Sixth Sense Boy

Summary:: Andai saja Mingyu tidak bertemu Wonwoo, ia pasti tidak akan terlibat ke dalam kehidupan aneh namja itu, namja yang selalu berbicara sendirian dan mengaku dapat melihat hantu. "Aku tidak gila!"/ "Kalau kau tidak gila, kenapa kau berbicara sendirian?"/ "Aku tidak berbicara sendirian, aku berbicara dengan anak kecil yang baru saja meninggal. Dia ada di sampingmu."

Couple:: Mingyu x Wonwoo

Rate:: T

Genre:: Humor, Romance, supernatural

Halo eperibadehhh~ Akhirnya author buat ff baru. Sebenarnya ide ff ini udah lama banget pengen author buat, berhubung ff-ff author yang lain udah mendekati end, maka author memutuskan untuk memulai buat ff baru. Jujur ff ini terinspirasi dari film Master Sun, jadi jangan heran kalau ff ini agak-agak mengingatkan kalian sama drakor itu #nyengir

But, overall ff ini gak bakalan mirip drakor itu, so be calm and stay tune okay?

Okay deh, enjoy it~

.

.

Hiwatari's Present

Enjoy~

.

~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~

Mingyu menghela napas dengan berat. Beberapa hari ini ia sangat sibuk, bahkan sampai jam 23.35 seperti ini ia belum dapat pulang ke rumah. Belakangan ini ia sering pulang jam 3 pagi.

Mingyu meraih teleponnya, namun gerakannya terhenti saat ia mengingat sesuatu. Office boy pribadinya yang khusus bekerja pada malam hari sudah tidak bekerja lagi. Mingyu mendengus.

"Terpaksa pergi sendiri." Namja tampan berambut coklat itu berdiri dari kursinya lalu melepaskan stetoskop dan jas dokternya.

Ia melihat jam tangan mahalnya.

"Jam 12.15 akan ada operasi, aku tidak punya banyak waktu," gumamnya seraya melangkahkan kakinya keluar dari ruangan pribadinya.

Bekerja sebagai seorang dokter bedah termuda di rumah sakit besar ini karena kepintaran dan keahliannya, membuat namja berumur 25 tahun ini cukup dipercaya oleh dokter senior di saat-saat rumah sakit sedang ramai seperti ini.

Mingyu berjalan keluar dari rumah sakit seraya menggulung lengan kemeja biru mudanya. Siapa saja yang melihatnya sekarang pasti akan mengiranya sebagai seorang idol karena ketampanan dan juga gayanya yang sangat stylish.

Mingyu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kaca sebuah café yang buka hingga jam 2 pagi itu, 17 Café, café favouritenya. Ia selalu datang ke café ini setiap harinya untuk membeli dessert ataupun kopi.

Mingyu melangkah masuk dengan ragu karena tidak biasanya café ini sepi. Namja tampan itu mengernyitkan keningnya saat melihat tidak ada siapa-siapa di belakang meja counter.

"Hal-"

"AHHH! KENAPA KAU MASIH DI SINI?!" Mingyu terlonjak kaget medengar teriakan itu. Ia berjalan mendekat ke meja counter dan mengintip ke dalamnya. Ia dapat melihat seorang namja tengah terduduk di lantai dengan ekspresi horor memandang ke samping.

"Bukankah sudah kubilang, aku akan menutup mataku dan dalam hitungan kesepuluh kau harus pergi? Pergi sana! Kau mengganggu kerjaku!" Namja berambut hitam itu mengibas-ngibaskan tangannya ke udara kosong.

Mingyu lagi-lagi mengernyit, ia tidak melihat siapapun atau apapun di sana selain namja itu. Lalu apa yang di usir namja itu?

"Pergilah, aku sedang tidak ingin mendengar ceritamu." Namja itu berdiri secara perlahan seraya merapikan bajunya. Ia terkejut saat melihat Mingyu tengah berdiri di depan counter dengan tatapan aneh padanya.

