Who Are You? I Am You

by baketheyolk

Pair(s): Chanbaek, GTop

Cast(s): Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Kwon Jiyong, Choi Seunghyun

Rated: M

Genre: Romance, Fantasy, Slight! Hurt

Warning! Dunno how to say this but it's a body swap fanfiction with my 2 otps from different fandom are staring in it.

-o-O-o-

Jiyong mengetuk pintu dari bilik yang ditempati oleh Baekhyun dengan pelan. Ia memutuskan untuk mengejar Baekhyun ketika Chanyeol dan wanita yang ia cium berpindah lokasi untuk melakukan kegiatan intim mereka di tempat yang lebih sepi. Sapaan Jiyong untuk memanggil kekasih Chanyeol itu terdengar lirih karena entah bagaimana dirinya pun juga dapat merasakan kekecewaan yang tengah Baekhyun alami.

Instruksi masuk dari dalam yang dibarengi dengan isak tangis memilukan menjadikan alasan bagi Jiyong untuk membuka pintu di hadapannya secara perlahan. Jiyong melihat tubuhnya yang dikuasai Baekhyun yang nampak kecil dan rapuh karena aliran air mata yang menganak sungai di pipinya. Sementara orang yang diperhatikan sedang sibuk menetralkan tarikan dan hembusan nafasnya yang terasa sangat sesak.

Jiyong duduk di sofa panjang yang ada di seberang Baekhyun. Tangannya terulur untuk memberikan sapu tangan berwarna cokelat dengan karakter kartun Pikachu di tepinya yang Jiyong dapati di koper Baekhyun, "Aku minta maaf karena lupa memberitahumu akan yang satu itu." Ujar Jiyong penuh maaf.

Baekhyun menatap sapu tangan yang ada di tangan Jiyong dan menerimanya dengan senang hati, "Kau tidak bersalah, Jiyong-ssi. Harusnya aku memang sudah tidak menaruh banyak harapan dengan hubungan kami," Baekhyun menghapus bulir air matanya yang terasa ingin jatuh lagi dari sudut mata, "terlebih Jongin memang bilang padaku kalau ia sering melihat Chanyeol melakukan hal seperti tadi."

"Kau…sudah mengetahuinya?" Jiyong terhenyak sebentar saat mendengar ucapan Baekhyun. Ia tentu tahu siapa yang Baekhyun maksud dengan Jongin. Pria tan yang berprofesi sebagai bartender di barnya Seungri jelas saja sering menyaksikan adegan Chanyeol di tempat kerjanya.

Baekhyun mengangguk, "Sebelum kau dan aku bertukar tubuh, aku memang sudah berencana untuk mengakhiri semuanya dengan Chanyeol."

"Tapi ia mengaku kalau ia masih sangat mencintaimu, Baek. Chanyeol baru mengatakannya tiga hari yang lalu."

Baekhyun sontak tertawa dengan keras. Tawa yang menyaratkan kehambaran atas lelucon tidak lucu yang Jiyong lontarkan, "Cinta? Aku jadi ingin sekali bertanya padanya tentang apa itu cinta."

Kemudian Jiyong mendapatkan sebuah ide yang cemerlang. Mungkin awalnya ia tidak berminat untuk mencampuri hubungan rumit antara Baekhyun dan Chanyeol. Namun usai mendengar tangisan pilu yang menyayat hati dari pemuda yang ada di depannya kini, Jiyong tahu ia perlu berbuat sesuatu. Ia tidak menginginkan Chanyeol yang telah mengucap kalimat cinta yang penuh damba untuk Baekhyun tempo hari, harus menjumpai kandasnya hubungan mereka yang terjalin cukup lama hanya karena kebodohan Chanyeol sendiri.

Jiyong menyunggingkan senyum pada Baekhyun dengan tulus, "Kau berbicaralah dengan Chanyeol mengenai hal ini," ia bangkit dari tempat duduknya dan membelai surai rambutnya yang asli, "tanyakan apa saja yang membuatmu penasaran, Baekhyun. Selama ia tidak mengetahui jika kau adalah Baekhyun yang sebenarnya."

-o-O-o-

Baekhyun memandangi orang-orang yang tengah mengelilingi panggung yang sekarang sudah berubah menjadi arena untuk tarian erotis. Sorakan penonton dan siulan penggoda kian riuh terdengar di aula tempat after party berlangsung. Baekhyun tidak pernah mengunjungi pesta semacam ini, jadi wajar saja ia sedikit risih kala menjadi salah satu audiens dari pertunjukan dua penari wanita seksi yang mempertontonkan lekuk tubuh mereka.

Ya. Pemilik acara memang sangat tidak setengah-setengah dalam menggelar acara tersebut yang memiliki tujuan untuk memberi para kolega bisnisnya nirwana dunia dalam bentuk alkohol dan wanita. Mereka bahkan tak segan menyewa penari striptease yang saat ini sedang melucuti pakaian minim yang mereka kenakan dan menggoda pria-pria haus akan nafsu yang berdiri bergerombol di bawah panggung dengan gelas alkohol dan lembaran uang di tangannya.

Berbeda dengan Baekhyun, karena pemuda mungil itu lebih memilih untuk duduk di bar counter yang berhadapan langsung dengan rak-rak di mana ratusan botol alkohol kualitas unggulan disajikan. Baekhyun mendesau malas ketika matanya tidak sengaja bersirobok dengan salah satu penari di panggung sana yang melayangkan kedipan seduktif padanya. Lantas ia memutuskan untuk memainkan ponsel miliknya yang asli sebab ia lebih memilih menghindari tatapan dari penari tersebut.

Empat puluh sembilan pesan masuk datang dari Sehun, Luhan dan orangtuanya. Seperti biasa, tidak ada pesan dari Chanyeol satupun. Jangan salahkan Baekhyun yang lupa memberitahu ayah dan ibunya kalau ia batal pulang. Pasalnya ia baru mendapat ponselnya yang asli kemarin saat di pesawat bersama Jiyong. Lalu jemari Baekhyun bergerak di atas papan ketiknya yang datar untuk membalasnya. Meski dengan wajah yang menunduk, Baekhyun sadar penari erotis itu masih sesekali melirik ke arahnya.

Maaf nona-nona, tapi sayangnya Baekhyun tidak menyukai wanita seperti kalian yang secara tidak langsung menjual tubuh dengan memperlihatkan badan polos tanpa pakaian ke publik. Ditambah dengan liukan dari gerakan tubuh yang sensual, Baekhyun tetap tidak tertarik.

