Sixth Sense

Summary:: Andai saja Mingyu tidak bertemu Wonwoo, ia pasti tidak akan terlibat ke dalam kehidupan aneh namja itu, namja yang selalu berbicara sendirian dan mengaku dapat melihat hantu. "Aku tidak gila!"/ "Kalau kau tidak gila, kenapa kau berbicara sendirian?"/ "Aku tidak berbicara sendirian, aku berbicara dengan anak kecil yang baru saja meninggal. Dia ada di sampingmu."

Couple:: Mingyu x Wonwoo

Rate:: T

Genre:: Humor, Romance, supernatural

.

.

Hiwatari's Present

Enjoy~

.

~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~

.

Seorang namja tengah berjalan di tepi jalan dengan wajah bosannya. Ia menendang batu kerikil yang ada di dekat kakinya lalu mendengus malas saat melihat kakinya menembus batu kerikil itu.

"Tch! Menjadi roh itu sangat membosankan!" gumamnya kesal. Ia lalu menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Di mana aku sekarang? Apa aku tersesat lagi?" gumamnya dengan nada setengah kesal. Namja yang bertampang manis juga cantik, bertubuh sedikit mungil dan berkulit putih itu menghentikan langkahnya dan tidak sengaja melihat sebuah coffee shop yang ada di sampingnya. Ia melebarkan matanya, sedetik kemudian ia menempelkan kedua telapak tangannya di kaca coffee shop itu.

"Coffee shop apa ini? Woahh! Banyak orangnya," gumamnya pelan. Dengan segera, ia masuk ke dalam coffee shop itu menembus kaca. Namja bertubuh mungil itu mendekati seorang pelanggan yang berwajah tampan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tch! Tch! Tch! Seandainya saja aku bukan dalam wujud roh, hmph!" Ia mundur sedikit lalu berbalik.

"Aigoo! Kau tampan! Dan tubuhmu juga bagus!" Ia menunjuk seorang namja yang tengah membaca berita dari smart phonenya itu seraya menyeruput kopi.

Namja roh itu berdecak kesal saat tangannya menembus lengan berbentuk pelanggan itu.

"Aish! Kenapa sejak aku jadi roh, aku malah menjadi seperti maniak begini?! Aku masih normal! Aku masih suka melihat yeoja cantik!" Ia memukul kepalanya sendiri dengan kesal.

Saat ia sibuk merutuki dirinya sendiri, matanya tidak sengaja bertemu tatap dengan seorang namja yang berdiri di belakang counter tepat di depan mesin hitung, tengah menatapnya dengan tatapan aneh, sedangkan para pekerja yang lain tengah mondar-mandir di belakangnya, sibuk membuat pesanan para pelanggan.

Wonwoo yang tengah berdiri di depan mesin hitung yang hendak menyimpan uang di dalamnya akhirnya tersadar dan dengan segera menutup lacinya dan memutuskan kontak mata dengan namja manis yang tengah menatapnya itu. Ia dengan segera masuk ke dalam dapur.

Namja roh itu mengedipkan matanya. "Dia menatapku, 'kan?" Ia dengan segera berjalan menghampiri Wonwoo ke dalam dapur.

"Ya! panggil namja roh itu. Ia berdecak kagum melihat tinggi badan Wonwoo, wajah tampannya, kulit halusnya, matanya yang tajam itu. Tapi bukan itu yang penting sekarang.

"Ya!" panggilnya lagi saat Wonwoo tidak meresponnya dan sibuk membuat ice cappuccino entah untuk siapa.

"Kau bisa melihatku? Aku tahu kau menatapku tadi." Ia menyentuh pundak Wonwoo, namun kemudian berdecak saat tangannya malah menembus tubuh namja yang lebih tinggi darinya itu. Wonwoo masih terus sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Jangan pura-pura, aku tahu kau mendengarku. Please deh, tampan, aku tahu kau manusia, bukan tembok." Namja roh itu memutar bola matanya. Wonwoo menghela napasnya lalu menghentikan gerakan tangannya. Ia melirik kea rah belakangnya. Untungnya saat ini ia sedang berada di dapur bagian paling belakang, di mana para pekerjanya sibuk di dapur depan dan akan sangat jarang masuk ke dapur belakang.

"Apa maumu?" tanya Wonwoo. Namja roh itu tersenyum senang, senyumnya terlihat sangat manis. Wonwoo tercengang, ini pertama kalinya ia melihat hantu yang masih memiliki wajah manis dan cantik seperti ini, apalagi ini adalah hantu namja.