Mingyu mundur selangkah kemudian berbalik dan hendak beranjak dari sana.

"Ah! Jangan pergi!" Namja itu berjinjit kemudian meraih tangan Mingyu melalui meja counter.

Mingyu menarik tangannya sendiri masih menatap namja itu dengan tatapan aneh.

"Kau mau ke mana? Aku bukan orang aneh, aku bukan orang gila. Jangan tatap aku seperti itu."

"Kalau kau bukan orang gila, kenapa kau berbicara sendirian? Kau pasti orang gila yang menyelinap ke café ini."

"Aku pegawai di sini, eh, tidak! Aku pemilik café ini!" Namja itu menunjuk-nunjuk name tag yang tertempel pada baju seragamnya yang bertuliskan 'Jeon Wonwoo'.

"Semua pegawai sift malamku mengundurkan diri, jadinya untuk sementara aku harus mengurus café ini sendirian." Wonwoo mengeratkan pegangannya.

Mingyu menatap Wonwoo dengan tatapan menyelidik.

"Lalu apa yang kau usir tadi?" Dalam otak Mingyu, ia masih mencap namja di depannya itu memiliki kelainan jiwa karena sikapnya yang aneh tadi.

"S-sebenarnya… tadi aku sedang berbicara dengan seorang anak kecil. Dia baru saja meninggal dan ingin menceritakannya padaku. Err… Sekarang dia sedang berdiri di sampingmu." Wonwoo menunjuk ke samping kanan Mingyu dengan ragu-ragu.

Mingyu terdiam sejenak, menatap manik hitam Wonwoo dalam sebelum akhirnya ia melirik ke samping kanannya dnegan horor. Kosong. Tidak ada siapa-siapa. Ia kemudian menarik tangannya dengan kuat.

"Jangan bercanda denganku! Aku tidak punya waktu untuk lelucon bodohmu."

Wonwoo terkejut dengan wajah lucunya saat mendapatkan bentakan Mingyu. Ia memajukan bibirnya dan kemudian kembali menahan tangan Mingyu. Ia menggigit bibir bawahnya, terlihat ragu untuk mengungkapkan sesuatu.

"A-aku… Aku bisa melihat roh dan hantu!" ujar Wonwoo dengan suara pelan dan beratnya.

Mingyu semakin merinding mendengar kata-kata aneh Wonwoo.

"Kenapa kau harus mengatakannya padaku? Aku tidak ingin mengetahuinya." Mingyu berusaha menarik tangannya, namun Wonwoo masih terus memeganginya dengan erat. Jika ditarik lebih lama lagi, mungkin Mingyu akan kehilangan tangannya.

"Karena kau orang kedua yang mengetahui ini selain kakakku!" Wonwoo memejamkan matanya. Ia kemudian membuka matanya dan menatap Mingyu dengan tatapan sedih.

"Kau melihatku berbicara pada hantu tadi, jadi aku tidak ingin kau menganggapku gila. Selama ini aku selalu menyembunyikan hal ini dari orang-orang." Kali ini Wonwoo menatap dengan tatapan memohon.

"Baiklah, aku tidak menganggapmu gila. Jadi, lepaskan aku!" perintah Mingyu. Namja tampan itu hendak beranjak. Ia tidak tahan berlama-lama dengan namja yang menurutnya hanya beromong kosong itu.

"Kalau kau tidak menganggapku gila lagi, kenapa kau tidak jadi memesan kopi?" tanya Wonwoo. Mingyu menghentikan langkahnya. Ia kemudian menghela napasnya lalu berbalik dan kembali berdiri di depan counter. Wonwoo melepaskan tangan Mingyu.

Sebenarnya Mingyu berniat untuk segera berlari keluar. Tapi ia teringat dengan kata-kata neneknya yang mengatakan kalau bertemu orang gila, jangan lari, karena dia akan mengejarmu terus. Akhirnya ia memilih untuk berdiri manis di sini dan memesan kopi kesukaannya. Semoga namja gila itu tidak menaruh yang aneh-aneh di dalam kopinya.