Tiba-tiba saja satu gelas iced tea tersaji di hadapan Baekhyun yang sukses membuat dirinya mendongak untuk melihat siapa pemberi minuman itu. Ponselnya dengan cepat ia masukkan ke dalam saku jaket saat mendapati orang tersebut adalah kekasihnya yang brengsek dengan seorang wanita cantik yang mengekori dan menggenggam bagian belakang kemeja cokelat Chanyeol yang dua kancing teratasnya sengaja dibuka dan memperlihatkan kaos putih tanpa lengan yang ia kenakan.

Chanyeol menarik sudut-sudut bibirnya ke atas, "Aku lihat kau sedang sendiri jadi aku memutuskan untuk menemanimu, hyung." Ujar Chanyeol. Lalu pemuda jangkung itu mengecup bibir wanita yang dibawanya seraya membisikan sesuatu yang tidak dapat Baekhyun dengar. Selang beberapa detik, wanita itu pun pergi dan meninggalkan Baekhyun dan Chanyeol untuk berdua.

"Aku melihatmu menangis tadi. Apa kau baik-baik saja, hyung?"

Baekhyun mengamati gerak-gerak Chanyeol yang tengah menarik kursi di sebelahnya dan menyesuaikan tubuhnya yang tinggi untuk duduk di bangku kecil itu. Kakinya yang jenjang sedikit ditekuk di bawah counter agar bokongnya dapat menyentuh permukaan bar stool. Seketika lidah Baekhyun kelu untuk sekedar menanggapi pertanyaan basa-basi dari Chanyeol dengan jawaban yang singkat. Seakan ada kucing yang sudah mencuri lidahnya agar ia tidak bisa berbicara lagi.

Chanyeol memesan satu botol vodka ke bartender yang bertugas di balik meja bar. Saat bartender tersebut mengiyakan permintaan Chanyeol, pemuda itu langsung memutar tubuhnya agar dapat berhadapan dengan Baekhyun.

Baekhyun tidak membalas tatapan intens yang Chanyeol fokuskan padanya. Harus ia akui, sampai kapanpun, Baekhyun tidak akan pernah mampu berhenti untuk tidak jatuh dalam pesona manik hitam Chanyeol yang indah. Warnanya yang kelam justru membuat Baekhyun ingin menenggelamkan diri dan mengarungi bola mata kekasihnya itu. Baekhyun mencintai mata Chanyeol dan amat mengagumi keindahannya.

Baekhyun menegakkan tubuhnya dan berdeham pelan, "Aku tidak….," baik-baik saja, Chanyeol. Baekhyun menaruh jeda pada ucapannya. Nyaris ia mengatakan hal yang sebenarnya pada Chanyeol kalau ia tidak ingat sedang ada di mana jiwanya kini, "aku tidak apa-apa."

"Jangan katakan karena Seunghyun-hyung?" Tebak Chanyeol tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Jiyong. Gelagat Jiyong yang tidak mau melakukan kontak mata dengannya sempat merasuki pikiran Chanyeol untuk mengatakan kalau Jiyong sekilas mirip dengan Baekhyun kala kekasihnya yang mungil itu hendak meminta sesuatu padanya atau tengah menahan rasa malu. Namun Chanyeol buru-buru mengusir pemikiran tidak masuk akal itu secepat mungkin.

Ini karena kau, Chanyeol-ah. "Bukan. Tiba-tiba saja aku teringat adegan menyedihkan dari film yang terakhir kali aku tonton di apar—maksudku di rumah."

Chanyeol tertawa renyah dan bola matanya yang lebar setengah menghilang karena himpitan tulang pipinya yang naik ke atas, "Aku kira kau menangisi Seunghyun-hyung lagi. Tapi aku berpikir tidak mungkin karena aku melihat kalian bermesraan di belakang panggung tadi."

Baekhyun hanya mampu tersenyum getir mendengar perkataan Chanyeol. Chanyeol memang melihatnya. Melihat fisik Jiyong dan Seunghyun yang membola kaget ketika ia melakukan ciuman panas dengan seorang wanita. Tapi, apakah Chanyeol tidak melihat fisiknya yang bersembunyi di balik dinding sekat belakang panggung yang hanya berjarak beberapa kaki dari tempatnya berdiri? Ah, mana mungkin. Chanyeol 'kan terlalu larut dalam ciuman panasnya tadi.

Baekhyun mengumpulkan keberaniannya untuk mengajukan sejuta pertanyaan yang sudah berlomba-lomba menuntut untuk dikeluarkan. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang telah Jiyong berikan padanya agar mereka dapat berbicara.

Kemudian ia mengawali diskusi serius mereka dengan pertanyaan, "Kau tidak bersama Baekhyun?"

Senyuman Chanyeol yang tampan sekejap memudar ketika ia menyebutkan nama Baekhyun, "Aku bertemu dengannya beberapa menit yang lalu di belakang panggung yang tengah asyik mengobrol dengan kekasihmu, hyung." Chanyeol meneguk gelas vodka setelah menuang isinya dari botol, "ia bahkan tidak menyadari keberadaanku di sana saat aku menghampirinya."

"Aku melihatmu berciuman dengan wanita asing yang baru kau ajak ke sini," Baekhyun mengangkat wajahnya untuk melihat perubahan raut wajah yang Chanyeol tampilkan. Ia kira Chanyeol akan menunjukkan air muka penyesalan sebab telah tertangkap basah berbuat hal itu di depan dirinya –Jiyong- dan Seunghyun, tapi yang ia dapati justru cengiran lebar dengan kepuasan yang tergambarkan di dalamnya, "Apa Baekhyun tahu itu, Yeol?"

"Tidak. Untuk sekarang aku rasa ia belum tahu apa-apa." Jawab Chanyeol sepersekian detik setelah Baekhyun bertanya.

"Kenapa kau melakukannya?," Baekhyun menggigit bibirnya kuat-kuat. Tak peduli jika perbuatannya nanti akan menghasilkan bibir yang dihiasi cairan warna merah karena robek akibat gigitan, "apa kau tidak mencintai Baekhyun lagi?"

"Hyung, kau tidak ingat pernyataanku tiga hari kemarin? Bahkan di memoriku masih sangat jelas saat aku mengatakan padamu kalau aku sangat mencintai Baekhyun sampai sekarang."

"Ah iya. Aku tidak lupa," Baekhyun memaksakan tawanya untuk meredam rasa nyeri yang mulai muncul menjalari hatinya, "tapi aku masih tak habis pikir tentang alasanmu mencium wanita-wanita yang tak kau kenal selama ini. Padahal kau sudah punya Baekhyun," Baekhyun mengedarkan pandangannya ke arah yang berlawanan dari tempat duduk Chanyeol dan mengerjapkan matanya berulang kali agar air matanya tidak lolos ke pipi, "Apa dengan memiliki Baekhyun saja tidak cukup untukmu, Yeol?

