengan Chanyeol yang berat, tapi pergerakannya justru dibuat mati oleh Chanyeol sebab pemuda itu kian merengkuhnya lekat-lekat.

"Syukurlah kau baik-baik saja," Chanyeol mendaratkan satu kecupan di perpotongan leher tubuh Baekhyun dengan jiwa Jiyong yang ada di dalamnya, "kau tidak tahu betapa khawatirnya aku karena kau tak membalas semua pesan yang aku kirimkan."

Jiyong bergerak maju. Upayanya untuk menghindari Chanyeol belum terhenti. Walaupun pelukan Chanyeol sangat hangat, tetap saja ia benar-benar merasa tidak nyaman. Menurutnya pelukan dari Seunghyun masih yang terbaik hingga saat ini.

"Bee, aku minta maaf kalau aku telah membuat kesalahan yang menyakiti hatimu." Kata Chanyeol lagi. Sementara Jiyong yang tak mengerti hanya mampu mengernyitkan dahi.

Sekarang Chanyeol justru menghisap leher kekasihnya kuat-kuat karena merasa diabaikan oleh pemuda mungil itu. Jiyong kian menggeliat direngkuhan Chanyeol. Tak pernah ia membayangkan akan mendapatkan hisapan dari anak didiknya ini. Sedangkan Chanyeol terlihat bangga dengan hasil karyanya yang tercetak jelas di leher putih mulus Baekhyun.

"Aku paham jika kau masih marah. Tapi bisakah kau memutar tubuhmu? Aku rindu dan ingin melihat wajah kesukaanku."

Jiyong memutar bola matanya malas. Nyaris saja ia memuntahkan isi perut orang ini akibat mual mendengar kalimat rayuan yang dilontarkan oleh Chanyeol. Jiyong pun akhirnya mengalah dan membalikkan tubuhnya agar menghadap Chanyeol.

Ia disambut dengan cengiran lebar dari pemuda yang ada di depannya. Wajah tampan Chanyeol terdapat beberapa luka lebam dan bibir yang sobek. Apa yang Chanyeol lakukan hingga wajah itu dipenuhi luka yang nampaknya masih baru, karena ia bisa melihat darah kering yang menempel di sudut bibir pemuda jangkung itu.

Jiyong mengutuk Chanyeol dalam hati. Sumpah serapah telah ia rapalkan dan hampir keluar dari mulutnya kalau saja ia tidak ingat dirinya yang sedang tidak ditubuhnya yang asli. Esok Chanyeol harus tampil dan penampilan fisiknya justru mengerikan sekali dengan lebam kebiruan di pelipisnya itu.

Chanyeol mendekatkan wajahnya ke wajah cantik kekasihnya. Dengan berani ia langsung melumat bibir tipis Baekhyun, sedangkan sang empu masih mengamatinya secara intens. Chanyeol kira ia akan mendapatkan tatapan tajam penuh kekecewaan dari Baekhyun ketika ia datang, namun sekarang pemuda mungil itu malah menatapnya dengan binar mata yang lurus dan juga…..hampa?

Mungkin apa yang Sehun katakan hanya omong kosong belaka sebab hubungannya dan Baekhyun tetap langgeng sampai sekarang, sehingga membuat pemuda albino itu iri setengah mati karena tidak melihat celah untuk masuk ke dalam hubungan mereka.

Memikirkan hal itu, diam-diam berhasil menumbuhkan perasaan jumawa dalam diri Chanyeol. Ia tersenyum di sela ciuman basahnya dengan Baekhyun. Tak peduli sudah berapa kali ia memagut bibir tipis berwarna merah muda itu, Chanyeol tetap kecanduan akan rasa memabukan yang terselip di tiap pori-pori bibir Baekhyun. Rasanya ia tidak ingin berpisah dengan bibir ranum itu, jika saja Baekhyun tidak menendangnya kuat-kuat dari tempat tidur. Bokongnya menjadi tumpuan pendaratan yang menyakitkan di lantai marmer apartemen Baekhyun.