"Aku sangat senang akhirnya ada yang bisa aku ajak bicara setelah lebih dari tiga minggu berbicara sendiri dan berjalan sendiri. Aku bisa gila lama-lama seperti ini." Ia memasang wajah malasnya.

Wonwoo melirik roh itu sejenak. "Tiga minggu? Kau hantu baru rupanya, belum lama meninggal."

Namja roh itu membulatkan matanya. "Mwo?! Hantu? Aku bukan hantu! Dan aku belum meninggal."

Wonwoo menaikkan sebelah alisnya.

"Kau belum meninggal? Lalu?" tanyanya dengan nada pelan. Ia melirik sekelilingnya, memastikan tidak ada orang yang berada di dekatnya dan melihatnya berbicara sendirian.

Namja roh itu menghela napasnya seraya memainkan jari-jari tangannya.

"Ummm… Namaku Byun Baekhyun, umurku 26 tahun dan aku mengalami kecelakan di jalan tol. Aku sudah koma selama 3 minggu lebih dan seorang pencabut nyawa mengatakan padaku jika aku tidak bisa terbangun dala 49 hari, maka aku akan meninggal."

Wonwoo melirik Baekhyun dengan lirikan penasaran. Ia baru tahu ada hal yang seperti itu. Apa dulu saat ia koma ia juga seperti Baekhyun ini?

"Lalu? Apa yang harus kau lakukan agar kau bisa terbangun sebelum 49 hari?" tanya Wonwoo. Baekhyun menaikkan kedua bahunya. Ia benar-benar tidak tahu, bahkan pencabut nyawa itu hanya mengatakan kalau semuanya tergantung pada takdir dan garis kehidupannya.

Wonwoo mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hmm, kalau begitu, berusahalah masuk ke dalam tubuhmu. Mungkin saja dengan begitu kau bisa terbangun," ucap Wonwoo asal. Ingat, ia tidak ingin lagi berurusan dengan hantu kecuali Sohyun. Ahh, teringat Sohyun, ia mendadak sakit kepala.

"Aku saja tidak tahu di mana tubuhku berada. Saat aku terbangun dalam wujud roh, aku berada di tol tempat kejadian, dan sialnya tempat itu sudah dibersihkan, tidak ada kerumunan, tidak ada petunjuk untukku. Si pencabut nyawa sialan tidak mengatakan apa-apa padaku. Aku hanya berkeliling di sekitar kota selama 3 minggu ini. Aku bahkan tidak ingat apa yang membuatku kecelakaan, siapa ibuku, siapa kekasihku, apa pekerjaanku, apa makanan kesukaanku." Ia memutar kedua bola matanya.

Wonwoo ikut memutar bola matanya. Kenapa hantu- ah, roh bertubuh pendek ini sangat cerewet? Jangan katakan roh itu akan mengikutinya selama sisa harinya sebagai roh? Ia menyesal menyahut panggilan Baekhyun tadi.

Baekhyun terdiam. Mimik wajahnya berubah secara perlahan saat melihat ada yang aneh dari Wonwoo. Ia lalu melirik ke arah belakang di mana banyak para pekerja tengah sibuk di sana. Ia kembali mengamati Wonwoo.

'Aura namja ini berbeda…' batin Baekhyun masih memperhatikan Wonwoo.

'Tubuhnya… Bisa dirasuki oleh arwah lain.'Tangan Baekhyun hendak menyentuh Wonwoo. Namun ia urungkan niatnya dan memejamkan matanya sesaat.

"Hahh, tampan," panggil Baekhyun.

"Namaku Jeon Wonwoo, bukan tampan," ucap Wonwoo.

"Karena kau satu-satunya yang bisa kuajak bicara, biarkan aku bersamamu di sisa hidupku sebelum aku masuk surga. Iya kalau itupun aku masuk surga, bagaimana kalau aku masuk neraka? Atau menjadi hantu gentayangan?" Baekhyun kembali menghela napasnya.

Wonwoo membeku. Itulah kata-kata yang paling tidak ingin ia dengar. Ia lalu memegang kepalanya seraya menguap.

"Ah, aku mengantuk, semalam aku kurang tidur." Ia berjalan ke ruangan pribadinya di mana terdapat meja kerjanya, TV dan juga sofa panjang di mana biasanya ia tidur siang ataupun istriahat di sana.

Baekhyun menatap punggung Wonwoo yang menjauh cuku lama sebelum akhirnya berlari mengikuti Wonwoo.

Saat ia membuka pintunya, ia terkejut melihat Sohyun tengah berdiri di dalam ruangan tengah menatanya. Baekhyun yang mengikuti Wonwoo di belakangnya pun ikut terkejut.

