Chapter 4

Title :

Dreaming with Cho Songsae-nim

Cast :

Cho KyuHyun

Lee SungMin

Other Cast :

Lihat dalam cerita .

Summay :

Sung Min menyesal telah mengkhayal disaat Upacara Penurunan Bendera berlangsung

Disclaimer :

Parents's, SMent, Fans, God

Warning :

BoysLove,Gaje, Don't Bash

Untuk yang tidak menyukai sikap saya dalam bertindak di Akun pribadi saya, tolong pergi! Dan jangan ganggu ketenangan saya disini . Silahkan kritik dengan bahasa yang sopan dan santun! Gunakan tata karma anda sebagai seorang yang memang terpelajar dan berbudi sebagaimana mestinya berbicara terhadap orang lain .

. . .

Bab 4 : Vanilla

"Yaa kau memang yang paling aneh Lee Sung Min-ssi bisa-bisanya kau menolak makanan yang diberikan oleh Guru idola seantero sekolah ini? Daebak!" Cerocos Eun Hyuk, matanya berbinar saat melihat Sung Min mulai membuka kotak bekal yang di berikan Cho Saemi . Warna-warni dari bentuk bekal membuat Eun Hyuk tersenyum geli membuat Sung Min melotot sebal .

"Ige mwoya? Wahh Ahjumma Cho memang sungguh mengerti bahwa kita ini masih butuh pertembuhan dan butuh yang segar-segar seperti ini . Kau beruntung mendapatkan calon mertua seperti Ahjumma Cho, Sung Min-ah."

PLAK

"YAK! Siapa yang menyuruhmu mencicipi ini eh? Aku yang akan menghabisakan semua ini dan KAU! Makan sana mie sialanmu!"

. . .

"Neeee Eomma" Bibirnya mencebik tajam, matanya mengerling malas . Sudah lebih dari 10 menit Ratu Iblis terus memberinya wejangan .

"Lain kali jangan lupa eoh?kau mau calon istrimu mati kelaparan di Sekolah eh? Dasar anak setan" Umpat sang ibu

"Yah! Eomma, mana ada orang tua mengumpati anaknya . Kalau aku anak setan lalu Eomma apa eh? Jelmaan setan yang tiba tiba menjadi ibuku? Tsk sialan"

"Yah mana bisa kau mengumpat eh? Anak kurang ajar!"

Tutt

Hah!

Menghela nafas menjadi susah akibat ulah ibunya, jangankan hidup tenang makan sesuap pun dibuat resah . Entah apa yang dimakan sang nenek saat melahirkan ibunya . Nasib sial menjadi anak—

Ting!

'Jangan mengumpat Cho!'

Nya . Ah baru mengatakan dalam hatipun ibunya sudah mengomel . Ck! Lama-lama bisa gila juga menghadapi ibunya . Mungkin, dengan punya anak imut ibunya bisa sedikit jinak, tapi membayangkan ibunya hamil lagi? Errrr … mungkin itu opsi yang paling buruk diantara yang terburuk . Ngomong-ngomong anak imut, mungkin Sung Min bisa menjadi anak imut untuk ibunya karena secara penglihatannya Sung Min punya jiwa keimutan . Tsk memikirkannya membuat hati Kyu Hyun sedikit tersentuh .

"Bisa gila memikirkannya terus menerus."

-My Lovely Ice Teacher-

Hari-hari masih terus berjalan seperti biasanya, tidak selalu monoton tapi sedikit jenuh mungkin . Para siswa masih bermalas-malasan . Banyak yang tertidur saat Lee Saem menerangkan materi sejarah Korea, pelajaran yang memang membuat siswa 90% malas mendengarkan terutama membaca .

"Jadi, kenapa ada beberapa pejuang yang namanya sengaja tidak ditulis dalam sejarah? Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?" Lee Saem menatap sekeliling, sepertinya kelasnya kali ini mati tanpa nyawa .

"Lee Hyuk Jae jelaskan alasannya tersebut dengan poin-poin pentingnya." Gelegar petir tepat di kepala Eun Hyuk membuat beberapa siswa terkikik geli . Eun Hyuk melotot horror, bisa gila dirinya mendengar pejelasannya pun tidak, mana mungkin menjawab pertanyaannya .