Jiyong membelalakan matanya saat Chanyeol dengan kurang ajar menciumnya dalam sekejap. Ia sempat terbuai dengan permainan lihai Chanyeol dan harus ia akui bahwa teknik Chanyeol jauh lebih baik dibandingkan Seunghyun, namun ia masih punya akal rasional yang mencegahnya untuk tidak kelewat batasan. Ia masih mencintai Seunghyun, walaupun kekasihnya itu kerap kali membuatnya kesal.

Chanyeol meringis sakit seraya mengelus bokongnya yang datar. Ia mendongak dan memandang Baekhyun yang tengah menatapnya dengan pancaran amarah di dalam sinar mata itu, "Kenapa, Bee? Kau sungguh marah padaku?" Tanya Chanyeol lirih.

Jiyong ingin sekali meneriakkan di depan wajah Chanyeol dan mengatakan jangan libatkan aku di dalam pertengkaran rumah tangga kalian. Akan tetapi kemudian ia tersadar kalau ini hal yang wajar karena tubuh Jiyong saat ini adalah tubuh seorang Byun Baekhyun, kekasih Park Chanyeol.

Alhasil Jiyong hanya bisa menggelengkan kepalanya. Chanyeol bangkit dari lantai dan mendudukkan diri di sampingnya. Ia mengusak surai abu-abu Baekhyun yang lembut dengan sayang. Tidak biasanya Baekhyun berbuat kasar seperti itu. Agaknya kali ini Chanyeol memang telah melakukan kesalahan yang fatal hingga Baekhyun menolak ciumannnya dengan brutal seperti tadi.

Tapi gelengan pelan dari Baekhyun membuat nyali Chanyeol naik lagi. Ia memberanikan diri untuk menggengam jemari lentik kekasihnya dan mengecup punggung tangannya itu dengan lembut, "Aku tahu ini terdengar egois, tapi aku ingin memintamu untuk menemaniku ke Beijing, Bee."

-o-O-o-

Chanyeol melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Lima belas menit lagi mereka akan lepas landas, namun produser kebanggaan yang sekaligus merangkap sebagai ketua tim masih belum menampakkan batang hidungnya di bandar udara internasional Incheon. Meskipun mereka akan menggunakan pesawat pribadi milik Junmyeon, ketepatan waktu tetap dijunjung tinggi oleh pilot yang akan menjalankan burung besi itu nanti.

Jiyong yang duduk di sebelah Chanyeol sebenarnya sudah cukup lelah. Pikirnya seluruh anggota timnya telah lengkap dan tersisa Seungri yang katanya masih dalam perjalanan menuju ke sini. Teman-temannya berbisik mengenai dirinya –maksudnya tubuh yang asli- yang belum juga datang. Tidak sedikit yang mencibir kebiasaan Jiyong yang sering terlambat acap kali mereka hendak berangkat ke negeri orang.

Sementara itu, ketika ia dan Chanyeol tiba di bandara beberapa saat yang lalu, ia mendengar pujian yang dilantunkan oleh rekan-rekannya kala melihat Chanyeol menggandeng kekasihnya dengan romantis. Baekhyun memang baru satu kali diajak Chanyeol bertemu dengan timnya saat ia baru diterima. Satu tangan pemuda tinggi itu gunakan untuk mendorong troli berisi koper bawaan mereka, satunya lagi ia pakai untuk menyelipkan celah kosong di antara jemarinya dan Baekhyun. Suara siulan menggoda menjadi musik pengiring langkah kaki mereka untuk menghampiri sekumpulan orang yang telah menanti. Chanyeol hanya bisa mengulum senyum dan berbangga diri karena kekasihnya disambut dengan sangat baik oleh rekan setimnya. Sedangkan dalam hati Jiyong mendesau kesal sebab teman-temannya tak pernah berperilaku baik seperti ini saat di depannya. Dasar penjilat, rutuk Jiyong dalam benaknya.