"Woooh! Wohh!" Ia berteriak heboh lalu bersembunyi di belakang Wonwoo. Ia menutup matanya. "Apa itu?! Omaya! Apa itu hantu?! Kenapa aku bisa melihat hantu?! Oh, sial! Aku baru ingat, pencabut nyawa sialan itu pernah mengatakan kalau semakin mendekati 49 hari, aku akan bisa melihat hantu secara perlahan-lahan. Sial! Apa ini artinya aku mulai bisa melihat hantu?!" Omelnya panjang di belakang Wonwoo. Wonwoo memijit keningnya, ia sangat pusing mendengar ocehan Baekhyun.

"Iya, dia hantu. Silahkan berkenalan dengan teman hantu pertamamu." Wonwoo menggeser tubuhnya lalu mempersilahkan Baekhyun pada Sohyun yang masih berdiri diam dengan ekspresi datarnya itu.

"Diamlah! Percuma saja kau tampan tapi tidak bisa melindungiku dari hantu." Baekhyun beringsut mundur dan kembali bersembunyi di belakang Wonwoo.

Wonwoo mendengus pasrah melihat Baekhyun yang sepertinya akan terus menempel padanya. Ia kemudian mengalihkan perhatiannya pada Sohyun.

"Ada apa?" tanya Wonwoo.

"Kau harus ke rumah sakit lagi," jawab Sohyun.

"Ke rumah sakit lagi? Aku tidak mau. Sudah kukatakan, aku tidak suka ke rumah sakit. Sampai sekarang aku masih trauma melihat hantu-hantu mengerikan di rumah sakit itu… termasuk dirimu." Wonwoo mengecilkan suaranya di akhir kalimatnya.

"Dengan dirimu ke rumah sakit, kau akan bisa membantuku," jawab Sohyun. Wonwoo menghela napasnya. Ia tidak habis pikir kenapa ia menyetujui untuk membantu Sohyun. Apa untung bagi dirinya sendiri? Hanya menambah beban. Tapi ia terlanjur ikut campur, dan ia rasa, kematian Sohyun membuatnya merasa kasihan dan ingin membantunya mengungkapkan kebenarannya.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi hadiah apa yang akan kau berikan padaku sebagai gantinya?" tanya Wonwoo. Sohyun hanya diam. Wonwoo menghela napasnya seraya berbalik dan meraih jaketnya.

"Aku sudah tahu, tidak ada untungnya membantu hantu," gumamnya malas seraya keluar dari ruangan pribadinya. Diikuti oleh Baekhyun yang melirik Sohyun.

"Dia cantik juga, sayangnya wajahnya sangat pucat dan dia adalah hantu," gumam Baekhyun.

.

.

.

.

.

.

.

"Aku harus ke mana?" tanya Wonwoo pada Sohyun yang berjalan di belakangnya. Baekhyun yang berjalan di samping Wonwoo meringis takut.

"Kenapa dia mengikutimu?" tanyanya.

"Seharusnya aku yang tanya, kenapa kau mengikutiku terus?" tanya Wonwoo pada Baekhyun tanpa menoleh padanya. Ia terus berjalan di koridor rumah sakit tanpa tahu harus ke mana.

"Ahhh!" kaget Wonwoo saat melihat hantu yang berwajah cukup mengerikan saat ia hendak berbelok. Baekhyun yang mengikuti Wonwoodi belakang pun ikut terkejut mendengar teriakan kecil Wonwoo yang tiba-tiba. Ia menatap Wonwoo aneh.

"Kau ini kenapa?" gumamnya.

Setelah bertemu dengan beberapa hantu yang aneh-aneh, Wonwoo akhirnya menghentikan langlahnya. Ia mengangkat sebungkus plastik yang ada di tangannya.

"Kenapa kau menyuruhku membeli kimbap?" tanyanya. Sohyun tidak menjawab. Ia hanya menunjuk sebuah pintu. Wonwoo mengernyit.

"Kau ingin aku masuk ke dalam sana?" tanyanya lagi. Sohyun mengangguk. Wonwoo dengan ragu-ragu mengetuk pintu itu.

Tak lama kemudian, sebuah sahutan dari dalam terdengar.

"Masuk!"

Suara yang tidak asing bagi Wonwoo. Wonwoo memutar knop pintu itu dan melebarkan matanya saat melihat siapa yang duduk di belakang meja kerja, tengah sibuk membaca file-filenya.

Wonwoo melirik Sohyun sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Mingyu yang mendengar suara derap kaki pun mengangkat kepalanya dan mengernyit saat melihat Wonwoo tengah berjalan ke arahnya dengan jaket abu-abu yang dipakainya dengan topi jaketnya menutupi kepalanya.