"Aku pesan hot capucinno satu."

Mingyu dapat melihat tangan Wonwoo yang sangat terampil dalam membuatkan kopinya. Hal itu membuat anggapan anehnya pada namja itu sedikit berkurang.

Namun, beberapa detik kemudian, sepertinya Mingyu harus kembali menempelkan anggapan aneh terhadap Wonwoo di otaknya. Sekarang ia dapat melihat Wonwoo tengah mentup cup kopi dan memasukkannya ke dalam kantung kertas seraya menyikukan siku tangannya ke samping kanannya. Terlihat seperti sedang mengusir sesuatu di sampingnya.

Wonwoo memasang senyum kakunya pada Mingyu saat menyerahkan kantung itu. Namja berambut hitam itu mengibas-ngibaskan tangan kirinya ke samping kanannya seraya menerima uang Mingyu.

"Tch!" Wonwoo berdecih kesal ke arah sampingnya. Oke, Mingyu mulai tidak nyaman. Sepertinya namja di depannya ini benar-benar gila.

"Aish!" Wonwoo yang akan menyerahkan uang kembalian pada Mingyu kembali menarik tangannya. Mingyu menangis dalam hatinya. Ia hampir saja menerima uang kembaliannya dan akan segera keluar dari café ini, tapi Wonwoo malah menarik kembali uang kembalian itu.

"Maaf, tapi yeoja yang ada di sampingku ini terus menggangguku dan mengatakan kalau kau sangat tampan. Dia terus menyuruhku untuk menyampaikannya padamu kalau dia menyukaimu." Wajah Wonwoo tampak frustasi dan juga merasa bersalah pada Mingyu.

Mingyu membelalakkan matanya. Sebenarnya yang gila itu dia atau namja berambut hitam itu? Kenapa rasanya ia juga hampir gila setelah mendengar hal-hal aneh ini. Yeoja di sampingnya? Tapi di sana tidak ada siapa-siapa! Jangan bilang kalau itu hantu? Dan hantu itu menyukainya? Ya Tuhan.

Tapi ada sedikit rasa bangga di hati Mingyu. Lihatlah, hantu saja terpesona padanya, apalagi manusia-manusia hidup.

"Aku tidak berbohong," ujar Wonwoo seraya menyerahkan uang kembaliannya pada Mingyu. Ia kemudian membungkukkan badannya.

Mingyu hendak beranjak, namun suara berat Wonwoo kembali menghentikan kepergiannya.

"Apa kau seorang dokter?" tanya Wonwoo. Mingyu menoleh dengan wajah bingung. Ia kemudian mengangguk pelan.

"Apa kau akan melakukan operasi korban kecelakaan keluarga setelah ini?" tanya Wonwoo lagi. Mingyu mengernyit.

"Ahjussi yang ada di sebelahmu itu berpesan agar kau mengoperasi anak perempuannya dengan sungguh-sungguh. Ia ingin anaknya selamat. Ia tidak ingin anaknya gagal operasi seperti dirinya."

Mingyu menahan napasnya. Ia hampir saja menjatuhkan kantung minuman kopinya.

Apa yang dikatakan Wonwoo itu sangat tepat. Tidak ada orang luar yang tahu kalau akan ada operasi kedua di tengah malam selain beberapa dokter dan suster di rumah sakit. Dan ayah dari pasiennya? Iya, pasiennya adalah seorang yeoja. Dan ayah yeoja itu telah meninggal karena gagal operasi oleh beberapa dokter senior.

Wonwoo lalu memasang senyum manisnya. Ia membungkukkan badannya.

"Terima kasih dan sering-sering datang kembali," ujar Wonwoo dengan nada riangnya.

Mingyu berbalik dan beranjak dengan wajah gusar.

'Aku tidak akan pernah kembali ke sini lagi. Never!'

Wonwoo memandangi punggung Mingyu yang menjauh dengan senyum yang semakin lama semakin memudar.