Well, Jiyong pun sadar kalau orang yang tubuhnya tengah ia kendalikan memang memiliki paras yang cantik untuk ukuran seorang pria. Tiap kali ia mematut diri di depan cermin sejak bangun tidur tadi, senyuman yang menghiasi wajah ini sangatlah manis dan mampu membuat siapa saja tertarik. Jiyong menilai jika orang ini memang serasi jika disandingkan oleh seorang Park Chanyeol yang juga memiliki wajah tampan nan rupawan.

Di samping tempat duduknya, Chanyeol tak henti-hentinya berdecak seraya tangannya yang besar menggenggamnya erat. Pemuda jangkung itu terus menggerutu tentang keterlambatan Jiyong. Ingin sekali rasanya Jiyong memukul belakang kepala Chanyeol dan mengatakan kalau ia sudah berada di bandara sejak tadi bersama mereka.

Kemudian teriakan Seungri yang memekakan telinga membuat semua orang yang hadir mengalihkan atensi dari kegiatan mereka yang berbeda-beda. Di sana, sekitar tiga belas kaki dari tempatnya berdiri, Jiyong dapat melihat Seunghyun yang tengah menggamit tangannya yang asli. Bukannya cemburu karena ia menangkap basah kekasihnya sedang berpegangan tangan oleh orang lain –yang padahal adalah tubuhnya-, Jiyong justru membolakan mata ke arah dirinya yang ada di sisi Seunghyun.

Tak jauh berbeda dengan Jiyong, ekspresi yang ditampilkan oleh Baekhyun pun sama. Ia kaget bukan main mendapati tubuhnya yang ternyata ikut serta dalam aktivitas ini. Ia tahu betul jika ia tidak memiliki peluang untuk melaksanakan rencana awalnya yakni pulang ke kampung halaman, tapi Baekhyun sangat tidak menyangka dirinya yang asli berada digenggaman tangan Chanyeol kini. Ia yakin kalau pemuda jangkung bertelinga peri itu yang mengajaknya untuk menemaninya pergi, sebab ia berani bertaruh demi seluruh koleksi boneka pikachunya yang dipajang di kamar, ia tidak pernah menaruh minat untuk ikut bersama Chanyeol, apalagi meminta pada kekasihnya untuk membuntutinya bekerja.

Jiyong menjadi penggagas yang memutus adu tatap antara mereka. Ia melepaskan genggaman tangan Chanyeol dan langkahnya ia bawa untuk mendekati tubuh aslinya. Entah mengapa wajah aslinya agak berubah jadi terlihat lebih polos dan lugu. Jiyong bersumpah kalau dirinya tidak pernah menampilkan ekspresi yang macam itu.

Jiyong tahu orang itu membatu saat ia telah berdiri tegak di depannya. Jiyong tersenyum pada orang itu sebagai permulaan, "Um, apa kau yang bernama Jiyong-ssi? Aku banyak mendengar tentangmu dari kekasihku."

Baekhyun hanya mampu mengangguk kaku. Ia dapat melihat melalui ekor matanya kalau Chanyeol tengah mengawasi gerak-gerik tubuhnya yang tak biasa. Dahi Chanyeol yang seksi berkerut dan alis tebalnya menukik tajam. Wajahnya begitu nampak menyiratkan kebingungan dan Baekhyun mengetahui akan hal itu.

Jelas saja! Baekhyun 'kan tidak pernah mendekati orang terlebih dahulu!

Jiyong mengulurkan tangannya ke udara untuk dijabat oleh Baekhyun, "Perkenalkan namaku, Baekhyun. Kau tidak keberatan kalau aku ikut bersama Chanyeol, 'kan?"

Baekhyun ingin sekali bersuara. Tapi sepertinya pita suaranya tertinggal ketika ia bangun tidur pagi tadi. Jadi ia sekedar menggeleng sebagai respon atas pertanyaan orang yang baru ia ketahui bernama Jiyong. Baekhyun akhirnya bisa mencerna kalau jiwa mereka berdua telah tertukar di tubuh masing-masing untuk penyebab yang belum jelas.