"Ada apa?" tanyanya masih dengan tatapan anehnya pada Wonwoo. Siapa juga yang tidak aneh? Kemarin Wonwoo memakai jas hujan di dalam rumah sakit. Lalu semalam namja itu memakai kalung bawang putih di lehernya. Sekarang memakai jaket dengan topi jaketnya menutupi kepalanya di dalam rumah sakit.

"Kenapa kau bisa tahu ruanganku?" tanya Mingyu lagi. Wonwoo melirik Sohyun yang sekarang tengah berdiri di belakang Mingyu sebelum akhirnya menyodorkan kantung plastik yang ada di tangannya pada Mingyu.

"Untukmu," ucapnya. Mingyu menaikkan sebelah alisnya.

"Untukku? Apa ini?" tanyanya seraya menerima plastik itu. Ia tampak senang saat melihat sekotak kimbap di dalamnya.

"Kenapa kau bisa tahu kalau aku suka kimbap?" tanya Mingyu seraya membuka kotak itu lalu mulai menyantap sepotong kimbap itu. Wonwoo tidak mendengarkan pertanyaan Mingyu karena Baekhyun yang berdiri di belakangnya sedari tadi sangatlah ribut.

"Siapa namja ini?! Tampan sekali!" Ia menarik-narik tangan Wonwoo, namun gagal karena tangannya malah menembus tubuh Wonwoo.

"Lihat matanya! Bibirnya! Gigi taringnya! Penampilannya! Kau yakin dia bukan model? Ah, andai saja aku bukan dalam wujud roh," kata Baekhyun.

"Ah, tidak! Aku juga tampan. Aku juga cocok menjadi model, kok," gumamnya menepuk-nepuk pipinya. ia meringis saat melirik kakinya yang pendek.

Wonwoo memejamkan matanya.

"Kenapa kau ribut sekali? Kalau kau mau, ambil saja dia," bisik Wonwoo kesal. Mingyu yang mendengar itu menghentikan kegiatannya dan menatap Wonwoo bingung.

Wonwoo tersadar saat Mingyu menatapnya. "Ah, bagaimana? Kau suka? Sohyun yang menyuruhku membelikannya untumu."

Mingyu membeku sesaat sebelum akhirnya ia menjauhkan kotak itu dan berdehem pelan.

"Kenapa kau tidak bilang dari tadi?" bisiknya pada Wonwoo. "Apa dia masih ada di sini?" tanyanya.

Wonwoo menganggukkan kepalanya. Mingyu kembali berdehem. Ia merinding saat mengetahui kalau Sohyun masih ingat makanan kesukaannya meskipun yeoja itu sekarang telah menjadi hantu.

Cklekk!

"Oppaaa~" Seorang yeoja langsung masuk tanpa menunggu sahutan dari Mingyu. Mingyu menghela napasnya seraya memijit keningnya. Wonwoo menoleh ke belakang dan tampak terkejut melihat Tzuyu yang melenggang masuk dan langsung mendekati Mingyu tanpa mempedulikan keberadaannya. Wonwoo memajukan bibirnya mengejek Tzuyu yang melenggang begitu saja tanpa melirik ke arahnya sedikitpun, seolah dirinya hanyalah angin kentut yang tak terlihat.

"Aku membawa makan siangmu, oppa. Apa kau menunggu lama? Maaf, tadi aku sedikit sibuk." Tzuyu meletakkan sekotak bento di atas meja Mingyu. Yeoja cantik itu mengernyit saat melihat kimbap yang masih tersisa setengah itu.

"Ini apa? Kau sudah makan? Siapa yang memberikannya padamu, oppa?" tanya Tzuyu.

Mingyu menganggukkan kepalanya.

"Aku sudah makan. Dia yang membelikannya untukku. Aku sudah kenyang. Lebih baik ini kau makan saja, kau belum makan, 'kan?" Mingyu menjauhkan kotak bento Tzuyu.

Tzuyu memasang wajah kesalnya. Ia menatap Wonwoo dengan tatapan tajamnya. Wonwoo mengernyit tidak senang seraya menatap balik yeoja cantik itu.

"Centil sekali yeoja itu," bisik Baekhyun.

"Kau siapa?" tanya Tzuyu dengan mimik wajah tidak senangnya. Ia menegakkan tubuhnya yang semua sedikit membungkuk ke arah Mingyu. Ia menatap Wonwoo tajam dengan tangannya yang bersilang di depan dadanya.

"Aku-"

"Untuk apa kau tahu siapa dia?" tanya Mingyu memotong ucapan Wonwoo. Mingyu menatap Tzuyu dengan tatapan malas. Ia mendengus kemudian meraih kotak bento yang ada di dalam kantong plastik itu dan mengembalikannya pada Tzuyu.