Chanyeol menuang cairan vodka lagi ke gelasnya yang kosong, "Baekhyun itu segalanya bagiku, hyung," lalu ia menggoyangkan gelasnya sehingga menimbulkan bunyi gemerincing batu es yang beradu dengan dinding gelas, "namun aku masih seorang pria sehat dengan tingkat hormon yang tinggi dan minta untuk dilepaskan di waktu-waktu tertentu," Chanyeol kembali menatap Jiyong yang sudah memandangnya terlebih dulu dengan binar mata terkejut, "aku butuh pelampiasan untuk pelepasanku, sementara di sisi lain aku juga tidak ingin menodai Baekhyun hanya karena hasrat seksualku. Ia sangat berharga dari itu semua."

"Kalian belum pernah melakukannya?" Tanya Baekhyun, walaupun ia sudah tahu jawaban dari Chanyeol. Mata hazelnya kemudian terfokus pada noda merah muda berbentuk bibir yang terpeta jelas di kemeja Chanyeol yang berwarna krem cerah. Ia bukan orang bodoh yang tidak bisa mengartikan makna dari noda tersebut. Nampaknya wanita tadi ingin memberitahu ke orang-orang di aula ini bahwa ia berhasil mendapatkan sesi private yang panas dengan DJ tampan yang membuat tubuh mereka bergoyang empat puluh menit yang lalu.

Chanyeol menggeleng pelan. Senyuman yang terpatri di wajahnya terlihat lemah, "Baekhyun bilang ia belum siap untuk masuk ke jenjang serius. Sejujurnya aku pun juga tak ingin merusaknya sebelum aku punya nyali untuk memintanya agar menikah denganku suatu saat nanti."

Sejak ia memulai pertanyaannya dan Chanyeol merespon tiap pertanyaan yang Baekhyun ajukan, jantungnya tidak bisa berdetak secara normal. Rasanya seperti ada sebuah mesin yang memompa organ itu dengan amat cepat hingga nyaris membuat dirinya meledak akibat darah yang dialirkan ke seluruh tubuh terlalu banyak dalam kurun waktu yang singkat. Pipinya merona hebat dan tanpa pikir panjang ia segera menyambar gelas di hadapannya dan mengabaikan isi yang terkandung dalam minuman tersebut.

Baekhyun dan Chanyeol memang telah berkencan cukup lama. Namun untuk urusan hubungan intim, Chanyeol selalu tidak lebih dari menciumnya dengan panas dan menyentuhnya di sana-sini. Mereka belum pernah menjejaki tahap selanjutnya yang merupakan inti dari sebuah hubungan antara sepasang kekasih.

Sekali waktu, Chanyeol pernah meminta izin untuk Baekhyun tentang hal itu, tapi karena usia pacaran mereka yang masih terbilang muda dan Baekhyunpun baru genap berumur dua puluh tahun pada saat itu, maka ia menolak ajakan Chanyeol dan mengatakan kalau ia belum siap. Teman-temannya bercerita bahwa tidak seperti pasangan lain yang normal, antara pria dalam praktik seks rasanya sangat menyakitkan. Terlebih bagi mereka yang berperan sebagai pihak wanita yang berarti harus menerima sesuatu untuk dipaksa melesak masuk ke lubang tubuh mereka yang sempit. Baekhyun langsung sadar jika ia adalah orang yang akan menerima dalam hubungannya dengan Chanyeol dan penjelasan dari temannya membuat ia semakin ragu untuk melakukan hal itu. Membayangkannya saja ia belum sanggup.

Baekhyun mulai merasa sedikit pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Ia ingat bila dirinya belum memberi tanggapan untuk Chanyeol, "Kau berencana untuk menikahi Baekhyun?"

Jujur saja Baekhyun sangat kaget kalau Chanyeol telah berpikir matang mengenai masa depan hubungannya dengan Baekhyun. Bukan berarti Baekhyun tak ingin, tapi sungguh Baekhyun mengira jika Chanyeol menjadikannya kekasih hanya untuk mengisi kekosongan masa mudanya sebelum ia menemukan pendamping hidup yang cocok baginya kelak. Tak pernah terpikirkan dalam benaknya kalau Chanyeol nyatanya menganggap hubungannya dengan Baekhyun sebagai sesuatu yang serius.

Wajar bila Baekhyun tidak dapat menduga-duga pemikiran Chanyeol. Karena kekasihnya telah berhenti untuk menunjukkan kepedulian dan kasih sayangnya pada Baekhyun semenjak ia memiliki pekerjaan.

"Tentu saja! Selain untuk membiayai kebutuhan hidupku, memang aku bekerja untuk siapa lagi, hyung?" Chanyeol menyahut dengan senyuman penuh kebanggaan yang ditujukan pada Jiyong. Ia memang tidak mengatakannya secara gamblang, seakan-akan apa yang sudah keluar dari mulutnya barusan ialah ucapan yang mudah dipahami semua orang.

Baekhyun hanya mampu tertawa terbahak-bahak setelahnya. Ia menatap Chanyeol lurus ke mata onyxnya yang kerap membuat Baekhyun kesulitan bernafas. Lalu perlahan netra itu ia bawa turun dan mengamati cap bekas bibir di kemeja Chanyeol tadi.

Jika Chanyeol kira Baekhyun akan bahagia dengan usahanya Chanyeol dalam mencari uang agar dapat melamarnya, Chanyeol salah. Ia salah besar.

Baekhyun rasanya ingin mendengus keras dan mengeluarkan umpatan kasar di depan Chanyeol. Mendengar betapa seriusnya pemuda bertelinga peri itu terhadap hubungannya yang terjalin dengan Baekhyun sampai berencana untuk melanjutkan ke tahap pernikahan, tak dapat dipungkiri secercah rasa gembira bercokol di hatinya. Ia begitu menghargai usaha Chanyeol hingga harus bekerja keras di bar pada malam hari, hanya untuk menabung guna digunakan untuk hari-hari yang ia susun untuk bersama Baekhyun nanti.

Namun, Baekhyun menyesali kesalahan Chanyeol yang bilang kalau ia mencari orang lain untuk melampiaskan nafsu dunianya yang tidak tersalurkan selama ia bersama Baekhyun. Pemuda bersurai merah nyala itu bahkan lebih memilih wanita yang tidak ia kenal untuk diajak bertarung lidah dan adegan panas lainnya yang lebih intim dibandingkan meminta pada Baekhyun untuk membantunya menyelesaikan masalah hormon kelakiannya yang menuntut agar dilepaskan.