"Siapa itu?" tanya Wonwoo dengan suara pelan. Ia mengernyit saat melihat hantu perempuan berambut panjang berbaju dress selutut mengikuti Mingyu dari belakang.

.

.

.

.

.

Seungcheol tersedak oleh kopi yang ia minum. Ia menatap adiknya dengan tidak percaya.

"Benarkah? Siapa dia? Apa kau mengenalnya?" tanya Seungcheol. Wonwoo menggelengkan kepalanya.

"Yang aku tahu dia seorang dokter di rumah sakit itu." Wonwoo menunjuk rumah sakit yang ada di seberang café miliknya.

Saat ini Wonwoo dan Seungcheol tengah duduk di café milik Wonwoo sendiri. Suasana café di pagi hari ini sangatlah ramai, sangat berbanding terbalik dengan suasana saat malam hari. Biasanya malam hari pun akan ramai, tapi sejak beberapa hari yang lalu, pengunjung malam mulai berkurang dan para pekerja pun mengundurkan diri semua.

Entah kenapa. Yang Wonwoo dengar dari orang-orang, saat malam hari seperti ada hal aneh yang mengganggu mereka, oleh karena itu mereka ragu untuk datang duduk minum pada malam hari dan lebih memilih untuk membeli pulang. Sama halnya seperti para pekerja, mereka merasa aneh dan risih hingga akhirnya mengundurkan diri.

"Seorang dokter? Pasti aku mengenalnya. Orangnya seperti apa?" tanya Seungcheol lagi yang statusnya

juga sebagai dokter di rumah sakit itu.

"Dia tampan, keren, tinggi… Pokoknya aku akan mengiranya seorang artis kalau saja tidak ada hantu yang mengatakan kalau dia adalah seorang dokter padaku," jelas Wonwoo.

"Hmmm, jangan-jangan itu aku. Ciri-cirinya hampir sama." Seungcheol mengusap rambut hitamnya.

Wonwoo akan menyiram namja di depannya itu dengan kopi panasnya kalau saja namja bermata besar itu bukanlah kakaknya sendiri.

Wonwoo menghela napasnya. "Aku mengantuk sekali, hyung. Tapi tidak ada yang mau bekerja sift malam di sini lagi."

Seungcheol ikut menghela napasnya. "Aku tahu itu adalah Kim Mingyu. Dia adalah sahabatku. Dia adalah orang yang realistis, dia tidak percaya dengan hal seperti itu," Seungcheol menghentikan perkataannya. Ia menatap Wonwoo dengan tatapan lembutnya.

"Kau tahu, kau harus berhenti berinteraksi dengan hantu-hantu itu. Semakin kau berhubungan dengan masalah mereka, semakin kau jatuh dan kau bisa termakan oleh kegelapan mereka. Kegelapan itu akan melenyapkanmu secara perlahan." Tatapan Seungcheol tampak sedih.

Wonwoo menundukkan kepalanya. Ia juga ingin seperti itu, tapi tidak bisa. Ia dapat mendengar, melihat dan berbicara dengan hal yang orang lain tidak dapat melakukannya. Ia memiliki dunianya sendiri yang berbeda dengan orang pada umumnya.

Ia ingin lepas dari hantu-hantu itu, hantu-hantu yang selalu datang untuk mengajaknya berbincang, meminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah mereka ataupun datang untuk merebut tubuhnya. Ya, tubuhnya dapat dirasuki oleh hantu-hantu itu jika ia kehilangan kesadarannya.

Wonwoo kembali menghela napasnya lalu tersenyum pada kakaknya itu.

"Sudahlah, hyung, aku bisa mengatasinya sendiri. Cepatlah minum sebelum kopinya dingin." Wonwoo kemudian meminum kopinya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menyodorkan secangkir kopi pada kursi kosong yang ada di samping kirinya.

"Cepat minum. Ini kesukaanmu, 'kan?" tanya Wonwoo pelan pada kursi kosong di sampingnya.