Tzuyu berdecak kesal pada Mingyu. Ia memasang wajah tidak sukanya.

"Kau membelanya,oppa?! Kau lebih memilih memakan makanannya dari pada makananku? Padahal tadi pagi aku sudah mengatakan padamu kalau siang ini aku akan membawakanmu makan siang. Dan sekarang? Kau mengusirku karena namja ini?" Tzuyu menunjuk wajah Wonwoo yang berdiri tepat di depan meja Mingyu.

Mingyu berdecak kesal lalu menepis tangan Tzuyu yang menunjuk wajah Wonwoo.

"Keluar. Aku sedang ada tamu. Apa kau tidak punya sopan santun?" tanya Mingyu dengan nada dingin. Wonwoo tertegun. Mingyu sangat berani berkata kasar pada yeoja. Apa namja itu tidak bisa sedikit gentle pada yeoja?

Tzuyu merapatkan bibirnya dengan kesal. Ia menatap Mingyu tajam lalu menatap Wonwoo dengan sangat tajam sebelum akhirnya ia melangkah keluar dengan langkah yang dihentak-hentakkan. Ia bahkan dengan sengaja menyenggol pundak Wonwoo dan menginjak kaki Wonwoo dengan hak tingginya. Wonwoo meringis saat merasa sesuatu yang keras menimpa kakinya dengan sangat kuat.

Baekhyun tersentak ke belakang saat Tzuyu berjalan cepat menembus dirinya. Ia berdecak kesal pada yeoa yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

BLAAMM!

Mingyu menghela napasnya. Ia berdecak kesal saat melihat bento Tzuyu masih tertinggal di meja kerjanya.

"Kenapa kau kasar sekali padanya?" tanya Wonwoo seraya mengayun-ayunkan kaki kanannya yang terasa sakit.

"Apa kau pikir kau masih bisa meresponnya dengan baik saat dia bertindak seperti stalker yang menyebalkan?" tanya Mingyu. Wonwoo hanya diam mangut-mangut.

"Memangnya kau akan menjawab apa tadi? Kau bukan temanku, bukan rekan kerja, juga bukan keluarga." Mingyu menopang dagunya dengan tangannya.

Wonwoo menaikkan tangannya setinggi pipinya seraya menunjukkan jari telunjuknya. Ia memutar-mutar jari telunjuknya dengan lucu.

"Aku adalah penolongmu. Dan kau adalah tamengku." Jarinya kini menunjuk Mingyu.

Mingyu tetawa mengejek. "Tameng? Kau kira aku ini apa? Kenapa kau terus menyebutku tameng? Aku tidak akan mengizinkanmu untuk menggunakanku sebagai tamengmu." Mingyu mengyu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Wonwoo memasang wajah kusamnya. "Izinkan aku menjadikanmu tamengku." Ia mengepalkan jarinya di depan dagunya. Mingyu menggelengkan kepalanya.

"Jadilah tamengku." Wonwoo semakin mendekat ke meja Mingyu. Mingyu menggelengkan kepalanya.

"Buhh!" Wonwoo memasang wajah kesal dan malasnya.

Mingyu lagi-lagi menghela napasnya. Matanya tidak sengaja menangkap sekotak kimbap yang masih tersisa beberapa potong itu.

"Kimbap ini kau makan saja!" Mingyu menarik tangan Wonwoo secara tiba-tiba. Wonwoo yang terkejut pun tertarik ke arah Mingyu. Setengah tubuhnya membungkuk mendekat ke arah Mingyu. Jarak wajah mereka tidak terlalu jauh. Hanya terpisah sekitar satu jengkal lebih saja. Dengan tangan kirinya yang masih digenggam erat oleh tangan kanan Mingyu, ia mengerjap-ngerjapkan matanya saat Mingyu memasukkan sepotong kimbap ke dalam mulutnya.

"Makan habis ini! Kau ini ada di pihakku atau di pihak Sohyun, eoh?" tanya Minyu yang kemudian kembali memasukkan potongan kimbap ke dua ke dalam mulut Wonwoo sebelum namja di depannya itu sempat mengunyah potongan pertama.

Wonwoo mengernyit kesal. Ia kira mulutnya ini apa? Kenapa tanpa izin langsung menyumpalnya makanan? Wonwoo kembali mengernyit saat potongan ketiga yang Mingyu masukkan tidak dapat masuk, hanya 1/3 bagian saja yang berhasil masuk ke dalam mulut kecilnya. Wonwoo memukul tangan Mingyu.