"Ah! Mungkin karena para pejuang tersebut terlalu pintar menari sampai mereka lupa bahwa mereka adalah seorang Pejuang Saem! Karena pada saat itu mereka sedang mengembangkan bagaimana cara membuat Dance Hip Hop yang sekarang semakin bagus dan energik ." Jawabnya ngelantur . Tawa membahana pecah dalam ruangan, termasuk Sung Min yang memang menahan tawanya sedari tadi .

"Lee Hyuk Jae bawakan buku sejarah yang belum pernah ada di Perpustakaan setelah pulang sekolah!"

"Ne saem~"

. . .

"Berhenti tertawa pabbo! Teman sedang sedih kau malah tertawa dengan kerasnya huh!" Dengus Eun Hyuk . Bibirnya monyong 5 centi membuat dirinya semakin mirip dengan monyet *plak

"Yah hahaha makanya Hyuk jelek jangan hanya belajar menari terus, otakmu juga harus diberi asahan tarian dari Lee Saem sepertinya." Usul Sung Min membuat Eun Hyuk semakin mendengus keras .

"Sung Min-ah kau sudah tahu besok aka nada sosialisasi tentang bencana gempa bukan? Jadi apa yang harus kita bawa? Apakah harus membawa pelampung –tangannya bergerak membentuk lingkaran di depan wajah Sung Min- atau membawa meja yang besar sekalian? Bukan kah kita harus berlindung dibawah meja jika terjadi gempa?" Cerocos Eun Hyuk

"Ya ya yaa kau bawa sama Choco ke sekolah setelah itu berikan Choco pada Lee Saem dan selesai . Mudah saja bukan?"

"Yaish" Eun Hyuk berjalan meninggalkan Sung Min yang tertawa terpingkal-pingkal dibelakangnya .

. . .

'Pastikan persiapannya sudah benar-benar matang oke? Aku akan mengecek bagian tersebut untuk besok . Bagaimanapun semua persiapan harus dibuat sesegera mungkin.'

'Ye tuan . Semua akan dipersiapkan sebagaimana perintah anda . Kami akan mempersiapka ruang tersebut sesuai perintah anda." Ucap sang pelayan sambil membungkuk hormat lalu bergegas pergi .

Harap-harap cemas, pria tersebut meminum wine tuanya dengan tenang . Matanya menatap lekat pada sang rembulan yang masih setia memberikan keindahan langit . Kegundahan akan hari esok yang ditunggunya . Ia bukanlah pria yang pintar dalam berkata-kata, memikirkan hari esok adalah hidup dan mati dirinya membuat bulir bulir keringat sebesar biji jangung sedikit membasahi dahi sang pria .

"Bagimanapun semua harus sesuai rencana . Mati ataupun hidup semuanya akan kita lihat esok hari." Gumamnya menampilkan seringai tipis .

-My Lovely Ice Teacher-

Pagi yang cerah untuk suasana hati yang bisa dibilang cukup buruk, cicitan burung mewarnai hari dimana Sung Min ceberut sampai membuat orang tuanya terbahak . Sung Min merasa aneh, kenapa Ibunya hari ini sangat perduli dengan penampilannya? Apakah ini hari seragam terapih nasional? Sung min rasa seragam yang kemarin ia pakai masih bersih dan wangi . Kenapa pula sang ibu harus menata rambutnya menjadi sangat cute? Arrgghh bisa gila Sung Min .

"Ibu~ kenapa hari ini ibu sangat aneh eoh? Tsk! Aku rasa ini semua terlalu berlebihan . Seragam yang ibu ganti mungkin masih biasa tapi … kenapa ibu tiba-tiba menyuruhku menatap dengan gaya rambut seperti ini eh?" Sung Min menatap tajam ibunya .

"Tidak ada apa-apa sayang, ibu hanya ingin melihat kau menjadi lebih cantik dan cute . Apakah ibu salah?"

"Itulah letak kesalahannya . Aku sudah nyaman dengan gaya rambutku yang sebelumnya ibuuu yak yak ibuuu aku belum selesai bic—

"Lihat jam atau kau akan terlambat sayang!" Teriak Lee Teuk dari arah dapur .

. . .