Baekhyun memang mengutarakan pada Chanyeol bahwa ia belum siap. Alasannya sederhana, sebab Chanyeol merupakan pacar prianya yang pertama. Dan Baekhyun mengatakan hal itu sudah sangat lama, selisih beberapa bulan ketika mereka memutuskan untuk berpacaran. Andai Chanyeol menawarkan lagi pada Baekhyun supaya mereka melakukannya, pasti Baekhyun dengan senyum manis yang terukir di wajah akan mengangguk setuju pada Chanyeol. Iapun sama seperti Chanyeol yang memiliki keinginan untuk bercinta dengan kekasihnya yang tersayang.

Chanyeol memandangi Jiyong yang tetap tertawa lepas dengan tatapan bertanya-tanya. Agaknya ia tidak mengucapkan kalimat lucu yang mampu membuat hyungnya tertawa –karena Jiyong termasuk orang yang sukar tertawa lepas-, lantas mengapa ketua timnya itu terlihat begitu senang mendengar perkataannya barusan?

Tawa Baekhyun akhirnya surut. Ia mengusap air mata yang menitik di sudut kelopaknya dan beralih menatap Chanyeol lagi. Sepertinya minuman yang ia tenggak mulai menguasai sistem berpikirnya perlahan, "Menurutmu apa reaksi yang akan Baekhyun berikan saat tahu kekasihnya yang bejat telah mencium banyak wanita di tempat kerjanya?"

Chanyeol menaruh sikunya di atas counter. Ujung dagunya lalu ia letakkan di telapak tangan yang ditopang oleh sikunya tadi, "Baekhyun punya hati seperti malaikat," mata Chanyeol terlihat sedang menerawang dan membayangkan kekasihnya serta polahnya yang lugu, "aku yakin dia akan kecewa, tapi pasti memaafkanku juga pada akhirnya."

"Percaya diri sekali kau ini."

Chanyeol melebarkan senyumnya sehingga deretan gigi putih bersihnya bermunculan, "Aku serius. Baekhyun sangat baik hati dan pemaaf. Aku sempat berpikir dua kali apa yang telah ku lakukan di kehidupanku sebelumnya sampai bisa memacari malaikat sepertinya."

"Tidak selamanya Baekhyun bisa terus seperti itu," Baekhyun meminum minumannya dalam sekali sedot, "cepat atau lambat ia pasti akan tahu dan kaulah yang akan menyesali saat hari itu tiba, Yeollie."

Chanyeol langsung menoleh ke arah Jiyong ketika pemuda mungil di sampingnya menyebut nama panggilan yang seharusnya hanya diketahui oleh ia, Baekhyun dan Sehun. Chanyeol mendapati Jiyong yang tengah meminum long island iced teanya lewat sedotan yang ia apit di antara bibirnya yang tipis. Seingatnya Jiyong tak pernah memanggilnya seakrab itu meskipun mereka punya hubungan dekat sebagai hyung dan dongsaeng.

Yang membuat Chanyeol terkejut selanjutnya adalah saat Jiyong mengeluarkan sapu tangan kuning bergambar spongebob dari saku celana jeansnya. Kemudian hyung panutannya itu mengambil sebongkah es batu dari dalam gelas dan membungkus benda padat tersebut dengan sapu tangannya.

Baekhyun menyeringai lucu. Ia masih belum tahu kalau minuman yang ia teguk mengandung alkohol dan faktanya Baekhyun sangat lemah terhadap minuman beralkohol. Walau dalam kadar yang paling rendah sekalipun, Baekhyun pasti akan tetap mabuk.

Baekhyun memanjangkan tangannya untuk mencapai kemeja Chanyeol yang terdapat noda lipstick yang tak pernah terlepas dari pandangannya sedari tadi. Bagian sapu tangannya yang basah, ia arahkan ke noda itu dan menggosoknya menggunakan jari-jarinya secara hati-hati. Sementara Chanyeol meringis kala suhu dingin mendadak bersentuhan dengan kulitnya yang hangat. Ia menatap Jiyong yang telah berdiri dan kini berjarak sangat dekat dengannya.

Ragu-ragu Chanyeol memanggil Jiyong. Tindakan Jiyong yang aneh membuat satu pertanyaan yang semestinya tidak mungkin, muncul di kepalanya, "Hyung, apa kau benar-benar mabuk?"

Alih-alih menjawab, Baekhyun justru tertawa lagi ditambah sekarang tangan kirinya ia bawa untuk memukul dada Chanyeol yang bidang, "Aku harus menghapus ini agar Baekhyun tidak melihatnya," tubuh Chanyeol menegang dan pandangannya ikut turun ke tempat Jiyong menyentuhnya di dada, "kau jelas masih belum ingin kekasihmu tahu akan hal ini, 'kan, Yeollie?"

Panggilan itu lagi.

Kesunyian yang tak diundang dengan cepat melingkupi kedua insan yang masih berdiri berdekatan di bawah lampu temaram. Chanyeol tidak mengerti mengapa bahu Jiyong tiba-tiba berguncang kecil dan ia pun mampu mendengar tangisan yang lirih di tengah bisingnya suasana ruangan besar itu. Chanyeol tidak bisa memastikannya karena Jiyong sejak tadi terus menatap sepatu mereka yang entah bagaimana terlihat jauh lebih menarik ketimbang wajah tampan Chanyeol di hadapannya.

Chanyeol hendak bertanya, namun kesempatannya terenggut begitu saja karena tanpa peringatan sebelumnya sudah ada blazer berwarna navy milik seseorang yang tersampir di bahu kecil Jiyong disertai dengan sebuah lengan kokoh yang merengkuhnya ke dalam dekapan yang erat.

-o-O-o-

Sehabis Jiyong menghampiri bilik Baekhyun, ia memutuskan untuk kembali ke belakang panggung tempat Seunghyun duduk terakhir kali. Ia mengintip dari balik tirai yang memisahkan ruangan depan dan ruangan belakang, dan melihat Seunghyun yang kini sedang duduk di sofa nampak seperti merenung seraya jemarinya memutar pegangan gelas winenya dan tangannya yang lain bermain layar kunci pada ponsel.

Jiyong melangkah mendekati Seunghyun dengan langkah kaki yang ia buat seringan kapas agar kekasihnya itu tidak menyadari kedatangannya. Namun usahanya harus berujung sia-sia sebab Seunghyun melirik Jiyong melalui ekor matanya dan menyunggingkan sebuah senyuman tampan.