Mingyu berdecak saat ia hendak memasukkan potongan ke empat. Ia menghela napasnya melihat Wonwoo yang menatapnya tajam. Ia melirik tangan kanannya yang tengah menggenggam pergelangan tangan Wonwoo dan tangan kirinya yang tengah memegang sepotong kimbap. Dengan gerakan spontan, namja tampan itu mendekatkan wajahnya pada Wonwoo lalu menggigit potongan kimbap yang tengah digigit oleh Wonwoo itu.

Wonwoo membeku saat jarak wajah mereka sangat dekat. Meskipun bibir mereka tidak bersentuhan, tapi ia dapat melihat kalau jarak bibir mereka sangatlah dekat. Kimbap itu kemudian berpindah dari bibir Wonwoo ke mulut Mingyu. Mingyu kemudian menjauhkan wajahnya seraya mengunyah kimbapnya.

Baekhyun yang berdiri di belakang Wonwoo membulatkan matanya.

"Meskipun kau tampan, ternyata kau adalah seorang bottom. Woahh. Lama-lama melihatmu, sepertinya aku baru menyadari kalau wajahmu memang mendukung sebagai bottom," ucap Baekhyun pada Wonwoo.

Mingyu tersadar saat melihat Wonwoo masih terdiam di posisinya. Namja tampan itu tampak salah tingkah.

"Ah, maaf. Tadi kedua tanganku sedang penuh. Karena kasihan melihat kau yang kesusahan mengunyah, aku tanpa sadar langsung mengambilnya dengan mulutku," jelas Mingyu. Ia kemudian melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Wonwoo.

Wonwoo menjauhkan tubuhnya. Ia melirik ke kiri dan kanan dengan gugup. Mulutnya tengah mengunyah dengan susah payah, bahkan ia berusaha untuk tidak tersedak.

"Wajahmu memerah, Jeon Wonwoo. Kau manis sekaliii~" Baekhyun menyentuh kedua pipinya dengan kepala yang sedikit dimiringkan. Wonwoo melirik Baekhyun dengan sedikit kesal.

"Aku harus kembali kecafe sekarang. Sampai jumpa." Wonwoo hendak berbalik, namun panggilan Mingyu membuatnya menghentikan langkahnya.

"Bento ini, tolong buang di luar." Mingyu menyodorkan sekantong plastik berwarna putih bening berisikan bento yang diberikan oleh Tzuyu.

Wonwoo berdecih kesal sebelum akhirnya mengambil plastik itu dengan kasar lalu melangkah keluar dari ruangan Mingyu. Mingyu yang melihat pintu ruangannya telah tertutup pun tidak sengaja mengalihkan pandangannya pada kimbap yang tersisa satu potong. Ia tertawa kecil sebelum akhirnya mengambil kimbap itu dan memakannya.

Di luar ruangan Mingyu, tampak Wonwoo tengah berjalan di koridor seraya mencari tong sampah.

"Dia itu siapamu? Sepertinya kalian manis sekali," ucap Baekhyun.

"Diamlah," respon Wonwoo malas. "Sudah kubilang dia hanya tamengku."

Wonwoo menghentikan langkahnya saat menemukan sebuah tong sampah. Ia lalu membuka penutup tong sampah dan membuang bento itu ke dalamnya. Ia menghentikan gerakannya saat hendak menutup tong sampah itu. Ia mengernyit melihat sesuatu yang aneh.

Sup lauk yang ada di dalam bento itu mengalir keluar mengenai plastik, dan plastik itu secara perlahan terdapat sedikit asap yang muncul dari bagian plastik yang terkena sup itu. Plastik itu kemudian mengkerut dan menghitam. Plastik itu terbakar kecil tanpa mengeluarkan api.

Wonwoo terdiam sejenak dengan kening berkerut sebelum akhirnya ia menutup penutup tong sampah dan menatap ke koridor dengan tatapan tidak percaya.

"Inikah kenapa kau menyuruhku ke sini?" tanya Wonwoo pelan pada Sohyun yang juga tengah menatapnya.

.

.

.

.

.

.

.

Hoshi tengah duduk di belakang counter dengan kedua tangannya menopang pipi chubbynya. Ia mengamati pemandangan luar yang telah gelap. Hari sudah malam, tapi jalanan masih terdapat beberapa orang yang berlalu lalang. Ia lalu melirik beberapa pengunjung yang tengah duduk dengan santai di dalam coffee house yang menenangkan ini.

Di samping Hoshi, terdapat Baekhyun yang duduk dengan pose yang sama seperti Hoshi. Kedua tangannya tengah menopang pipinya, bedanya ia tengah mengamati wajah Hoshi.