Seungcheol yang baru menyadari kalau ada 3 cangkir kopi di meja mereka itu hanya bisa tersenyum kaku.

"A-ahaha, ada sesuatu ya di sana? Kenapa tidak bilang?" Seungcheol menyuruput kopinya dengan gusar. Wonwoo hanya tertawa kecil melihat tingkah kakaknya itu.

.

.

.

.

.

.

"Yo!" Mingyu tersentak saat seseorang menyentuh pundaknya. Ia menoleh ke arah Dokyeom dengan mata kaget. Dokyeom menatap Mingyu dengan tatapan aneh.

"Kau kenapa? Begitu saja terkejut," cibir Dokyeom seraya mencari dokumen pasiennya yang ada di tumpukan kertas yang ada di tangan Mingyu.

Mingyu mendengus. Ia menyerahkan semua dokumen itu pada Dokyeom lalu memijit keningnya yang terasa penat.

Sejak kejadian semalam, ia tidak bisa konsentrasi bekerja. Setelah kembali ke kantornya semalam, terdengar suara sedikit saja di ruangannya membuatnya tersentak kaget. Saat operasi pun, pesan yang disampaikan oleh Wonwoo terus terngiang di kepalanya.

Bahkan saat pulang ke rumah besarnya pun ia tidak bisa tidur hingga jam 4 pagi. Pikirannya terus berpikir, apakah anak kecil yang katanya berdiri di sampingnya itu sekarang masih bersamanya? Anak kecil itu tertinggal di café itu atau malah mengikutinya pulang? Itulah yang terus menghantui pikirannya.

'Sial! Kalau saja aku tidak bertemu dengannya, aku pasti tidak akan kacau seperti ini.' pikir Mingyu.

Dokyeom masih menatap Mingyu dengan tatapan aneh.

"Kau kenapa, sih?" tanyanya.

Mingyu menggelengkan kepalanya. Setelah mendapatkan dokumen yang ia cari, ia segera berbalik dan hendak kembali ke ruangannya.

Mingyu kembali tersentak kaget saat berbalik dan tidak sengaja melihat seseorang yang ada di depannya yang juga menatapnya dengan tatapan terkejut.

Dokyeom menatap Mingyu dengan malas. Ada apa dengan namja tampan yang mendadak hobi terkejut ini?

Mingyu menatap Wonwoo yang ada beberapa meter di depannya itu dengan tatapan horor. Sedangkan Wonwoo, ia merubah ekspresinya menjadi tersenyum manis pada Mingyu dengan sebuah kotak bekal makan siang berwarna pink di tangannya.

"Ahhh, ternyata kau benar-benar seorang dokter," ujar Wonwoo seraya menunjuk Mingyu.

Mingyu mendengus. Tentu saja ia seorang dokter, apa ia terlihat seperti seorang pesulap? Dan lagi, kenapa ia harus bertemu dengan manusia ini lagi?

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Mingyu curiga. Jangan-jangan namja itu ingin mengganggunya dan membuatnya takut lagi? Menerornya?

Wonwoo masih tersenyum. Ia mengangkat kotak bekal pink bercorak bunga-bunga kecil yang ada di tangannya itu. "Aku mengantarkan bekal kakakku. Mulai hari ini dia makan bekal rumah."

Mingyu memutar bola matanya. Mau kakaknya makan bekal rumah atau nasi bungkus, yang jelas Mingyu ingin segera pergi.

Mingyu hendak melangkahkan kakinya, namun ia urungkan saat mengingat sesuatu. Ia melangkah mendekati Wonwoo.

"Umm… Apa anak kecil yang semalam itu sekarang masih ada di sampingku?" tanya Mingyu pelan, tidak ingin terdengar oleh Dokyeom yang masih berdiri menunggunya di belakang karena namja itu memang ada keperluan di ruangan Mingyu.

Wonwoo melihat sekeliling Mingyu lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada," ujarnya. Mingyu menghela napasnya, ia hendak beranjak namun suara berat Wonwoo menghentikan langkahnya.