Jiyong meringis karena kedapatan gagal oleh orang yang akan ia jahili. Ia diam di tempat untuk sejenak hingga Seunghyun menepuk ruang kosong di sisi sofanya, bermaksud agar pemuda mungil yang baru ia kenal kemarin duduk di sebelahnya.

Senyuman Jiyong ia pasang di wajahnya dengan sangat cerah. Bahkan melebihi sinar mentari ketika bangkit dari tempat peristirahatannya di pagi hari. Ia menghilangkan kata malu dan ragu untuk menghampiri Seunghyun yang telah menawarinya tempat duduk di dekatnya.

Jiyong sudah menduga kalau mereka pasti akan canggung. Baekhyun dan Seunghyun memang tidak saling mengenal sebelum ini. Merupakan sesuatu yang wajar apabila mereka terlihat canggung. Ditambah Seunghyun yang menggeser tempat duduknya hingga ke bagian ujung sofa. Mau tidak mau Jiyong pun melakukan hal yang sama.

Jiyong menaruh bokongnya ke sofa yang empuk dan berkata untuk mencairkan suasana, "Aku baru tahu kalau Seunghyun-ssi adalah pelukis terkenal dibalik nama TOP."

Jiyong benar-benar pintar dalam memilih topik pembicaraan dengan orang yang baru ia kenal. Dibuktikan dengan Seunghyun yang segera memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan kini menatapnya dengan sorot mata yang ramah dan hangat. Jiyong tahu sekarang Seunghyun sedang masuk ke mode profesionalnya sebagai seorang pelukis.

"Apa Jiyong yang memberitahumu?" Tanya Seunghyun sembari menyesap winenya dari gelas. Jiyong selalu memuja bagaimana sempurnanya Seunghyun ketika ia dikombinasikan dengan cairan berwarna maroon itu. Di luar dugaan, karena yang Jiyong perkirakan ialah mereka yang akan mendiskusikan tentang lukisan karya orang-orang ternama.

"Ya. Jiyong-ssi bercerita banyak tentang karir kalian yang agak bertolakbelakang."

Seunghyun tersenyum terpaksa mendengar ucapan pemuda mungil nan cantik di sampingnya. Sedikit tidak menyangka jika dari sekian banyak momen berharga di antara ia dan Jiyong, kekasihnya itu justru menceritakan karir mereka yang membuat hubungan keduanya acap kali merenggang. Seunghyun hanya tersenyum kikuk, ia tak tahu harus merespon apa atas pernyataan Baekhyun.

Jiyong yang mengamati gerak-gerik Seunghyun, paham betul kalau kekasihnya saat ini tengah mati kutu. Ia memang sengaja memancing Seunghyun untuk berbicara terbuka padanya tentang hal yang tidak bisa ia bicarakan dengan Jiyong yang asli. Namun, tidak seperti Chanyeol yang naïf dan mudah membuka mulutnya dan mengalirkan cerita pada orang-orang yang ia anggap dekat, Seunghyun itu termasuk pria tertutup yang menyimpan segalanya seorang diri dan tidak pernah ingin berbagi, meski dengan Jiyong sekalipun.

"Oh," Seunghyun menyahut dengan singkat, tapi ia perlu tahu semua hal yang sudah kekasihnya ceritakan pada orang yang notabene baru ia kenal beberapa hari lalu. Jika Seunghyun ingin menaklukan hati Jiyong lagi, setidaknya ia harus tahu duduk permasalahan yang membuat mereka mengalami kesalahpahaman, "Selain itu, apa yang Jiyong bicarakan tentang hubungan kami, Baekhyun?"

Jiyong menyeringai dalam hati sebab rencananya berhasil, "Jiyong-ssi hanya berkata kalau kalian sudah jarang sekali kencan di luar rumah," Jiyong memerhatikan perubahan air muka Seunghyun yang nampak amat jelas dari jarak dekat, "ia juga mengeluh karena kau lebih memilih lukisan-lukisanmu daripada dirinya."

Bohong bila Seunghyun tidak tertohok perasaannya karena kalimat Baekhyun. Sebenarnya menurut Seunghyun, Baekhyun terlalu lancang dengan berbicara seperti itu padanya. Akan tetapi ia tidak menghiraukan hal-hal kecil semacam itu sekarang dan lebih memfokuskan pada makna dari omongan Baekhyun.

Seunghyun menghela nafas berat sebelum membalas, "Andai saja Jiyong tahu kalau aku saat ini sedang mencoba merubah itu."

"Kau ingin merubah apa?"

"Aku bukan orang bodoh yang tidak bisa mengartikan sikapnya belakangan ini. Aku mengerti hubungan kita jadi semakin jauh karena pekerjaanku, makanya aku berniat untuk berubah sebab pada dasarnya sebagian besar ini kesalahanku."

Penjelasan Seunghyun yang sangat rinci menghasilkan Jiyong yang menutup mulutnya yang menganga lebar. Ia tak percaya. Sungguh sepertinya telinganya sedang bermasalah sehingga perkataan yang paling ia dengar selama ini keluar begitu mudah dari bibir Seunghyun.

Merasa tidak ada tanggapan dari lawan bicaranya, Seunghyun melanjutkan, "Aku bahkan sudah memulainya dari dua hari kemarin," pandangan Seunghyun ia fokuskan pada manik hazel Baekhyun yang sedang terperangah kaget, "aku meninggalkan lukisan-lukisanku yang harusnya dipamerkan kemarin dan menyerahkannya di tangan Daesung."

"Kau meninggalkan pameranmu hanya untuk ak–Jiyong?" Jiyong bahkan tidak sadar kalau ia sudah membuang formalitas untuk menyebut namanya.

"Ya, Baekhyun. Aku menelantarkan pekerjaanku demi seseorang yang nyatanya tidak menghargai usahaku ini." Seketika nada dan tatapan Seunghyun menjadi sendu.

Jiyong ingin sekali memberitahu kalau ia yang asli sangat menghargai perubahan kecil yang dilakukan oleh Seunghyun. Tubuhnya yang ada di luar sana jelas tidak akan mengerti perjuangan Seunghyun untuk berubah, karena jiwa yang ada di dalamnya adalah Baekhyun. Baekhyun mana peduli dengan tingkah laku Seunghyun sebab ia pun sama dengannya yang lebih menaruh perhatian pada kekasihnya yang sedang bermasalah.

Jiyong menggeleng lemah. Air matanya memaksa minta untuk turun setelah tahu bahwa Seunghyun ternyata masih mencintainya, "Aku yakin Jiyong-ssi juga senang dengan perubahanmu, Seunghyun-ssi. Tapi mungkin ia mencoba untuk tidak memperlihatkannya padamu," Jiyong menundukkan kepalanya. Ia benar-benar bahagia karena Seunghyun akhirnya berusaha untuk merubah sikap untuknya, "seratus persen aku yakin ia pasti senang. Apalagi perkiraan Jiyong-ssi tentang kau yang sudah tidak mencintainya lagi sekarang terbantahkan."