Lantas Jiyong menoleh ke arah Chanyeol, "Sayang, apa aku boleh duduk dengan Jiyong-ssi? Aku ingin tahu lebih jauh tentangnya karena ia adalah idolaku!"

Baekhyun membulatkan matanya lagi. Begitu pula dengan Chanyeol yang memandangnya dengan raut wajah heran. Seumur-umur, yang menjadi idola Baekhyun hanyalah penyanyi yang berasal dari negeri sakura yang memiliki nama panggung Yui. Dan itupun seorang wanita dan bukan pria. Chanyeol juga tahu tentang apa saja yang menjadi kesukaan kekasihnya, termasuk idola yang selama ini ia ketahui hanya ada satu orang saja. Maka itu, merupakan suatu yang wajar jika mulutnya menganga ketika mendengar kekasihnya berkata demikian.

-o-O-o-

Baekhyun yang duduk di kursi pesawat sebelah Jiyong tubuhnya terlihat canggung. Matanya sedari tadi tidak mau berhenti mengamati desain interior dari pesawat pribadi milik rekan kekasihnya yang punya nama Junmyeon. Ia berdecak kagum pada siapapun yang telah mendesain bagian dalam pesawat ini dengan begitu indahnya.

"Kau tahu kenapa kita berakhiran seperti ini, Baekhyun?" Pertanyaan Jiyong membuyarkan keterpanaan Baekhyun terhadap hiasan pesawat dan membawanya ke dunia nyata. Bagaimanapun juga Baekhyun harus mendiskusikan hal ini pada orang yang jiwanya tertukar sama dengannya.

Baekhyun menjulurkan lehernya ke depan, takut Seunghyun dan Chanyeol yang menempati satu kursi di depan dapat mendengar perbincangan mereka. Memang ketika Jiyong memintanya untuk duduk bersama di bandara, satu menit kemudian Baekhyun menyetujuinya. Setelah memastikan bahwa mereka aman, dengan suara setengah berbisik Baekhyun menjawab, "Tidak. Yang aku ketahui saat bangun tidur tadi pagi, aku sudah tidak berada di tubuhku lagi."

"Kita perlu memikirkan bagaimana caranya kembali ke tubuh masing-masing." Kata Jiyong yang ikut memelankan volume suaranya. Padahal sebenarnya jarak kursi satu dengan yang lain cukup jauh. Ia pun bisa melihat dari celah antara dua kursi, baik Chanyeol maupun Seunghyun kini sedang memakai earphone untuk menyumpal telinga mereka.

"Menurutku kita harus cari tahu alasan mengapa kita bisa begini terlebih dulu," Baekhyun menarik lipatan meja portable di kursinya untuk ia gunakan sebagai tumpuan tangan. Tekanan pesawat berfrekuensi tinggi yang sedang mengudara mulai menunjukkan efeknya pada tubuh yang tengah Baekhyun kendalikan, "karena bisa saja itu adalah kunci yang dapat mengembalikan kita seperti semula."

Jiyong mengangguk setuju. Ia membenarkan pernyataan yang dikatakan oleh kekasih Chanyeol. Otaknya ia pakai untuk berpikir dengan keras, walau ia tidak kunjung menjumpai hasil yang mampu membawa pemuda mungil itu menuju jalan keluar dari masalah yang tengah melanda mereka.

"Kita harus menyelesaikan permasalahan ini sebelum esok malam, Baek." Panggil Jiyong yang mencoba untuk mengakrabkan diri dengan Baekhyun. Chanyeol pernah bilang kalau kekasihnya itu terlalu pemalu dan enggan untuk memulai interaksi dengan orang lain.

"Kalau aku boleh tahu, memang kenapa, Jiyong-ssi?"

Mengikuti Baekhyun, Jiyong pun membuka lipatan mejanya dan menumpukan kedua siku tangannya di atas meja tersebut, "Acara yang menjadi alasan kita datang ke Beijing akan berlangsung besok!"