"Tapi ada seseorang yang sejak semalam terus mengikutimu," ujar Wonwoo.

Napas Mingyu tercekat. Ia menatap Wonwoo dengan mata melebarnya.

"Siapa?" desis Mingyu pada Wonwoo.

Wonwoo melihat ke arah samping Mingyu. "Seorang yeoja, rambut panjang bergelombang, mata besar, bibir kecil, bertubuh mungil, dan memakai dress putih selutut."

Wonwoo mengalihkan pandangannya karena hantu yeoja itu menatapnya dengan tajam. Meskipun sudah sering melihat hantu, ia tetap bisa takut pada hantu-hantu yang menyeramkan.

Mingyu terdiam sejenak sebelum akhirnya beranjak meninggalkan Wonwoo. Sejujurnya ia merasa ngeri saat mendengar penjelasan Wonwoo.

Ia ingin mnyuruh namja itu mengusir hantu itu. Tapi demi harga diri, ia memilih untuk stay cool dan berlaku seperti tidak masalah dengan hantu yeoja yang terus mengikutinya itu. Wonwoo pun menaikkan kedua bahunya lalu melanjutkan perjalanannya ke ruangan kakaknya.

Dokyeom yang berjalan di belakang Mingyu ternyata mendengar penjelasan Wonwoo.

"Bukankah itu seperti ciri-ciri Sohyun?" tanya Dokyeom.

Mingyu menghentikan langkahnya. Ia kemudian berbalik dan menatap Dokyeom dengan mimik terkejut. Ia kemudian menatap punggung Wonwoo yang berjalan menjauh.

Pantas saja ia merasa tidak asing dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Wonwoo tadi.

'Apa itu benar-benar Sohyun?'

Sohyun, seorang anak dokter senior yang sangat menyukai Mingyu dan bunuh diri karena ditolak oleh Mingyu.

Mingyu memijit keningnya. Jika benar itu Sohyun, ia tidak bisa membiarkan hantu itu terus mengikutinya. Satu-satunya yang bisa membuat hantu itu pergi adalah seseorang yang bisa melihat dan berkomunikasi dengannya.

Mingyu kemudian melempar kertas dokumen yang ada di tangannya pada Dokyeom sebelum akhirnya ia berlari mengejar Wonwoo yang sudah menghilang entah ke mana.

.

~TBC~

.

!Author's cuapcuap corner!

Hai haiii~! Author buat ff baru seperti yang author janjikan di Prince's Prince. Mungkin ada beberapa scene yang sama seperti Master Sun, ya? Tapi hanya beberapa kok, kedepannya bakalan author buat benar-benar berbeda huehehe~ #lapingus

Sebenarnya author suka banget sama plot ini, saat author bayangin ceritanya kayaknya bakalan seru, tapi kenapa setelah author ketik jadinya malah seperti ini? T.T Kayaknya gak seru dehhh.. Uhuhuhu, author sedih ini gak sesuai ekspektasi author. Menurut readers gimana? Bagus gak? T.T Padahal author pengen ngetik ff yang sekeren mungkin buat gantiin prince's prince yang udah bakalan habis.

Terussss, sebenarnya awalnya ini mau dibuat school life, tapi berhubung banyak yang minta di luar school life, akhirnya author buat tentang beginian. Terus sebenarnya awalnya author pengen buat mereka ketemuan di gang kecil gitu, Wonwoonya lagi jongkok di sana sambil ngomong sendiri. Tapi jangan ah XD itu beneran gila kayaknya hahahaha.

Okedeh sekian cuap cuap author di chap ini. Maaf kalau chap ini pendek karena chap ini hanya pengujian doang. Semoga suka ya readerdeul~

Btw, Prince's Prince bakalan author update besok atau lusa~

Okedehhh, segitu doang buat chap ini,

Jangan ada silent readers yah readers tercintah~ *tebar kecup basah* XD

Okedeh, akhir kata dari author untuk chap ini,

Review, please~? ^^

Gomawo *bow* m(_ _)m