Seunghyun terkekeh pelan. Ia bangkit dari sofa dan meletakkan gelas winenya di meja kecil, "Apa aku perlu menyuarakan perasaanku setiap menit agar ia percaya kalau aku sungguh mencintainya? Terus apa gunanya kita pacaran selama tujuh tahun jika aku memang tidak mencintainya lagi?"

Jiyong pun ikut bangun dari sofanya. Permohonannya perlahan-lahan terkabulkan. Seunghyun mencintainya dan tengah berupaya memperbaiki hubungan mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dan mengharukan bagi Jiyong sekarang.

"Aku harus membuktikan itu pada Jiyong mulai detik ini juga," Seunghyun mendahului Baekhyun dengan langkahnya yang panjang, "aku hanya tidak ingin ia berpikiran hal-hal yang lebih bodoh dari yang kau katakan tadi."

Jiyong tak mampu untuk menahan senyumnya agar tidak merekah di wajahnya. Yang perlu ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya ia kembali ke tubuhnya yang asli.

Kedua insan itu jalan beriringan menuju aula besar. Tubuh tinggi Seunghyun lebih punya keuntungan untuk mencari sosok kekasihnya di ruangan yang minim akan lampu penerangan. Kemudian ia melihat di bar counter, Jiyong yang tengah menunduk dengan tangannya yang terkepal di depan dada Chanyeol. Dengan tergesa-gesa, Seunghyun menghampiri mereka berdua.

Seunghyun langsung melepas blazer navynya untuk membungkus tubuh Jiyong yang gemetar. Kaos hitamnya yang tipis agaknya membuat pemuda yang lebih kecil darinya itu kedinginan. Chanyeol menatap Jiyong dengan sarat mata yang kebingungan. Baekhyun –sebenarnya Jiyong- yang ada di sebelah Chanyeol juga mengikuti pergerakan tangan Seunghyun yang mengusap punggung Jiyong di pelukannya.

Seunghyun tidak tahu apa yang membuat kekasihnya menangis sesenggukan seperti ini. Ia pun penasaran sejak tadi ketika Jiyong pergi dari belakang panggung dan meninggalkannya dengan Chanyeol yang sibuk berciuman bersama orang lain. Tapi ia harus mengurungkan keinginannya karena Jiyong masih belum bersedia untuk meredakan tangisnya.

"Seunghyun, ayo pulang." Jika Seunghyun tidak menajamkan indera pendengarannya, ia tidak akan mampu mendengar cicitan kekasihnya yang terdengar sangat lirih dan pelan.

Seunghyun menyanggupi permintaan Jiyong dan hendak menuntunnya keluar dengan tangan yang masih tersampir di bahu Jiyong yang sempit. Namun kalimat Jiyong yang berikutnya malah menimbulkan kedua alisnya yang tebal saling bertautan, "Aku ingin pulang. Ke Seoul. Sekarang."

-o-O-o-

Dua minggu telah berlalu. Akan tetapi sikap Jiyong yang tetap pendiam sejak menginjakan kaki di rumah, menghasilkan ide-ide gila di pikiran Seunghyun berkecamuk hebat. Ia masih belum tahu alasan Jiyong yang meminta agar mereka untuk pulang lebih cepat dari rombongan.

Sementara itu, Baekhyun tidak mengerti kenapa Seunghyun akhir-akhir ini tinggal di rumahnya. Pemuda jangkung itu juga terus-terusan menawarkan diri ke Baekhyun apakah ia ingin pergi keluar untuk sekedar mencari udara segar. Tentu Baekhyun menolak. Ia tidak betah di dunia luar yang kerap membuatnya risih karena tatapan orang-orang padanya..

Memang benar jika Seunghyun yang sekarang tengah menjadi sosok kekasih yang selama ini Baekhyun idam-idamkan. Waktu luangnya yang ia sisihkan untuk bersama dengan Baekhyun, mengolah bahan makanan untuk disulap menjadi masakan yang menggugah selera makan, menemani Baekhyun di rumah tanpa banyak mengajukan pertanyaan, berpelukan di sofa seraya menonton film kesukaan, hingga berakhir di ranjang untuk tidur bersama dengan sebuah kecupan yang tidak lupa untuk didaratkan sebelum menjelajahi dunia mimpi.

Baekhyun sangat tersanjung dengan perlakuan Seunghyun. Hati terkecilnya berharap agar ini semua tidak berakhir dengan cepat. Namun bukan berarti Baekhyun telah jatuh cinta pada Seunghyun. Bagaimana ia bisa mencintai pemuda tampan itu jika setiap apa yang mereka kerjakan berdua selalu mengingatkan Baekhyun dengan Chanyeol? Ia tak henti-hentinya berandai bahwa apa yang ia lakukan akan terwujud bersama Chanyeol kelak.

Baekhyun bertemu Chanyeol beberapa kali, ketika pria pemilik hatinya itu menjemput Jiyong untuk pergi ke bar bersama. Akan tetapi saat itu Seunghyun mencegah Chanyeol dengan dalih bahwa Jiyong sedang sakit dan ia perlu cuti sementara dari bekerja. Setelahnya Baekhyun tidak pernah bersua lagi dengan Chanyeol.

Ia rindu dengan Chanyeol.

Tapi rasa sakit yang ia rasakan ketika di Beijing masih membekas. Ingatannya tidak mudah melupakan rentetan kejadian dari mulai Chanyeol yang memagut bibir wanita asing sampai pengakuan perasaannya kepada Baekhyun yang sangat mengejutkan. Baekhyun pun bingung apa yang semestinya ia lakukan pertama kali ketika ia balik ke tubuh aslinya nanti.

"Ji, kau sudah mengantuk?" Seunghyun datang mendekat ke arah ranjang tempat Baekhyun merebahkan diri dengan dua gelas susu cokelat yang ia bawa untuk mereka. Seunghyun bilang, ia ingin mengulang kebiasaan lama antara mereka yang sempat terlupakan akibat kesibukan masing-masing.

Baekhyun mengangguk lalu menggeleng. Seunghyun yang sudah duduk di samping Jiyong pun hanya bisa mengusak rambut kekasihnya dengan gemas, "Jadi yang mana sebenarnya, hm?"