Baekhyun menarik senyum simpul di bibirnya, "Kita tunggu hingga bangun tidur besok pagi jika begitu."

Jiyong memanggut kepalanya ke atas dan ke bawah beberapa kali. Dalam diam ia mengamini harapan Baekhyun tentang ucapan yang baru saja ia katakan. Mata kedua pemuda bertubuh kecil itu perlahan terpejam seraya hatinya tak henti melafalkan doa penuh pengharapan agar dikabulkan oleh Tuhan.

Semoga saja.

-o-O-o-

Tentu saja Sang Maha Pencipta memiliki skenario yang jauh telah dituliskan untuk kedua insan tersebut. Padahal Baekhyun dan Jiyong semalaman telah memanjatkan doa disertai puja-pujian untuk-Nya. Akan tetapi harapan mereka tidak terwujud karena kala mereka berdua bangun dari tidur nyenyaknya, Baekhyun dan Jiyong masih terjebak di dalam tubuh yang bukan miliknya.

Semalam Baekhyun menahan diri untuk tidak menyewa kamar baru di lantai atas karena Seunghyun memeluk tubuhnya sangat erat ketika ia terlelap. Seunghyun mendekapnya seolah ia adalah bantal kaki. Baekhyun bahkan sampai sempat mengalami sesak nafas karena perlakuan itu. Oleh sebab itu, saat dirasa pelukan Seunghyun di tubuhnya agak melonggar, Baekhyun buru-buru menyambar bantal dan bergegas berlari ke arah sofa. Beruntung Jiyong punya postur tubuh yang mungil seperti tubuhnya yang asli, sehingga ketika ia bangun di pagi hari ia tidak merasakan pegal di seluruh badan dan hanya di lehernya saja.

Tak jauh berbeda dengan situasi yang dialami Jiyong. Nyaris saja ia ingin menumpang tidur di kamar Seungri karena dengkuran Chanyeol yang mengejutkannya dari alam mimpi. Memang dengkuran itu tidak keras dan hanya terjadi empat kali, namun selama Jiyong tidur bersama Seunghyun, kekasihnya itu tidak pernah sekalipun mendengkur seperti Chanyeol.

Baekhyun dan Jiyong mendatangi acara after party yang dimaksud dengan kantung mata yang bergelayut tebal di bawah netranya. Mereka hanya mendapatkan waktu untuk tidur yang berkualitas selama kurang lebih empat jam, sementara sisanya mereka pakai untuk sibuk memikirkan alasan yang menjadikan tubuh mereka tertukar.

Siang tadi Jiyong yang terperangkap dalam tubuh Baekhyun sedikit banyak mengajarkan tentang hal yang akan diperlukan untuk acara nanti malam. Mungkin di acara yang akan berlangsung beberapa menit lagi, ia akan berdiri di dekat Baekhyun untuk mengawasinya memberikan instruksi pada Chanyeol mengenai urutan lagu yang dibawakannya. Ruangan di belakang panggung memiliki luas dua puluh meter persegi dengan dinding di tengah yang menjadi sekat, membagi ruangan tersebut menjadi dua. Jiyong akan berdiri di balik dinding itu nanti.

Seunghyun berjalan mendekati Baekhyun dengan seseorang yang Baekhyun ingat bernama Seungri. Namun belum sampai ke tempat Baekhyun duduk, Seungri sudah ditarik oleh seseorang yang perawakan tubuhnya melebihi tinggi Chanyeol dengan tato naga yang mengintip malu-malu di bagian punggung. Seunghyun melayangkan senyumannya yang tampan pada sang kekasih yang sedang duduk sendirian di belakang panggung dengan headphone yang terpasang di telinganya.