"Matanya lucu sekali," gumam Baekhyun.

Kling! Kling!

Hoshi berdiri saat seorang pelanggan datang.

"Selamat malam, apa yang ingin anda pesan?" tanya Hoshi yang bersiap dengan komputer yang ada di depannya.

"Aku pesan yang biasa satu," jawab si pelanggan.

"Ahh, tambah cheese cake stroberi sepotong."

Hoshi tersenyum tipis saat ia dengan cekatan mengetikkan pesanan pelanggannya di komputer. Ia kenal suara ini. Setelah selesai mengetikkan pesanannya, ia melirik Dokyeom yang berdiri di depan counter sejenak dengan senyum tipis di wajahnya sebelum akhirnya ia membuat pesanan Dokyeom.

"Senyumnya juga manis," gumam Baekhyun. Entah kenapa, sejak berwujud roh, ia menjadi suka mengamati dan mengomentari penampilan seseorang.

"Kenapa mereka saling melempar senyum seperti itu?" tanyanya melirik Hoshi dan Dokyeom secara bergantian.

Hoshi membuka rak khusus untuk cake potong dan mengambil pesanan Dokyeom. Ia lalu menatanya dengan cantik di atas piring kecil dengan sendok kecil di sampingnya.

"Ini cakenya," Hoshi menyerahkan sepiring kecil cake itu pada Dokyeom. Dokyeom mengambilnya. Saat tangan Hoshi mengambil satu cup kopi dan hendak memberikannya pada Dokyeom, tangan Dokyeom malah kembali menyodorkan sepiring cheese cake stroberi itu pada Hoshi.

Hoshi melihat cake itu sejenak sebelum akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Dokyeom yang tersenyum tipis padanya.

"Untukmu," ucap Dokyeom. Hoshi terdiam. Tangan yang tengah memegang cup besar minuman Dokyeom pun ia letakan di atas meja counter.

"Untukku?" tanya Hoshi.

Dokyeom menganggukkan kepalanya. "Aku memberikannya padamu. Kau harus memakannya." Tangan Dokyeom terulur ke arah Hoshi seolah mengajak Hoshi untuk duduk bersamanya lagi.

"A-ah, maaf Dokyeom-ssi. Malam ini sedikit lebih ramai dari biasanya, jadi aku tidak bisa meninggalkan counterku."

Dokyeom terdiam sejenak sebelum akhirnya ia semakin melebarkan senyumnya. Mata berbentuk sabit itu kembali terlihat. Mata senyum yang sangat disukai oleh Hoshi.

"Kalau begitu aku akan berdiri di sini dan melihatmu memakannya." Dokyeom menyenderkan tubuhnya ke meja counter. Ia menyerahkan piring itu pad Hoshi.

"Kenapa begitu? Kau harus duduk di meja. Kau akan lelah kalau terus berdiri begini." Hoshi mendorong Dokyeom untuk duduk. Dokyeom menggelengkan kepalanya.

"Makan ini sebelum ini tidak enak lagi."

Hoshi akhirnya hanya bisa menerima piring itu lalu tangan kanannya menyerahkan minuman Dokyeom pada pemesannya. Ia menyuapkan cheese cake itu ke dalam mulutnya. Ia tersenyum tipis. Ia sangat menyukai cheese cake.

Baekhyun mendengus. "Namja jenis apa ini? Kenapa gentle sekali? Aku jadi tersentuh. Seandainya aku bukan dalam wujud roh." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Dokyeom.

Klingg! Klingg!

Seorang pelanggan masuk. Dokyeom sedikit menggeser tubuhnya untuk si pelanggan memesan. Hoshi meletakkan piringnya dan bersiap di depan komputernya.

"Selamat malam, apa yang ingin anda pesan?" tanya Hoshi pada seorang namja berambut merah, bertubuh tinggi, memakai hoodie dan snapback, telinganya yang sedikit lebar, dengan matanya yang besar menatap Hoshi.

"Hot cappuccino dua, take away," pesannya. Baekhyun yang berdiri di samping Hoshi menatap namja itu dengan diam. Selama Hoshi mengerjakan pesanan namja itu, Baekhyun terus mengamati gerak-gerik namja itu. Namja itu tidak bergerak banyak, hanya berdiri menunggu pesanannya.

"Tampan," gumam Baekhyun pelan. Tidak ada senyum di wajahnya seperti biasanya. Matanya terus mengamati namja tinggi berambut merah itu.

Hoshi memasukkan dua cup hot cappuccino itu ke dalam kantung kertas lalu menyerahkannya pada namja itu seraya menerima uang dari namja itu.