Baekhyun membalas Seunghyun dengan memeluk pinggangnya erat. Ia rindu Chanyeol sangat. Ia butuh sandaran seseorang agar air matanya tidak keluar lagi ketika mengingat kekasihnya dan sikapnya yang agak keterlaluan. Maka ia memanfaatkan kehadiran Seunghyun sebagai tumpuan untuknya menahan kerinduan itu.

Seunghyun yang peka, ikut membaringkan tubuh tingginya di sisi Jiyong. Ia menarik perawakan Jiyong yang kecil ke dalam dekapannya dan mengabaikan susu cokelat yang berangsur mendingin suhunya. Sedangkan Baekhyun, ia menaruh kedua tangannya di depan dada sebagai sekat pemisah dirinya dengan Seunghyun. Bagaimanapun juga ia masih tahu tempat kalau baik ia ataupun Seunghyun masih memiliki kekasih yang amat disayang.

Tak perlu waktu lama, Baekhyun merasakan pelukan Seunghyun melonggar. Nafas Seunghyun berubah menjadi teratur dan tenang. Kaki kanan Seunghyunpun perlahan menindih pahanya dan menjadikan tubuhnya sebagai guling. Baekhyun tahu sekarang Seunghyun sudah terlelap dalam tidurnya dan ia mendorong tubuhnya sedikit untuk terlepas dari dekapan Seunghyun.

Baekhyun membenahi anak rambut yang terjuntai di kening Seunghyun, ia berbisik pelan dengan iringan angin malam yang berhembus kencang di luar jendelanya, "Maafkan aku Seunghyun tapi aku bukan Jiyong yang kau cintai."

-o-O-o-

Dua minggu berlalu. Namun Jiyong masih belum kembali ke tubuhnya yang masih berada di bawah kendali Baekhyun.

Minggu pertama Jiyong menghabiskan masa-masanya sebagai seorang Baekhyun dengan suntuk. Ia tidak pergi keluar dan lebih memilih untuk menikmati waktu di apartemen Baekhyun. Ia mengagumi betapa rapi dan terorganisirnya barang-barang dan perabotan yang ada di apartemen ini. Di sisi lain, Chanyeol tidak memberinya kabar, tapi ia justru tidak mempermasalahkan dengan membesar-besarkan ini pada pemuda jangkung itu. Lagipula ia bingung akan bersikap seperti apa di hadapannya nanti.

Di permulaan minggu kedua, Chanyeol menjemputnya untuk dan mengajak kencan di luar. Jiyong bahagia karena ia sudah lama mendambakan aktivitas yang melibatkan udara di luar ruangan yang lebih bebas. Ketika itu di waktu senja Chanyeol membawanya ke sebuah festival kembang api di sungai Han. Mereka tidak banyak bicara kala itu, namun tautan jari mereka tidak terlepas sepanjang bunga-bunga api di langit yang berwarna-warni terus bermekar saling sahut-sahutan.

Chanyeol jadi pendiam sepulangnya mereka dari Beijing. Pasti Baekhyun yang berkedok sebagai dirinya telah mengucapkan sesuatu yang fatal yang sukses membuat seorang Park Chanyeol yang terkenal tidak pernah diam menjadi bungkam, kendati sembilan hari sudah terlewati. Akan tetapi, setelah kencan mereka yang didominasi oleh keheningan itu berlangsung, Chanyeol tidak lagi muncul di hadapannya. Sekedar menghubungi via alat komunikasi pun tidak.

Kesepian.

Jiyong menyebut Baekhyun sangat kesepian karena ia memiliki kekasih yang jarang membagi waktu untuk dihabiskan berdua. Sedikit rasa bersyukur ia panjatkan kepada Sang Maha Pencipta sebab paling tidak Jiyong masih punya Seunghyun yang terkadang memintanya untuk menemani melukis di studio yang ada di rumah megah Seunghyun.

Kasihan sekali Baekhyun karena harus menanggung ini sendirian, padahal ketika seseorang memutuskan untuk merajut kasih dengan orang yang dicintanya, itu berarti mereka harus berbagi waktu tak peduli sesibuk apapun kegiatan yang menenggelamkan mereka berdua. Di zaman yang serba canggih seperti sekarang, harusnya berkomunikasi dengan pacar akan jauh lebih mudah bila salah satu dari mereka berhalangan untuk tidak bisa hadir di sisi. Tapi Chanyeol tidak melakukan itu semua. Seolah-olah Baekhyun adalah seseorang yang berstatus menjadi pacar hanya ketika Chanyeol membutuhkannya, pikir Jiyong.

Pantas saja kini Baekhyun sudah jengah dan berencana untuk mengakhiri hubungan mereka yang telah mati sejak lama. Jiyong tidak akan menyalahkan Baekhyun kalau ia mengeksekusi keputusan itu suatu hari nanti, dan justru ia akan memaki Chanyeol karena telah menyia-nyiakan pemuda yang nyaris sempurna seperti Baekhyun.

Jiyong yang bosan di malam hari pun akhirnya kembali mengelilingi ruangan apartemen Baekhyun yang belum ia jamah. Hingga ia tiba di ujung koridor dekat dapur dan melihat sebuah pintu bercat hitam legam dengan penunjuk ruangan pribadi yang digantung di daun pintunya.

Jiyong sedikit memutar otaknya ke belakang dan mengingat perkataan Chanyeol yang memamerkan padanya kalau kekasihnya itu cukup terbilang kutu buku. Dan kini Jiyong bisa membuktikannya sendiri dengan memasuki sebuah ruangan yang tidak terlalu luas di apartemen yang mana ruangan ini seharusnya adalah gudang untuk menaruh barang yang tidak terpakai. Koleksi buku yang Baekhyun punya bahkan ia tata dengan sangat apik di rak-rak yang tingginya mencapai langit-langit apartemen. Punggung bukunya Baekhyun susun sedemikian rupa dan menghasilkan warna yang sedap untuk dipandang mata. Tangga yang bisa digeser dipasang di hadapan rak tersebut untuk memudahkan pengambilan buku yang berada di rak yang jauh dari jangkauan tangan. Terdapat satu meja berukuran sedang dengan dua kursi yang berhadapan di sudut ruangan dekat jendela. Secara keseluruhan, tempat ini sangat cocok untuk dijadikan tempat pelarian dari kenyataan. Udara dari pendingin ruangan yang disetel rendah pun semakin menambah kenyamanan yang disediakan oleh perpustakaan mini ini.