Kemudian Seunghyun ikut duduk di sebelah kekasihnya di bangku kosong dan tangannya secara otomatis melingkari di pinggul tubuh Jiyong yang ramping. Beberapa langkah dari lokasi mereka duduk, Jiyong yang ada di tubuh Baekhyun tengah berdiri dengan kertas yang dijepit di papan yang berguna sebagai pemberi instruksi pada Baekhyun. Rasa cemburu merayapi hatinya perlahan, meskipun jika dilihat dari sudut manapun, Seunghyun tidak membuat kesalahan karena ia memang memeluk tubuh fisik kekasihnya yang sah. Andai saja Seunghyun tahu kalau jiwa yang ada di dalam tubuh dipelukannya itu bukanlah Jiyong.

Sejumput perasaan iri tak luput Jiyong rasakan setelah melihat Baekhyun yang sedang di peluk oleh Seunghyun. Karena sebenarnya Seunghyun telah berhenti menunjukkan sikap romantis pada Jiyong di depan publik semenjak ia menjadi pelukis. Ia sudah sangat jarang melakukan kontak fisik dengan Jiyong bila mereka sedang di tempat umum.

Baekhyun refleks mengapit leher dengan bahunya ketika lagi-lagi Seunghyun bermain di ceruknya menggunakan bibirnya yang tipis, "Berhentilah menggodaku, Seunghyun. Aku masih harus bekerja."

Baekhyun mendapatkan informasi dari Jiyong tentang orang yang untuk sekarang tengah menjabat jadi kekasihnya. Namanya Choi Seunghyun, seorang pelukis muda berbakat yang karyanya sudah mulai diakui oleh kolektor di penjuru dunia. Kebiasaan Seunghyun dalam berpacaran adalah mengendus leher Jiyong yang katanya selalu menguarkan aroma lezat yang tak dimiliki oleh orang lain. Jiyong berpesan pada Baekhyun untuk berakting menjadi dirinya, tapi dengan syarat tidak boleh melampaui batas.

Begitu juga dengan Jiyong. Baekhyun telah memberikannya kebebasan untuk melakukan apa saja dengan Chanyeolnya, berpura-pura dan menggantikan perannya sebagai kekasih Chanyeol, asalkan pemuda yang lebih tua tiga tahun darinya itu bisa mengetahui batasan-batasan yang tanpa perlu diberitahupun seharusnya sudah jelas. Untuk kasus Jiyong nampaknya akan lebih mudah, sebab di kehidupan sehari-hari dirinya memang akrab dengan Chanyeol. Berkebalikan dengan Baekhyun yang masih perlu menyesuaikan diri dengan perlakuan Seunghyun yang menurutnya selalu penuh kejutan.

Dentuman musik dengan ketukan yang cukup cepat menjadi instrumen terakhir yang Chanyeol bawakan malam ini. Namun bukan berarti acara tersebut telah usai, karena sesungguhnya acara inti baru saja dimulai. Chanyeol tidak melihat keberadaan kekasihnya di aula besar itu. Chanyeol menduga mungkin Baekhyun sedang ada di salah satu bilik di ujung koridor yang disediakan bagi orang-orang untuk beristirahat karena terlalu mabuk. Mengingat kepribadian Baekhyun yang lebih senang menyendiri, sangat besar peluang kekasihnya yang cantik itu untuk berada di sana.

Dengan pikiran seperti itu, Chanyeol pun tak segan menarik salah seorang wanita berdada besar ketika ia turun dari panggung. Lalu ia mencumbu panas wanita itu dengan tubuh kecilnya yang Chanyeol dorong ke dinding belakang panggung. Chanyeol menyadari tatapan lapar wanita tersebut yang diberikan padanya sejak ia melangkah ke atas panggung. Sapuan lidahnya yang sensual di bibir menggoyahkan pertahanan Chanyeol dan memutuskan untuk memanfaatkan wanita itu guna menyalurkan sedikit nafsunya yang terbendung karena sudah lama tidak melakukan seks dengan Baekhyun. Ia bahkan tidak tahu malu kendati di ruangan itu ada tiga lelaki dewasa yang amat terkejut melihat aksinya.

Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan nanar. Ternyata perkataan Jongin kala itu memang benar. Chanyeol dan tabiat barunya yang sering mengajak wanita mana saja untuk berbagi ciuman basah usai menyelesaikan pekerjaan. Rasa sesak yang ia rasakan sontak membuat Baekhyun mencengkeram dada bagian kirinya. Jantungnya hampir berhenti berdetak. Nafasnya berubah satu-satu. Tiap tarikan yang ia lakukan justru seakan mempersempit rongga pernafasan Baekhyun. Air mata telah menggenangi bola mata Jiyong yang sewarna dengan iris mata Baekhyun yang asli.

Jiyong di ujung ruangan yang sama menutup mulutnya kaget, sedangkan bola mata sipit Baekhyun yang menyerupai bulan sabit telah ia lebarkan ke batas maksimal. Ia lupa memberitahu yang satu itu pada Baekhyun dan ia seratus persen yakin kalau pemuda yang bertukar tubuh dengannya pasti sangat merasakan nyeri di ulu hati dan kekecewaan yang tak bertepi saat melihat kekasihnya memagut bibir wanita asing. Jiyong memutuskan untuk tidak keluar dari tempat persembunyiannya karena tidak ingin memperburuk keadaan. Sebisa mungkin, ia akan menjelaskan pada Baekhyun seusai acara ini selesai.

Di tempat duduknya, Seunghyun bisa merasakan tubuh kekasihnya menegang seketika saat melihat Chanyeol berciuman dengan wanita yang tidak diketahuinya. Seunghyun mengenal Chanyeol dari Jiyong sebab kekasihnya itu selalu membicarakan kehebatan Chanyeol yang baru saja bergabung dengan timnya beberapa tahun silam. Ketika Jiyong berdiri dan meninggalkan Seunghyun sendiri, ia tidak melakukan apapun kecuali menatapi kepergian kekasihnya yang tiba-tiba dengan sorot mata penuh kebingungan.

Kala Baekhyun melewati Chanyeol yang masih asyik melesakkan lidahnya di rongga mulut wanita itu, Chanyeol sempat menyapanya sebentar dengan seringaian yang –sialnya- masih terlihat tampan di mata Baekhyun, "Hyung, apa kerjaku bagus hari ini?"

Tanpa menjawab, Baekhyun berlalu begitu saja dan menghiraukan pertanyaan Chanyeol. Baekhyun mengusap air mata yang meleleh di pipi Jiyong dengan kasar. Langkahnya diikuti tatapan dari rekan-rekannya yang tersebar di berbagai ruangan hingga Baekhyun menghilang di ujung koridor dan masuk ke salah satu bilik terujung yang tersedia. Hal itu justru menimbulkan beratus pertanyaan dari teman-teman Jiyong sebab tidak biasanya mereka melihat bosnya dengan raut muka yang sedih macam itu.

Mereka tahu jika hubungan Jiyong dengan Seunghyun tengah renggang belakangan ini, jadi mereka dengan mudahnya menyimpulkan bila kepergian Jiyong pasti ada kaitannya dengan Seunghyun. Beberapa dari mereka yang telah berdiri dari kursinya jadi menahan diri untuk tidak mencampuri urusan percintaan bosnya itu.

Chanyeol hendak memanggil Jiyong lagi, kalau saja wanita di hadapannya kini tidak menarik tengkuk lehernya untuk kembali bertarung lidah dengannya. Chanyeol perlahan melupakan fakta kalau tak seperti biasanya, kali ini ia datang ke sini bersama kekasihnya. Dan Chanyeol pun larut ke dalam ciuman panas itu tadi, tanpa memikirkan jika kekasihnya kini sedang bersedih seorang diri. Tidak memikirkan kalau Baekhyun sekarang sedang meluapkan perasaan yang menyesakkan dan menyayat hati melalui tangisan.

TBC

a/n: ngebingungin ga sih? kok pas aku baca ulang agak membingungkan ya?-_-

sooooowrryyy T_T

.

.

.

review?