"Apa anda sangat menyukai cappuccino hingga membeli dua cup?" tanya Hoshi basa-basi saat ia mengambil uang kembalian di lacinya.

Namja tinggi itu tersenyum kaku seraya mengamati kantung kertas yang ada di tangannya.

"Bukan, satu lagi untuk kekasihku."

Hoshi hanya mengangguk seraya membulatkan bibirnya seraya memberikan uang kembaliannya pada namja itu. Ia lalu membungkukkan badannya. "Terima kasih dan datanglah kembali."

Mata Baekhyun terus mengikuti namja itu hingga namja berambut merah itu keluar dari coffee shop ini dan berjalan menjauh.

"Kekasih, ya." Baekhyun tertawa kecil seraya menunduk.

"Sudah punya kekasih rupanya," gumamnya kembali mengangkat kepalanya dan memperhatikan punggung yang telah menjauh itu lagi.

Perhatiannya terputus saat sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan toko ini. Ia berdecak kesal pada mobil yang asal berhenti itu. Ia membulatkan mata dan mulutnya saat jendela mobil itu terbuka, dan tampaklah Mingyu yang tengah duduk di kursi kemudi.

"Jeon Wonwoooo! Kekasihmu datanggg!" teriaknya tanpa sedikitpun menoleh ke arah ruangan Wonwoo, di mana Wonwoo tengah berada.

Wonwoo dengan segera keluar dari ruangannya.

"Kekasih apanya?" tanya malas pada Baekhyun. Baekhyun menunjuk seseorang yang hendak turun dari mobil. Mingyu menghentikan langkahnya di depan pintu kaca saat melihat Wonwoo telah keuar dari ruangannya.

"Oh? Kim?" Wonwoo dengan segera menghampiri Mingyu yang tak kunjung masuk ke dalam.

Klingg!

Ia keluar dari tokonya dan berdiri di depan Mingyu.

"Ada apa? Kenapa tidak masuk? Dan kenapa mobilmu ada di sini?" tanya Wonwoo menunjuk mobil Mingyu yang sebenarnya dilarang berhenti di depan toko seperti ini.

Mingyu tidak mempedulikan soal mobilnya. Ia kemudian berucap,

"Ayo pulang bersama."

.

.

~TBC~

.

Hei~ hei~ hei~~~~ Maaf yah kali ini author agak telat updatenya hehehehe. Soalnya author agak sibuk hahahah #plakkk

Maaf juga kalau di sini konfliknya agak sedikit dan alurnya berjalan dengan sangatttttt lambat. Maafff banget yaaa..

Banyak yang bertanya, kenapa pilih Chanbaek? Karena gak ada yang bisa nempati peran Baekhyun di sini, sedangkan author butuh peran centilnya si mamih Baek di sini hahahaa

Terima kasih sebanyak-banyaknya buat readers dan reviewers author tercinta, terima kasih karena sudah mau membaca fanfic yang sebenarnya kurang sempurna ini. Terima kasih banyak *bow* :D

Ara94, blxckorz, Twelves, SJMK95, 11234dong, SheravinaRose, hnjasmine, aprilbunny9, Baebypark, KimAnita, whatamitoyou, tfiy, lulu-shi, aestas7, Guest, Baebypark, btobae, Vioolyt, hvyesung, , maharani.s, qxbyfxckasdf, hamipark76, Zahra492, byeons, kookies, Khasabat04,Guest, Beanienim, Rie Cloudsomnia, Andromeda, shinhy, dxxsy, Karuhi Hatsune, nanana, Arlequeen Kim, simpleee, IT8861, taenggoo, XiayuweLiu, yehet94, monwii jeonwii, tyneeee, meanieslave, Mbee, exoinmylove, jihokr, Kkamjongmin, Wonu1254, wonrepwonuke, Aliciab.i, cha2000, DaeMinJae, christ, putrifitriana177, BumBumJin, chanbaekhyeon, equuleusblack, NichanJung, BYDSSTYN, restypw, meaniecrt, momonpoi, Kim Hye Gun, Guest, SkyBlueandWhite, itsathenazi, Jjangmyeon, Zizisvt, svtwortel, chikicinta, A'yun BabyMeanie, Herdikichan17, Gigi onta, DazzlingMagnae1, Byunki, egatoti, bonablebleyu, risaawaw, Guest

Makasih buat review kalian yang sangat mendukung, review kalian selalu menjadi kekuatan author buat perkembangan ff ini. *bow*

Jangan ada silent readers yah readers tercintah~ *tebar kecup basah* XD

Okedeh, akhir kata dari author untuk chap ini,

Review, please~? ^^

Gomawo *bow* m(_ _)