Jiyong menduduki kursi yang mempunyai ukiran huruf B yang terletak tepat di depan kursi huruf C. Jiyong tertawa kecil. Tangannya mengusap ukiran dari benda tumpul yang ada di permukaan meja. Nampaknya ruangan ini sudah lama tidak dikunjungi, sebab lapisan debu tipis menyelimuti meja tersebut. Jiyong tahu betul kata-kata itu merupakan tulisan Chanyeol. Imajinasinya melayang, membayangkan Chanyeol yang mengatakan kalimat-kalimat picisan itu pada Baekhyun. Ia percaya kalau Baekhyun membalasnya hanya dengan bola mata yang berputar malas, dengan imbuhan rona merah pudar yang menghiasi pipi gembilnya yang putih.

-Baekhyunku cantik sekali-

-Bee jangan terlalu manis, please-

-MyBee lebih memilih buku daripada aku-

-Aku mencintai ByunBee-

-Park Baekhyun-

-Park C love Byun B-

-Forever and Ever?-

Jiyong baru akan membaca tulisan yang ada di atasnya, ketika suara derit pintu mengalihkan atensinya dari meja berdebu itu. Jiyong mengamati Chanyeol yang berjalan limpung ke arahnya dengan mata yang sedikit memerah. Kemudian tanpa meminta izin, pemuda jangkung itu segera menjatuhkan bokongnya ke kursi C di hadapan Jiyong.

Bau alkohol yang menyengat dari tubuh Chanyeol berhasil membuat Jiyong bertanya-tanya. Sebanyak apa cairan yang telah diminum Chanyeol sampai ia mabuk seperti ini? Karena Chanyeol yang Jiyong kenal adalah pemuda yang punya toleransi terhadap alkohol yang tinggi.

Chanyeol tiba-tiba tertawa, tapi wajahnya masih ditelungkupkan di tangannya yang terlipat di atas meja. Ia bahkan menghiraukan debu yang dapat mengotori jaket parasutnya dan memilih mengistirahatkan kepalanya yang nampak berat di bantalan tangan.

"Aku mengetuk pintu tapi kau tidak kunjung membukanya. Aku kira kau tidak ada." Kata Chanyeol dengan suara yang tertahan.

"Aku tidak dengar, Yeol."

"Ya aku tahu. Maka itu aku langsung masuk dan mencarimu ke dalam," Chanyeol menatap mata Jiyong dalam tepat ke pusat irisnya, "aku tahu kau pasti di sini kalau kau sedang merasa kesepian." Chanyeol mengulurkan telapak tangannya ke atas meja dan menuntut Baekhyun yang di depannya untuk menyerahkan tangannya.

Jiyong menuruti perintah Chanyeol yang mabuk. Ia sedang berperan menjadi Baekhyun sekarang, oleh karena itu Jiyong perlu mengikuti alur yang Chanyeol mainkan. Jiyong pun menyambut tangan Chanyeol dan menelusupkan ruas jarinya yang kecil ke jemari Chanyeol yang lebih besar.

Saat Chanyeol mengecup punggung tangannya lama, Jiyong tidak merasakan desiran aneh seperti yang ia rasakan ketika bersama Seunghyun. Itu pertanda yang bagus karena Jiyong tidak ingin menggantikan posisi Seunghyun di hatinya. Namun ia cukup khawatir dengan kejadian bertukar tubuh yang terjadi padanya dengan Baekhyun. Ia takut Baekhyun akan mulai menumbuhkan perasaan spesial pada kekasihnya karena Seunghyun memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Tapi ia berusaha menepis pikiran negatif yang kerap bersarang di otaknya dengan argumen bahwa Baekhyun juga masih sangat mencintai Chanyeol.

"Bee, jangan tinggalkan aku, ya?"

Pertanyaan Chanyeol yang lebih cenderung terdengar sebagai permintaan membuyarkan Jiyong dari lamunannya. Jiyong mengangkat alisnya tinggi sebab tidak tahu harus memberi jawaban seperti apa.

"Aku akui kalau aku banyak melakukan kesalahan di belakangmu," lagi-lagi Chanyeol mengecup punggung tangan Jiyong, "tapi aku belum bisa menceritakannya sekarang. Aku belum berani."

Jiyong masih terdiam dan mencoba untuk mendengarkan kelanjutan ucapan Chanyeol. Ia pun tidak ingin salah mengambil langkah dengan perkataan yang ia lontarkan. Ada hubungan orang yang sedang di ujung tanduk dan tengah dipertaruhkan di sini. Jiyong tidak bisa main-main.

"Jiyong-hyung kemarin menyadarkanku."

Jiyong mengangguk. Baekhyun agaknya sukses mengutarakan isi hatinya yang kian lama terpendam pada Chanyeol. "Jiyong-hyung bilang cepat atau lambat kau pasti akan meninggalkanku kalau aku tetap seperti ini."

Diam-diam Jiyong memuji omongan Baekhyun yang sangat menohok langsung ke pusat jantung. Belum sempat Jiyong merespon, Chanyeol sudah memotongnya untuk yang kesekian kali hari ini, "Aku datang untuk meminta maaf, hik—" efek alkohol mulai mempengaruhi diafragmanya sehingga ia cegukan, "hik— aku juga ingin memintamu untuk bersabar sampai aku punya nyali untuk membongkar kebrengsekanku padamu, Bee."

Kemudian Chanyeol seketika tidak sadarkan diri dan kepalanya terjatuh begitu keras di permukaan meja. Jiyong yang mendengar suara bedebam yang dihasilkan hanya mampu mendesis, tak bisa menakar seberapa rasa sakit di kepala yang Chanyeol akan alami nanti kala ia terbangun. Dengkuran halus pun mulai terdengar beberapa saat setelahnya.

Tangan Jiyong yang masih digenggam erat oleh Chanyeol, ia gerakkan ibu jarinya untuk mengusap tangan Chanyeol yang lebar. Volume suaranya ia kecilkan agar tidak membangunkan sang raksasa yang tengah tertidur, "Maaf tapi aku bukan Baekhyun, Yeol," perlahan Jiyong menarik tangannya dari genggaman dan beranjak keluar ruangan guna mengambil selimut untuk Chanyeol, "semoga ketika waktunya datang, kau masih belum terlambat untuk mendapatkan maaf dari Baekhyun.

TBC

a/n: ASKJBHSJEIODLKFNSFKN CHANYEOL UPLOAD APAAN ITU WOY DI IG?! BAEKHYUNNYA JUGA! SETELAH DITUNGGU TERNYATA TIDAK MENGECEWAKAN. T_T :)))

Baekhyun yang birthday tapi aku yang heboh sendiri pas liat Chanyeol ngucapin gitu di SNSnya.

tolong lah, aku gregetan banget sama momen mereka akhir-akhir ini. maniiiis betuuuul:""")

rasanya mau narik dua orang itu terus daftarin ke KUA aja/?

.

.

.rnr?