Dan berakhirlah Sung Min yang terus menggerutu di sepanjang jalan menuju sekolah . Mulutnya tak henti berkomat kamit tenang kelakuan sang ibu hari ini . Huh seandainya hari ini tidak ada sosialisasi bencana gempa dirinya tidak perlu repot-repot datang ke sekolah satu jam lebih awal .

Brukk

"Mic—Hyuk Jaeeeee! Yak! Mati kau sialan." Teriak Sung Min saat dirinya ditubruk dengan sang sahabat dan ditinggal begitu saja . Matanya berkilat seakan akan membuat tubuh Eun Hyuk dipotong menjadi seratus bagian .

"Hyuk tunggu aku."

. . .

Pelajaran pertama dimulai, hari ini dibuka dengan pelajaran Biologi . Mata pelajaran yang sedikit menyenangkan . Keheningan diisi dengan keseriusan para siswa mendengarkan Kim Saem menjelaskan beberapa Bab tentang anatomi dan organ dalam lainnya . Beberapa siswa mencatat hal yang penting dan patut diingat ketika ujian nanti .

"Jadi, dipelajaran ini kalian bisa mengerti kenapa ada beberapa wanita belum memiliki keturunan bukan? Ada yang ingin bertanya? Silahkan bertanya sebelum pelajaran ditutup." Lee saem menatap beberapa siswa dan sepertinya memang pelajaran kali ini harus ditutup tanpa adanya pertanyaan .

"Baiklah kalau begitu, sampai disini dan kita akan bertemu minggu depan." Lee saem berjalan keluar, tapi langkhnya terhenti dan bebalik menatap siswa disudut .

"Lee Sung Min Chukkaeyo."

"YE?!"

Ahh! Hari ini semakin aneh saja –pikirnya- kenapa tiba-tiba Lee saem mengucapkan selamat untuknya? Ini bukan ulang tahun dirinya . Heol! Gila juga gurunya . Menatap sekeliling kelas yang mulai bising membuat Sung Min semakin malas berada di kelas, mungkin bolos satu hari tidak ada salahnya juga . Lagi pula, hari ini pasti banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukannya du luar .

Tetttt tettttttttttttttt teeetttttttttttttttt

"Perhatian! Untuk seluruh siswa harap datang ke Auditorium karena sekarang ada sosialisasi bencana gempa"

"Ah kenapa kita harus kesana sekarang?"

"Lari-lari"

"Sekali lagi. Harap semua ke auditorium karena ada sosialisasi bencana gempa. Saya ulangi, segera ke auditorium."

Sorak sorak siswa menggerutu saat mendengar pemberitahuan, satu persatu seluruh siswa keluar dari kelas dan berjalan ke Auditorium . Beberapa siswa mengerutkan dahi saat melihat ruang auditorium sepi tanpa dekor atau peralatan untuk sosialisasi bencana Gempa .

'Apa lagi kali ini huh? Pasti membosankan berada disini' Pikir Sung Min, matanya menatap sekeliling Auditorium yang kosong . Tapi … Tunggu! K-kenapa ibu dan ayahnya ada disini? Apakah sosialisasi bencana gempa juga harus memanggil orang tua murid? Dan … kenapa orang tua Kyu Hyun saem ada disini juga?

"Yaa Eun Hyuk-ah apa kau tidak merasa aneh? Kenapa ibu dan ayahku ada sini? Dan lihat lihat banyak Saem yang tersenyum kearahku . Apakah aku hari ini aneh?" Tanya Sung min sambil menunjuk dirinya sendiri .

"Nan molla . Jadi, lebih baik kita kedepan dan lihat ada apa dengan tirai yang ditutup itu . Apakah sosialisasi gempa mengadakan konser sebelum kita praktek? Kajja!" Eun Hyuk menarik tangan Sung Min dengan semangat membuat Sung Min terpekik kaget .

"Yahh Eun Hyuk-ah Apa yang kau—

Langkah kakinya terhenti saat tirai yang ada di depan seluruh murid terbuka dan menampilkan pria yang tidak asing bagi mereka . Mulut Sung Min menganga, Pria di depan sana memegang bunga dan tersenyum sangat manis .

Dan .. Tunggu? Apa dirinya salah lihat? Atau mungkin hanya perasaannya saja? Kenapa pria tersebut berjalan lurus dan seperti … be-berjalan kearahnya?!

Tbc.